Pemeriksaan Material Dasar Karakteristik Aliran

67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Material Dasar

Pengujian dilakukan di Laboratorium Rekaya Bahan Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Pasir yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir lolos saringan ASTM no. 8 dan tertahan pada no. 100 dengan Spesifik Grafity 2.65 serta kadar lumpur 1.25 dan nilai d 50 diperoleh dari pengujian analisa gradasi butiran. Dimana pasir sebagai material dasar diayak terlebih dahulu untuk mendapatkan ukuran butiran yang besarnya relatif merata. Hasil analisa gradasi butiran dapat dilihat di Tabel 4.1. Tabel 4.1 Analisa Gradasi butiran Ayakan No. Ayakan dalam mm Berat Tertahan gr Berat Lolos gr Berat Lolos 2 9.520 4 996 99.60 4 4.750 52 944 94.40 8 2.360 35 909 90.90 16 1.180 130 779 77.90 30 0.600 182 597 59.70 50 0.300 412 185 18.50 100 0.150 168 17 17.00 Σ = 983 Sumber: Hasil penelitian Universitas Sumatera Utara 68 Hasil analisa gradasi butiran dimasukkan dalam bentuk grain diameter yang kemudian dapat diketahui nilai d 50 . Pada gambar 4.1 terlihat bahwa d 50 adalah 0.51 mm Gambar 4.1 Gradasi Sedimen

4.2 Karakteristik Aliran

Dalam melakukan penelitian karakteristik aliran tahap awal pengamatan yaitu dilakukan tanpa menggunakan abutmen. Pengamatan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui besar kecepatan aliran kritis pada material sedimen pasir dengan d 50 = 0.51 mm yang telah diuji di Laboratorium Rekayas Bahan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Dari hasil pengamatan tersebut diperoleh data-data yang menunjukan bahwa kecepatan aliran kritik atau kecepatan aliran pada saat butiran mulai bergerak adalah Uc = 0.23 ms maka debit kritik yang terjadi adalah Qc = 0.62 lts. 0.51 Universitas Sumatera Utara 69 Menurut data-data hasil penelitian yang telah dilakukan sehingga dapat diketahui besarnya debit aliran yang mengalir pada saluran Q, kecepatan aliran rata-rata U, angka Froude Fr, dan angka Reynold Re. Pengujian menggunakan debit aliran Q = 0.5 lts dengan kedalaman aliran h = 55 mm, sehingga didapat besarnya kecepatan aliran rata-rata U = 0.12 ms, dengan kondisi aliran seragam steady uniform. Kemudian dari data dapat dihitung intensitas aliran UUc = 0.52 dan bilangan Froude Fr = 0.163 serta angka Reynolds Re = 6600 terlihat seperti pada tabel 4.2. Selanjutnya, dilakukan pengamatan proses gerusan pada abutmen. Proses gerusan yang terjadi adalah clear water scour yaitu gerusan pada lapisan dasar tanpa disertai terbawanya material oleh aliran. Selanjutnya dari definisi clear water scour terjadi saat 0,5 ≤UUc1 dan live bed scour terjadi saat UUc≥1 maka, gerusan yang terjadi termasuk dalam kondisi clear water scour. Syarat untuk terjadinya kondisi clear water scour yaitu kecepatan aliran yang terjadi lebih kecil dari kecepatan aliran kritiknya kecepatan aliran pada saat butiran mulai bergerak dengan kata lain UUc. Klasifikasi aliran melalui saluran terbuka akan turbulen apabila angka Reynolds Re 1000, dan laminar apabila Re 500. Aliran disebut sub kritis apabila Fr 1, kritis apabila Fr =1, dan super kritis apabila Fr 1. Sehingga berdasarkan bilangan Froude dan angka Reynolds aliran yang terjadi untuk Fr 1 dan Re 1000 adalah termasuk kedalam aliran turbulen sub kritis. Universitas Sumatera Utara 70 Tabel 4.2 Karakteristik aliran Bentuk Abutmen B mm H mm Q ls U ms d 50 mm Qc ls Uc ms Fr Re Jenis Aliran Dinding Vertikal Tanpa Sayap 76 55 0.5 0.12 0.51 0.62 0.23 0.16 3 6600 Turbule n Subkriti s Dinding Vertikal dengan Sayap 76 55 0.5 0.12 0.51 0.62 0.23 0.16 3 6600 Turbule n Subkriti s Sumber: Hasil penelitan

4.3 Aplikasi Program Surfer