Perencanaan Penggunaan Lahan untuk perkantoran

68 penting untuk kelancaran pembangunan. Untuk saat ini landasan hukum dari land use planning masih tetap mengacu kepada pasal 14 UUPA. Ketentuan pasal ini menghendaki tanah untuk pertanian, perkantoran, industri dan sebagainya, akan tetapi sekalipun juga hendaknya bertujuan untuk memajukannya. 75

D. Perencanaan Penggunaan Lahan untuk perkantoran

Secara Perencanaan lahan yaitu land use planning adalah perencanaan lahan yaitu pengaturan penggunaan tanah. Lazimnya tata guna lahan dikaitkan dengan kemampuan tanah, kesesuaian tanah, rezoning, propsed land use. Dengan kata lain tata una lahan adalah usaha untuk bisa memanfaatkan lahan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat secara berencana. Perencanaan lahan pada dasarnya berasaskan kepada keterpaduan berdayaguna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, berkelanjut, keterbukaan, keadilan dan perlindungan hukum. Suatu rencana penggunaan lahan merupakan ekspresi kehendak lingkungan masyarakat mengenai bagaimana seharusnya pada penggunaan lahan suatu lingkungan pada masa yang akan datang. Dalam rencana itu ditentukan daerah-daerah yang akan digunakan bagi berbagai jenis kepadatan dan intensitas kategori, misalnya untuk pemukiman, perdagangan, perkantoran, industri dan sebagai kebutuhan umum. Ditentukan pula azas dan standar yang harus diterapkan pada pembangunan perkantoran dan pelestarian di daerah itu. 76 Perencanaan penggunaan lahan dan kebijakan, prosedur dan sistem yang mengontrol dan memantau penggunaan lahan merupakan penentu penting dari penggunaan hukum dan tentunya nilai dari tanah. Manakalah ada perencanaan 75 Ibid 76 Ibid, hlm 169-172 Universitas Sumatera Utara 69 yang efektif, prospek perubahan penggunaan lahan dapat sangat mempengaruhi pasar dalam penilaian atas nilai lahan yang masuk dalam perencanaan. Misalnya, perubahan penggunaan lahan dari pertanian untuk tujuan komersial, nilai tanah dapat dilipagandakan secara siginifikan. Namun, tata kelola yang lemah tetap “berpotensi” memberi peluang bagi orang untuk mencegah perlindungan lingkungan yang melindungi konversi hutang yang tidak tepat dan lahan basah untuk tujuan pertanian, atau konversi lahan pertanian untuk penggunaan perkantoran. Ada beberapa pendekatan yang prinsipal dalam pelaksanaan perencanaan penggunaan lahan, yakni: administrasi pertanahan yang proaktif, adanya persiapan dalam perencanaan, partisipasi dari para persiapan dalam perencanaan, partisipasi dari para pemangku kepentingan stekeholder, menghindari terjadinya konflik kepentingan dan pemantauan kinerja. 1 Administrasi pertanahan yang proaktif Pegawai pertanahan memainkan peran penting dalam memfasilitasi dan melegalisasi konversi lahan pedesaan untuk tujuan perkotaan. Konversi rentan terhadap masalah tata kelola mengingat keuntungan yang diperoleh sangat tinggi. Masalah-masalah dalam perencanaan penggunaan lahan dapat teratasi dengan menggunakan proses perencanaan yang transparan yang melibatkan pengguna lahan. 2 Persiapan perencanaan Memasukan order dalam pengguna lahan mensyaratkan hukum yang tepat yang menjamin perencanaan penggunaan lahan dalam kerangka kebijakan pemerintah yang relevan. Pelaksanaan yang efektif dari perencanaan Universitas Sumatera Utara 70 penggunaan lahan juga berdasarkan pada rencana izin menggunakan lahan yang relevan. Penyusunan rencana juga mengurangi jumlah konflik yang mungkin timbul dari intensifnya pembangunan perkotaan dan jenis pembangunan lainnya. 3 Menghindari konflik kepentingan Konflik kepentingan dapat diminimalisasi dalam perencanaan penggunaan lahan dengan memastikan transparansi. Semua kepentingan yang relevan harus di nyatakana selama proses perencanaan. Pengembangan rencana dan pengadopsiannya yang sesuai dengan hukum dan kebijakan harus terpisah dan independen dan biasanya harus dilakukan oleh tingkat pemerintahan yang berbeda. Keputusan pada kepatuhan proposal individu untuk perubahaan dalam penggunaan lahan sesuai dengan rencana yang diambil harus transparan dan dipublikasikan dan dilakukan sesuai dengan mekanisme pengambilan keputusan yang bersifat teknis dan politis pada tingkat yang sesuai dengan skala pengembangan yang diberikan. Mekanisme untuk memastikan deklarasi kepentingan harus ketat ditegakkan. 4 Pemantauan kinerja Kontrol atas perencanaan mempengaruhi pasokan lahan untuk penggunaan tertentu di pasar. Akibatnya, kinerja pemerintah daerah dan instansi lain yang bertanggungjawab untuk perencanaan penggunaan lahan sering Universitas Sumatera Utara 71 dipantau untuk mengukur efisiensi dan efektivitas. Indikator kineja termasuk waktu yang dibutuhkan untuk membuat keputusan. 77 Pengadaan tanah bagi kawasan pembangunan perkantoran sering menjadi persoalan yang menarik perhatian karena sering merugikan masyarakat, terutama apabila lahan tersebut di peroleh dengan cara pelepasan hak dari masyarakat pemilik hak atas tanah tersebut. Persoalan termaksud berkaitan dengan soal besarnya ganti kerugian atau pertukaran lahan yang dirasakan tidak sepadan. Masyarakat sering merasa dirugikan akibat kecilnya uang ganti kerugian atau karena lahan tanah yang dipertukatkan ternyata lebih jelek keadaannya dan tidak sepadan nilai tukarnya. Penyediaan tanah untuk keperluan pembangunan perkantoran itu memilih dan mendahulukan lahan yang terletak di atas tanah negara. Kalau di daerah pedesaan pembangunan sarana dan prasarana dimaksud biasanya dilakukan diatas tanah desa. Akan tetapi, setelah persediaan tanah negara danatau tanah pemerintah menipis, maka dalam kegiatan pembangunan prosedur dan tata cara pengadaan atau penyediaan tanah untuk mendirikan proyek-proyek pembangunan. 78 77 Bernhard Limbong, Op.Cit, hlm 196-199 78 Mustofa dan Suratman, Op.Cit, hlm 280 Universitas Sumatera Utara 72

BAB IV PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH PERTAPAKAN LAHAN

PERKANTORAN NIAS UTARA PASCA PEMEKARAN KABUPATEN

A. Pembebasan Lahan Perkantoran Kabupaten Nias Utara

Berpijak pada batasan pembebasan lahan tersebut, dapat ditemukan dua hal pokok dalam pembebasan lahan, yakni pelepasan hak seseorang atas tanah demi kepentingan lain kepentingan pembangunan untuk umum dan pemberian ganti kerugian atau kompensasi atas pelepasan hal tersebut. Mengingat kedua hal tersebut begitu fundamental, maka pembebasan tanah harus dilakukan dengan cara yang seimbang. 79 Dalam rangka pembebasan lahan ini, telah tercapai kata sepakat mengenai bentukbesarnya ganti rugi, maka pembayaran harus dilaksanakan secara langsung oleh instansi yang bersangkutan dengan penyerahanpelepasan hak atas tanahnya dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya empat orang anggota panitia pembebasan tanah, di antaranya kepala Kecamatan dan Kepala Desa yang bersangkutan. Pembebasan lahan ialah setiap perbuatan yang dimaksud langsung atau tidak langsung melepaskan hubungan hukum yang ada di antara pemegang hakpenguasa atas tanahnya dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang berhakpenguasa atas tanah itu. 80 Selanjutnya penggunaan istilah pembebasan tanah menurut Keppres Nomor 55 tahun 1993, diganti dengan pengadaan tanah, walaupun mengartikan sama 79 Bernhard Limbong, Op.Cit, hlm 161 80 Sudaryo Soimin, Op.Cit, hlm 79-80 Universitas Sumatera Utara