merekomendasikan waktu maksimum 2 jamhari untuk screen based activity. Banyak Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui hasil pengolahan data
menggunakan uji chi-square menggunakan program Statistical Program for Social Sciences SPSS, screen time menunjukan nilai probabilitis P = 0,011
p0,05 yang menunjukan bahwa ada hubungan antara screen time dengan
ketajaman penglihatan.
Posisi membaca menunjukan nilai probabilitas P = 0,129 p0,05 yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara posisi membaca dengan
ketajaman penglihatan. Jarak membaca menunjukan nilai probabilitas P = 0,005 p0,05 yang
menunjukan bahwa ada hubungan antara posisi membaca dengan ketajaman penglihatan.
Riwayat Orang Tua menunjukan nilai probabilitas P = 0,016 p0,05 yang menunjukan bahwa ada hubungan antara riwayat orang tua dengan
ketajaman penglihatan pada anak.
5.1.4. Pembahasan
Miopia merupakan salah satu penyebab utama penurunan ketajaman penglihatan pada anak-anak usia sekolah, sedangkan ketajaman penglihatan yang
baik sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar Saw, 2003. Dalam penelitian ini faktor riwayat orang tua berhubungan dengan
miopia. Hal ini mengikuti pola dose response pattern, dimana anak yang kedua orang tuanya miopia dengan persentasi 32,9, anak yang salah satu orang tuanya
miopia dengan persentasi 38,6 dan anak yang orang tuanya tidak miopia dengan persentasi 28,6. Dalam penelitian lain juga menunjukkan faktor resiko
keturunan adalah faktor terpenting yang menyebabkan miopia. Prevalensi miopia 33-60 pada anak dengan kedua orang tua miopia. Pada anak yang salah satu
orang tua miopia prevalensinya 23-40, dan hanya 6-15 anak mengalami
miopia yang tidak memiliki orang tua miopia Goss dkk, 2006.
Screen Time didefinisikan sebagai durasi waktu yang digunakan untuk melakukan screen based activities atau aktivitas depan layar media elektronik
Universitas Sumatera Utara
tanpa melakukan aktifitas olahraga misalnya duduk menonton televisi atau video, bermain game di komputer, laptop, handphone, maupun gadget.
Salah satu klasifikasi yang sering dipakai ialah berdasarkan rekomendasi waktu maksimum dari The American academi of Pediatrics. Asosiasi ini riset
yang menggunakan standar ini untuk mengklasifikasikan screen time Kairupan, T.2012.
Screen time pada Siswa-siswi Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah memiliki screen based activity 2 jamhari yang tinggi
yaitu 72,9. Hal ini menunjukan bahwa sangat banyak aktivitas yang dilakukan anak-anak didepan layar 2 jamhari. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Kairupan 2012 di SMP Kristen Eben Haezar 2 Manado menyatakan bahwa siswa yang memiliki screen time 2 jamhari lebih banyak.
Faktor screen time berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan. Penelitian ini juga sejalan dengan Wati 2008 yang mengatakan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara lama menonton televisi dengan gangguan ketajaman penglihatan dengan nilai p = 0,000. Hal ini disebabkan
karena screen based activity atau waktu di depan layar kaca pada anak-anak terlalu tinggi sehingga mempengaruhi ketajaman penglihatan.
Lingkungan sekolah merupakan salah satu pemicu terjadinya penurunan ketajaman penglihatan pada anak seperti sarana dan prasarana sekolah yang tidak
ergonomis saat proses belajar mengajar Wati, 2008 oleh karena itu posisi akan mempengaruhi anak saat membaca yang dapat dilihat dari distribusi responden
berdasarkan posisi membaca yang memiliki persentasi sebanyak 62,9 anak membaca dengan posisi duduk tidak tegak posisi tidur atau tengkurap.
Pengujian statistic menurut Wati 2008 tentang hubungan antara posisi membaca dengan ketajaman penglihatan memiliki nilai p = 0,000 p0,05
sehingga menunjukan adanya hubungan antara kebiasaan posisi saat membaca dengan gangguan penurunan ketajaman penglihatan. Namun penelitian dari Wati
berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah yang memiliki nilai p = 0,129 p0,05 yaitu
tidak ada hubungan antara posisi membaca dengan penurunan ketajaman
Universitas Sumatera Utara
penglihatan dan hal ini disebabkan karena Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah merupakan salah satu sekolah unggulan yang memiliki
sarana dan prasarana yang baik saat proses belajar mengajar. Jarak membaca pada Siswa-siswi Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan
Shafiyyatul Amaliyyah dapat dilihat pada distribusi responden berdasarkan jarak membaca, dan siswa yang membaca dengan jarak 30 cm menunjukan persentasi
cukup tinggi yaitu 74,3 yang sejalan dengan penelitian dari Wati 2008 menunjukan persentasi 54,0.
Pengujian statistic mencari hubungan antara jarak membaca dengan ketajaman penglihatan menunjukan nilai p = 0,005 p0,05 sehingga ada
hubungan antara jarak membaca dengan penurunan ketajaman penglihatan pada Siswa-siswi Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah yang
didukung oleh penelitian dari Wati 2008 yang menunjukan nilai p = 0,000 p0,05 sehingga ada hubungan yang bermakna antara jarak membaca dengan
ketajaman penglihatan. Menurut penelitian dari Fachrian dkk 2009 persentasi siswa dengan
visus tidak normal 51,9 dan menurut penelitian Wati 2008 di berbagai Sekolah Dasar Kabupaten Bantul menunjukan persentasi 71,0. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah, menunjukan bahwa Siswa-siswi Sekolah Dasar Yayasan
Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah memiliki ketajaman penglihatan yang tidak normal yaitu berjumlah 65,7.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN