Pemilu Inklusif Asas-asas Pemilihan Umum

12 untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan alternatif kebijakan umum; sebagai mekanisme memindahkan konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan-badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil terpilih atau partai yang memenangkan kursi, sehingga integrasi atau kesatuan masyarakat tetap terjamin; dan sebagai sarana mobilisasi, menggerakkan atau menggalang dukungan rakyat terhadap negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses politik. Melibatkan orang-orang disabilitas dalam proses politik menyediakan dasar untuk mengurusutamakan keterlibatan mereka dalam semua aspek masyarakat. Selama pemilu, ranah kewarganegaraan seringkali ditampilkan pada media pemerintah dan non pemerintah, dan lalu didefinisikan dalam kesadaran publik. Ini adalah kesempatan untuk menembus stigma sosial dengan memastikan bahwa orang-orang disabilitas muncul bersama dengan warga negara lain sebagai peserta aktif dalam proses politik. Orang-orang disabilitas memainkan peranan yang sama dalam dengan semua warga negara lainnyadalam proses pemilihan, termasuk bekerja sebagai penyelenggara pemiluatau KPPS, memilih, menjadi calon pejabat, mengadvokasi kebijakan, memantau proses pemungutan dan penghitungan suara, melaporkan, mendidik pemilih, dan berkampanye untuk calon dan partai politik. Dalam pasal 29 CRPD Convention on the Rights of Persons with Disabilities CRPD Pihak Negara akan menjamin kepada penyandang 13 disabilitas hak politik beserta kesempatan untuk menggunakannya pada tingkat yang setara dengan orang lain dan akan melakukan: 1. Memastikan bahwa penyandang disabilitas dapat ikut serta dalam kehidupan publik dan politik secara efektif dan penuh pada tingkat yang sama dengan yang lain, baik secara langsung ataupun melalui perwakilan yang dipilih secara bebas, termasuk hak dan kesempatan untuk memilih dan dipilih dengan: i. Memastikan prosedur, fasilitas, dan bahan pemungutan suara sesuai, mudah diakses serta mudah dipahami dan digunakan; ii. Melindungi hak penyandang disabilitas untuk memilih dengan menggunakan surat suara rahasia baik di pemilu maupun di referendum umum tanpa intmidasi, dan untuk mencalonkan diri, untuk dengan efektif memegang kekuasaan dan melaksanakan semua tugas publik pada setiap tingkat pemerintahan, dengan menyediakan teknologi baru dan membantu dimana tepat; iii. Menjamin kebebesan ekspresi dari kehendak penyandang disabilitas sebagai pemilih hingga, dimana dibutuhkan, atas permintaan mereka, memperbolehkan bantuan dalam pemungutan suara oleh orang pilihan mereka; 2. Mendorong secara aktif lingkungan dimana penyandang disabilitas dapat ikut serta secara efektif dan penuh dalam masalah urusan publik, termasuk: 14 i. Partisipasi dalam lembaga swadaya masyarakat dan asosiasi yang perhatian dengan kehidupan publik dan politik negara, beserta kegiatan dan administrasi partai politik; ii. Membentuk dan bergabung dengan organisasi penyandang disabilitas untuk mewakili orang penyandang disabilitas pada tingkat internasional, nasional, regional dan lokal. Pemilu inklusif dimaksudkan sebagai manifestasi pelaksanaan demokrasi yang sesuai degan kaidah hukum. Hukum-hukum pemilu inklusif secara garis besar harus memiliki sifat-sifat berikut IFES, 2014:39 : 1. Hak pilih universal, termasuk orang di bawah perwalian 2. Tidak ada syarat medis atau bahasa bagi calon maupun pemilih 3. Fleksibilitas untuk mencari solusi kreatif untuk TPS yang tidak aksesibel, dengan tujuan akhir aksesibilitas permanen 4. Hak untuk memilih rahasia, dan, jika diinginkan, untuk dibantu oleh orang yang dipilih oleh pemilih 5. Penyediaan akomodasi yang wajar, seperti panduan surat suara takil.

3. Good Governance

Terminologi governance mengemuka setelah adanya studi yang dilaksanakan pada tahun 1989. Dalam studi ini, terminologi “governance”didefinisikan sebagai “the exercise of political power to manage an nation’s affair” World Bank, 1989. Sejak publikasi tersebut, terminologi ini menjadi popular dan dijadikan sebagai kriteria dalam 15 bantuan pembangunan kepada Negara-negara berkembang. Terminologi “governance” lebih merupakan tradisi, institusi dan proses determinasi penyelenggaraan kekuasaan Negara yang melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan serta berdasarkan kepentingan publik. Jika mengacu pada program World Bank dan United Nation Development Program UNDP, orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan good governance. Pengertian good governance sering diartikan sebagai kepemerintahan yang baik. Gunawan Sumodiningrat 1999:251 menyatakan bahwa good governance adalah upaya pemerintahan yang amanah dan untuk menciptakannya pemerintah perlu adanya desentralisasi dan sejalan kaidah penyelengaraan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. Sementara itu, World Bank mendefinisikan good governance sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administrasi, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha Mardiasmo, 2002:18. Adapun karakteristik pelaksanaan good governance meliputi beberapa hal seperti berikut : a. Participation. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga