commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhir – akhir ini angka harapan hidup di Indonesia semakin meningkat. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin bertambah.
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia tersebut membawa implikasi pada berbagai aspek kehidupan dalam berkeluarga maupun bermasyarakat. Salah
satunya adalah meningkatnya masalah kesehatan baik fisik maupun psikis pada usia lanjut. Oleh karena itu, alangkah lebih bijaksana jika lebih menambah
perhatian terhadap masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia lanjut, terutama penyakit pembesaran prostat jinak.
Pembesaran prostat dianggap sebagai bagian dari proses pertambahan usia, seperti halnya rambut yang memutih. Oleh karena itulah dengan meningkatnya
usia harapan hidup, meningkat pula prevalensi PPJ.
Office of Health Economic
Inggris telah mengeluarkan proyeksi prevalensi PPJ bergejala di Inggris dan Wales beberapa tahun ke depan. Pasien PPJ bergejala yang berjumlah sekitar
80.000 pada tahun 1991, diperkirakan akan meningkat menjadi satu setengah kalinya pada tahun 2031. Tidak semua pasien PPJ berkembang menjadi PPJ yang
bergejala
symptomatic P PJ
. Penelitian pada otopsi ditemukan 20 PPJ terdapat pada usia 41-50 tahun, 50 PPJ pada usia 51 – 60 tahun, 65 PPJ pada pria usia
61 – 70 tahun, 80 PPJ pada pria 71 – 80 tahun dan 90 PPJ pada usia 81 – 90 tahun. Sedangkan prevalensi PPJ yang bergejala pada pria berusia 40-49 tahun
commit to user
2 mencapai hampir 15. Angka ini meningkat dengan bertambahnya usia, sehingga
pada usia 50-59 tahun prevalensinya mencapai hampir 25, dan pada usia 60 yahun mencapai angka sekitar 437. Angka kejadian PPJ di Indonesia yang pasti
belum pernah diteliti, tetapi sebagai gambaran hospital prevalence di dua rumah sakit besar di Jakarta yaitu RSCM dan Sumberwaras selama 3 tahun 1994-1997
terdapat 1040 kasus. IAUI, 2003; Wein, 2001 Pembesaran jaringan prostat yang berlebihan akan menekan uretra yang
sewaktu-waktu dapat menutup lumen uretra. Hal ini dapat mengakibatkan buang air kecil tidak lancar, pancaran urine lemah, dan urine banyak tersisa dalam
kandung kemih. Lebih lanjut, menurut Syamsudhidajat 2005 retensi urin pada kandung kemih dapat menyebabkan terjadinya batu endapan. Akan tetapi, PPJ
mungkin tidak selalu berhubungan dengan endapan urin. Menurut As’ari 2009, pembesaran volume prostat yang menjadi diagnosis untuk PPJ tidak selalu
berhubungan dengan besarnya volume residu urin, sedangkan endapan urin hanya dapat terjadi apabila ada cukup residu urin. Secara tidak langsung hal ini merujuk
pada tidak selalu berhubungannya PPJ dengan endapan urin di residu urin pada penderita PPJ.
Oleh karena itu, peneliti mencoba melihat kembali apakah ada hubungan antara endapan urin pada kandung kemih dengan Pembesaran Prostat Jinak PPJ
yang dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi.
commit to user
3
B. Perumusan Masalah