commit to user
3
B. Perumusan Masalah
Adakah hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran endapan urin di kandung kemih pada
pemeriksaan ultrasonografi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran
endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi sehingga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya
maupun menambah pengetahuan dalam bidang radiologi.
2. Manfaat aplikatif
Dengan mengetahui hubungan tersebut dapat digunakan sebagai bahan diagnosa penunjang dan tindakan pencegahan untuk terjadinya gangguan lebih
lanjut.
commit to user
4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prostat
a. Anatomi Prostat
Gambar 1. Letak Anatomis Kelenjar Prostat. Furqan, 2003
Prostat adalah suatu organ kelenjar yang fibromuskular, yang terletak persis di bawah kandung kemih. Kelenjar ini terdiri atas jaringan
kelenjar dinding uretra yang mulai menonjol pda masa pubertas Syamsuhidajat, 2005. Prostat pada orang dewasa normal kira-kira 20
gram, di dalamnya terdapat uretra posterior dengan panjangnya 2,5 – 3 cm. Pada bagian anterior disokong oleh ligamentum pubo-prostatika yang
melekatkan prostat pada simpisis pubis. Pada bagian posterior prostat
commit to user
5 terdapat vesikula seminalis, vas deferen, fasia denonvilliers dan rectum.
Fasia denonvilliers berasal dari fusi tonjolan dua lapisan peritoneum, fasia ini cukup keras dan biasanya dapat menahan invasi karsinoma prostat ke
rectum sampai suatu stadium lanjut. Pada bagian posterior ini, prostat dimasuki oleh ductus ejakulatorius yang berjalan secara oblique dan
bermuara pada veromentanum didasar uretra prostatika persis dibagian proksimal spingter eksterna. Pada permukaan superior, prostat melekat
pada
bladder outlet
dan spingter interna sedangkan dibagian inferiornya terdapat diafragama urogenitalis yang dibentuk oleh lapisan kuat fasia
pelvis, dan perineal membungkus otot levator ani yang tebal. Diafragma urogenital ini pada wanita lebih lemah oleh karena ototnya lebih sedikit
dan fasia lebih sedikit. Furqan, 2003
b. Histologi Prostat
Menurut klasifikasi Lowsley; prostat terdiri dari lima lobus: anterior, posterior, medial, lateral kanan dan lateral kiri. Sedangkan
menurut Mc Neal, prostat dibagi atas : zona perifer, zona sentral, zona transisional, segmen anterior dan zona spingter preprostat. Secara
histopatologik, kelenjar prostat terdiri atas komponen kelenjar dan stroma. Komponen stroma ini terdiri atas otot polos, fibroblast, pembuluh darah,
saraf, dan jaringan penyangga lain. Prostat normal terdiri dari 50 lobulus kelenjar. Duktus kelenjar-kelenjar prostat ini lebih kurang 20 buah, secara
terpisah bermuara pada uretra prostatika, dibagian lateral verumontanum,
commit to user
6 kelenjar-kelenjar ini dilapisi oleh selapis epitel torak dan bagian basal
terdapat sel-sel kuboid. Furqan, 2003; Purnomo, 2008
c. Fisiologi Prostat
Fungsi kelenjar prostat antara lain:
1. Mengeluarkan cairan alkalis yang menetralkan sekresi vagina yang
asam, suatu fungsi penting karena sperma lebih dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang sedikit basa. Kelenjar prostat dikelilingi oleh
otot polos yang berkontraksi selama ejakulasi, mengeluarkan lebih kurang 0,5 ml cairan prostat. Sherwood, 2001; Furqan, 2003
2. Menghasilkan enzim-enzim pembekuan dan fibrinolisin. Enzim-enzim
pembekuan prostat bekerja pada fibrinogen dari vesikula seminalis untuk menghasilkan fibrin, yang ”membekukan” semen sehingga
sperma yang diejakulasikan tetap tertahan di saluran reprodksi wanita saat penis ditarik keluar. Segera setelah itu, bekuan seminal diuraikan
oleh fibrinolisin, suatu enzim pengurai fibrin dari prostat, sehingga sperma motil yang dikeluarkan dapat bebas bergerak dalam saluran
reproduksi wanita. Sherwood, 2001
2. Pembesaran Prostat Jinak PPJ atau
Benign Prostate Hyperplasia
BPH
Bila mengalami pembesaran, prostat akan menyebabkan buntunya uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin keluar dari kandung kemih.
Salah satu keadaan yang dapat menyebabkan hal itu adalah
Benign Prostate Hyperplasia
BPH atau Pembesaran Prostat Jinak PPJ. Pembesaran ukuran
commit to user
7 prostat ini akibat adanya hyperplasia stroma dan sel epitelial mulai dari zona
periurethra. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional, sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona
perifer. Purnomo, 2008; Birowo, 2000; Leveillee, 2006; Kim, 2006
a. Etiologi
Faktor risiko untuk PPJ antara lain, umur, riwayat keluarga, konsumsi makanan kurang serat, dan merokok. Akan tetapi, hingga
sekarang, penyebab PPJ masih belum dapat diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa PPJ erat kaitannya dengan
peningkatan kadar dihidrotestosteron DHT dan proses penuaan. Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia
prostat: Purnomo, 2008; Amalia, 2007
1 Teori dihidrotestosteron
Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone testosteron. Pada kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah
menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron DHT dengan bantuan enzim 5
α – reduktase. DHT inilah yang secara langsung memicu m- RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis
protein growth factor
yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat. Purnomo, 2008
commit to user
8 NADPH NADP
Testosterone Dihidrotestosteron 5 α - Reduktase
Gambar 2. Perubahan Testosteron menjadi Dihidrotesteron oleh
Enzim 5 α – Reduktase Purnomo, 2008
Pada berbagai penelitian, aktivitas enzim 5 α – reduktase dan
jumlah reseptor androgen lebih banyak pada PPJ. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat menjadi lebih sensitif terhadap DHT
sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan prostat normal.Purnomo, 2008
2 Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun, sedangkan kadar estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan
estrogen : testosteron relatif meningkat. Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan
cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen dan
menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat apoptosis. Akibatnya, dengan testosteron yang menurun merangsang terbentuknya sel-sel
baru, tetapi sel-sel prostat yang telah adaptasi mempunyai umur yang
commit to user
9 lebih panjang sehingga massa prostat menjadi lebih besar. Purnomo,
2008 3
Interaksi stroma-epitel Cunha 1973 membuktikan bahwa diferensiasi dan
pertumbuhan sel - sel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator
growth factor
. Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel
stroma mensintesis suatu
growth factor
yang selanjutnya mempengaruhi sel stroma itu sendiri, yang menyebabkan terjadinya
proliferasi sel-sel epitel maupun stroma.Purnomo, 2008 4
Berkurangnya kematian sel prostat Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik
homeostatis kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan kematian sel.
Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin meningkat sehingga
mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga hormon androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel karena
setelah dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.Purnomo, 2008
5 Teori sel stem
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel baru. Dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel
commit to user
10 stem, yaitu sel yang mempunyai kemampuan berproliferasi sangat
ekstensif. Kehidupan sel ini bergantung pada hormon androgen, di mana jika kadarnya menurun misalnya pada kastrasi, menyebabkan
terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya proliferasi sel-sel pada PPJ diduga sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi
produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel. Purnomo, 2008
b. Patofisiologi Pembesaran Prostat Jinak
Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin sehingga
menyebabkan tingginya
tekanan intravesika.
Untuk dapat
mengeluarkan urin, kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan, menyebabkan terjadinya perubahan anatomik
kandung kemih, yakni: hipertropi otot destrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel kandung kemih. Perubahan
struktur pada kandung kemih tersebut dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau
Lower Urinary Tract Symptoms
LUTS. Keluhan yang ada dibagi menjadi gejala dan tanda obstruksi dan iritasi. Purnomo, 2008; Syamsuhidajat, 2005
Gejala dan tanda obstruksi jalan kemih berarti penderita harus menunggu pada permulaan miksi, miksi terputus, menetes pada akhir
miksi. Sulit memulai miksi
hesitancy
menunjukan adanya pemanjangan periode laten, sebelum kandung kemih dapat
commit to user
11 menghasilkan tekanan intra-vesika yang cukup tinggi karena otot
detrusor lambat berkontraksi dengan cukup kuat untuk melawan tahanan akibat pembesaran prostat. Selain itu, pancaran miksi menjadi
lemah oleh karena lumen urethra mengecil dan tahanan di dalam urethra meningkat. Waktu miksi juga bertambah panjang akibat aliran
urin yang terhambat. Otot detrusor yang terus menerus berusaha untuk menghasilkan tekanan yang lebih tinggi utnuk mengeluarkan urin
akibat obstruksi jalan kemih akhirnya pun akan melemah akibat ‘kelelahan’. Pada PPJ, otot detrusor gagal berkontraksi cukup lama
untuk menghasilkan tekanan intra vesica yang cukup sehingga kontraksi terputus-putus dan akibatnya miksi pun terputus.
Terputusnya aliran urin menyebabkan adanya sisa urin di dalam vesica urianaria sehingga pasien biasanya merasa belum puas sehabis miksi.
Jika keadaan ini berlanjut pada suatu saat akan terjadi kemacatan total, sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. Karena produksi urin terus
terjadi maka pada suatu saat vesika tidak mampu lagi menampung urin sehingga tekanan intra vesika terus meningkat. Apabila tekanan vesika
menjadi lebih tinggi dari pada tekanan spingter dan obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. Syamsuhidajat, 2005; Furqan, 2003
Gejala iritasi disebabkan karena hipersensitivitas otot detrusor. Pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau pembesaran
prostat menyebabkan rangsangan pada kandung kemih, sehingga vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh. Akibat dari hal
commit to user
12 tersebut antara lain bertambahnya frekwensi miksi, nokturia, miksi
sulit ditahan, dan disuria. Gejala dan tanda ini diberi skor untuk menentukan berat keluhan klinik. Syamsuhidajat, 2005
Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian kandung kemih tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan
pada kedua muara ureter ini menimbulkan aliran balik dari kandung kemih ke ureter atau terjadinya refluks vesikoureter. Jika berlangsung
terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi
infeksi. Purnomo, 2008; Syamsuhidajat, 2005 Pada waktu miksi penderita harus selalu mengedan sehingga
lama kelamaan menyebabkan hernia atau hemorroid. Infeksi yang menyertai residual urine akan memperberat gejala, karena akan
menambah obstruksi akibat inflamasi sekunder dan oedem. Purnomo, 2008; Syamsuhidajat ,2005; Furqan, 2003
c. Diagnosis Pembesaran Prostat Jinak
Pada PPJ, terjadi kenaikan volume kelenjar prostat. Voume kelenjar prostat yang normal adalah 20 cc. Cara mengukur volume
prostat dengan menggunakan USG yaitu dengan rumus: Beckman, 2005
commit to user
13 0,52 ×
æ1 × æ2 × æ3 ð2 d1 = diameter transversal
d2 = diameter longitudinal d3 = diameter sagital
Akan tetapi, PPJ pada dasarnya merupakan hasil diagnosis secara histologi. PPJ berasal dari bertambahnya jumlah sel di zona
transisi kelenjar prostat. Evaluasi mikroskopik membuktikan bahwa bentuk pertumbuhan noduler yang terjadi terdiri dari jumlah yang
bervariasi dari sel-sel pada stroma dan epitel. Pada stroma terdapat jumlah yang bervariasi juga dari kolagen dan otot polos. Perbedaan
predominan komponen histologi dari PPJ ini dapat membantu untuk mengetahui terapi obat yang dapat terespon secara maksimal. Terapi
Alpha-blocker dapat terespon secara maksimal pada pasien PPJ dengan komponen predominan otot polos, sedangkan pada PPJ
dengan predominan komponen epitel merespon dengan lebih baik apabila menggunakan 5-alpha-reductase inhibitor. Pasien dengan
komponen predominan kolagen, sebaiknya menggunakan terapi prstatektomi. Pada prostat normal, perbandingan epitel dengan stroma
pada pemeriksaan histologi adalah 21,6 - 50 : 60 - 78, atau apabila dirata-rata sekitar 1:2. Pada PPJ simtomatik, perbandingan
tersebut dapat berubah hingga menjadi 1:4 atau 1:5. Hal inilah yang kemudian menyebabkan tersumbatnya uretra. Bairy, 2009
commit to user
14 Untuk menentukan derajat obstruksi pada pasien dengan
Lower Urinary Track Symptom
LUTS sebaiknya menggunakan pemeriksaan
pressure flow
. Hal ini dikarenakan, besarnya volume prostat dan volume residu urin tidak selalu berhubungan dengan ada
tidaknya obstruksi maupun dengan beratnya LUTS. Menurut Soetojo, kecepatan aliran urin puncak yang normal apabila 15 mldtk.
Apabila kecepatannya antara 10-15 mldtk, maka telah terjadi obstruksi ringan. Pasien dapat dinilai telah mengalami obstruksi
apabila kecepatan aliran urin puncak 10 mldtk. Prasetyawan, 2003; As’ari, 2009; Soetojo, 2008
Pemeriksaan USG prostat pada PPJ bertujuan untuk menentukan volume Benigna Prostat Hyperplasia, menentukan derajat
disfungsi kandung kemih, menilai bentuk dan besar prostat, menentukan volume residual urine dan menilai pembesaran prostat
jinakganas. Apabila terlihat konsistensi hipoekoik maka dapat dicurigai adanya keganasan. Pemeriksaan ultrasonografi prostat tidak
direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin, kecuali hendak menjalani terapi: a inhibitor 5-
α reduktase, b termoterapi, c pemasangan stent, d TUIP atau e prostatektomi terbuka. Menilai
bentuk dan ukuran kelenjar prostat dapat dilakukan melalui pemeriksaan transabdominal TAUS ataupun transrektal TRUS.
Jika terdapat peningkatan kadar PSA, pemeriksaan USG melalui transrektal TRUS sangat dibutuhkan guna menilai kemungkinan
commit to user
15 adanya karsinoma prostat. AUA, 2003; Rosette, 2001; Arisandi,
2008
Gambar 3. Gambaran PPJ pada Pemeriksaan USG Trans Abdominal Sutton, 2003
Pada pemeriksaan uretrositografi untuk pasien PPJ, tampak adanya kalsifikasi prostat, atau bayangan jaringan lunak,
filling defect
di dasar vesica urinaria, bentuk bulat, jumlah
single
, batas tegas, tepi reguler, ukuran kurang lebih 5 cm. Terdapat juga penyempitan lumen
uretra pars prostatica, gambaran
fish hooking J Shape
pada ujung bawah ureter, pembentukan divertikulum pada Kandung kemih. Selain
itu, pada pemeriksaan, kemungkinan didapatkan juga gambaran striktur uretra. Striktur Uretra yaitu penyempitan lumen uretra disertai
dengan menurunnya elastisitas aringan uretra. Sering terjadi di pars bulbaris lebih kurang 60-70. Malueka, 2007
commit to user
16 Tingkat keparahan penderita PPJ dapat diukur dengan skor
IPSS
Internasional Prostate Symptom Score
diklasifikasi dengan skore 0-7 penderita ringan, 8-19 penderita sedang dan 20-35 penderita
berat Furqan, 2003. Ada juga yang membagi berdasarkan derajat penderita
hiperplasi prostat
berdasarkan gambaran
klinis:
Syamsuhidajat, 2005; Arisandi, 2008 1
Derajat I : Colok dubur : penonjolan prostat ± 1 – 2 cm, batas atas mudah diraba, sisa volume urin 50 ml, berat + 20 gram,
pancaran lemah, dan necturia. 2
Derajat II : Colok dubur: penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai, sisa volume urin 50-100 ml, beratnya + 20 – 40 gram,
keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah berat, panas badan tinggi menggigil, nyeri daerah pinggang.
3 Derajat III: Colok dubur; batas atas prostat tidak dapat diraba, sisa
volume urin100 ml, penonjolan prostat ± 3 – 4 cm, dan beratnya 40 gram.
4 Derajat IV : Terjadi retensi urin total, inkontinensia, prostat lebih
menonjol dari 4 cm, dan ada penyulit keginjal seperti gagal ginjal, hydroneprosis.
commit to user
17
3. Endapan urin
Menurut Dorland, endapan urin adalah suspensi partikel padat atau semi padat dalam cairan yang dapat atau tidak dapat menjadi cairan kental
sejati. Endapan urin adalah hasil pengendapan pada residu urin. Konsistensi seperti kapur atau pasir halus dan berwarna abu-abu putih. Endapan urin
dapat terbentuk di dalam ginjal atau ureter, tetapi sebagian besar endapan terlihat dalam kandung kemih. Pada pemeriksaan USG, endapan ini terlihat
hiperechoic
bila dibandingkan dengan urin sendiri yang terlihat gelap. Brown, 2006; Dorland, 2002
A. B.
Gambar 4. A. Hasil USG VU Normal B. USG VU dengan Endapan Urin Sutton, 2003
Untuk memeriksa unsur-unsur pada endapan urin ini diperlukan pemeriksaan sedimen urin. Pemeriksaan tersebut merupakan salah satu dari
tiga jenis pemeriksaan rutin urin yaitu pemeriksaan makroskopis, pemeriksaan mikroskopis pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan kimia
urin. Pada pemeriksaan makroskopik yang diperiksa adalah volume. warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pemeriksaan kimia urin dipakai
commit to user
18 untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen
dan nitrit. Wirawan, 2003 Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu
pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Lazimnya unsur
sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan non-organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel,
eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang non-organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat
amorf dan Kristal. Eritrosit atau leukosit didalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam
keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 — 5LPK dan pada wanita dapat pula karena
kontaminasi dari genitalia. Silinder adalah endapan protein yang terbentuk di dalam tubulus ginjal, mempunyai matrix berupa glikoprotein protein Tamm
Horsfall dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Dikenal bermacam-macam silinder yang berhubungan dengan berat
ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan normal bisa didapatkan sedikit eritrosit, lekosit dan silinder hialin. Silinder
hyaline normal terdapat pada urin dengan jumlah 5-10 per LPK. Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu di dalam saluran kemih.
Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti,
commit to user
19 karena kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal.
Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Epitel merupakan unsur sedimen
organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin. Wirawan, 2003
Pada PPJ sendiri, unsur sedimen yang paling banyak terdapat antara lain adalah eritrosit, leukosit, dan bakteri. Keberadaan dari endapan urin ini
mengiritasi dan dapat menyebabkan luka pada dinding Kandung kemih sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan mukosa. Hal ini lebih lanjut
terlihat pada terjadinya hematuria makros darah pada urin. Terkumpulnya endapan urin yang lebih banyak dapat menyebabkan obstruksi aliran kemih
sehingga lama kelaman menjadi tidak dapat mengeluarkan urin sama sekali. Praag, 2003; Dwi, 2010
4. USG
Ultrasonografi merupakan penggunaan gelombang suara frekuensi sangat tinggiultrasonik 3,5 – 5 MHz yang dihasilkan oleh kristal piezo-
elektrik pada transducer untuk membantu diagnosis. Yang digunakan dalam bidang kedokteran antara 1-10 MHz. Malueka, 2007
Gelombang tersebut berjalan melewati tubuh dan dipantulkan kembali secara bervariasi, tergantung pada jenis jaringan yang terkena gelombang.
Dengan transducer yang sama, selain mengirimkan suara, juga menerima suara yang dipantulkan dan mengubah sinyal menjadi arus listrik, yang
commit to user
20 kemudian diproses menjadi gambar skala abu-abu. Citra yang bergerak
didapatkan saat transducer digerakkan pada tubuh. Potongan-potongan dapat diperoleh pada setiap bidang dan kemudian ditampilkan pada monitor. Tulang
dan udara merupakan konduktor suara yang buruk, sehingga tidak dapat divisualisasikan dengan baik, sedangkan cairan memiliki kemampuan
menghantarkan suara dengan sangat baik. Malueka, 2007 Kandung kemih pada USG memperlihatkan bentuk
teardrop anechoic
pada penampakan longitudinal. Sedangkan pada penampakan transversal, kandung kemih terlihat rektangular. Ketebalan dinding kandung kemih
tergantung pada pengisian kandung kemih. Akibat pembesaran prostat, pada kandung kemih biasanya terjadi divertikulum. Divertikulum pada gambaran
USG diperlihatkan dengan pelebaran dinding tipis
anechoic
dari lumen kandung kemih. Bentuk divertikulum dapat bervariasi dari
teardrop
sampai semisirkuler, tergantung lebar leher divertikulum. Urin pada kandung kemih
terlihat
anechoic
pada pemeriksaan USG. Sedangkan endapan urin terlihat
hyperechoic
. Peterson, 2008 Pada pemeriksaan USG kelenjar prostat, zona sentral dan perifer
prostat terlihat abu-abu muda sampai gelap homogen. Sedangkan zona transisional yang terletak lebih anterior terlihat hipoekogenik heterogen.
Keheterogenan dan kehipoekogenikan tergantung dari variasi jumlah sel stromal dan epitelial kelenjar. Peterson, 2008
Zona transisional biasanya merupakan 5 bagian pada prostat laki- laki muda normal. Akan tetapi dapat menjadi 90 bagian prostat pada pasien
commit to user
21 PPJ. Dengan meningkatnya ukuran zona transisional, zona perifer dan sentral
prostat menjadi tertekan ke belakang. Selain itu, zona transisional yang membesar juga melebar ke arah distal sehingga menyebabkan
overhanging
apex zona perifer. Hal tersebut dapat dilihat melalui TRUS. Selain itu, melalui TAUS, dapat dilihat terdapat pembesaran lobus median prostat ke
arah intra-vesikal protrusi dan gambaran residu urin dalam jumlah banyak 40 cc. Peterson, 2008
commit to user
22
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Ada hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi.
Uretra menyempit
Aliran urin terhambat
Pembesaran Prostat Jinak PPJ
Menekan uretra pars prostatika
Pembesaran kelenjar prostat
Retensi urin
Residu urin
Endapan urin Protrusi Prostat
commit to user
23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik non- eksperimental dengan pendekatan
cross sectional
prospektif dan retrospektif
Januari – Desember 2009. .
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
C. Subjek penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang dimintakan gambar USG.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah subjek dalam populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
a Kriteria inklusi:
1 Jenis kelamin laki-laki.
2 Umur
≥ 50 tahun. 3
Pasien dengan PPJ.
commit to user
24 b
Kriteria eksklusi: 1
Pasien laki-laki dengan pembesaran massa pada sistem urinaria kecuali PPJ.
2 Pasien PPJ dengan kelainan-kelainan pada ginjal.
3 Pasien PPJ dengan urolithiasis.
4 Pasien PPJ dengan kateter.
3. Besar Sampel
Sampel berjumlah 30 orang baik dari pasien yang diteliti langsung maupun sejumlah pasien pada data rekam medis pada Januari – Desember 2008 dan
2009. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: a.
15 pasien dengan PPJ, dan b.
15 pasien non-PPJ.
D. Teknik Sampling