Penyakit Jantung Koroner Diabetes Mellitus Tipe-2 Kelainan pernafasan

Willet, Dietz, and Colditz, 1999. Perkiraan dari Framingham Health Study, kenaikan berat badan dapat menyebabkan 26 kasus hipertensi pada pria dan 28 kasus hipertensi pada wanita Wilson, D’Agostino, dan Sullivan, 2002.

b. Dislipidemia

Obesitas dikaitkan dengan profil lipid yang abnormal. Kelainan lipid yang berkaitan dengan obesitas yaitu konsentrasi serum kolesterol, low- density-lipoprotein LDL, very-low-density-lipoprotein yang sangat rendah VLDL, trigliserida, dan apolipoprotein B, serta penurunan serum high- density-lipoprotein HDL. Mekanisme yang mendasari dislipidemia ini masih belum diketahui secara pasti. Tetapi keadaan ini diketahui melibatkan kombinasi resistensi insulin dan hiperinsulinemia yang merangsang sintesis trigliserida hati dari perombakan sel adiposa melalui proses lipolisis. Hal ini menyebabkan hypertrigliseridemia postprandial, partikel LDL yang lebih kecil dan lebih padat, dan konsentrasi kolesterol HDL berkurang Grundy dan Barnett, 1990.

c. Penyakit Jantung Koroner

Pada penelitian Hubbert 1983 dalam Ibarra 2009 dikatakan bahwa obesitas adalah prediktor penyakit arteri koroner baik sebagai faktor independen dan sebagai pemicu dari beberapa proses aterogenik dari Sindrom Metabolik. Fenomena ini telah djelasan pada Framingham Heart Study, di Manitoba Study, dan Harvard Public Health Nurses Study. Pada Framingham Study, pasien 28-62 tahun diikuti selama 26 tahun. Setelah disesuaikan untuk faktor risiko kardiovaskular lainnya, risiko wanita dengan obesitas dari kelompok usia yang sama adalah 2,4 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan wanita dengan berat badan normal. Universitas Sumatera Utara

d. Diabetes Mellitus Tipe-2

Penelitian Abdullah, Peeters, dan de Courten M, et al. 2010 dalam Public Helath England 2014 disebutkan bahwa terdapat hubungan erat antara obesitas dengan diabetes mellitus tipe 2. Karakteristik dan derajat keparahan diabetes melitus tipe 2 berhubungan erat dengan IMT. Risiko terjadinya diabetes melitus tipe 2 tujuh kali lebih besar pada kelompok dengan obesitas dibandingkan dengan kelompok dengan berat badan yang normal. Sementara itu, diketahui bahwa distribusi lemak tubuh merupakan faktor penentu penting dari peningkatan risiko diabetes. Namun, mekanisme yang tepat yang mendasari hubungan tersebut masih belum jelas.

e. Kelainan pernafasan

Menurut Carmelli dan Bliwise 2000 dalam Villareal, Apovian, Kushner, at al,. 2005, obesitas, terutama obesitas abdominal memiliki hubungan dengan kelainan fungsi paru, sindrom obesitas-hipoventilasi, dan obstructive sleep apnea. Penimbunan lemak terutama pada dinding dada dapat menurunkan pemenuhan volume paru, meningkatkan kerja pernafasan, dan mempersempit volume ventilasi. Dalam sebuah studi prospektif, laki- laki usia tua dengan obesitas mengalami peningkatan terbesar pada nilai Respitarory Distubance Index RDI; angka kejadian apnea dan hipopnea berdasarkan perkiraan lamanya waktu tidur. Kenaikan IMT sebanyak 5 akan meningkatkan nilai RDI sebesar 2 pada wanita usia 20 tahun dengan berat badan normal. Sedangkan pada laki-laki usia 60 tahun dengan obesitas, kenaikan IMT sebanyak 5 akan meningkatkan nilai RDI hingga 27.

2.2. Fungsi paru