dengan derajat yang lebih besar. Bila ventilasi meningkat seluas deflasi maka paru meningkat dengan kontraksi otot-otot pernafasan yang menurunkan volume
intratoraks Syaifuddin, 2001. Pertukaran oksigen dari lingkungan luar dengan karbon dioksida dari
darah pada vena merupakan proses dasar respirasi. Pertukaran ini terjadi pada permukaan alveoli yang berjumlah 300 juta alveoli pada masing-masing paru.
Apabila digabungkan, alveoli memiliki total luas permukaan untuk pertukaran gas yang setara dengan ukuran lapangan tenis NHANES, 2008.
2.1.2. Hubungan Obesitas dengan Fungsi Paru
Obesitas, dikenal sebagai faktor risiko kardiovaskular, juga dapat menyebabkan komplikasi pernafasan yang signifikan. Perubahan pernafasan yang
berhubungan dengan obesitas merupakan perubahan sederhana dalam fungsi pernafasan yang tidak memiliki efek pada pertukaran gas Rabec, Ramos, dan
Veale, 2010. Penelitian oleh Kopelman 1984 dalam Lolo 1999, komplikasi
pernafasan akibat obesitas terjadi akibat akumulasi lemak pada dinding dada dan abdomen sehingga menurunkan volume paru dan menyebabkan perubahan
gambaran ventilasi pada setiap respirasi. Hal ini didukung oleh penelitian Neimark 1990 dalam Sood 2009 bahwa akumulasi lemak pada dinding dada
dapat menurunkan elastisitas dinding dada. Berkurangnya elastisitas dinding dada akan berakibat pada penurunan udara yang dapat masuk ke paru. Menurut
Rochester dan Enson 1974 dalam Sood 2009, hal tersebut dapat menyebabkan terganggunya fungsi otot pernafasan terutama diafragma yang menyebabkan
penurunnan kemampuan diafragma untuk turun pada levelnya pada individu dengan berat badan berlebih dan individu dengan kegemukan sentral, sehingga
tekanan intra torakal akan menjadi kurang negatif dibanding normal. Dinding dada yang tebal oleh lipatan lemak pada keadaan yang lanjut akan sangat
menghambat gerakan bernafas dinding dada, bahkan dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas secara intermite. Pada penelitian Chlif, Keochkerian, Feki, et
al., 2007 dalam Sood 2009, orang dengan obesitas memiliki risiko lebih besar
Universitas Sumatera Utara
untuk terjadinya kelelahan otot pernafasan baik saat latihan fisik maupun saat istirahat. Hal ini juga didukung dengan terjadinya peningkatan kekuatan dan daya
tahan otot perafasan pada subjek obesitas yang mengalami penurunan berat badan. Menurut Liwijaya 1992 dalam Pinzon 1999, dalam kajian yang lebih
mendalam dapat diterangkan pula kerugian berat badan berlebih dalam hubungannya dengan V02 maks. Pada individu yang mempunyai berat badan
normal-berlebih tentu akan mempunyai lipatan lemak lebih banyak. VO2 maks mempunyai arti volume oksigen yang dapat tubuh gunakan saat bekerja sekeras
mungkin. Semakin tinggi VO2 maks seseorang akan semakin tinggi pula kemampuan kerjanya. Individu dengan berat badan berlebih dan lipatan lemak
yang banyak tentu saja mempunyai kecenderungan untuk mempunyai VO2 maks yang lebih rendah dibanding individu dengan lipatan lemak yang lebih sedikit
sehingga kapasitas tubuh untuk dapat menghasilkan energi dan bekerja menjadi semakin terbatas. Hal ini akan menjadi semakin buruk karena dengan
berkurangnya kemampuan kerja individu tersebut akan cenderung menjadi lebih gemuk untuk kemudian akan mengurangi V02 maks nya dan demikian seterusnya
keadaan menjadi semakin parah tanpa disadari.
2.1.3. Pengukuran Uji Fungsi Paru