Kesimpulan Saran Dislipidemia Perbedaan Nilai Fungsi Paru Antara Mahasiswa dengan Obesitas dan Berat Badan Normal di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai rata-rata VT pada individu obesitas dan berat badan normal berturut-turut adalah 0,50 L dan 0,53 L, nilai rata-rata VCI pada individu obesitas dan berat badan normal berturut-turut adalah 3,25 L dan 3,57 L, nilai rata-rata VCE pada individu obesitas dan berat badan normal berturut-turut adalah 1,40 L dan 1,68 L, nilai rata-rata VR pada individu obesitas dan berat badan normal berturut-turut adalah 1,44 L dan 1,39 L, nilai rata-rata KI pada individu obesitas dan berat badan normal berturut-turut adalah 3,76 L dan 4,11 L, nilai rata-rata KV pada individu obesitas dan berat badan normal berturut-turut adalah 5,16 L dan 5,79 L, nilai rata-rata KRF pada individu obesitas dan berat badan normal berturut-turut adalah 2,85 L dan 3,07 L, dan nilai rata-rata KTP pada individu obesitas dan berat badan normal berturut-turut adalah 6,61 L dan 7,18 L. 2. Ditemukan perbedaan yang signifikan nilai fungsi paru; VCE, VR, dan KTP antara individu obesitas dan berat badan normal. Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai fungsi paru; VT, VCI, KI, KV, dan KRF.

6.2. Saran

Bagi masyarakat agar mempertahankan berat badan tetap ideal untuk mendapatkan nilai fungsi paru yang normal. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Obesitas

2.1.1. Definisi

Obesitas didefinisikan sebagai kandungan lemak berlebihan di simpanan jaringan adiposa. Obesitas terjadi jika selama periode waktu tertentu, kilokalori yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh dan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak. Sebagian faktor yang mungkin berperan adalah gangguan emosi dengan makan berlebihan yang menggantikan rasa puas lainnya, pembentukan sel-sel lemak dalam jumlah berlebihan akibat pemberian makanan berlebihan, gangguan endokrin tertentu, gangguan pusat pengatur kenyang-selera makan satiety-appetite center di hipotalamus, kecenderungan herediter, kelezatan makanan yang tersedia, dan kurang berolahraga Sherwood, 2001. Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Seseorang dapat dikatakan obesitas berdasarkan pengukuran Indeks Massa Tubuh IMT dengan membandingkan berat badan dengan tinggi badan kuadrat. Untuk orang dengan obesitas, maka didapatkan hasil IMT 25 kgm 2 . Obesitas tidak hanya berupa kondisi dengan jumlah simpanan kelebihan lemak, namun juga distribusi lemak di seluruh tubuh. Distribusi lemak dapat meningkatkan risiko yang berhubungan dengan berbagai macam penyakit degeneratif WHO, 2000.

2.1.2. Etiologi a. Faktor Genetik

Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperan besar pada kejadian obesitas. Jika kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi terjadinya obesitas pada anak sebesar 14. Tetapi jika hanya salah satu Universitas Sumatera Utara orang tua obesitas, prevalensi terjadinya obesitas sebesar 40. Dan jika kedua orang tua mengalami obesitas, prevalensi terjadinya obesitas pada anak meningkat hingga 80 Mustafa, 2010.

b. Faktor Lingkungan 1. Gaya hidup

Gaya hidup tidak aktif merupakan penyebab utama obesitas. Dimana aktifitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktifitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan sel adiposa. Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan yang erat antara obesitas dan perilaku tidak aktif seperti menonton televisi dalam waktu yang lama Guyton, 2007.

2. Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian obesitas. Penduduk dengan status ekonomi tinggi memiliki peningkatan risiko yang signifikan secara statistik dibandingkan dengan penduduk dengan sosial ekonomi rendah. Hal ini terjadi akibat peningkatan asupan makanan serta aktivitas fisik yang kurang yang sejalan dengan perubahan gaya hidup Shayo dan Mugusi, 2011.

3. Nutrisi

Terjadinya obesitas merupakan dampak dari terjadinya kelebihan asupan energy energy intake dibandingkan dengan yang diperlukan energy expenditure oleh tubuh sehingga kelebihan asupan energi disimpan dalam bentuk lemak. Makanan merupakan sumber dari asupan energi. Karbohidrat, protein dan lemak yang terdapat pada makanan akan diubah menjadi energi di dalam tubuh. Apabila asupan karbohidrat berlebih, maka karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen dalam jumlah terbatas dan sisanya akan disimpan dalam bentuk lemak. Jika asupan Universitas Sumatera Utara protein berlebih, maka akan dibentuk sebagai protein tubuh dan sisanya disimpan dalam bentuk lemak. Sedangkan jika asupan lemak yang berlebih, maka lemak akan disimpan dalam bentuk lemak. Tubuh memiliki kemampuan menyimpan lemak tidak terbatas. Faktor-faktor yang berpengaruh dari asupan makanan yang menyebabkan obesitas adalah kuantitas, porsi sekali makan, kepadatan energi dari makanan yang dimakan, dan kebiasaan makan Nugraha, 2009.

2.1.3. Epidemiologi

Pada tahun 1995, diperkirakan ada 200 juta orang dewasa menderita obesitas di seluruh dunia. Pada tahun 2000, jumlah orang dewasa yang obesitas meningkat menjadi lebih dari 300 juta. Sedangkan di negara berkembang, diperkirakan bahwa lebih dari 115 juta orang menderita obesitas. Kejadian obesitas pada anak juga dilaporkan mengalami peningkatan pesat WHO, 2003; De Onis and Blossner, 2000. Secara global, pada tahun 2005 sekitar 1,6 miliar orang dewasa berusia diatas 15 tahun mempunyai berat badan yang berlebih dengan Indeks Massa Tubuh IMT 25 - 29,9 dan sekurang-kurangnya 400 miliar orang dewasa mengalami obesitas dengan IMT 30,0. Prediksi jangka panjang WHO, pada tahun 2015 angka tersebut akan meningkat menjadi 2,3 miliar orang dewasa mempunyai berat badan yang berlebih dan lebih dari 700 miliar orang akan mengalami obesitas WHO, 2006. Obesitas meningkat seiring dengan usia, memuncak pada kelompok usia 55-64 tahun. Warga dari daerah pemukiman kelas atas memiliki IMT yang lebih tinggi dibandingkan dengan warga dari daerah pemukiman kelas lebih rendah. Penduduk perkotaan memiliki IMT yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk pedesaan Amoah, 2003.

2.1.4. Pengukuran dan Klasifikasi

Indeks Massa Tubuh IMT merupakan indeks pengukuran sederhana untuk kekurangan berat underweight, kelebihan berat overweight, dan obesitas Universitas Sumatera Utara dengan membandingkan berat badan dengan tinggi badan kuadrat. Kriteria obesitas di Asia Pasifik memiliki kriteria lebih rendah daripada kriteria WHO pada umumnya. Kriteria obesitas pada penduduk Asia Pasifik adalah IMT ≥ 25,0. Berdasarkan kriteria obesitas pada penduduk Asia Pasifik, obesitas dibagi menjadi dua kategori, yaitu obesitas tingkat I dengan IMT 25,0 - 29,9 dan obesitas tingkat II dengan IMT ≥ 30,0. World Health Organization Western Pacific Region, 2000 Klasifikasi obesitas berdasarkan IMT untuk orang Asia menurut World Health Organization Western Pacific Region sebagai berikut; Tabel 2.1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik Klasifikasi IMT kgm 2 IMT Kurang gizi 18,50 Normal 18,50 – 22,99 Berat badan berlebih ≥ 23,00 Risiko obes 23,00 – 24,9 Obesitas I 25 – 29,9 Obesitas II ≥ 30,0 Sumber: World Health Organization Western Pacific Region 2000

2.1.5. Komplikasi a. Hipertensi

Hipertensi sangat erat kaitannya dengan obesitas. Pada Swedish Obesity Study dikemukakan bahwa dari seluruh subjek dengan obesitas, 44- 51 mengalami hipertensi Sjostrom, Lindroos, Peltonen, et al., 2004. Disamping itu, kenaikan berat badan juga dikaitkan dengan peningkatan risiko hipertensi. Risiko relatif pada wanita dengan kenaikan berat badan sebanyak 5-9,9 kg adalah sebesar 1,7. Sedangkan wanita dengan kenaikan berat badan sebanyak lebih dari 25 kg memiliki risiko relatif sebesar 5,2 Universitas Sumatera Utara Willet, Dietz, and Colditz, 1999. Perkiraan dari Framingham Health Study, kenaikan berat badan dapat menyebabkan 26 kasus hipertensi pada pria dan 28 kasus hipertensi pada wanita Wilson, D’Agostino, dan Sullivan, 2002.

b. Dislipidemia

Obesitas dikaitkan dengan profil lipid yang abnormal. Kelainan lipid yang berkaitan dengan obesitas yaitu konsentrasi serum kolesterol, low- density-lipoprotein LDL, very-low-density-lipoprotein yang sangat rendah VLDL, trigliserida, dan apolipoprotein B, serta penurunan serum high- density-lipoprotein HDL. Mekanisme yang mendasari dislipidemia ini masih belum diketahui secara pasti. Tetapi keadaan ini diketahui melibatkan kombinasi resistensi insulin dan hiperinsulinemia yang merangsang sintesis trigliserida hati dari perombakan sel adiposa melalui proses lipolisis. Hal ini menyebabkan hypertrigliseridemia postprandial, partikel LDL yang lebih kecil dan lebih padat, dan konsentrasi kolesterol HDL berkurang Grundy dan Barnett, 1990.

c. Penyakit Jantung Koroner