BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seni meramal merupakan salah satu bentuk tradisi yang sudah lama berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul
ketika manusia mulai mencari pengertian akan peristiwa masa depan melalui individu-individu atau kelompok-kelompok manusia yang dianggap memiliki
bakat meramal. Jadi, meramal merupakan prediksi mengenai peristiwa-peristiwa yang akan datang atau kejadian masa lampau.
Salah satu ramalan yang cukup populer di Tiongkok adalah yi jing. Hal ini sesuai dengan pendapat Vincen Koh dalam bukunya yang berjudul Yi Jing
Wisdom Revealed 2011 menyatakan bahwa “yi jing adalah seni meramal Cina kuno”. Seperti yang telah disebutkan, yi jing berisi tentang seni meramal
Tiongkok kuno yang digunakan sebagai subjek utama dalam studi metafisika Tiongkok dan merupakan dasar untuk bidang-bidang studi Tiongkok lainnya
seperti wu chi, tai chi, yin yang, wu xing, dan ba gua. Kitab ini telah berkembang lebih dari 4900 tahun yang lalu.
Vincent Koh dalam bukunya I Ching Wisdom Revealed 2011 dalam bukunya menjelaskan bahwa, Yi Jing awalnya ditemukan oleh kaisar raja Fu Xi
2953 SM - 2838 SM karena pengamatannya yang baik terhadap segala
perubahan alam dan bentuk-bentuk kehidupan termasuk setiap gerakan tubuh, menyimpulkan bahwa semua pergerakan atau perubahan di alam semesta dengan
segala isinya berubah mengikuti hukum kehidupan hukum alam atau li .
Gambar 1.1 Yi Jing
Sumber : http:en.wikipedia.orgwikifile Simbol ba gua merupakan salah satu bidang studi yang terdapat dalam
kitab yi jing. Pengertian simbol ba gua sendiri memiliki banyak arti, diantaranya di artikan sebagai simbol yang berbentuk oktagon persegi delapan dengan simbol
yin yang pada bagian tengahnya yang mewakili alam semesta dan isinya. Ada juga yang mengartikan simbol ba gua sebagai simbol penangkal hal buruk dan baik
yang akan masuk dalam rumah, namun pengertian ini sudah memiliki pergeseran makna yang tidak lagi sesuai dengan sejarah awal simbol ba gua yang pada
awalnya diciptakan kaisar Fu Xi untuk meramal cuaca bagi para petani dalam masa bercocok tanam dan menentukan musim yang baik dalam bercocok tanam.
Dengan banyaknya permintaan untuk meramal mengenai musim dan cuaca, kemudian kaisar Fu Xi mengajarkan cara meramal kepada masayarakat dan
membuat simbol ba gua kedalam simbol berbentuk oktagon persegi delapan
dengan simbol yin yang pada bagian tengahnya sebagai pusat dari alam semesta. Setiap garis pada bagian samping simbol ba gua melambangkan sungai, danau,
laut dll. Seperti pada gambar berikut
Gambar 1.2 Ba gua Tai JiYin Yang
Sumber: http:nipic.com Dengan seiring perkembangan zaman simbol ba gua kemudian mendapat
tambahan menjadi 64 bagian dengan menambahkan unsur kehidupan dan alam semesta didalamnya, 64 diagram ba gua digabungkan dengan nilai budi pekerti
oleh Kong Hu Chu dan mulai diajarkan kepada masyarakat untuk menjadi pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Simbol ba gua sekarang tidak lagi dimaknai dan digunakan seperti zaman dahulu. Pada sekarang masyarakat Tionghoa lebih memaknai sebagai sebuah
simbol sebagai pengusir roh jahat. Dinegara Tiongkok sendiri masyarakat disana lebih mengetahui simbol ba gua sebagai ramalan gossip mengenai nasib
seseorang yang belum tentu kebenarannya, karena simbol ba gua digunakan sebagai ramalan. Akan tetapi, masih ada sebagian masyarakat atau komunitas dan
institusi filsafat Tiongkok kuno yang masih mempelajarinya dan mengajarkannya
kepada murid atau mahasiswa dalam bidang metafisika kuno dan juga dalam ilmu perbintangan kuno.
Di Negara Indonesia sendiri khususnya di kota Medan, masyarakat Tionghoa sudah tidak lagi mengetahui mengenai makna awal simbol ba gua dan
tidak lagi menggunakan sebagai pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari. Di kota Medan sendiri masyarakat Tionghoa banyak bermukim diperumahan khusus
mereka atau pun di pusat kota dan juga didaerah-daerah yang membaur dengan masyarakat asli daerah tersebut. Seperti, masyarakat Tionghoa yang bermukin
didaerah kecamatan Medan Area khususnya dikelurahan Sukaramai II tepatnya di sekitar wilayah Jl Asia. Di daerah ini masyarakat Tionghoa banyak bermukin dan
menjadi mayoritas karena jumlah mereka lebih banyak dibandingakan dengan masyarakat asli daerah tersebut.
Masyarakat di sekitar Jl Asia ini sudah tidak lagi berprofesi sebagai petani atau pun pemburu yang menggunakan simbol ba gua sebagai pedoman dalam
bercocok taman. Mereka kini lebih banyak berprofesi sebagai pedagang dan pengusaha yang sudah tidak lagi menggunakan diagram ba gua sebagai penentu
cuaca. Mereka lebih cenderung menggunakan simbol ba gua sebagai suatu simbol untuk menyeimbangkan unsur baik dan buruk dalam ruangan, untuk mengusir roh
jahat atau unsur jahat yang akan masuk dalam bangunan rumah atau toko mereka dan juga untuk mendatangkan unsur baik dan rezeki yang mereka tempatkan
dipintu masuk bangunan toko atau rumah. Seperti gambar berikut :
Gambar 1.3 Ba gua cermin
Sumber : Dokumentasi Pribadi, Medan, 15 Desember 2015 Didaerah ini juga terdapat bangunan vihara, kelenteng dan rumah ibadah
Tionghoa yang masih menggunakan simbol ba gua dalam arsitekturnya. Akan tetapi masyarakat Tionghoa didaerah ini lebih banyak tidak mengetahui makna
simbol ba gua dan kurang ingin mempelajarinya karena rumit dan susah. Dengan seiring zaman modern dan masuknya budaya lain, membuat kaum muda
masyarakat Tionghoa kurang ingin mempelajarinya mengenai simbol-simbol kebudayaan mereka khususnya simbol ba gua dan juga maknanya. Mereka juga
tidak lagi menggunakanya dalam pedoman dalam menjalani kehidupan. Seperti contoh berikut :
Gambar 1.4 Ba gua sebagai arsitektur
Sumber : Dokumentasi pribadi, Medan, 10 Desember 2015 Dari penjelasan diatas mengenai simbol ba gua. Penulis tertarik untuk
membahas dan mengkaji lebih lanjut mengenai makna simbol ba gua pada masyarakat Tionghoa dikota Medan, khususnya disekitar Jl Asia dikecamatan
Medan Area kelurahan Sukaramai II.
1.2 Batasan Masalah