n= 1,96
2
x 0,837 1-0,837 0,1
2
n= 52
Untuk mengantisipasi kesalahan maka penulis manambah menjadi 80 orang sebagai sampel dalam penelitian ini.
Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai pengguna komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan yang berjumlah 80 orang dan memenuhi syarat
kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi meliputi: 1.
Responden yang bekerja menggunakan komputer secara rutin setiap hari 2.
Kondisi fisik responden saat penelitian secara umum sehat 3.
Bersedia menjadi responden selama penelitian
Kriteria eklusi meliputi: 1.
Responden yang tidak hadir pada waktu pemeriksaan pada saat penelitian 2.
Menderita kelainan mata kecuali kelainan refraksi
4.4 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah data primer. Data yang diperoleh langsung dari objek penelitian yang dikumpulkan dan diolah langsung
oleh penulis sendiri. Pada penelitian ini yang termasuk kategori data primer adalah:
1. Data keluhan subjektif kelelahan mata pada pengguna komputer di
Direktorat Jenderal Pajak Medan pada tahun 2015 diperoleh melalui penyebaran kuesioner.
2. Data karateristik responden, karateristik pekerjaan, dan pemakaian monitor
anti-glare pada pengguna komputer di Direktorat Jenderal Pajak Medan pada tahun 2015 didapatkan dengan cara penyebaran kuesioner pada
responden.
Universitas Sumatera Utara
4.5 Manajemen Data
01. Editing
Data yang dikumpulkan melalui kuesioner akan diperiksa kelengkapan dan kebenarannya terlebih dahulu seperti kelengkapan pengisian, kesalahan
pengisian, dan konsistensi pengisian. 02.
Coding Langkah selanjutnya mengklasifikasikan data dan memberi kode terhadap
semua jawaban yang didapatkan dari responden. Kegiatan ini dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan entry data.
03. Data Output
Data yang sudah di-entry disajikan dalam bentuk output untuk mengetahui data saling berhubungan atau tidak.
04. Analisis Data
Analisis data yang digunakan melalui program komputer SPSS.
4.6 Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini adalah analisis univariat. Analisis univariat ini melihat distribusi frekuensi dari setiap variabel mengenai keluhan kelelahan
mata responden. Masing-masing dari variabel kelelahan mata, seperti faktor umur, kelainan refraksi, istirahat mata, durasi, dan penggunaan layar anti-glare dengan
skala ukur ordinal dan nominal lalu dicari persentasenya, kemudian akan ditampilkan dalam statistik deskriptif.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Gambaran Lokasi Penelitian
Kantor Direktorat Jendral Pajak yang berlokasi di Jln. Asrama No.7a Pondok Kelapa Ringroad, Medan awalnya bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
dan sekarang telah berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan berdasarkan surat Keputusan
Menteri Keuangan Nomor: 94KMK.011994 tanggal 29 Maret 1994 yang kemudian diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah
dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 443KMK.012001 tanggal 23 Juli 2001 dan dengan adanya modernisasi di lingkungan Direktorat Jendaral Pajak,
maka sejak tanggal 27 Mei 2008 berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor:
191KMK.012008 yang merupakan gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak.
5.1.2. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis data menggunakan satu variabel data saja. Hasil analisis univariat ini menunjukkan karakteristik responden. Data hasil
yang ditampilkan adalah distribusi frekuensi dari setiap variabel independen yaitu berdasarkan umur, kelainan refraksi, durasi kerja setiap hari, masa kerja, dan
penggunaan layar anti-glare lalu dicari persentasenya, kemudian akan ditampilkan dalam statistik deskriptif.. Responden dalam penelitian ini adalah kelompok
pegawai yang bekerja menggunakan komputer.
5.1.2.1. Deskripsi karateristik Responden
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kelelahan mata dipengaruhi oleh beberapa karateristik responden. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan karateristiknya adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karateristik No. Karateristik Responden
N
1. Jenis Kelamin
Pria 42
52,5 Wanita
38 47,5
2. Kelompok Umur
40 tahun 22
27,5 40 tahun
58 72,5
3 Kelainan Refraksi Mata
Ya 63
78,8 Tidak
17 21,2
4. Durasi Kerja
2 jam 2
– 4 jam 4 jam
80 100
5. Masa Kerja
4 tahun 11
13,8 4 tahun
69 86,2
6. Penggunaan Anti-glare
Ya Tidak
80 100
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1. diperoleh bahwa sebagian besar responden adalah pria 52 responden 52,5 sedangkan wanita 38
responden 47,5. 2.
Usia Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1. diperoleh bahwa responden
lebih sedikit berusia 40 tahun yakni 22 responden 27,5 daripada
responden yang berusia 40 tahun yakni 58 responden 72,5.
Universitas Sumatera Utara
3. Kelainan Refraksi
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1. diperoleh bahwa responden yang memiliki kelainan refraksi yakni 63 responden 78,8 lebih banyak
daripada responden yang tidak memakai kacamata yaitu 17 responden 21,2.
4. Durasi Kerja
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1. diperoleh bahwa seluruh responden bekerja 4 jam.
5. Masa Kerja
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1. diperoleh bahwa responden yang telah bekerja selama 4 tahun yakni 69 responden 86,2 lebih
banyak dibandingkan responden yang bekerja 4 tahun yakni 11
responden 13,8 6.
Penggunaan Anti-glare Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1. diperoleh bahwa seluruh
responden bekerja tidak menggunakan monitor anti-glare
5.1.2.2. Gambaran Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Responden
Gambaran keluhan kelelahan mata pada pegawai pengguna komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Keluhan Subjektif Kelelahan Mata No.
Keluhan Kelelahan Mata N
1. Mengalami Kelelahan Mata
65 81,3
2. Tidak Mengalami Kelelahan Mata
15 18,7
Total 80
100
Berdasarkan tabel 5.2. diatas diketahui bahwa mayoritas responden mengalami kelelahan mata yakni 65 responden 81,3 dan yang tidak
mengalami kelelahan mata adalah 15 responden 18,7.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi responden yang mengalami kelelahan mata dan tidak kelelahan mata di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan berdasarkan faktor jenis
kelamin adalah sebagai berikut:
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Pegawai Pengguna Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan
No. Jenis
Kelamin Kelelahan Mata
Tidak Kelelahan Mata Total n
N n
1. Pria
32 78
9 22
41 2
Wanita 33
84,6 6
15,4 39
Berdasarkan tabel 5.3. diatas diketahui bahwa mayoritas jenis kelamin responden adalah pria sebanyak 41 responden, dengan jumlah responden yang
mengalami kelelahan mata adalah 32 responden 78 dan yang tidak mengalami kelelahan mata dengan jumlah yang lebih sedikit yaitu 9 responden 22.
Sedangkan responden wanita sebanyak 39 responden, dengan jumlah responden yang mengalami kelelahan mata adalah 33 responden 84,6 dan yang tidak
mengalami kelelahan mata yaitu 6 responden 15,4.
5.1.2.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Distribusi responden yang mengalami kelelahan mata dan tidak kelelahan mata di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan berdasarkan faktor umur adalah
sebagai berikut:
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Umur pada Pegawai Pengguna Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan
No. Umur
Kelelahan Mata Tidak Kelelahan Mata Total
n N
n
1. tahun
18 81,8
4 18,2
22 2
40 tahun 47
81 11
19 58
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 5.4. diatas diketahui bahwa mayoritas umur responden adalah 40 tahun sebanyak 58 responden, dengan jumlah yang mengalami
kelelahan mata adalah 47 responden 81 dan yang tidak mengalami kelelahan mata dengan jumlah yang lebih sedikit yaitu 11 responden 19. Sedangkan
kelompok responden dengan umur 40 tahun sebanyak 22 responden, dengan
jumlah responden yang mengalami kelelahan mata adalah 18 responden 81,8 dan tidak mengalami kelelahan mata adalah 4 responden 18,2.
5.1.2.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelainan Refraksi Mata yang Telah Diketahui Responden
Distribusi responden yang mengalami kelelahan mata dan tidak kelelahan mata di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan berdasarkan faktor kelainan
refraksi mata yang telah diketahui responden adalah sebagai berikut:
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Kelainan Refraksi Mata yang Telah Diketahui Responden pada Pegawai Pengguna Komputer Di Kantor
Direktorat Jenderal Pajak Medan No.
Kelainan Refraksi Mata
Kelelahan Mata Tidak Kelelahan Mata Total
n N
n
1. Ya
51 81
12 19
63 2
Tidak 14
82,4 3
17,6 17
Berdasarkan tabel 5.5. diatas diketahui bahwa mayoritas responden mengalami kelainan refraksi yaitu 63 responden, dengan jumlah yang mengalami
kelelahan mata adalah 51 responden 81 dan sangat sedikit yang tidak mengalami kelelahan mata yakni 12 responden 19. Sedangkan responden yang
tidak mengalami kelainan refraksi adalah 17 responden, dengan jumlah yang mengalami kelelahan mata adalah 14 responden 82,4 dan tidak mengalami
kelelahan mata adalah 3 responden 17,6.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Durasi Kerja
Distribusi responden yang mengalami kelelahan mata dan tidak kelelahan mata di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan berdasarkan faktor durasi kerja
adalah sebagai berikut:
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Durasi Kerja pada Pegawai Pengguna Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan
No. Durasi
Kerja Kelelahan Mata
Tidak Kelelahan Mata Total n
N n
1. ≤ 2 jam
2 2-4 jam
3 4 jam
65 81,3
15 18,7
80 Berdasarkan tabel 5.6. diatas diketahui bahwa seluruh responden bekerja
dengan durasi 4 jam setiap hari adalah 80 responden 100, dengan jumlah yang mengalami kelelahan mata adalah 65 responden 81,3 dan tidak
mengalami kelelahan mata lebih sedikit dengan jumlah 15 responden 18,7.
5.1.2.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja
Distribusi responden yang mengalami kelelahan mata dan tidak kelelahan mata di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan berdasarkan faktor masa kerja
adalah sebagai berikut:
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Masa Kerja pada Pegawai Pengguna Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan
No. Masa
Kerja Kelelahan Mata
Tidak Kelelahan Mata Total n
n n
1. 4 tahun
8 72,7
3 27,3
11 2
4 tahun 57
82,6 12
17,4 69
Berdasarkan tabel 5.7. diatas diketahui bahwa mayoritas responden bekerja 4 tahun sebanyak 69 responden, dengan jumlah yang mengalami kelelahan mata
adalah 57 responden 82,6 dan dalam jumlah sedikit responden yang tidak
Universitas Sumatera Utara
mengalami kelelahan mata yakni 12 responden 17,4. Sedangkan responden yang bekerja
4 tahun sebanyak 11 responden, dengan jumlah yang mengalami kelelahan mata adalah 8 responden 72,7 dan tidak mengalami kelelahan mata
yakni 3 responden 27,3.
5.1.2.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Anti-glare
Distribusi responden yang mengalami kelelahan mata dan tidak kelelahan mata di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan berdasarkan faktor penggunaan
anti-glare adalah sebagai berikut:
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi penggunaan Anti-glare pada Pegawai Pengguna Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan
No. Penggunaan
Anti-glare Kelelahan Mata
Tidak Kelelahan Mata Total n
n n
1. Ya
2 Tidak
65 81,3
15 18,7
80 Berdasarkan tabel 5.8. diatas diketahui bahwa seluruh responden bekerja
dengan tidak menggunakan anti-glare yakni 80 responden, dengan jumlah yang mengalami kelelahan mata adalah 65 responden 81,3 dan tidak mengalami
kelelahan mata lebih sedikit dengan jumlah 15 responden 18,7.
5.2. Pembahasan
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan data primer pada pegawai pengguna komputer di kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan tahun 2015 yaitu
sejumlah 80 responden.
5.2.1. Hasil Analisis
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan persentase responden yang menderita kelelahan mata cenderung lebih tinggi pada responden wanita yakni sebesar
84,6 33 dari 39 responden daripada pria sebesar 78 32 dari 41 responden. Hal ini sejalan dengan penelitian Dinesh J. Bhanderi et al., 2008 pada pengguna
Universitas Sumatera Utara
komputer di India yang menyatakan bahwa persentase responden yang mengalami kelelahan mata cenderung lebih tinggi pada wanita yakni 47,1 66 dari 140
responden dibandingkan pria 45,9 128 dari 151 responden. Hal ini berbeda dengan penelitian Cheng-Cheng Han et al., 2013 di Fakultas Kedokteran
Universitas Jiaotong, Cina mendapatkan pada mahasiswa yang mengalami kelelahan mata lebih besar pada laki-laki 58,7 daripada mahasiswa wanita
41,3. Menurut Cheng-Cheng Han et al., 2013 hal tersebut dimungkinkan karena adanya faktor aktifitas sehari-hari seperti merokok, minum-minuman
beralkohol dan aktifitas fisik. Menurut penelitian Yeni Anggraini 2013 menyatakan bahwa perempuan memiliki 28 faktor resiko lebih besar daripada
laki-laki karena penurunan akomodasi yang lebih besar pada perempuan dan faktor hormonal yakni sekresi komponen lipid oleh kelenjar Meibom dan Zeis
antara lain dipengaruhi oleh faktor androgen seperti testosteron yang dapat meningkatkan sekresi, sedangkan faktor estrogen akan menekan sekresi kelenjar
tersebut. Semakin tua titik dekat mata semakin menjauh dan sulit melihat jarak dekat
pada usia 40-50 tahun akibat penurunan daya akomodasi otot-otot mata. Peneliti mendapatkan persentase responden yang menderita kelelahan mata cenderung
sedikit lebih tinggi pada kelompok responden dengan umur 40 tahun sebesar
81,9 18 dari 22 responden daripada responden dengan usia 40 tahun sebesar 81 47 dari 58 responden. Hal yang sama juga terlihat pada penelitian Iwan
Setiawan 2012 pada pengguna komputer di PT. Surveyor Indonesia menyatakan bahwa persentase responden yang mengalami keluhan kelelahan mata lebih tinggi
pada responden yang berusia 40 tahun sebesar 93,7 15 dari 16 responden
dibandingkan dengan responden yang berusia 40 tahun sebesar 81,7 67 dari 82 responden. Hal ini sejalan juga dengan penelitian Noer Haeny 2009 pada
radar controller di PT. Angkasa Pura II Persero Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang tahun 2009 didapatkan bahwa persentase responden
dengan umur 40 tahun cenderung lebih tinggi mengalami kelelahan mata yakni
sebanyak 33 responden 86,8 33 dari 38 responden daripada responden dengan umur 40 tahun sebesar 86,4 19 dari 22 responden.
Universitas Sumatera Utara
Kelainan refraksi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kelelahan mata. Namun dalam penelitian ini peneliti mendapatkan persentase responden
yang menderita kelelahan mata cenderung lebih tinggi pada kelompok responden tidak mengalami kelainan refraksi yakni sebesar 82,4 14 dari 17 responden
dibandingkan dengan responden yang mengalami kelainan refraksi yakni 81 51 dari 63 responden. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian Noer Haeny
2009 pada radar controller di PT. Angkasa Pura II Persero Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang tahun 2009 didapatkan bahwa persentase
responden yang mengalami kelelahan mata lebih tinggi pada responden yang memiliki gangguan refraksi mata yakni 88,9 24 dari 27 responden
dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki gangguan penglihatan yakni 84,8 28 dari 33 responden. Pada penelitian Depita Meriyani 2014 pada
pengguna komputer di PT. Bukit Asam Persero, TBK UPTE tahun 2014 juga memperoleh hal yang berbeda yakni persentase responden yang mengalami
kelelahan mata lebih tinggi pada responden yang mengalami kelainan refraksi yakni 78,9 30 dari 38 responden daripada responden yang tidak mengalami
kelainan refraksi mata yaitu 74 37 dari 50 responden. Hal ini terjadi karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi kelelahan mata.
Pemakaian komputer secara terus-menerus dalam waktu yang lama merupakan faktor resiko terjadinya kelelahan mata. Seperti pada penelitian ini
peneliti mendapatkan bahwa seluruh responden pada penelitian ini bekerja dengan durasi 4 jam per hari dengan persentase lebih tinggi pada responden yang
mengalami kelelahan mata yakni 81,3 65 dari 80 responden dan yang tidak mengalami kelelahan mata adalah 18,7 15 dari 80 responden. Hal ini terlihat
sama pada penelitian Wiga Virgian Utami 2014 pada karyawan Harian Sumatera Ekspres Group Palembang tahun 2014 yang mendapatkan persentase keluhan
CVS lebih besar dialami responden dengan durasi kerja 4 jam yakni 66,1 37
dari 56 responden daripada responden yang berkerja 4 jam yakni sebesar 43,6 17 dari 39 responden. Hal ini terlihat pula dalam penelitian Dinesh J. Bhanderi
et al., 2008 pada pengguna komputer di India yang menyatakan bahwa persentase responden yang mengalami keluhan kelelahan mata cenderung lebih
Universitas Sumatera Utara
tinggi pada responden yang bekerja 40 jamminggu yakni 50,8 64 dari 126 responden daripada responden dengan lama kerja
40 jamminggu yakni sebesar 44,4 130 dari 293 responden. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama
durasi bekerja maka tingkat resiko mengalami kelelahan mata akan semakin tinggi. Mata akan berakomodasi dan berkonvergensi agar dapat melihat dan
memfokuskan benda yang dekat. Bila dalam waktu yang lama otot-otot mata akan bekerja lebih keras dan dapat menyebabkan mata lelah Nourmayanti D., 2009.
Masa kerja didepan komputer merupakan faktor yang mempengaruhi kerja otot-otot akomodasi mata. Pada penelitian ini peneliti mendapatkan persentase
responden yang menderita kelelahan mata cenderung lebih tinggi pada kelompok responden yang bekerja 4 tahun yakni sebesar 82,6 57 dari 69 responden
daripada responden yang bekerja 4 tahun yakni 72,7 8 dari 11 responden.
Hal ini sesuai dengan penelitian Wiga Virgian Utami 2014 pada karyawan Harian Sumatera Ekspres Group Palembang tahun 2014 yang mendapatkan
persentase keluhan CVS lebih tinggi dialami responden dengan masa kerja 4
tahun yakni 69,8 37 dari 53 responden daripada responden yang bekerja 4
tahun sebesar 40,5 17 dari 42 responden. Hal ini sejalan pula dengan penelitian Noer Haeny 2009 pada radar controller di PT. Angkasa Pura II
Persero Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang tahun 2009 didapatkan bahwa persentase responden dengan masa kerja
4 tahun yakni 87,5 49 responden dari 56 responden lebih tinggi dari responden dengan masa
kerja 4 tahun yaitu 75 3 responden dari 4 responden. Berdasarkan 2 penelitian sebelumnya mendapatkan bahwa semakin lama responden bekerja
maka akan semakin tinggi faktor resiko untuk terkena kelelahan mata. Pemakaian antiglare dapat mengurangi banyaknya radiasi cahaya komputer
yang masuk kemata. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapatkan seluruh responden pada penelitian ini bekerja dengan pemakaian komputer tanpa anti-
glare. Persentase responden yang mengalami kelelahan mata lebih tinggi yakni 81,3 65 dari 80 responden dan responden yang tidak mengalami kelelahan
mata sebanyak 15 responden 18,7. Hal yang sama juga terlihat dalam penelitian Iwan Setiawan 2012 pada pengguna komputer di PT. Surveyor
Universitas Sumatera Utara
Indonesia menyatakan bahwa persentase responden yang mengalami keluhan kelelahan mata lebih tinggi pada responden yang tidak menggunakan anti-glare
yakni sebanyak 84,6 77 dari 91 responden daripada yang menggunakan anti- glare yakni 71,4 5 dari 7 responden.
5.2.2. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari terdapat keterbatasan pada penelitian ini diantaranya yaitu: 1.
Pengambilan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan para pekerja relatif sibuk dengan tugasnya sehingga dapat menimbulkan perbedaan
persepsi saat pengisian kuesioner. 2.
Kelelahan mata dinilai berdasarkan jawaban keluhan subjektif para pengguna komputer tanpa didukung oleh data medis untuk memastikan apakah
responden benar-benar mengalami kelelahan secara medis atau tidak. 3.
Tidak melakukan pengecekan terhadap pencahayaan dalam ruang kerja responden dan setting display pada layar monitor komputer responden.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan untuk penelitian ini yaitu:
1. Pada penelitian ini, pegawai pengguna komputer di Kantor Direktorat
Jenderal Pajak Medan pada tahun 2015 mayoritas mengalami keluhan subjektif kelelahan mata.
2. Pada penelitian ini persentase responden yang mengalami keluhan
subjektif kelelahan mata lebih tinggi pada responden dengan jenis kelamin wanita daripada pria, yang umur
40 tahun daripada umur 40 tahun, dan yang tidak mengalami kelainan refraksi daripada yang mengalami kelainan
refraksi. 3.
Pada penelitian ini seluruh responden bekerja 4 jam dan mayoritas mengalami keluhan subjektif kelelahan mata dan persentase responden
yang mengalami keluhan subjektif kelelahan mata lebih tinggi pada responden yang telah bekerja 4 tahun daripada responden yang bekerja
4 tahun. 4.
Pada penelitian ini seluruh responden bekerja tanpa menggunakan monitor anti-glare dan mayoritas mengalami keluhan subjektif kelelahan mata.
6.2 Saran