Metode Pengumpulan Data Manajemen Data Analisis Data Kesimpulan

n= 1,96 2 x 0,837 1-0,837 0,1 2 n= 52 Untuk mengantisipasi kesalahan maka penulis manambah menjadi 80 orang sebagai sampel dalam penelitian ini. Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai pengguna komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan yang berjumlah 80 orang dan memenuhi syarat kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi meliputi: 1. Responden yang bekerja menggunakan komputer secara rutin setiap hari 2. Kondisi fisik responden saat penelitian secara umum sehat 3. Bersedia menjadi responden selama penelitian Kriteria eklusi meliputi: 1. Responden yang tidak hadir pada waktu pemeriksaan pada saat penelitian 2. Menderita kelainan mata kecuali kelainan refraksi

4.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah data primer. Data yang diperoleh langsung dari objek penelitian yang dikumpulkan dan diolah langsung oleh penulis sendiri. Pada penelitian ini yang termasuk kategori data primer adalah: 1. Data keluhan subjektif kelelahan mata pada pengguna komputer di Direktorat Jenderal Pajak Medan pada tahun 2015 diperoleh melalui penyebaran kuesioner. 2. Data karateristik responden, karateristik pekerjaan, dan pemakaian monitor anti-glare pada pengguna komputer di Direktorat Jenderal Pajak Medan pada tahun 2015 didapatkan dengan cara penyebaran kuesioner pada responden. Universitas Sumatera Utara

4.5 Manajemen Data

01. Editing Data yang dikumpulkan melalui kuesioner akan diperiksa kelengkapan dan kebenarannya terlebih dahulu seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, dan konsistensi pengisian. 02. Coding Langkah selanjutnya mengklasifikasikan data dan memberi kode terhadap semua jawaban yang didapatkan dari responden. Kegiatan ini dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan entry data. 03. Data Output Data yang sudah di-entry disajikan dalam bentuk output untuk mengetahui data saling berhubungan atau tidak. 04. Analisis Data Analisis data yang digunakan melalui program komputer SPSS.

4.6 Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini adalah analisis univariat. Analisis univariat ini melihat distribusi frekuensi dari setiap variabel mengenai keluhan kelelahan mata responden. Masing-masing dari variabel kelelahan mata, seperti faktor umur, kelainan refraksi, istirahat mata, durasi, dan penggunaan layar anti-glare dengan skala ukur ordinal dan nominal lalu dicari persentasenya, kemudian akan ditampilkan dalam statistik deskriptif. Universitas Sumatera Utara BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Gambaran Lokasi Penelitian Kantor Direktorat Jendral Pajak yang berlokasi di Jln. Asrama No.7a Pondok Kelapa Ringroad, Medan awalnya bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara dan sekarang telah berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan berdasarkan surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 94KMK.011994 tanggal 29 Maret 1994 yang kemudian diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 443KMK.012001 tanggal 23 Juli 2001 dan dengan adanya modernisasi di lingkungan Direktorat Jendaral Pajak, maka sejak tanggal 27 Mei 2008 berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor: 191KMK.012008 yang merupakan gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak.

5.1.2. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis data menggunakan satu variabel data saja. Hasil analisis univariat ini menunjukkan karakteristik responden. Data hasil yang ditampilkan adalah distribusi frekuensi dari setiap variabel independen yaitu berdasarkan umur, kelainan refraksi, durasi kerja setiap hari, masa kerja, dan penggunaan layar anti-glare lalu dicari persentasenya, kemudian akan ditampilkan dalam statistik deskriptif.. Responden dalam penelitian ini adalah kelompok pegawai yang bekerja menggunakan komputer.

5.1.2.1. Deskripsi karateristik Responden

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kelelahan mata dipengaruhi oleh beberapa karateristik responden. Distribusi frekuensi responden berdasarkan karateristiknya adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karateristik No. Karateristik Responden N 1. Jenis Kelamin Pria 42 52,5 Wanita 38 47,5 2. Kelompok Umur 40 tahun 22 27,5 40 tahun 58 72,5 3 Kelainan Refraksi Mata Ya 63 78,8 Tidak 17 21,2 4. Durasi Kerja 2 jam 2 – 4 jam 4 jam 80 100 5. Masa Kerja 4 tahun 11 13,8 4 tahun 69 86,2 6. Penggunaan Anti-glare Ya Tidak 80 100 1. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1. diperoleh bahwa sebagian besar responden adalah pria 52 responden 52,5 sedangkan wanita 38 responden 47,5. 2. Usia Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1. diperoleh bahwa responden lebih sedikit berusia 40 tahun yakni 22 responden 27,5 daripada responden yang berusia 40 tahun yakni 58 responden 72,5. Universitas Sumatera Utara 3. Kelainan Refraksi Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1. diperoleh bahwa responden yang memiliki kelainan refraksi yakni 63 responden 78,8 lebih banyak daripada responden yang tidak memakai kacamata yaitu 17 responden 21,2. 4. Durasi Kerja Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1. diperoleh bahwa seluruh responden bekerja 4 jam. 5. Masa Kerja Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1. diperoleh bahwa responden yang telah bekerja selama 4 tahun yakni 69 responden 86,2 lebih banyak dibandingkan responden yang bekerja 4 tahun yakni 11 responden 13,8 6. Penggunaan Anti-glare Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1. diperoleh bahwa seluruh responden bekerja tidak menggunakan monitor anti-glare

5.1.2.2. Gambaran Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Responden

Gambaran keluhan kelelahan mata pada pegawai pengguna komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak adalah sebagai berikut: Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Keluhan Subjektif Kelelahan Mata No. Keluhan Kelelahan Mata N 1. Mengalami Kelelahan Mata 65 81,3 2. Tidak Mengalami Kelelahan Mata 15 18,7 Total 80 100 Berdasarkan tabel 5.2. diatas diketahui bahwa mayoritas responden mengalami kelelahan mata yakni 65 responden 81,3 dan yang tidak mengalami kelelahan mata adalah 15 responden 18,7. Universitas Sumatera Utara

5.1.2.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi responden yang mengalami kelelahan mata dan tidak kelelahan mata di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan berdasarkan faktor jenis kelamin adalah sebagai berikut: Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Pegawai Pengguna Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan No. Jenis Kelamin Kelelahan Mata Tidak Kelelahan Mata Total n N n 1. Pria 32 78 9 22 41 2 Wanita 33 84,6 6 15,4 39 Berdasarkan tabel 5.3. diatas diketahui bahwa mayoritas jenis kelamin responden adalah pria sebanyak 41 responden, dengan jumlah responden yang mengalami kelelahan mata adalah 32 responden 78 dan yang tidak mengalami kelelahan mata dengan jumlah yang lebih sedikit yaitu 9 responden 22. Sedangkan responden wanita sebanyak 39 responden, dengan jumlah responden yang mengalami kelelahan mata adalah 33 responden 84,6 dan yang tidak mengalami kelelahan mata yaitu 6 responden 15,4.

5.1.2.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Distribusi responden yang mengalami kelelahan mata dan tidak kelelahan mata di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan berdasarkan faktor umur adalah sebagai berikut: Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Umur pada Pegawai Pengguna Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan No. Umur Kelelahan Mata Tidak Kelelahan Mata Total n N n 1. tahun 18 81,8 4 18,2 22 2 40 tahun 47 81 11 19 58 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 5.4. diatas diketahui bahwa mayoritas umur responden adalah 40 tahun sebanyak 58 responden, dengan jumlah yang mengalami kelelahan mata adalah 47 responden 81 dan yang tidak mengalami kelelahan mata dengan jumlah yang lebih sedikit yaitu 11 responden 19. Sedangkan kelompok responden dengan umur 40 tahun sebanyak 22 responden, dengan jumlah responden yang mengalami kelelahan mata adalah 18 responden 81,8 dan tidak mengalami kelelahan mata adalah 4 responden 18,2. 5.1.2.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelainan Refraksi Mata yang Telah Diketahui Responden Distribusi responden yang mengalami kelelahan mata dan tidak kelelahan mata di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan berdasarkan faktor kelainan refraksi mata yang telah diketahui responden adalah sebagai berikut: Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Kelainan Refraksi Mata yang Telah Diketahui Responden pada Pegawai Pengguna Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan No. Kelainan Refraksi Mata Kelelahan Mata Tidak Kelelahan Mata Total n N n 1. Ya 51 81 12 19 63 2 Tidak 14 82,4 3 17,6 17 Berdasarkan tabel 5.5. diatas diketahui bahwa mayoritas responden mengalami kelainan refraksi yaitu 63 responden, dengan jumlah yang mengalami kelelahan mata adalah 51 responden 81 dan sangat sedikit yang tidak mengalami kelelahan mata yakni 12 responden 19. Sedangkan responden yang tidak mengalami kelainan refraksi adalah 17 responden, dengan jumlah yang mengalami kelelahan mata adalah 14 responden 82,4 dan tidak mengalami kelelahan mata adalah 3 responden 17,6. Universitas Sumatera Utara

5.1.2.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Durasi Kerja

Distribusi responden yang mengalami kelelahan mata dan tidak kelelahan mata di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan berdasarkan faktor durasi kerja adalah sebagai berikut: Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Durasi Kerja pada Pegawai Pengguna Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan No. Durasi Kerja Kelelahan Mata Tidak Kelelahan Mata Total n N n 1. ≤ 2 jam 2 2-4 jam 3 4 jam 65 81,3 15 18,7 80 Berdasarkan tabel 5.6. diatas diketahui bahwa seluruh responden bekerja dengan durasi 4 jam setiap hari adalah 80 responden 100, dengan jumlah yang mengalami kelelahan mata adalah 65 responden 81,3 dan tidak mengalami kelelahan mata lebih sedikit dengan jumlah 15 responden 18,7.

5.1.2.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja

Distribusi responden yang mengalami kelelahan mata dan tidak kelelahan mata di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan berdasarkan faktor masa kerja adalah sebagai berikut: Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Masa Kerja pada Pegawai Pengguna Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan No. Masa Kerja Kelelahan Mata Tidak Kelelahan Mata Total n n n 1. 4 tahun 8 72,7 3 27,3 11 2 4 tahun 57 82,6 12 17,4 69 Berdasarkan tabel 5.7. diatas diketahui bahwa mayoritas responden bekerja 4 tahun sebanyak 69 responden, dengan jumlah yang mengalami kelelahan mata adalah 57 responden 82,6 dan dalam jumlah sedikit responden yang tidak Universitas Sumatera Utara mengalami kelelahan mata yakni 12 responden 17,4. Sedangkan responden yang bekerja 4 tahun sebanyak 11 responden, dengan jumlah yang mengalami kelelahan mata adalah 8 responden 72,7 dan tidak mengalami kelelahan mata yakni 3 responden 27,3.

5.1.2.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Anti-glare

Distribusi responden yang mengalami kelelahan mata dan tidak kelelahan mata di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan berdasarkan faktor penggunaan anti-glare adalah sebagai berikut: Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi penggunaan Anti-glare pada Pegawai Pengguna Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan No. Penggunaan Anti-glare Kelelahan Mata Tidak Kelelahan Mata Total n n n 1. Ya 2 Tidak 65 81,3 15 18,7 80 Berdasarkan tabel 5.8. diatas diketahui bahwa seluruh responden bekerja dengan tidak menggunakan anti-glare yakni 80 responden, dengan jumlah yang mengalami kelelahan mata adalah 65 responden 81,3 dan tidak mengalami kelelahan mata lebih sedikit dengan jumlah 15 responden 18,7.

5.2. Pembahasan

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan data primer pada pegawai pengguna komputer di kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan tahun 2015 yaitu sejumlah 80 responden.

5.2.1. Hasil Analisis

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan persentase responden yang menderita kelelahan mata cenderung lebih tinggi pada responden wanita yakni sebesar 84,6 33 dari 39 responden daripada pria sebesar 78 32 dari 41 responden. Hal ini sejalan dengan penelitian Dinesh J. Bhanderi et al., 2008 pada pengguna Universitas Sumatera Utara komputer di India yang menyatakan bahwa persentase responden yang mengalami kelelahan mata cenderung lebih tinggi pada wanita yakni 47,1 66 dari 140 responden dibandingkan pria 45,9 128 dari 151 responden. Hal ini berbeda dengan penelitian Cheng-Cheng Han et al., 2013 di Fakultas Kedokteran Universitas Jiaotong, Cina mendapatkan pada mahasiswa yang mengalami kelelahan mata lebih besar pada laki-laki 58,7 daripada mahasiswa wanita 41,3. Menurut Cheng-Cheng Han et al., 2013 hal tersebut dimungkinkan karena adanya faktor aktifitas sehari-hari seperti merokok, minum-minuman beralkohol dan aktifitas fisik. Menurut penelitian Yeni Anggraini 2013 menyatakan bahwa perempuan memiliki 28 faktor resiko lebih besar daripada laki-laki karena penurunan akomodasi yang lebih besar pada perempuan dan faktor hormonal yakni sekresi komponen lipid oleh kelenjar Meibom dan Zeis antara lain dipengaruhi oleh faktor androgen seperti testosteron yang dapat meningkatkan sekresi, sedangkan faktor estrogen akan menekan sekresi kelenjar tersebut. Semakin tua titik dekat mata semakin menjauh dan sulit melihat jarak dekat pada usia 40-50 tahun akibat penurunan daya akomodasi otot-otot mata. Peneliti mendapatkan persentase responden yang menderita kelelahan mata cenderung sedikit lebih tinggi pada kelompok responden dengan umur 40 tahun sebesar 81,9 18 dari 22 responden daripada responden dengan usia 40 tahun sebesar 81 47 dari 58 responden. Hal yang sama juga terlihat pada penelitian Iwan Setiawan 2012 pada pengguna komputer di PT. Surveyor Indonesia menyatakan bahwa persentase responden yang mengalami keluhan kelelahan mata lebih tinggi pada responden yang berusia 40 tahun sebesar 93,7 15 dari 16 responden dibandingkan dengan responden yang berusia 40 tahun sebesar 81,7 67 dari 82 responden. Hal ini sejalan juga dengan penelitian Noer Haeny 2009 pada radar controller di PT. Angkasa Pura II Persero Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang tahun 2009 didapatkan bahwa persentase responden dengan umur 40 tahun cenderung lebih tinggi mengalami kelelahan mata yakni sebanyak 33 responden 86,8 33 dari 38 responden daripada responden dengan umur 40 tahun sebesar 86,4 19 dari 22 responden. Universitas Sumatera Utara Kelainan refraksi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kelelahan mata. Namun dalam penelitian ini peneliti mendapatkan persentase responden yang menderita kelelahan mata cenderung lebih tinggi pada kelompok responden tidak mengalami kelainan refraksi yakni sebesar 82,4 14 dari 17 responden dibandingkan dengan responden yang mengalami kelainan refraksi yakni 81 51 dari 63 responden. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian Noer Haeny 2009 pada radar controller di PT. Angkasa Pura II Persero Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang tahun 2009 didapatkan bahwa persentase responden yang mengalami kelelahan mata lebih tinggi pada responden yang memiliki gangguan refraksi mata yakni 88,9 24 dari 27 responden dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki gangguan penglihatan yakni 84,8 28 dari 33 responden. Pada penelitian Depita Meriyani 2014 pada pengguna komputer di PT. Bukit Asam Persero, TBK UPTE tahun 2014 juga memperoleh hal yang berbeda yakni persentase responden yang mengalami kelelahan mata lebih tinggi pada responden yang mengalami kelainan refraksi yakni 78,9 30 dari 38 responden daripada responden yang tidak mengalami kelainan refraksi mata yaitu 74 37 dari 50 responden. Hal ini terjadi karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi kelelahan mata. Pemakaian komputer secara terus-menerus dalam waktu yang lama merupakan faktor resiko terjadinya kelelahan mata. Seperti pada penelitian ini peneliti mendapatkan bahwa seluruh responden pada penelitian ini bekerja dengan durasi 4 jam per hari dengan persentase lebih tinggi pada responden yang mengalami kelelahan mata yakni 81,3 65 dari 80 responden dan yang tidak mengalami kelelahan mata adalah 18,7 15 dari 80 responden. Hal ini terlihat sama pada penelitian Wiga Virgian Utami 2014 pada karyawan Harian Sumatera Ekspres Group Palembang tahun 2014 yang mendapatkan persentase keluhan CVS lebih besar dialami responden dengan durasi kerja 4 jam yakni 66,1 37 dari 56 responden daripada responden yang berkerja 4 jam yakni sebesar 43,6 17 dari 39 responden. Hal ini terlihat pula dalam penelitian Dinesh J. Bhanderi et al., 2008 pada pengguna komputer di India yang menyatakan bahwa persentase responden yang mengalami keluhan kelelahan mata cenderung lebih Universitas Sumatera Utara tinggi pada responden yang bekerja 40 jamminggu yakni 50,8 64 dari 126 responden daripada responden dengan lama kerja 40 jamminggu yakni sebesar 44,4 130 dari 293 responden. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama durasi bekerja maka tingkat resiko mengalami kelelahan mata akan semakin tinggi. Mata akan berakomodasi dan berkonvergensi agar dapat melihat dan memfokuskan benda yang dekat. Bila dalam waktu yang lama otot-otot mata akan bekerja lebih keras dan dapat menyebabkan mata lelah Nourmayanti D., 2009. Masa kerja didepan komputer merupakan faktor yang mempengaruhi kerja otot-otot akomodasi mata. Pada penelitian ini peneliti mendapatkan persentase responden yang menderita kelelahan mata cenderung lebih tinggi pada kelompok responden yang bekerja 4 tahun yakni sebesar 82,6 57 dari 69 responden daripada responden yang bekerja 4 tahun yakni 72,7 8 dari 11 responden. Hal ini sesuai dengan penelitian Wiga Virgian Utami 2014 pada karyawan Harian Sumatera Ekspres Group Palembang tahun 2014 yang mendapatkan persentase keluhan CVS lebih tinggi dialami responden dengan masa kerja 4 tahun yakni 69,8 37 dari 53 responden daripada responden yang bekerja 4 tahun sebesar 40,5 17 dari 42 responden. Hal ini sejalan pula dengan penelitian Noer Haeny 2009 pada radar controller di PT. Angkasa Pura II Persero Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang tahun 2009 didapatkan bahwa persentase responden dengan masa kerja 4 tahun yakni 87,5 49 responden dari 56 responden lebih tinggi dari responden dengan masa kerja 4 tahun yaitu 75 3 responden dari 4 responden. Berdasarkan 2 penelitian sebelumnya mendapatkan bahwa semakin lama responden bekerja maka akan semakin tinggi faktor resiko untuk terkena kelelahan mata. Pemakaian antiglare dapat mengurangi banyaknya radiasi cahaya komputer yang masuk kemata. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapatkan seluruh responden pada penelitian ini bekerja dengan pemakaian komputer tanpa anti- glare. Persentase responden yang mengalami kelelahan mata lebih tinggi yakni 81,3 65 dari 80 responden dan responden yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 15 responden 18,7. Hal yang sama juga terlihat dalam penelitian Iwan Setiawan 2012 pada pengguna komputer di PT. Surveyor Universitas Sumatera Utara Indonesia menyatakan bahwa persentase responden yang mengalami keluhan kelelahan mata lebih tinggi pada responden yang tidak menggunakan anti-glare yakni sebanyak 84,6 77 dari 91 responden daripada yang menggunakan anti- glare yakni 71,4 5 dari 7 responden.

5.2.2. Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari terdapat keterbatasan pada penelitian ini diantaranya yaitu: 1. Pengambilan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan para pekerja relatif sibuk dengan tugasnya sehingga dapat menimbulkan perbedaan persepsi saat pengisian kuesioner. 2. Kelelahan mata dinilai berdasarkan jawaban keluhan subjektif para pengguna komputer tanpa didukung oleh data medis untuk memastikan apakah responden benar-benar mengalami kelelahan secara medis atau tidak. 3. Tidak melakukan pengecekan terhadap pencahayaan dalam ruang kerja responden dan setting display pada layar monitor komputer responden. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan untuk penelitian ini yaitu: 1. Pada penelitian ini, pegawai pengguna komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan pada tahun 2015 mayoritas mengalami keluhan subjektif kelelahan mata. 2. Pada penelitian ini persentase responden yang mengalami keluhan subjektif kelelahan mata lebih tinggi pada responden dengan jenis kelamin wanita daripada pria, yang umur 40 tahun daripada umur 40 tahun, dan yang tidak mengalami kelainan refraksi daripada yang mengalami kelainan refraksi. 3. Pada penelitian ini seluruh responden bekerja 4 jam dan mayoritas mengalami keluhan subjektif kelelahan mata dan persentase responden yang mengalami keluhan subjektif kelelahan mata lebih tinggi pada responden yang telah bekerja 4 tahun daripada responden yang bekerja 4 tahun. 4. Pada penelitian ini seluruh responden bekerja tanpa menggunakan monitor anti-glare dan mayoritas mengalami keluhan subjektif kelelahan mata.

6.2 Saran