69
BAB IV TANGGUNGJAWAB PEMERINTAH TERHADAP PERJANJIAN
PEMBORONGAN KERJA
A. Akibat Keterlambatan Penyelesaian Penyediaan barang dan Jasa di
dalam Perjanjian Borongan Kerja
Suatu perjanjian yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu bisa di katakan, sebagai suatu perjanjian yang sah dan sebagai akibatnya perjanjian akan
mengikat sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Oleh karena itu agar keberadaan suatu perjanjian diakui oleh undang-undang Legally Concluded
Contract haruslah sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang- undang. Ketentuan dari Pasal 1338 KUH Perdata tersebut dapat disimpulkan,
bahwa perjanjian yang telah dilakukan oleh kedua belah pihak adalah mengikat untuk pihak-pihak yang melakukan perjanjian dan membawa akibat hukum bagi
keduanya.
109
Dalam kontrak borongan kerja, sebagaimana kontrak pada umumnya akan menimbulkan hubungan hukum maupun akibat hukum antara para pihak yang
membuat perjanjian. Hubungan hukum merupakan hubungan antara pengguna jasa dan penyedia jasa yang menimbulkan akibat hukum dalam bidang borongan
kerja. Akibat hukum, yaitu timbulnya hak dan kewajiban diantara para pihak. Momentum timbulnya akibat itu adalah sejak ditandatanganinya kontrak borongan
kerja oleh pengguna jasa dan penyedia jasa. Dengan demikian dapat disimpulkan,
109
Soedibyo, Berbagai Jenis Kontrak Pekerjaan, Jakarta : PT. Pradnya Paramita, Cet. I, 1993, hal 74
70
Universitas Sumatera Utara
70 bahwa unsur-unsur yang harus ada dalam kontrak borongan kerja adalah
110
adanya subjek, yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa, adanya objek, yaitu borongan
kerja, adanya dokumen yang mengatur hubungan antara pengguna jasa dan penyedia jasa.
111
Ketentuan mengenai besarnya denda maksimal sebesar 5 dapat dilihat juga pada Pasal 93 ayat 1 butir a Perpres No. 542010 yang intinya menentukan
bahwa PPK dapt memutuskan kontrak secara sepihak apabila denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan Penyedia BarangJasa
sudah melampaui 5 dari nilai kontrak. Dalam hal ini Pasal 93 Perpres No. 542010 dapat diartikan bahwa denda keterlambatan paling besar adalah sebesar
5 dari nilai kontrak, apabila sudah melampaui 5 tersebut maka PPK dapat memutuskan kontrak secara sepihak.
112
Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek, yang pada umumnya dibedakan atas hubungan fungsional, yaitu pola hubungan yang
berkaitan dengan fungsi dari pihak-pihak tersebut dan juga hubungan kerja formal, yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan kerjasama antara pihak-pihak
yang terlibat dalam proyek konstruksi yang dikukuhkan dengan suatu dokumen kontrak. Secara fungsional terdapat 3 tiga pihak yang sangat berperan dalam
suatu proyek konstruksi, yaitu pihak pemilik proyek, pihak konsultan dan pihak kontraktor. Ketika proyek konstruksi terlambat, artinya pelaksanaan pekerjaan
proyek tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan kontrak. Jika pekerjaan
110
Mohammad Amari dan Asep Mulyana, Kontrak Kerja Konstruksi Dalam Perspektif Tindak Pidana Korupsi, Aneka Ilmu, Semarang. 2010, hal 104
111
Marthen H Toelle, Disharmoni Pengaturan Pengadaan Jasa Konstruksi Pemerintah di Indonesia, Griya Media, Salatiga, 2011, hal 37
112
Peraturan Presiden Nomor 172 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerinrah, Pasal 93 ayat 1
Universitas Sumatera Utara
71 proyek tidak dapat dilaksanakan sesuai kontrak maka akan ada penambahan
waktu.
113
Apabila setelah penambahan waktu pelaksanaan proyek ini juga tidak selesai sesuai kontrak yang sudah disepakati, maka akan diberikan waktu
tambahan oleh pihak pemilik owner kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek tersebut. Dengan kata lain bahwa adanya waktu
tambahan yang diberikan oleh pihak pemilik owner kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek, tetapi tidak juga terlaksana, maka
kemungkinan akan terjadi pemutusan kontrak kerja.
114
Tambahan waktu untuk menyelesaikan proyek adalah solusi penyelesaian masalah. Tetapi adanya
perpanjangan waktu dari jadwal kontrak, dapat disebabkan antara lain; pekerjaan tambah, perubahan desain, keterlambatan oleh pemilik. masalah diluar kendali
kontraktor.
115
Dengan adanya perbedaan perjanjian kontrak awal dengan selang waktu penyelesaian proyek maka terjadilah keterlambatan proyek yang tidak diinginkan
oleh semua pihak-pihak terkait. Hal sama dinyatakan oleh Bordat bahwa keterlambatan waktu pelaksanaan proyek adalah perbedaan antara pelaksanaan
proyek pada saat perjanjian kontrak awal dan selang waktu penyelesaian proyek.
116
113
Ervianto Wulfram I. Manajememen Proyek Konstruksi, Yogyakarta: Andi Offset, 2005, hal 34
114
Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, hal 34
115
Muzadir Hamzah, Analisis Faktor Penyebab Keterlambata Penyelesaian Proyek
Konstruksi. Jakarta.Uni. Bung Hatta, 2014, hal 67
116
Bordat D, Coly EV, Olivera CR. Morphometric, biological and behavioral differences between Hemiptarsenus varicornis and Opius dissitus Hymenoptera: Braconidae parasitoids of
Liriomyza trifolii Diptera: Agromyzidae. J App Entomol 119:423-427. 1995, hal 3
Universitas Sumatera Utara
72 Dalam pengertian lain Madjid berpendapat bahwa keterlambatan proyek
konstruksi dapat diidentifikasi sebagai adanya perbedaan waktu pelaksanaan pekerjaan dengan jadwal yang direncanakan pada dokumen kontrak. Dapat
dikategorikan sebagai tidak tepatnya waktu pelaksanaan proyek yang telah ditetapkan.
117
Keterlambatan proyek diasumsikan sebagai perpanjangan waktu pelaksanaan proyek dari yang dijadwalkan oleh kontraktor sesuai kontrak.
Keterlambatan proyek ini berdampak pada progress proyek dan tertundanya aktifitas pelaksanaan proyek dan kegiatan pelaksanaan proyek. Keterlambatan
pelaksanaan proyek ini termasuk adanya faktor penyebab oleh faktor cuaca, sumber daya, perencanaan.
118
Dalam kontrak pengadaan barangjasa, kesepakatan telah tercapai pada saat Kontrak ditanda tangani oleh para pihak. Asas itikad baik good faith; Itikad
baik berarti keadaan batin para pihak dalam membuat dan melaksanakan perjanjian harus jujur, terbuka, dan saling percaya. Keadaan batin para pihak itu
tidak boleh dicemari oleh maksud-maksud untuk melakukan tipu daya atau menutup-nutupi keadaan sebenarnya. Asas kepribadian personality; isi
perjanjian hanya mengikat para pihak secara personal dan tidak mengikat pihak- pihak lain yang tidak memberikan kesepakatannya dalam Kontrak. Perjanjian
yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Dalam Kontrak pengadaan barangjasa, Pejabat Pembuat Komitmen PPK sebagai pihak
pertama bertindak untuk dan atas nama Negara, sedangkan Penyedia merupakan
117
Madjid, A. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online. Fakultas Pertanian Unsri Program Studi Ilmu Tanaman, Program Magister S2, Program Pascasarjana, Universitas
Sriwijaya. http:dasar2ilmutanah.blogspot.com. [19 Februari 2016]
118
Al-Najjar, The Relationship between Capital Structure and Ownership Structure: New Evidence from Jordanian Panel Data. Managerial Finance Journal, 919-933, tahun 2008, hal 4
Universitas Sumatera Utara
73 pihak kedua yang berindak untuk dan atas nama suatu korporasi atau untuk
dirinya sendiri.
119
PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak apabila: 1.
kebutuhan barangjasa tidak dapat ditunda melebihi batas berakhirnya kontrak
a. berdasarkan penelitian PPK, Penyedia BarangJasa tidak akan mampu
menyelesaikan keseluruhan pekerjaan walaupun diberikan kesempatan sampai dengan 50 lima puluh hari kalender sejak masa berakhirnya
pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan;
b. setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai dengan
50 lima puluh hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia BarangJasa tidak dapat menyelesaikan pekerjaan;
2. Penyedia BarangJasa lalaicidera janji dalam melaksanakan kewajibannya
dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;
3. Penyedia BarangJasa terbukti melakukan KKN, kecurangan danatau
pemalsuan dalam proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang; danatau
4. pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN danatau
pelanggararan persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan BarangJasa dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang.
120
Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia BarangJasa: a.
Jaminan Pelaksanaan dicairkan; b.
sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia BarangJasa atau Jaminan Uang Muka dicairkan;
c. Penyedia BarangJasa membayar denda keterlambatan; dan
d. Penyedia BarangJasa dimasukkan dalam Daftar Hitam.
121
Awal keterlambatan didasarkan pada pasal 93 ayat 1 tersebut diatas. Bahwa yang dimaknai sebagai keterlambatan adalah tentang kesempatan sampai
dengan 50 lima puluh hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan
119
Rahfan Mokognita, Masalah Kontrak dan Kontrak bermasalah, melalui https:rahfanmokoginta.wordpress.com20120510masalah-kontrak-dan-kontrak-bermasalah
html, diakses tanggal 16 April 2016
120
Peraturan Presiden Nomor 172 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerinrah, Pasal 93 ayat 1
121
Ibid, Pasal 93 ayat 2
Universitas Sumatera Utara
74
pekerjaan. Dengan asumsi ini kata keterlambatan pada pasal 19 ayat 2 huruf c
dipahami sebagai ketentuan tentative ketika terjadi pemutusan kontrak. Artinya jika tidak ada pemberian kesempatan 50 hari maka tidak ada keterlambatan.
Karena tidak ada keterlambatan berarti saat pemutusan kontrak tidak perlu dikenakan denda keterlambatan. konstruksi pasal 93 ayat 2 jelas sekali bahwa
sanksi pemutusan kontrak sifatnya kumulatif, karena kata sambung yang dipakai adalah
“dan” bukan “atau” atau “danatau“. Simpulan saya ketika putus kontrak
maka denda keterlambatan juga dikenakan.
122
Selain perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat 1, Penyedia BarangJasa yang terlambat menyelesaikan pekerjaan dalam
jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak karena kesalahan Penyedia BarangJasa, dikenakan denda keterlambatan sebesar 11000 satu perseribu dari
nilai Kontrak atau nilai bagian Kontrak untuk setiap hari keterlambatan.
123
Jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak tidak hanya merujuk pada total waktu pelaksanaan tetapi juga bagian-bagian waktu pelaksanaan yang
tertuang dalam jadwal pelaksanaan pekerjaan. Karena bagian waktu pelaksanaan atau tahapan pekerjaan adalah juga kesepakatan yang tertuang dalam kontrak.
Dengan demikian yang dimaksud terlambat tidak hanya terlambat terkait total kontrak tapi juga bagian-bagian kontrak. Ketentuan Kriteria kesepakatan untuk
kondisi suatu kontrak dinilai dalam katagori “Terlambat” apabila :
a. Dalam periode I rencana pelaksanaan fisik 0-70 dari kontrak terjadi
keterlambatan antara 10-20.
122
http:samsulramli.commembahas-keterlambatan-denda-dan-pemutusan-kontrakhtml, diakses tanggal 16 April 2016
123
Peraturan Presiden Nomor 172 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerinrah, Pasal 120
Universitas Sumatera Utara
75 b.
Atau dalam periode II rencana pelaksanaan fisik 70-100 dari kontrak terjadi keterlambatan progres fisik antara 0.5-10.
124
Dengan pemahaman ini maka yang disebut keterlambatan adalah tentang kesepakatan rencana pelaksanaan fisik pekerjaan yang ditawarkan penyedia
kemudian dituangkan dalam kontrak. Untuk konstruksi ketika pada perencanaan semestinya diperjanjikan 30 hari pertama progres fisik sudah harus 30, namun
riil hanya 10, maka sejak hari 30 mekanisme penanganan keterlambatan atau dalam bahasa teknis sebagai kontrak kritis diterapkan. Kondisi ini sudah termasuk
klausul keterlambatan. Sejak saat ini penyedia sudah terkena pasal terlambat. Namun demikian dalam hal pengenaan denda keterlambatan harus dipertegas
dalam ketentuan kontrak. Jika jumlah hari yang menghasilkan jumlah denda keterlambatan maksimun yang dapat dibayar oleh Penyedia jasa konstruksi
melampaui batas sebagaimana yang disebutkan dalam Data Kontrak maka pemutusan kontrak sepihak dapat dilakukan. Umumnya data kontrak mengacu
pada maksimal jumlah hari keterlambatan 50 hari pasal 93 Perpres 5470 atau maksimal denda 5 dari nilai kontrak UU 18199 Pasal 43 ayat 2. Pemahaman
ini juga akan mampu menjawab pertanyaan untuk pengadaan barang atau jasa lainnya. Seperti kasus pengadaan makan minuman pasien diatas. Artinya
perhitungan keterlambatan bukan realisasi pelaksanaan pekerjaan melewati 365 hari melainkan keterlambatan persatuan waktu. Misal disepakati jika pengiriman
makanan terlambat 1 hari akan dikenakan sanksi denda keterlambatan 11.000 dari total kontrak kemudian maksimal jumlah hari keterlambatan adalah 50 hari.
125
124
http:samsulramli.commembahas-keterlambatan-denda-dan-pemutusan-kontrakhtml, diakses tanggal 16 April 2016
125
Ibid
Universitas Sumatera Utara
76 Denda yang harus dikenakan jika terjadi pemutusan kontrak yaitu Pertama
yang harus dilihat definisi pasal 93 ayat 2 huruf c disitu tertulis “denda
keterlambatan” sehingga harus dilihat apakah terjadi keterlambatan seperti
tertuang dalam kontrak atau tidak. Jika definisi keterlambatan seperti definisi juknis Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV dan hal tersebut
dituangkan dalam SSKK atau SSUK maka Denda adalah sebesar peristiwa keterlambatan tersebut. Jika tidak terjadi atau tidak didefinisikan maka sanksi
Denda tidak dapat dikenakan, terkecuali telah melewati masa pelaksanaan pekerjaan seperti tertuang dalam pasal 120 maka berlaku denda keterlambatan.
Denda dalam konstruksi, Permen PU 142013 tidak hanya denda keterlambatan. Apabila sebagai pelaksana konstruksi, Penyedia mensubkontrakkan pekerjaan
tidak sesuai dengan ketentuan yang ada dalam kontrak maka akan dikenakan denda senilai pekerjaan yang dikontrakkan kepada pihak lain atau sesuai
ketentuan peraturan yang berlaku.
126
Keterlambatan penyelesaian pekerjaan disikapi secara arif oleh masing- masing pihak yang terikat dalam Kontrak. Menjadi tidak adil ketika
PenyediaKontraktor harus selalu disalahkan akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Keterlambatan tidak perlu terjadi jika PPK benar-benar melaksanakan
tugasnya sebagai pelaksana dan pengendali Kontrak . PPK dan semua tim pendukungnya
terutama Konsultan
Pengawas Konstruksi
seharusnya mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan sejak awal. Jika hal ini
benar-benar dilakukan, indikasi keterlambatan dapat diketahui dan ditangani lebih cepat. Dalam praktiknya, seringkali justeru PPK-lah yang lalai dalam melakukan
126
Ibid
Universitas Sumatera Utara
77 tugas pengendalian Kontrak. Pada akhirnya, Penyedia harus menanggung denda
keterlambatan, tindakan pemutusan Kontrak secara sepihak, bahkan pengenaan sanksi pencantuman dalam daftar hitam blacklist.
127
Berdasarkan penjelasan diatas maka saya simpulan bahwa keterlambatan adalah peristiwa sanksi yang diakibatkan karena sepenuhnya kesalahan penyedia
dalam memenuhi kesepakatan dalam kontrak. Keterlambatan bukan hanya
tentang pemberian kesempatan 50 hari tapi juga tentang terlambat dari jadwal
pelaksanaan bagian-bagian pekerjaan. Pada peristiwa pemutusan kontrak denda keterlambatan menjadi salah satu klausul sanksi yang diterapkan. Karena bersifat
kontraktual maka klausul keterlambatan dan sanksi denda harus jelas dan tegas disepakati dalam klausul kontrak khususnya pada syarat-syarat khusus kontrak
agar tidak terjadi pertentangan pemahaman yang berujung pada kasus perdata dikemudian hari.
Beberapa permasalahan yang umumnya terjadi terkait Kontrak pengadaan barangjasa, antara lain keterlambatan penyelesaian pekerjaan dan pembayaran
yang tidak sesuai dengan prestasi pekerjaan. Sebenarnya masih banyak permasalahan yang lain, namun dalam tulisan kali ini Penulis membatasi pada dua
hal tersebut. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan harus disikapi secara arif oleh masing-masing pihak yang terikat dalam Kontrak. Menjadi tidak fair menurut
saya tatkala PenyediaKontraktor harus selalu disalahkan akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Keterlambatan tidak perlu terjadi jika Pejabat Pembuat
Komitmen PPK benar-benar melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana dan pengendali Kontrak.
127
http:www.landasanteori.com201509pengertian-pengadaan-barang-dan-jasa.html, diakses tanggal 17 April 2016
Universitas Sumatera Utara
78 Apabila kontraktor terlambat menyelesaikan pekerjaan berdasarkan waktu
yang telah ditentukan dalam kontrakperjanjian pekerjaan, serta perpanjangan waktunya, maka kontraktor akan dikenakan sanksidenda yang besarnya telah
disebutkan sebelum kontrak ditanda-tangani. Dalam perjanjian antara Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan CV
Roma Uli telah diketahui, bahwa pihak kontraktor, yaitu CV Roma Uli telah melakukan wanprestasi, yaitu dengan adanya keterlambatan penyelesaian
pekerjaan. Sesuai dengan perjanjiankontrak tersebut, maka pihak kontraktor CV Roma Uli mendapatkan sanksi pembayaran ganti kerugian sebagai akibat
keterlambatan pekerjaan penalty.
128
Berdasarkan Pasal 37 Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003, bahwa : 1 Bila terjadi keterlambatan penyelesaian
pekerjaan akibat dari kelalaian penyedia barangjasa, maka pemyedia barangjasa yang bersangkutan dikenakan denda keterlambatan sekurang-
kurangnya 1‰ satu perseribu per hari dari nilai kontrak. 2 Bila terjadi keterlambatan
pekerjaanpembayaran karena semata-mata kesalahan atau kelalaian pengguna barangjasa, maka pengguna barangjasa membayar kerugian yang ditanggung
penyedia barangjasa akibat keterlamatan dimaksud, yang besarnya ditetapkan dalam kontrak sesuai ketentuan yang besarnya ditetapkan dalam kontrak sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 3 Konsultan perencana yang tidak cermat dan mengakibatkan kerugian pengguna barangjasa dikenakan sanksi
berupa keharusan menyusun kembali perencanaan dengan biaya dari konsultan yang bersangkutan danatau tuntutan ganti kerugian. Berdasarkan Perjanjian
Pekerjaan Pemborongan Nomor 16PPK-CKSPDPUK2014, bahwa sanksi dan
128
Hasil Wawancara Tanggal 12 Januari 2016 dengan narasumber Mercusuar Tampak, ST sebagai jabatan Kabid Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga
Universitas Sumatera Utara
79 denda penalty adalah seribu permil dari harga borongan. Di mana atas hasil
kesepakatan mengenai penyelesaian pekerjaan dan perpanjangan waktu, penyelesaian keterlambatan pekerjaan disepakati 7 tujuh hari kerja kalender.
129
B. Faktor yang Menyebabkan Keterlambatan Penyediaan Barang dan Jasa