KESIMPULAN Material Katoda Pengaruh Variasi Waktu Dan Suhu Pencampuran Serta Suhupengeringan Pada Lembar Katoda LiFePO4 Terhadap Kapasitasbaterai Ion Lithium

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian dan pengujian serta menganalisis hasil dari pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan : 1. Dari hasil SEM, lembaran yang memiliki kerekatan yang paling baik adalah sampel dengan suhu pencampuran 50 ˚C sampel 4 dan memiliki kapasitas discharge tertinggi yaitu 5,81 mAhg. 2. Pada variasi waktu pencampuran, sampel yang memiliki kapasitas paling tinggi adalah sampel dengan waktu pencampuran 7 jam sampel 3 yaitu 3,74 mAhg. Semakin lama waktu pencampuran maka slurry yang dihasilkan semakin homogen sehingga kapasitas yang didapat semakin tinggi. Sementara pada variasi suhu pencampuran, kapasitas dischargetertinggi terdapat pada sampel dengan suhu pecampuran 50 ˚C sampel 4yaitu 5,81 mAhg. 3. Pada variasi suhu pengeringan kapasitas tertinggi terdapat pada sampel dengan suhu pengeringan 80 ˚C sampel 6 yaitu 5,70 mAhg.

5.2 SARAN

1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya tidak menggunakan suhu ruangan pada saat pembuatan slurry. 2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya untuk suhu pengeringan lembaran diatas 80 ˚C, waktu pengeringan harus lebih kecil dari 3 jam. 3. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan pengujian EIS untuk melihat konduktifitas baterai. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Baterai 2.1.1 Sejarah Baterai Pada awal abad ke-19 Alessandro Volta menciptakan baterai pertama yang dikenal dengan Tumpukan Volta Voltaic Pile.Baterai ini terdiri dari tumpukan cakram seng dan tembaga berselang seling dengan kain basah yang telah dicelupkan air garam sebagai pembatasnya.Baterai ini telah mampu menghasilkan arus yang kontinue dan stabil. Pada tabel 2.1 akan ditunjukan perkembangan baterai. Tabel 2.1 Sejarah perkembangan baterai Buchman, 2001 Tahun Penemu Penemuan 1600 Gilbert Inggris Peletakkan dasar-dasar elektrokimia 1789 Galvani Italia Penemuan listrik dari hewan 1800 Volta Italia Penemuan sel voltaic 1802 Cruickshank Inggris Baterai pertama dengan yang mampu di produksi massal 1820 Ampere Perancis Listrik oleh magnet 1833 Faraday Inggris Hukum Faraday 1859 Plante Inggris Penemuan baterai timbalasam 1868 Leclance Inggris Penemuan sel Leclance 1888 Gasner Amerika Serikat Penyempurnaan sel kering 1899 Jungner Swedia Penemuan baterai Ni-Cd 1901 Edison Amerika Serikat Penemuan baterai Ni-Fe 1932 Shlecht Ackerman Jerman Penemuan pelat kutub yang dipadatkan 1947 Neuman Perancis Berhasil mengemas baterai Ni-Cd 1960-an UnionCarbideAmerika Serikat Pengembangan baterai alkalin primer Universitas Sumatera Utara 1970-an Union Carbide Amerika Serikat Pengembangan baterai timbalasam dengan pengaturan kutup 1990 Union Carbide Amerika Serikat Komersialisasi baterai Ni-MH 1992 Kordesch Kanada Komersialisasi baterai alkalin yang dapat dipakai ulang 1999 Kordesch Kanada Komersialisasi baterai Li-ion polimer

2.1.2 Pengertian Baterai

Baterai didefenisikan sebagai suatu sel elektrokimia yang dapat mengubah langsung energi kimia menjadi energi listrik Triwibowo, 2011.Pengertian baterai secara umum mencakup beberapa sel baterai yang digabungkan. Sel baterai adalah unit terkecil dari suatu sistem proses elektrokimia yang terdiri dari elektroda, elektrolit, seperator, wadah dan terminal current collector Subhan, 2011. Kinerja baterai melibatkan transfer elektron melalui suatu media yang bersifat konduktif dari elektroda negatif anoda ke elektroda positif katoda sehingga menghasilkan arus listrik dan beda potensial. Bahan dan luas permukaan elektroda mampu mempengaruhi jumlah beda potensial yang dihasilkan. Setiap bahan elektroda memiliki tingkat potensial elektroda yang berbeda-beda. Jika luas permukaan elektroda diperbesar maka akan semakin banyak elektron yang dapat dioksidasi dibandingkan dengan elektroda dengan luas permukaan yang kecil Kartawidjaja et al., 2008.

2.1.3 Jenis – Jenis Baterai

Mengacu pada sumber energi listrik yang terbentuk dari hasil proses elektrokimia, maka baterai sel dikelompokkan sebagai berikut Triwibowo, 2011: 1. Baterai sel primer baterai dengan penggunaan sekali saja Pada umumnya baterai primer murah. Mudah digunakan sebagai sumber listrik untuk peralatan portabel. Memiliki densitas energi listrik yang besar dengan Universitas Sumatera Utara kecepatan discharge yang rendah dan tidak memerlukan perawatan. Contoh baterai ini dapat dilihat di Gambar 2.1.a 2. Baterai sel sekunder dapat diisi ulangrechargeable Pengisian dilakukan dengan memasukkan arus listrik pada kutub yang berlawanan. Baterai jenis ini disebut juga sebagai baterai penyimpan storage battrey atau accumulator. Baterai sekunder diaplikasikan dalam dua katagori, yaitu: a. Sebagai alat penyimpan energi Energy-storage Device. Umumnya baterai jenis ini tersambung dengan jaringan listrik permanen dan jaringan listrik primer saat digunakan. Contoh penggunaanya adalah dalam otomotif, pesawat terbang, Uninterupptible Power Source UPS dan sebagai pendukung load leveling pada Stationary Energy Sttorge Systems. b. Sebagai sumber energi listrik pada portabel divais, pengganti baterai primer dan pada semua divais yang menggunakan baterai primer, seperti telephone genggam, kamera, notebook dll. Contoh baterai sekunder dapat dilihat pada Gambar 2.1.b a b Gambar 2.1 Jenis-jenis Baterai Sel, a baterai primer berbentuk slinder, b baterai sekunder dengan elektrolit cair Triwibowo, 2011. Universitas Sumatera Utara 2.2 Baterai Ion Lithium 2.2.1 Pengertian Baterai Ion Lithium Baterai ion lithium adalah salah satu dari tipe baterai rechargeable dapat diisi ulang. Baterai ini memiliki kelebihan dibandingkan baterai sekunder jenis lain, yaitu memiliki stabilitas penyimpanan energi yang sangat baik daya tahan sampai 10 tahun atau lebih, energi densitasnya tinggi, tidak ada memori efek dan berat yang relatif lebih ringan dibandingkan dengan baterai jenis lain. Sehingga dengan berat yang sama energi yang dihasilkan baterai lithium dua kali lipat dari baterai jenis lain Lawrence, 1992. Baterai lithium pada umumnya memiliki empat komponenutama yaituLinden,2002: 1. Elektroda negatif anoda yaitu elektroda yang melepaskan elektron ke rangkaian luar serta mengalami proses oksidasi pada proses elektrokimia. 2. Elektroda positif katoda yaitu elektroda yang menerima elektron dari rangkaian luar serta mengalami proses reduksi pada proses elektrokimia. 3. Penghantar ion elektrolit yaitu media transfer ion yang bergerak dari anoda ke katoda dalam sel baterai saat penggunaan. 4. Separator yaitu suatu material berpori yang terletak di antara anoda dan katoda berfungsi untuk mencegah agar tidak terjadi hubungan singkat dan kontak antara katoda dan anoda.

2.2.2 Prinsip Kerja Baterai Ion Lithium

Dalam kondisi discharge dan charge baterai lithium bekerja menurut fenomena interkalasi, dimana ion lithium melakukan migrasi dari katoda lewat elektrolit ke anoda atau sebaliknya tanpa terjadi perubahan struktur kristal dari bahan katoda dan anoda Singhal et al, 2009. Interkalasi merupakan proses pelepasan ion lithium dari tempatnya di struktur kristal suatu bahan elektroda dan pemasukan ion lithium pada tempat di struktur kirstal bahan elektroda yang lain Prihandoko, 2007. Pada proses pemakaian discharging terjadi perubahan energi kimia menjadi energi listrik dimana elektron dari anoda mengalir ke katoda melalui kabel konektor sedangkan lithium yang berada pada sistem di dalam baterai lepas dari Universitas Sumatera Utara anoda karena kekurangan elektron untuk berpindah menuju katoda melalui elektrolit. Pada proses pengisian charging terjadi perubahan energi listrik menjadi energi kimia elektron dari katoda mengalir menuju anoda sedangkan ion lithium dalam sistem berpindah dari katoda menuju anoda melalui elektrolit. Separator yang terletak di antara anoda dan katoda berfungsi untuk mencegah agar tidak terjadi hubungan singkat dan kontak antara katoda dan anoda. Electrolyte Charge Discharge Separator Li 2 C 6 LiFePO 4 Gambar 2.1 Proses charge dan discharge pada baterai Lithium 2.2.3Jenis – Jenis Baterai Ion Lithium Untuk beberapa alasan, baterai sekunder didesain dalam beberapa bentuk. Desain baterai sekunder dibagi menjadi Buchman, 2001: 1. Baterai Slinder Jenis baterai ini paling bayak ditemui. Desain berbentuk slinder mudah dalam pembuatannya, disamping itu memiliki stabilitas mekanik yang baik. Saat charging, baterai akan menghasilkan gas yang memberikan tekanan dalam slinder, untuk itu baterai slinder dilengkapi pula dengan ventilasi. Ventilasi diperlukan untuk mengalirkan gas bila terjadi tekanan yang berlebih. Kerugian dari desain ini adalah bentuknya yang tidak ringkas saat beberapa slinder Elektroda negatif Elektroda positif Cu Foil Al Foil Universitas Sumatera Utara digabungkan, yaitu akan terbentuk ruangan kosong diantaranya. Kapasitas listrik yang dikandung baterai ini berkisar antara 1800-2000mAh.Ilustrasi baterai slinder dapat dilihat pada Gambar 2.3.a. 2. Baterai kancing Baterai yang sering disebut baterai koin ini memiliki ukuran terkecil dibandingkan baterai lain. Disebabkan ukurannya, jenis ini tidak memiliki masalah dengan ruang yang tersedia. Karena bentuknya yang miniatur, baterai ini tidak dilengkapi dengan ventilasi lihat Gambar 2.3.b. Sementara proses charging yang cepat akan membuat baterai menggelembung. Untuk menghindari keadaan ini, baterai kancing hanya dapat di charge dengan kecepatan yang rendah. Pengisisan baterai jenis ini dapat memakan waktu 10-16 jam. 3. Baterai prismatik Baterai ini memaksimalkan penggunaan ruang yang ada dalam suatu perangkat elektrik. Oleh karenanya baterai jenis ini tidak memiliki ukuran yang standart disesuaikan dengan ruang yang ada. Kapasitas listrik baterai ini umumnya dibawah baterai slinder, yaitu 400 - 2000mAh. Stabilitas mekanik baterai ini juga tidak sebaik dengan baterai slinder, untuk itu diperlukan material yang lebih kuat untuk kemasaan baterai. Ilustrasi baterai prismatik tertera pada Gambar 2.3.c. 4. Baterai kantung Jenis baterai ini adalah yang paling fleksibel dalam segi bentuk dan ukuran. Disamping itu, juga paling ringan karena tidak menggunakan pelat besi sebagai kemasan. Material aktif yang digunakan umumnya dalam bentuk lembaran polimer, dengan demikian dapat mengurangi produksi gas saat operasional. Baterai ini terbilang rentan terhadap tekanan dari luar dan benda tajam. Oleh karenanya penggabungan jenis baterai ini tidak dapat dilakukan dengan menumpukkannya tetapi meletakkannya berdampingan. Ilustrasi baterai kantung dapat diliha pada Gambar 2.3.d. Universitas Sumatera Utara a b c d Gambar 2.3 Jenis-jenis desain baterai sekunder a baterai slinder b baterai kancing coin c Baterai prismatik d Baterai Kantung Buchman, 2001.

2.3 Material Katoda

Salah satu komponen penting dalam sistem sel baterai lithium adalah katoda.Katoda merupakan elektroda positif yang berfungsi sebagai pengumpul ion lithium serta merupakan material aktif, dimana lembaran untuk material katoda adalah alumunium foil Al foil. Dalam sisitem baterai sekunder lithium, material katoda memegang peranan penting dalam pencapaian kapasitas baterai.Material ini yang nantinya harus dapat melepaskan ion lithium bergerak menuju anoda dan berinteraksi didalam struktur anoda saat charging.Makin besar jumlah ion lithium yang dapat dipindahkan ke anoda, maka makin besar pula arus litrik yang dihasilkan saat discharging nantinya Triwibowo, 2011.Pada Tabel 2.2 merupakan perbandingan material aktif katoda yang sering digunakan. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2Perbandingan jenis material yang digunakan untuk katoda Xu.Bo et al, 2012 LiCoO LiNiO 2 LiMn 2 2 O LiFePO 4 4 Kapasitas teori 274 mAhg 275 mAhg 148 mAhg 170 mAhg Kapasitas tersedia 145 mAhg 185 mAhg 120 mAhg 150 mAhg Tegangan 3,7 V 3,6 V 3,8 V 3,45 V Keunggulan Konduktivitas tinggi, mudah disintesis Stabilitas tinggi dengan elektrolit Harga murah, tidak beracun Harga murah, ramah lingkungan Kelemahan Mahal dan beracun Sulit disintesis dan stabilitas termal yang tidak baik Kapasitas rendah, kapasitas hilang pada suhu tinggi Konduktivitas rendah 10 -9 Scm Karakteristik yang harus dipenuhi suatu material yang digunakan sebagai katoda antara lain Ohzuku.T, 1995 : 1. Material tersebut terdiri dari ion yang mudah melakukan reaksi reduksi dan oksidasi. 2. Memiliki konduktifitas yang tinggi seperti logam. 3. Memiliki kerapatan dan kapasitas energi yang tinggi. 4. Memiliki kestabilan yang tinggi tidak mudah berubah strukturnya atau terdegradasi baik saat pemakaian maupun pengisian ulang, 5. murah dan ramah lingkungan. Untuk setiap berat molekul katoda, jumlah ion lithium yang dilepaskan material katoda saat discharging menggambarkan densitas energi dan power sel baterai.Semakin banyak lithium dari katoda ke anoda, densitas energi sel baterai semakin besar dan semakin banyak lithium yang kembali ke katoda dari anoda, densitas powernya semakin besar. Universitas Sumatera Utara Material katoda tidak hanya harus bersifat konduktif ionik, namun juga harus bersifat konduktif elektronik. Saat proses charging ion lithium akan dilepaskan dari katoda ke anoda melalui elektrolit, dengan begitu katoda harus bersifat konduktif ionik. Bersamaan dengan itu elektron akan dilepaskan melewati rangkaian luar menuju anoda, ini berarti katoda juga harus bersifat konduktif elektronik Triwibowo, 2011. Pada penelitian ini katoda yang digunakan adalah LiFePO 4 . Lithium ferro phosphate LFP merupakan material pembentuk katoda yang sering digunakan.LiFePO 4 LiFePO memiliki struktur olivin, kelompok ruang ortorombik Pnma dan memiliki parameter kisi a ≠ b ≠ c ; α = β = γ = 90˚. 4 tidak beracun, berstruktur stabil sehingga aman untuk bahan katoda baterai lithium.LiFePO 4 memiliki kapasitas teoritik yang cukup tinggi yaitu 170 mAhg, murah, tidak memiliki efek memori, dan ramah lingkungan Anies, 2011. Tabel 2.3 Karakteristik LiFePO 4 www.matweb.com Karakteristik LiFePO 4 Spesifik energi 90–110 Wh kg 320–400 Jg Ketahanan waktu 10 tahun Daya tahan siklus 2.000 cycles Tegangan sel 3.5 V Spesifik Kapasitas 170 mAhg

2.4 Material Anoda