Contoh Data Nilai Harga Saham Analisa Perhitungan Pada Instrumen Saham

keuangan yang sering kali menunjukkan pola skewness dan kurtosis platikurtik dan leptokurtik menunjukkan bahwa terdapat banyak kejadian yang ternyata berada jauh dari nilai rata-rata, kontras dengan apa yang ditunjukkan dengan distribusi normal. Dalam analisis data keuangan, yang terjadi pusat perhatian adalah fluktuasi harga yang merupakan variabel yang menunjukkan naik turunnya harga dari mekanisme pasar yang berimbas terhadap keuntungan. Yang menjadi pertanyaan tentunya adalah bagaimana jika keuntungan data keuangan yang dianalisis ternyata tidak membentuk distribusi normal. Ini tentu saja menjadi masalah yang harus di teliti.

3.3 Contoh Data Nilai Harga Saham

Berikut ini adalah data deret waktu keuangan yang dipilih untuk dianalisis menggunakan saham PT. Astra International Tbk. Data amatan diambil sebanyak 30 hari dari masing- masing saham terhitung pada tanggal 20 Mei 2016 sampai dengan tanggal 30 Juni 2016. Sumber data nilai harga saham tersebut diambil dari www.finance.yahoo.com Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1 Data nilai harga saham PT Astra International Tbk di Bursa Efek Jakarta Tanggal Harga Saham 20 Mei 2016 6.350Lot 23 Mei 2016 6.375Lot 24 Mei 2016 6.375Lot 25 Mei 2016 6.575Lot 26 Mei 2016 6.550Lot 27 Mei 2016 6.700Lot 30 Mei 2016 6.750Lot 31 Mei 2016 6.600Lot 01 Juni 2016 6.675Lot 02 Juni 2016 6.500Lot 03 Juni 2016 6.600Lot 06 Juni 2016 6.850Lot 07 Juni 2016 6.850Lot 08 Juni 2016 6.900Lot 09 Juni 2016 6.875Lot 10 Juni 2016 6.625Lot 13 Juni 2016 6.575Lot 14 Juni 2016 6.700Lot 15 Juni 2016 6.725Lot 16 Juni 2016 6.575Lot 17 Juni 2016 6.600Lot 20 Juni 2016 6.750Lot 21 Juni 2016 6.750Lot 22 Juni 2016 6.975Lot 23 Juni 2016 6.950Lot 24 Juni 2016 6.700Lot 27 Juni 2016 6.625Lot 28 Juni 2016 6.975Lot 29 Juni 2016 7.200Lot 30 Juni 2016 7.400Lot Universitas Sumatera Utara

3.4. Analisa Perhitungan Pada Instrumen Saham

Banyak pengukuran nilai risiko yang didasari pada asumsi distribusi normal, dan banyak juga return instrumen saham yang tidak mengikuti pola distribusi normal. Metode nilai risiko dihitung berdasarkan dua momen distribusi saja yaitu rata-rata dan standar deviasi, sementara banyak data keuangan memiliki informasi yang penting juga pada momen ketiga dan keempat yaitu skewness dan kurtosis, yang akan diperkenalkan untuk mengatasi kesulitan dalam analisis risiko yang bersandar pada normalitas distribusi data. Untuk itu akan dihitung terlebih dahulu nilai statistik deskriptif yang meliputi nilai rata- rata, modus, median dan standar deviasi. Sebagai contoh akan dihitung nilai saham PT. Astra International Tbk dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Urutkan data dari yang terkecil ke data terbesar 6350 6375 6375 6500 6550 6575 6575 6575 6600 6600 6600 6625 6625 6675 6700 6700 6700 6725 6750 6750 6750 6850 6850 6875 6900 6950 6975 6975 7200 7400 2. Hitung rentang yaitu data terbesar – data terkecil = 7400 – 6350 = 1050 3. Hitung banyak kelas dengan aturan Sturges yaitu: Banyak kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 3,3 1,4771 = 1 + 4,87443 = 5,87443 Banyaknya kelas sebanyak enam kelas. 4. Hitung panjang kelas interval dengan rumus: = = 1050 6 Universitas Sumatera Utara = 175 5. Tentukan panjang kelas interval pertama. Biasanya diambil data terkecil = 6350 Tabel 3.2 Tabel Distribusi Frekuensi Kelas Interval Frekuensi � Frekuensi Kumulatif Tanda Kelas � Produk � � 6350 – 6525 4 4 6437,5 25750 6526 – 6701 13 17 6613,5 85975,5 6702 – 6877 7 24 6789,5 47526,5 6878 – 7053 4 28 6965,5 27862 7054 – 7229 1 29 7141,5 7141,5 7230 – 7405 1 30 7317,5 7317,5 Jumlah 30 201573  Mean : = � � � = 201573 30 = 6719,1  Modus � = + 1 1 + 2 dengan: b = batas bawah kelas modus p = panjang kelas modus Universitas Sumatera Utara 1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi satu kelas sebelumnya 2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi satu kelas berikutnya Dari kelas modus ini didapat: b = 6525,5 1 = 13 - 4 = 9 2 = 13 – 7 = 6 p = 175 Sehingga: � = 6525,5 + 175 13 −4 13 −4+13−7 = 6525,5 + 175 9 6 = 6525,5 + 175 1,5 = 6525,5 + 262,5 = 6788  Median � = + 1 2 − � dengan: b = tepi batas bawah kelas median p = panjang interval median n = jumlah seluruh frekuensi F = jumlah frekuensi sebelum kelas median f = frekuensi kelas median Setengah dari seluruh data adalah 15 buah. Jadi median akan terletak di kelas kedua, karena sampai dengan ini jumlah frekuensi sudah lebih dari 15. Universitas Sumatera Utara Dari kelas median didapat: b = 6525,5 f = 13 p = 175 n = 30 F = 4 Sehingga: � = 6525,5 + 175 30 2 − 4 13 = 6525,5 + 175 11 13 = 6525,5 + 148,07 = 6673,57  Standard deviasi � 2 = � � � − � 2 � dengan: σ = Varian � = Nilai x ke i = rata – rata n = jumlah sampel � = frekuensi Universitas Sumatera Utara Tabel 3.3 Tabel Distribusi Frekuensi Lanjutan Sehingga: � = � � � − � 2 � � = 1276211 30 � = 42540,36 = 206,25  Skewness = 3 − � � = 36719,1 −6673,57 206,25 = 0,6622  Kurtosis Kelas Interval f � � � � − − 2 � − 2 6350 – 6525 4 4 6437,5 25750 -281,6 79298,56 317194,2 6526 – 6701 13 17 6613,5 85975,5 -105,6 11151,36 144967,7 6702 – 6877 7 24 6789,5 47526,5 70,4 4956,16 34693,12 6878 – 7053 4 28 6965,5 27862 246,4 60712,96 242851,8 7054 – 7229 1 29 7141,5 7141,5 422,4 178421,76 178421,8 7230 – 7405 1 30 7317,5 7317,5 598,4 358082,56 358082,6 Jumlah 30 201573 692623,36 1276211 Universitas Sumatera Utara = �� 90 − 10 = 1 2 � 3 −� 1 90 − 10 dimana: SK = rentang semi antar kuartil K 1 = kuartil kesatu K 3 = kuartil ketiga P 10 = persentil kesepuluh P 90 = persentil ke-90 P 90 – P 10 = rentang 10 – 90 persentil Untuk data yang sudah dibuat tabel distribusi frekuensinya � 1 dan � 3 dihitung dengan rumus: � � = + � 4 − � dengan: b = batas kelas � � ilah interval dimana � � akan terletak p = panjang kelas � � F = jumlah frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas � � f = frekuensi kelas � � i = 1,2,3 untuk menghitung � 1 maka 1 4 x 30 data = 7,5 data. Dengan demikian � 1 terletak dalam kelas interval kedua, dan kelas ini merupakan kelas � 1 . Dari kelas � 1 didapatkan: b = 6525,5 p = 175 F = 4 f = 13 i = 1 n = 30 Sehingga: Universitas Sumatera Utara � 1 = 6525,5 + 175 130 4 − 4 13 = 6525,5 + 175 7,192 = 6525,5 + 1258,6 = 7784,1 Untuk menghitung � 3 maka 3 4 x 30 data = 22,5 data. Dengan demikian � 3 terletak dikelas ketiga, dan kelas ini merupakan kelas � 3 . Dari kelas � 3 didapatkan: b = 6701,5 p = 175 F = 17 f = 7 i = 3 n = 30 Sehingga: � 3 = 6701,5 + 175 330 4 − 17 7 = 6701,5 + 175 0,785 = 6701,5 + 145,225 = 6556,27 Untuk data yang sudah dibuat tabel distribusi frekuensinya 10 dan 90 dihitung dengan rumus: � = + � 100 − � dengan: b = batas kelas � ilah interval dimana � akan terletak Universitas Sumatera Utara p = panjang kelas � F = jumlah frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas � f = Frekuensi kelas � i = 1,2,3,...,99 Untuk menghitung 10 maka 10 x 30 data = 3 data. Dengan demikian 10 terletak dikelas pertama, dan kelas ini merupakan kelas 10 . Dari kelas 10 didapatkan: b = 6249,5 p = 175 F = 0 f = 4 Sehingga: 10 = 6349,5 + 175 10 30 100 − 0 4 = 6349,5 + 1750,75 = 6480,75 Untuk menghitung 90 maka 90 x 30 data = 27 data. Dengan demikian 90 terletak dikelas pertama, dan kelas ini merupakan kelas 90 . Dari kelas 90 didapatkan: b = 6877,5 p = 175 F = 24 f = 4 Sehingga 90 = 6877,5 + 175 90 30 100 − 24 4 = 6877,5 + 1750,75 = 7008,75 Maka koefisien kurtosis adalah: Universitas Sumatera Utara = �� 10 − 90 = 1 2 � 3 − � 1 90 − 10 = 1 2 6556,27 − 7784,1 7008,75 − 6480,75 = −613,915 528 = −1,16 Tabel 3.4 Hasil Perhitungan nilai saham Nama Saham Mean Standard deviasi Skewness Kurtosis PT. Astra International 6719,1 206,25 0,6622 -1,16 Dengan memperhatikan tabel 3.3, dapat dilihat bahwa nilai skewness menunjukkan data yang simetris dengan nilai rata-ratanya. Nilai positif dari skewness menunjukkan kurva condong kanan. Sedangkan nilai negatif pada kurtosis menunjukkan rendahnya sebuah data terhadap distribusi normal. Gambar 3.1 Bentuk Kurva condong ke kanan bernilai positif Universitas Sumatera Utara Tabel 3.5 Nilai yang didapat dari distribusi Z Dari tabel 3.3 akan dihitung kesalahan dengan asumsi norma dan kesalahan dengan skewness dan kurtosis menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95. Perhitungan nilai risiko dengan kesalahan normal disimbolkan dengan Ѱ normal dinyatakan sebagai: Ѱ normal = mean − aσ Perhitungan nilai risiko dengan kesalahan skewness dan kurtosis disimbolkan Ѱ SK dinyatakan sebagai: a ׳ α = α + 6 α – 1 + 24 α – 3α – 2 36 2α – 5α dengan: sk = nilai skewness k = nilai kurtosis sehingga rumusnya dapat diperoleh: Ѱ SK = mean − a׳σ Pada saham PT. Astra International Tbk dapat dihitung Ѱ normal dan Ѱ SK menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95. Ѱ normal = mean − aσ = 6719,1 − 1,645 206,25 = 6719,1 − 339,28 = 6379,82 a ׳ α = α + SK 6 α – 1 + k 24 α – 3α – SK ² 36 2α – 5α = 0,95 + 0,6622 6 0,95 − 1 + −1,16 24 0,95 − 3 0,95 − 0,6622² 36 2 0,95 − 5 0,95 = 0,95 + 0,1103 −0,05 + −0,0483 −1,9 − 0,0121 −2,85 Universitas Sumatera Utara = 0,95 + −0,00551 + 0,09177 − −0,03448 = 1,0707 Sehingga: Ѱ SK = mean − a׳σ = 6719,1 − 1,0707 206,25 = 6719,1 − 220,84 = 6498,26 Tabel 3.6 Hasil perhitungan perbandingan Ѱ � � dan Ѱ �� dengan tingkat kepercayaan 95 Nama Saham Ѱ normal Ѱ SK PT Astra International Tbk 6379,82 6498,26 Dari tabel di atas terlihat bahwa Ѱ sebesar Rp.6.379,82 dan harga saham dalam keadaan tertinggi Ѱ �� sebesar Rp.6.498,26 sehingga perhitungan skewness dan kurtosis pada nilai risiko menghasilkan nilai risiko yang lebih besar daripada perhitungan nilai risiko yang mengasumsikan kenormalan. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN