BAB 5 PEMBAHASAN
Proses pembentukan palatum dibentuk oleh prosesus maksilaris dan prosesus frontonasalis. Bentuk palatum dipengrauhi oleh pertumbuhan rongga mulut sekitar
dan kekuatan fungsional seperti aktivitas otot lidah.
7,9,23,26
Palatum yang dalam merupakan gambaran dari penyempitan bagian apikal prosesus alveolaris maksila
yang biasanya terjadi pada kebiasaan mengisap ibu jari atau bernafas dari mulut.
13,14,23,24,28
Penelitian ini untuk menganalisis gambaran tinggi palatum berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle.
Pada tabel 2 menunjukkan distribusi maloklusi pada siswa laki-laki dan perempuan SMA Negeri 8 Medan usia 14-18 tahun. Pada laki-laki memiliki
maloklusi Klas I dengan persentase 52,5, Klas II divisi 1 16,9, Klas II divisi 2 11,9 dan Klas III 18,6, sedangkan perempuan Klas I 53,3, Klas II divisi 14,4,
klas II divisi 2 13,3 dan Klas III 28,9. Pada tabel 3 menunjukkan bahwa hasil rata-rata tinggi palatum pada laki-laki
dan perempuan yaitu 34.31 mm. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Paramesthi dkk pada 31 mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Gadjah Mada angkatan 2006-2009 yang menunjukkan bahwa rata-rata tinggi palatum 36,29 mm.
5
Penelitian ini juga sejalan dengan yang dilakukan oleh Bhalla dkk pada model studi anak usia 13-16 tahun dari institusi pemerintah keguruan
tahun 2014 yang menunjukkan rata-rata tinggi palatum yaitu 36,23 mm.
8
Hal ini disebabkan karena usia dan jumlah sampel yang digunakan tidak jauh berbeda.
Hasil yang berbeda pada penelitian yang dilakukan di SMA dan klinik ortodonti di Iran oleh Zarringhalam tahun 2004 pada 240 sampel usia 16-18 tahun
yang memiliki oklusi normal dan 16-20 tahun dengan maloklusi menunjukkan rata- rata tinggi palatum yaitu 20,68 mm.
9
Penelitian Al-sayagh pada 142 siswa dengan klasifikasi maloklusi Angle yang berbeda menunjukkan rata-rata tinggi palatum yaitu
19,21 mm. Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan karena ras, jumlah sampel yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan dan perbedaan dalam pengukuran. Indeks pengukuran palatum yang biasanya digunakan yaitu indeks Korkhaus.
5,8
Pada tabel 4 menunjukkan perbedaan rata-rata tinggi palatum pada laki-laki dan pada perempuan dengan menggunakan uji T menunjukkan nilai p 0,05,
diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata tinggi palatum pada laki-laki dan perempuan pada siswa SMA Negeri 8 Medan usia 14-18 tahun. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-sayagh menunjukkan pada laki-laki yaitu 19,49 mm dan perempuan yaitu 19,21 mm, perbedaan rata-rata tinggi palatum
0,28 mm dimana tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
3
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdulmawjood dkk pada 72 model
studi dengan maloklusi Klas I open bite, deep bite dan oklusi normal tahun 2005 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi palatum pada laki-laki 47.03 mm, sedangkan
pada perempuan 46.32 mm, dengan perbedaan rata-rata 0,71 mm dimana tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
22
Hal ini disebabkan karena jumlah sampel yang digunakan sama. Hasil yang berbeda pada penelitian yang dilakukan oleh
Zarringhalam yaitu pada 60 anak laki-laki rata-rata tinggi palatum yaitu 21,84 mm, sedangkan pada 60 anak perempuan rata-rata tinggi palatum yaitu 19,53 mm, dan 2,3
mm lebih tinggi pada laki-laki. Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan karena ras pada sampel yang digunakan yaitu ras Kaukasoid.
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi palatum masing-masing klasifikasi maloklusi Angle pada Klas I ; 34,46 mm, pada Klas II divisi 1 32,77 mm,
pada Klas II divisi 2 34,66 mm, sedangkan pada Klas III 34,54 mm.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN