2.2 Maloklusi 2.2.1 Definisi Maloklusi
Maloklusi adalah suatu kondisi menyimpang dari relasi normal gigi terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung dan terhadap gigi pada lengkung rahang lawannya.
Keadaan gigi yang tidak harmonis secara estetik mempengaruhi penampilan seseorang dan mengganggu keseimbangan baik fungsi pengunyahan maupun bicara.
Maloklusi umumnya bukan merupakan proses patologis penyimpangan dari perkembangan normal. Penentuan oklusi dapat didasarkan pada kunci oklusi
normal.
6,11,15
Menurut beberapa studi epidemiologi yang dilakukan pada remaja Amerika Serikat dilaporkan 11 remaja umur 12-17 tahun oklusi normal, 34,8 maloklusi
ringan dan 25,2 maloklusi yang berat sehingga beberapa kasus memerlukan perawatan.
8
2.2.2 Etiologi Maloklusi
2,10,16,17,18
Menurut Proffit 1998 etiologi dari maloklusi tidak disebabkan oleh satu faktor saja, maloklusi biasanya disebabkan oleh multifaktorial. Menurut Moyers
maloklusi dapat disebabkan oleh ; 1.
Faktor Genetik Penyebab maloklusi bervariasi salah satunya faktor genetik. Kerusakan genetik
mungkin akan tampak setelah lahir atau mungkin baru tampak beberapa tahun setelah lahir. Peran heriditer pada pertumbuhan kraniofasial dan sebagai penyebab
deformitas dentofasial sudah banyak dipelajari, tetapi belum banyak diketahuai bagian dari gen yang mana berperan dalam maturasi otot-otot orofasial.
Beberapa etiologi yang termasuk dalam faktor genetik; 1
Evolusi pengurangan rahang dan ukuran gigi yang menyebabkan perbedaan ukuran rahang dan gigi
2 Sindrom genetik
3 Kerusakan perkembangan embriologi
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor Lingkungan
Pengaruh lingkungan pada maloklusi akan terjadi terus menerus selama individu masih bertumbuh dan berkembang.
1 Tekanan terus menerus atau kekuatan yang melebihi 4-6 jam per hari pada
gigi; misalnya tekanan yang ada pada jaringan lunak seperti kebiasaan buruk menghisap ibu jari.
2 Trauma
a. Trauma prenatal
- Hipoplasia mandibula dapat disebabkan oleh tekanan intrauterin atau
trauma selama kelahiran. -
“Vogelgesicht” pertumbuhan mandibula terhambat berhubungan dengan ankilosis persendian temporomandibularis, mungkin disebabkan karena
cacat perkembangan oleh trauma. b. Trauma postnatal
- Fraktur rahang dan gigi
- Trauma pada TMJ
3 Penyakit
a. Penyakit sistemik
Penyakit demam dapat mengganggu perkembangan gigi pada masa balita dan kanak-kanak
b. Penyakit lokal -
Penyakit nasofaringeal dan gangguan fungsi pernafasan -
Tumor -
Karies. Dapat menyebabkan kehilangan dini gigi desidui, terganggunya urutan erupsi gigi permanen, dan kehilangan gigi permanen.
2.2.3 Klasifikasi Maloklusi
2,10,16,17
Tujuan untuk menggolongkan maloklusi ke dalam kelompok-kelompok dimana tiap kelompok memiliki ciri-ciri khas yang mudah ditandai dan mempunyai
variasi.
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi maloklusi menurut Angle 1899; 1.
Klas I Angle Ciri-ciri Klas I Angle :
Tonjol mesiobukal gigi M1 atas terletak pada buccal groove gigi M1 bawah, adanya crowding, spacing, dan rotasi.
2. Klas II Angle
Ciri-ciri Klas II Angle: Tonjol mesiobukal M1 atas berada pada bagian mesial M1 bawah.
Kelas II Angle dibagi menjadi 2 yaitu Divisi 1 dan divisi 2 : a.
Kelas II Angle divisi 1 : Jika gigi-gigi anterior di rahang atas inklinasinya ke labial atau protrusi
sehingga didapatkan overjet, overbite¸ curve of spee positif . b.
Kelas II Angle divisi 2 : Insisivus sentral atas retroklinasi, insisivus lateral atas proklinasi, deep bite,
jarak gigit bisa normal atau sedikit bertambah. Gambar 5. Klas 1 Angle
1,3,17
Universitas Sumatera Utara
3. Klas III Angle
Ciri-ciri Klas III Angle : Tonjol mesiobukal gigi M1 atas berada pada bagian distal dari M1 bawah,
terdapat crossbite anterior.
2.3 Cara Mengukur Tinggi Palatum