Standar Auditing PENGALAMAN ORGANISASI

14 dengan tujuan untuk menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.

2. Standar Auditing

Standar auditing berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan audit serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai. Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar ini meliputi pertimbangan kualitas profesional auditor, seperti keahlian dan independensi, persyaratan pelaporan, dan bahan bukti. Standar auditing terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu: standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan IAI, 2001:150.1. a. Standar Umum 1 Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2 Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3 Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 15 b. Standar Pekerjaan Lapangan 1 Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2 Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3 Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. c. Standar Pelaporan 1 Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2 Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip tersebut dalam periode sebelumnya. 3 Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4 Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi 16 bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. Standar audit diatas harus dijalankan auditor dalam menjalankan kewajiban profesionalnya. Standar audit ini merupakan suatu kriteria untuk mempertahankan kualitas audit. Audit dikatakan berkualitas apabila auditor telah melaksanakan standar profesi yang ada.

B. Teori Keagenan

Teori keagenan Agency Theory merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Salah satu hipotesis dalam teori ini adalah bahwa manajemen dalam mengelolah perusahaan cenderung lebih mementingkan kepentingan pribadinya daripada meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen dan pemegang saham mengalami asimetri informasi. Manajemen lebih diuntungkan karena memiliki informasi lebih banyak dari pemegang saham sehingga manajemen akan berbuat apapun untuk memenuhi utilitasnya. Akibat asimetri informasi ini pemegang saham tidak begitu saja 17 percaya dengan laporan pertanggung jawaban manajemen dalam bentuk laporan keuangan perusahaan. Pemegang saham membutuhkan pihak ketiga untuk memeriksa laporan keuangan yang telah dibuat oleh manajemen, yaitu auditor atau akuntan publik. Auditor selaku pihak ketiga yang diberi kepercayaan oleh pemegang saham principal untuk memeriksa laporan keuangan yang telah dibuat oleh manajemen dianggap ahli dalam bidang akuntansi, auditing dan perpajakan. Dari kepercayaan yang diberikan ini maka auditor dituntut untuk dapat menjaga independensinya sehingga pekerjaan yang dilakukannya pun akan dianggap berkualitas. Apabila auditor tersebut dapat menjaga independensinya maka audit yang dilakukannya dapat dianggap berkualitas walaupun ukuran kualitas audit bukan hanya sikap mental independen saja. Audit yang berkualitas akan membuat pemegang saham principal puas sehingga hubungan auditor dan pemegang saham pun akan baik. Berawal dari kepuasan tersebut pemegang saham akan tetap mempercayakan penugasan audit selanjutnya kepada kantor akuntan tersebut sehingga audit tenure yang panjang dapat teradi.

C. Kompetensi

Menurut penelitian dari Ida Suraida 2005 dalam Senjani 2009: 8 mengenai Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit, Risiko Audit dan Skeptisisme Profesional Auditor terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik, bahwa atribut kompetensi auditor dan pengalaman audit 18 auditor memiliki hubungan positif yang signifikan sehingga atribut tersebut menentukan kualitas auditor. Menurut Kamus Kompetensi LOMA 1998 dalam Lasmahadi 2002 dalam Alim 2007: 6 kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Sedangkan menurut Syafei 2007 kompetensi adalah keterampilan- keterampilan individu yang mencerminkan kemampuan potensial untuk melakukan sesuatu hal. Sedangkan dalam Susanto 2000 dalam Alim 2007: 6 definisi mengenai kompetensi adalah karakteristik-karakteristik yang mendasari individu untuk melakukan suatu pekerjaan superior. Dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi merupakan suatu karakteristik dan keterampilan individu yang mencerminkan kemampuan potensialnya dalam melakukan suatu pekerjaan superior. Karakteristik dan keterampilan individu dapat dimiliki sebagai hasil dari menempuh jalur pendidikan formal maupun non-formal, serta ujian, sertifikasi maupun keikutsertaan dalam seminar, pelatihan, lokakarya, dan lain-lain. Berarti kompetensi dalam audit berarti seorang auditor setelah menempuh pendidikan formalnya serta mengikuti pelatihan-pelatihan dan akan semakin terasah keahliannya tersebut dengan melakukan praktek audit. Kompetensi auditor juga dapat diukur melalui banyaknya sertifikat atau ijazah yang dimiliki serta banyakseringnya keikutsertaan dalam pelatihanseminar yang berkaitan dengan profesinya. Semakin sering seorang auditor yang bersangkutan hadir dan mengikuti pelatihanseminar maka 19 auditor yang bersangkutan diharapkan dan seharusnya akan lebih cakap dan lebih lihai dalam melaksanakan tugas auditnya Senjani, 2009: 8. Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. dalam melaksanakan tugasnya, seorang auditor harus bertindak sebagai seorang yang ahli dalam bidangnya, yakni auditing dan akuntansi. Akuntan publik harus terus bersikap dinamis dalam menanggapi perubahan dan perkembangan dari suatu standar. Auditor sebagai seorang yang ahli harus selalu mempelajari dan memahami semua perkembangan ketentuan maupun ketentuan baru yang diterapkan dalam bisnis maupun organisasi profesi. Selain itu juga dapat diketahui bahwa kualitas auditor juga dapat diukur dari tingkat kompetensi dan independensinya Christiawan, 2002: 89. Anis 2008: 10 mengenai Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik KAP bahwa terdapat pengaruh yang kuat dalam kelangsungan usaha KAP. Secara parsial, kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kelangsungan usaha KAP karena klien akan menilai kompetensi dari suatu KAP dalam menggunakan jasanya. Sedangkan independensi tidak berpengaruh secara signifikan dalam kelangsungan usaha suatu KAP karena klien sebelum menggunakan jasa suatu KAP tidak memperhitungkan apakah KAP tersebut akan berlaku independen atau tidak. Penelitian Choo dan Trotman 1991: 470 menyatakan bahwa hubungan yang kuat antara pengalaman dan kompetensi dimana seorang 20 auditor yang memiliki pengalaman yang banyak akan menemukan lebih banyak kesalahan yang tidak umum dibandingkan dengan auditor dengan pengalaman yang sedikit namun tidak ada perbedaan yang besar dalam menemukan kesalahan yang umum baik bagi auditor yang berpengalaman banyak maupun yang berpengalaman sedikit. Bahwa pengalaman akan tampak lebih jelas pengaruhnya apabila yang menjadi pertimbangan adalah tingkat kompleksitas suatu pekerjaan. Dari hasil penelitian-penelitian di atas maka dapat kita simpulkan bahwa kompetensi seorang auditor itu sangat dipengaruhi oleh pengalaman audit yang pernah dilakukan. Tingkat pendidikan serta pelatihan yang pernah diikuti juga berpengaruh terhadap kompetensi seorang auditor. Kantor Akuntan Publik yang memiliki auditor dengan kompetensi yang baik akan mendapat reputasi yang baik pula, sehingga klien akan lebih sering menggunakan jasa KAP tersebut.

D. Independensi

Definisi independensi dalam The CPA Handbook dalam Alim 2007: 8 adalah merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Apabila seorang auditor tidak dapat menjaga independensinya maka opini yang diberikan atas audit keuangan klien tidak akan memberikan apapun, tidak menambah kredibilitas atas laporan keuangan klien. Kode Etik Akuntan tahun 1994 menyebutkan bahwa independensi 21 adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Menurut Mulyadi et al 1988: 82 dan Susiana 2007: 6, ada dua aspek independensi, yaitu: 1. Independensi sikap mental independence of mindindependence of mental attitude , independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen. 2. Independensi penampilan image projected to the publicappearance of independence , independensi penampilan ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi akuntan publik. Definisi independensi menurut Standar Profesional Akuntan Publik SPAP, 2001: seksi 220 adalah suatu keadaan dimana auditor tidak mudah dipengaruhi, karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian auditor eksternal diharapkan dan tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Sikap mental independen tersebut meliputi independen dalam fakta in fact maupun dalam penampilan in appearance. Dalam Mukhlasin 2004: 31 menyebutkan bahwa setiap auditor harus memelihara integritas dan keobyektifan dalam tugas profesional dan setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan atau 22 pengaruh yang tidak layak. Setiap auditor harus dapat menghindar dari keadaan yang dapat membuat opini masyarakatpihak ketiga bahwa auditor tidak lagi dapat menjaga independensinya bahwa auditor sudah terlibat dalam suatu konflikpertentangan kepentingan sehingga auditor sudah tidak lagi bersikap obyektif. Kepercayaan masyarakat umum atas independensi dalam profesi audit sangatlah penting bagi perkembangan profesi akuntan publik itu sendiri. Masyarakat tidak akan lagi percaya jika terdapat bukti bahwa auditor sudah kehilangan independensinya. Untuk bertindak independen, auditor harus menjaga sikap mentalnya yaitu sikap mental intelektual jujur. Auditor harus mengelola praktiknya dalam semangat independensi dan aturan yang ditetapkan untuk mencapai derajat independensi dalam melaksanakan pekerjaannya SPAP, 2001: seksi 220. Berkaitan dengan hal itu terdapat 4 hal yang mengganggu independensi akuntan publik, yaitu : 1 Akuntan publik memiliki mutual atau conflicting interest dengan klien, 2 Mengaudit pekerjaan akuntan publik itu sendiri, 3 Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien dan 4 Bertindak sebagai penasihat advocate dari klien. Akuntan publik akan terganggu independensinya jika memiliki hubungan bisnis, keuangan dan manajemen atau karyawan dengan kliennya Elfarini, 2007: 34. Mulyono 1988 dalam Alim 2007: 9 telah melakukan penelitian mengenai independensi auditor di Indonesia. Penelitian tersebut mempelajari atribut-atribut yang mempengaruhi independensi auditor yaitu 1 ikatan 23 keputusan keuangan dan hubungan usaha dengan klien; 2 persaingan antar KAP; 3 permberian jasa lain selain jasa audit; 4 lama penugasan audit; 5 besar kantor akuntan; 6 besarnya audit fee. Responden dalam penelitian tersebut adalah direktur keuangan perusahaan yang telah go public, partner KAP, pejabat kredit bank dan lembaga keuangan non-bank, dan Bapepam. Penelitian ini menguji pengaruh dari independensi terhadap integritas laporan keuangan yang dinyatakan melalui berapa besar fee audit yang dibayarkan klien kepada auditor. Jika KAP menerima fee audit yang tinggi, maka KAP akan menghadapi tekanan ekonomis untuk memberikan opini yang bersih dalam hal ini wajar tanpa pengecualian dan di lain sisi juga dalam rangka mempertahankan klien itu sendiri sehingga tidak berpindah pada KAP atau auditor lain Susiana, 2007: 7. Deis dan Giroux 1992: 465 mengatakan bahwa dalam konflik kekuatan, klien dapat menekan auditor untuk melawan standar profesional dan dalam ukuran yang besar, kondisi keuangan klien yang sehat dapat digunakan sebagai alat untuk menekan auditor dengan cara mengancam akan melakukan pergantian auditor. Hal tersebut akan membuat auditor tidak nyaman sehingga dapat menyebabkan auditor kehilangan independensinya. Posisi auditor dalam keadaan ini sangatlah dilematis karena auditor mendapat tekanan untuk memenuhi keinginan klien yang apabila dipenuhi maka auditor akan melanggar standar profesionalnya. Selain disebabkan oleh konflik kepentingan dan hubungan khusus antara perusahaan dan akuntan publik, independensi juga dipengaruhi oleh 24 budaya setempat. Penelitian yang dilakukan pada beberapa auditor di satu kantor akuntan publik yang berlatar belakang budaya Jawa, menyatakan bahwa nilai-nilai budaya Jawa bukanlah ancaman terhadap independensi, atau dapat memperlemah independensi, tetapi justru memperkuatnya dengan cara yang khas Christiawan, 2002: 87. Hasil penelitian Anis 2008: 10 menyatakan bahwa independensi tidak memiliki pengaruh terhadap kelangsungan bisnis KAP tetapi variabel kompetensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelangsungan usaha KAP. Dengan kata lain dalam pemilihan atau penggunaan jasa KAP, klien tidak memperhatikan atribut independensi, apakah KAP tersebut independen atau tidak, melainkan mempertimbangkan kompetensi dan pengalaman KAP tersebut. Dari penelitian di atas dapat dilihat bahwa independensi auditor sangatlah penting. Auditor akan kehilangan nilainya apabila dia tidak dapat menjaga independensinya. Independensi auditor inilah yang terkadang membuat auditor berada dalam keadaan yang dilematis. Apabila kita mendasarinya dengan teori keagenan, maka audit fee yang diterima auditor akan mengakibatkan berkurangnya independensi akuntan publik. Auditor selaku penerima penugasan agen akan mendapatkan kontra prestasi dalam bentuk audit fee. 25

E. Ukuran Kantor Akuntan Publik

Skandal akuntansi yang terjadi pada kasus Enron, WorldCom, Tyco, Telkom, dan lainnya, merupakan skandal akuntansi antara klien dan KAP yang mengauditnya. Kantor Akuntan Publik KAP yang memberikan jasa audit kepada mereka merupakan Kantor Akuntan Publik KAP yang berukuran besar dan bertaraf internasional serta memiliki reputasi di bidang keuangan. Namun hal tersebut tidak memberikan jaminan bahwa KAP tersebut dapat memberikan jasa yang berkualitas yang mencerminkan nilai dan taraf perusahaan mereka yang sebenarnya. Riyatno, 2007: 148. Penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan proksi kualitas audit dengan acuan ukuran dan reputasi Kantor Akuntan Publik KAP sudah banyak dilakukan. Diantaranya DeAngelo 1981, Mayangsari 2004, dan Riyatno 2007, memberikan hasil bahwa kualitas audit akan meningkat sejalan dengan besarnya Kantor Akuntan Publik KAP tersebut. Kualitas audit dapat dilihat dari besarnya ukuran KAP yang melakukan audit. Kantor Akuntan Publik KAP besar big four accounting firms dipersepsikan akan melakukan audit dengan lebih berkualitas dibandingkan dengan KAP kecil non-big four accounting firms, dikarenakan KAP besar lebih mempertimbangkan reputasinya dibandingkan dengan KAP kecil. Namun dengan terjadinya kasus skandal-skandal keuangan yang melibatkan KAP besar yang bertaraf internasional dengan perusahaan- perusahaan besar dengan motif untuk memperindah tampilan keuangan dalam laporan keuangannya dengan tujuan akan menaikkan nilai saham mereka 26 sehingga para investor akan membeli saham mereka di pasar modal semakin membuat masyarakat dan investor semakin mempertanyakan kualitas audit yang telah dilakukan KAP, terutama KAP besar dengan taraf internasional yang memiliki reputasi baik. Sehingga telah terciptanya pandangan masyarakat bahwa KAP besar pun tidak menjamin laporan keuangan yang diauditnya tidak mengandung salah saji yang material Riyatno, 2007: 149. Penelitian-penelitian yang menggunakan ukuran KAP sebagai proksi dari kualitas audit berhasil membuktikan secara empiris bahwa terdapat perbedaan kualitas antara KAP berukuran besar big four accounting firms dengan KAP berukuran kecil non-big four accounting firms. Lennox 1999 dalam Senjani 2009: 13 melihat pada dua penjelasan mengenai hubungan yang positif antara ukuran KAP dan kualitas audit, yaitu alasan reputasi dan deep pocket yang dimiliki oleh KAP besar. Penelitiannya membuktikan kesesuaian dengan hipotesis reputasi yang berargumen bahwa KAP besar mempunyai insentif lebih besar untuk mengaudit lebih akurat karena mereka memiliki lebih banyak hubungan spesifik dengan klien yang akan hilang jika mereka memberikan laporan yang tidak akurat. Selain itu karena KAP besar memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan dengan KAP kecil, sehingga mereka memiliki resiko terancam exposed oleh tuntutan hukum pihak ketiga yang lebih besar bila menghasilkan laporan audit yang tidak akurat atau keliru. Saat ini KAP dengan label the big five telah berubah menjadi KAP dengan label the big four dikarenakan setelah kasus skandal akuntansi besar 27 yang melibatkan Enron dengan KAP yang mengauditnya yaitu Arthur Andersen yang merupakan saat itu salah satu dari KAP the big five dicabut izin usahanya. Berdasarkan sumber dari directory KAP IAPI Institut Akuntan Publik Indonesia, di Indonesia ada empat KAP besar yang berafiliasi dengan KAP the big four, berdasarkan sumber dari IAPI diantaranya adalah: 1. KAP Osman Bing Satrio Rekan afiliasi dari Deloitte Touche. 2. KAP Purwanto, Sarwoko Sandjaja afiliasi dari Ernst Young. 3. KAP Haryanto Sahari Rekan afiliasi dari Pricewaterhouse Cooper. 4. KAP Sidharta Sidharta Harsono afiliasi dari KPMG. Keempat KAP the big four diatas dianggap memiliki kualitas audit yang diberikan lebih baik dibandingkan dengan KAP-KAP lain di Indonesia KAP non-big four. Sehingga keempat KAP tersebut diatas diberi label KAP the big four. Hal tersebut juga didasarkan pada ukuran dan reputasi KAP tersebut dalam memberikan jasa audit. Wikipedia 2008 menjelaskan Auditor Empat Besar The Big Four Auditors adalah kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan tertutup. Auditor Empat Besar adalah sebagai berikut, dengan data terakhirnya: 28 Tabel 2.1 Peringkat Auditor Internasional Firma Pendapatan Karyawan Tahun Fiskal PriceWaterhouseCoopers 28.2 miliar 146.700 2008 Deloitte Touche Tohmatsu 27.4 miliar 165.000 2008 Ernst Young 24.5 miliar 130.000 2008 KPMG 19.8 miliar 123.000 2008 Sumber: http:id.wikipedia.orgwikiThe_Big_Four_auditors.html Pada penelitian ini, penulis mengacu pada indikator yang digunakan oleh Riyatno 2007: 151 yaitu Ukuran KAP sebagai proksi kualitas membedakan KAP menjadi KAP besar Big four accounting firms dan KAP kecil Non big four accounting firms. Pembedaan tersebut dilakukan berdasarkan jumlah klien yang dilayani oleh suatu KAP, jumlah rekananggota yang bergabung, serta total pendapatan yang diperoleh dalam satu periode yaitu tahun 2008-2009. Namun karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki, penulis hanya menggunakan data jumlah rekanananggota yang bergabung sebagai ukuran KAP. Kantor Akuntan Publik KAP dikatakan besar menurut Majalah Akuntan Indonesia Edisi No. 16tahun IIIApril 2009 apabila memiliki minimal 10 sepuluh akuntan publik, sedangkan KAP dikatakan sedang apabila memiliki 3 tiga – 10 sepuluh akuntan publik, dan KAP dikatakan kecil apabila memiliki 1 satu – 3 tiga akuntan publik. 29

F. Kualitas Audit

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-2 1994, kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu. Sedangkan pengertian audit adalah pemeriksaan tentang keuangan atau pengujian efektivitas keluar masuknya uang dan penilaian kewajaran laporan yang dihasilkan. Menurut Rahayu 2010: 1, auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan, auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas audit adalah tingkat baik buruknya suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif atas suatu informasi untuk menentukan apakah suatu informasi disajikan secara wajar dan sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan dan dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. DeAngelo 1981 mendefinisikan kualitas audit sebagai suatu probabilitas dimana seorang auditor dapat menemukan serta melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi klien serta hasil penelitiannya tersebut juga menyimpulkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil. 30 Deis dan Giroux 1992: 462 melakukan penelitian tentang empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu 1 lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan, semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, 2 jumlah klien, semakin banyak jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, 3 kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan 4 review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan di-review oleh pihak ketiga. Dari beberapa definisi dan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas audit adalah kemampuan seorang auditor dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti untuk menemukan apakah terjadi misstatement dan pelanggaran serta auditor mampu untuk melaporkannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, auditor yang berkualitas dalam audit adalah auditor yang mampu menemukan salah saji dan pelanggaran serta juga mampu untuk melaporkannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai kualitas audit serta faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti kompetensi, independensi, audit fee, kepuasan klien dan kontrol kualitas oleh KAP, reputasi KAP telah banyak dilakukan 31 oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut banyak memberikan masukan serta kontribusi tambahan bagi auditor untuk mendeteksi dan mengatasi terjadinya audit yang tidak berkualitas. Tabel 2.2 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai kualitas audit. Tabel 2.2 Tabel Penelitian Terdahulu Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel yang Diteliti Metodologi Penelitian Hasil Penelitian M. Nizarul Alim, Trisni Hapsari, dan Liliek Purwanti 2007 Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderating 1. Kompetensi X1 2. Independensi X2 3. Etika Auditor X3 4. Kualitas Audit Y Sampel: auditor yang bekerja di KAP di Jawa Timur. Metode analisis data menggunakan Analisis Regresi Moderat Two Way Interactions . 1. Kompetensi X1 dan Independensi X2 memiliki memiliki pengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit Y. 2. Interaksi Kompetensi X1 dan Etika Auditor X3 tidak dapat dianalisis karena kedua variable tersebut dikeluarkan dari model penelitian 3. Interaksi Independensi X2 dan Etika Auditor X3 berpengaruh signifikan terhadap Kualitas audit Y Nurkholis 2003 Atribut Kualitas Audit: Persepsi Auditor, Manajer Akuntansi dan Pemakai Laporan Keuangan 1. Atribut Kualitas Audit Sampel: Manajer Akuntansi pada perusahaan Go Public , Auditor Big Five Accounting Firm , dan Terjadi perbedaan persepsi di antara ketiga kelompok responden. Faktor pengalaman KAP, kemampuan merespon kebutuhan klien, 32 Tabel 2.2 Lanjutan Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel yang Diteliti Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Kesimpulan Pemegang Saham Metode analisis data menggunakan Analisis Faktor pemahaman terhadap industri klien dan keterlibatan komite audit menjadi factor penting dalam meningkatkan kualitas audit Mukhlasin 2004 Pengaruh Atribut Kualitas Audit, Portofolio Jasa Audit, dan Reputasi KAP terhadap Kepuasan Klien 1. Kualitas Audit X1 2. Portofolio Jasa Audit X2 3. Reputasi KAP X3 4. Kepuasan Klien Y Sampel: Kontroler atau Internal Auditor Perusahaan Metode analisis data menggunakan Analisis Regresi Berganda Kualitas Audit X1, Portofolio Jasa Audit X2, dan Reputasi KAP X3 berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Klien Y Sri Murtini 2003 Persepsi Auditor tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor 1. Audit Tenure X1 2. Tekanan dari Klien X2 3. Review Rekan Auditor X3 4. Independensi Y Sampel: Random Sampling Auditor yang bekerja pada KAP Audit Tenure X1, Tekanan dari Klien X2, dan Review Rekan Auditor X3 berpengaruh signifikan terhadap Independensi Y HW Darmoko 2004 Profesionalisme Auditor KAP dilihat dari Perbedaan Gender, Tipe KAP, dan Hirarki Jabatannya 1. Perbedaan Gender X1 2. Tipe KAP X2 3. Hirarki Jabatan X3 4.Profesionalisme Auditor Y Sampel: auditor yang bekerja pada KAP Analisis data menggunakan analisis t-test, ANOVA dan non metrik 1. Gender X1 tidak menentukan Profesionalisme Y 2. Tipe KAP X2 menentukan Profesionalisme Y 3. Hirarki Jabatan X3 menentukan Profesionalisme seorang Auditor Marini Purwanto dan Simon Pengaruh Kualitas Audit, Pergantian 1. Kualitas Audit X1 2. Pergantian Sampel: Internal Auditor pada perusahaan 1. Kualitas Audit X1 berpengaruh terhadap 33 Tabel 2.2 Lanjutan Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel yang Diteliti Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Kesimpulan Haryanto 2004 Auditor terhadap Kepuasan Klien KAP di Indonesia Auditor X2 3. Kepuasan Klien Y Industri yang go public Analisis data menggunakan Analisis Regresi Berganda Kepuasan Klien Y 2. Pergantian Auditor X2 berpengaruh terhadap Kepuasan Klien Y Yulius Yogi Christiawan 2002 Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi hasil Penelitian Empiris 1. Kompetensi X1 2. Independensi X2 3. Kualitas Audit Y Studi terhadap literature dan kajian ilmiah Kualitas audit ditentukan oleh dua hal, yaitu kompetensi dan independensi Sumber: Diolah dari berbagai refrensi

H. Keterkaitan Antar Variabel

1. Kompetensi Auditor dengan Kualitas Audit