Patogenese Infeksi Saluran Kemih

tinggi dari kandung kemih bila taut vesiko-ureter utuh sehingga tidak terdapat refluks vesiko-ureter Sjamsuhidajat,1997; Schaeffer,1988. Kadang ada hubungan kausal yang erat infeksi saluran kemih dengan urolitiasis dan obstruksi saluran kemih. Lingkungan statis dan infeksi memungkinkan terbentuk batu yang juga akan menyebabkan bendungan dan memudahkan infeksi karena bersifat benda asing. Infeksi biasanya meluas, misalnya sistitis menyebabkan penyulit berupa prostatitis, epididimitis, dan bahkan sampai orkitis. Stasis urine, urolitiasis, dan infeksi saluran kemih merupakan peristiwa yang saling mempengaruhi. Secara berantai saling memicu, saling memberatkan dan saling mempersulit penyembuhan Sinaga,1996; Purnomo,2000. Infeksi dari sumber infeksi lain ditubuh secara hematogen jarang ditemukan. Kadang ada hubungan dengan obstruksi dan stasis. Penyebaran infeksi limfogen mungkin berasal dari kolon, servik, adneksa atau uretra. Ekstensi langsung perkontinuitatum dapat berasal dari abses appendiks, abses panggul, atau proses infeksi panggul yang lain. Umumnya infeksi dicegah oleh penyaliran arus kemih yang tidak terganggu. Setiap stasis, gangguan urodinamik, atau hambatan arus merupakan factor pencetus infeksi. Selain faktor lokal tersebut harus dipertimbangkan faktor pencetus umum yang disertai dengan diabetes melitus dengan atau tanpa neuropatia, penurunan immunitas, supresi sistem imun, atau malnutrisi. Biasanya dibedakan antara infeksi saluran kemih atas seperti pielonefritis, abses ginjal, Infeksi saluran kemih bawah seperti sistitis, atau uretritis, dan infeksi genital seperti prostatitis, epididimitis, dan orkitis. Bila ada infeksi saluran kemih setiap penderita yang dikateterisasi harus dilindungi dengan antibiotik. Kateterisasi atau instrumentasi endoskopik harus memenuhi syarat antiseptik. Komplikasi infeksi saluran kemih terdiri atas septisemia dan urolitiasis. Saluran kemih sering merupakan sumber bakteriemia yang disebabkan oleh penutupan mendadak oleh batu atau instrumentasi pada infeksi saluran kemih, seperti pada hipertrofi prostat dengan prostatitis. Bakteriemia dengan bacteria gram negatif mungkin disertai dengan syok toksik karena toksemia yang sering sukar diatasi. Untuk pencegahannya mutlak harus mentaati hukum antiseptik kateterisasi. Prinsip antiseptik pada kateterisasi saluran kemih : Sjamsuhidajat, 1997 - Kateter menetap sedapat mungkin tidak dipakai dan hanya dipakai atas indikasi yang tegas, - Kateter dipasang dengan memperhatikan syarat dasar aseptik, - Sebaiknya digunakan sistem penyalir tertutup berkatup searah, - Penyaliran harus bersifat bebas hambatan dan turun, - Irigasi yang tidak perlu harus dihindari, - Penggantian kateter setiap 2-3 minggu, - Air kemih harus dibiakkan setiap manipulasi pasien, - Bila ada kolonisasi kemih asimptomatik, diberikan antibiotik sebelum kateter dicabut

2.5.1. Patogenese Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih terjadi karena adanya gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi uropatogen sebagai agent dengan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host yang menurun ataupun karena virulensi agent meningkat Purnomo,2000. ©2003 Digitized by USU digital library 26 Ada empat macam cara masuknya kuman ke dalam saluran kemih Bahnson,1992; Schaeffer,1998; Purnomo,2000. 2.5.1.1. Infeksi Aesenden Ascending Infection Kuman masuk melalui uretra adalah penyebab paling sering dari infeksi saluran kemih, baik pada pria maupun wanita. Pada keadaan normal bakteri dalam urine kandung kemih biasanya akan dikeluarkan sewaktu berkemih, tetapi keadaan ini tidak akan dijumpai bila ada urine stasis. Kuman yang berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal di dalam introitus vagina, preputium penis, kulit perineum dan sekitar anus cenderung lebih sering menyebabkan infeksi saluran kemih asenden. Pubertas, hubungan seksual sebagaimana ada istilah “honeymoon cystitis” dan melahirkan juga mempertinggi resiko terjadinya infeksi saluran kemih pada wanita. Pada pria aktifitas seksual juga mempertinggi terjadi infeksi saluran kemih. 2.5.1.2. Melalui Aliran Darah Hematogenous Spred Penyebaran melalui aliran darah jarang terjadi, pada kasus-kasus tuberkulosis, abses ginjal dan abses perinefrik. Sebaliknya bakteri sering masuk kealiran darah pada penderita infeksi akut, ginjal dan prostat. Bakteriemia karena komplikasi infeksi saluran kemih ini lebih sering terjadi pada penderita yang mengalami kelainan struktur dan fungsi saluran kemih.

2.5.1.3. Melalui Aliran Lymph Lymphatogenous Spread

Infeksi saluran kemih melalui lymph, walau sangat jarang namun dapat terjadi. Kemungkinan bakteri patogen masuk melalui aliran lymph rektum atau koloni menuju prostat atau kandung kemih, dapat juga melalui aliran lymph peri-uterina pada wanita.

2.5.1.4. Penyebaran Langsung dari Organ Sekitarnya Direct Extension From Other Organ

Abses intra peritoneum khususnya yang disebabkan oleh peradangan usus halus, radang pelvik yang berat pada wanita, abses para vesikal dan fistel saluran kemih khususnya fistel vesikovagina dan vesiko intestinal dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dengan cara penyebaran langsung. 2.5.2. Faktor Yang Mempermudah Terjadinya Infeksi Saluran Kemih Walaupun telah diketahui bahwa bakteri penyebab infeksi saluran kemih paling sering berasal dari daerah perineum faecal origin tetapi faktor yang menyebabkan bakteri ini dapat menginvasi saluran kemih dan menimbulkan infeksi masih belum diketahui sepenuhnya. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa infeksi saluran kemih dimulai dengan melekatnya bakteri pada sel epitel saluran kemih. Sekarang diyakini bahwa infeksi saluran kemih adalah suatu proses dinamika yang menyertai perubahan pada sel bakteri dan pada sel penderita Purnomo,2000.

2.5.2.1. Faktor dari Host. Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk kedalam

saluran kemih disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah : 1. Pertahanan lokal dari host. 2. Peranan dari sistem kekebalan tubuh yang terdiri atas imunitas humoral maupun imunitas selular. ©2003 Digitized by USU digital library 27 Beberapa Faktor Pertahanan Lokal dari Tubuh terhadap suatu Infeksi, adalah: • Mekanisme pengosongan urine yang teratur dari buli-buli dan gerakan peristaltik uretra wash out mechanism. • Derajat keasaman pH urine yang rendah • Adanya ureum di dalam urine • Osmolalitas urine yang cukup tinggi • Estrogen pada wanita pada usia produktif • Panjang uretra pada pria • Adanya zat anti bakteria pada kelenjar prostat atau PAF Prostatic Anti bacterial Factor yang terdiri atas unsur Zn • Uromukoid protein Tamm-Horsfall yang menghambat penempelan bakteri pada urotelium. Mikroorganisme mudah mencapai saluran kemih karena terdapat beberapa faktor yang memberi peluang mikroorganisme memasuki saluran kemih, antara lain : Faktor yang memudahkan Organisme masuk kedalam Saluran Kemih, adalah: • Tindakan instrumentasi transuretra kateter menetap, businasi, dan operasi endourologi • Hubungan seksual • Prolapsus vagina Faktor yang menyebabkan Stasis Urine, adalah : • Sering menahan kencing • Kurang minum sehingga menyebabkan produksi urine berkurang • Obstruksi saluran kemih • Refluk vesiko-ureter • Buli-buli neurogen • Divertikel buli-buli

2.5.2.2. Faktor dari Uropatogen.

Terjadinya infeksi saluran kemih dimulai adanya kolonisasi bakteri pada epitel vagina atau uretra. Karena beberapa faktor yang berasal dari host, bakteri masuk kedalam buli-buli dan menempel pada diding urotelium melalui pili atau fimbria yaitu suatu tonjolan pada permukaan sel bakteri yang berbentuk seperti rambut. Ditinjau dari jenis pili fimbrianya, terdapat dua jenis bakteri yang mempunyai virulensi berbeda, yaitu bakteri tipe pili I yang banyak menimbulkan infeksi pada sistitis dan tipe pili P yang sering menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut. Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen, menghasilkan toksin hemolisin, dan menghasilkan enzim urease yang dapat merubah suasana urine menjadi basa.

2.5.3. Bakteriuria Kass,1956; Narayan,1995; Dzen,1996.