Hubungan Penggunaan Kateter Urin dan Infeksi Saluran Kemih pada Anak

(1)

TESIS

HUBUNGAN PENGGUNAAN KATETER URIN DAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK

LORINDA ROSALINA.P.HARAHAP 097103019/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

Judul Penelitian : Hubungan Penggunaan Kateter Urin dan Infeksi Saluran Kemih pada Anak

Nama Mahasiswa : Lorinda Rosalina P Harahap Nomor Induk Mahasiswa : 097103019

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Ilmu Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. dr. Hj. Rafita Ramayati, SpA(K)

Anggota

dr. Hj. Sri Sofyani MKed(Ped), SpA(K)

Program Magister Kedokteran Klinik

Sekretaris Program Studi, Dekan

Dr. Murniati Manik, MSc, SpKK, SpGK

NIP. 19530719 198003 2 001 NIP. 19540220 198011 1 001 Prof. Dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD, KGEH

Tanggal lulus : 23 Januari 2015


(3)

HUBUNGAN PENGGUNAAN KATETER URIN DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak) Dalam Program Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi Kesehatan Anak

Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

LORINDA R.P.HARAHAP 097103019/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 23 Januari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua: Prof. Dr. Hj. Rafita Ramayati, SpA(K) ……… Anggota: 1. Dr. Hj. Sri Sofyani MKed(Ped),SpA(K) ……… 2. Dr. Zulfikar Lubis SpPK ……… 3. Prof. Dr. Hj. Bidasari Lubis, SpA(K) ……… 4. Dr. Rita Evalina MKed(Ped), SpA(K) ………


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama Prof. dr. Rafita Ramayati, SpA(K), dan Dr. Hj. Sri Sofyani MKed(Ped), SpA(K) yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Anak FK-USU, dan dr. Beby Sofyani Hasibuan, SpA(K), sebagai Sekretaris Program Studi yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan


(6)

4. Prof. dr. Hj. Bidasari Lubis, SpA(K), Dr.Rita Evalina MKed(Ped), SpA (K), yang sudah membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

5. Dr.dr.Hj.Okerina Ramayani SpA(K), yang sudah membimbing saya dan memberikan bantuannya dalam penyelesaian tesis ini

6. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

7. Teman-teman yang tidak mungkin bisa saya lupakan yang telah membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, Marlina Tanjung, Wardah dan Nurhandayani, Terimakasih untuk kebersamaan kita dalam menjalani pendidikan selama ini.

8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orangtua saya H.Rapotan Harahap dan Hj. Syariana Siregar serta kedua mertua saya H.Achmad Gumry Sirait dan Hj. Ratna Dewi Lubis, suami saya Riza Sirait, serta anak-anak saya M.Farhan Sirait, Nazwa Febryanti Sirait dan M.Ariza Pasha Sirait atas pengertian serta dukungan yang sangat besar, terima kasih karena selalu mendo’akan saya dan memberikan bantuan moril dan materil, serta abang saya bang inov yang selalu mendo’akan dan memberikan dorongan selama mengikuti pendidikan ini. Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT.


(7)

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, 23 Januari 2015


(8)

DAFTAR ISI

Lembaran Persetujuan Pembimbing ii

Halaman Pengesahan Tesis iv

Ucapan Terima Kasih v

Daftar Isi vii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Daftar Singkatan dan Lambang xii

Abstrak xiii

Abstract xiv

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 4

1.3. Hipotesis 4

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum 4

1.4.2. Tujuan Khusus 4

1.5. Manfaat Penelitian 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Infeksi saluran kemih paska kateterisasi urin pada anak 6 2.2. Metode pemasangan kateter 11

2.3. Pemilihan jenis kateter 12

2.4. Pencegahan infeksi saluran kemih paska penggunaan

kateter 14

2.5. Kerangka Konseptual 16

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian 17

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 17

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 17

3.4. Perkiraan Besar Sampel 17

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 18

3.5.1. Kriteria Inklusi 18

3.5.2. Kriteria Eksklusi 19

3.6. Persetujuan / Informed Consent 19

3.7. Etika Penelitian 19

3.8. Cara Kerja Penelitian 19

3.9. Alur Penelitian 21

3.10. Identifikasi Variabel 22


(9)

3.12. Pengolahan dan Analisis Data 23

BAB 4. HASIL PENELITIAN 24

BAB 5. PEMBAHASAN 28

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 33

RINGKASAN 34

Daftar Pustaka 40

Lampiran

1. Personil Penelitian 45

2. Biaya Penelitian 45

3. Jadwal Penelitian 46

4. Data Pasien 47

5. Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua 48 6. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) 50


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.Karakteristik Sampel 26

Tabel 4.2. Analisis data bivariat antara variabel-variabel


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pembentukan Biofilm 11

Gambar 2. Standart pelaksanaan operasional pemasangan kateter 15

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian 16

Gambar 4. Alur Penelitian 21


(12)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

ISK : Infeksi saluran kemih

AAP : American Association of Pediatrics

GCS : Glasgow Coma Scale

pH : Potential of Hydrogen

CAUTI : Catheter-associated urinary tract infection

SARI : Strategy for control of antimicrobial resistant In ireland RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

n : Jumlah subjek / sampel Zα : Deviat baku normal untuk α

Zβ : Deviat baku normal untuk β

α : Kesalahan tipe I

β : Kesalahan tipe II

P1 : Insidens efek pada kelompok dengan faktor resiko P2 : Insidens efek pada kelompok tanpa faktor resiko P : Besarnya peluang untuk hasil yang diobservasi bila hipotesis nol benar

SD : Standart Deviasi

RR : Relative Ratio


(13)

Hubungan Penggunaan Kateter Urin Dan Infeksi Saluran Kemih Pada Anak Lorinda Rosalinaq

Department Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara,

, Rafita Ramayati, Sri Sofyani

Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan, Indonesia

Abstrak

Latar belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan keadaan yang paling sering dijumpai pada nefrologi anak, berupa penyakit infeksi yang masuk dan berkembang biaknya kuman/mikroorganisme didalam saluran kemih mulai dari orificium uretrae

sampai ke ginjal. Infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan penggunaan kateter merupakan penyebab infeksi yang sering dijumpai yaitu lebih dari 40% dari seluruh infeksi yang didapat dirumah sakit. Penelitian di Turki menyebutkan sekitar 73,27% ISK terjadi berkaitan dengan status GCS oleh karena adanya penyakit yang mendasari, kelemahan otot dan usia dari pasien.

Objektif Menilai hubungan infeksi saluran kemih dengan penggunaan kateter urin pada anak selama dirawat di RS H. Adam Malik Medan.

Metode ini merupakan studi cross sectional dilakukan pada bulan Maret 2014 - Juni 2014 (umur 1 sampai 12 tahun) yang membutuhkan urine kateter tanpa gangguan saluran kemih sebelumnya termasuk dalam penelitian. Setelah menahan kencing, urine dan pemeriksaan kultur urin <24 jam dan 72 jam. Jika hasil urinalisis dan urin kultur <24 jam hasilnya positif, dan menemukan adanya nitrit, atau leukosituria atau bakteriuria, maka pasien tersebut dikeluarkan dari penelitian. Tetapi jika hasilnya negatif, maka pasien akan dimasukkan ke dalam kriteria inklusi untuk pemeriksaan lebih lanjut urin akan menjadi hari ke-3 atau 72 jam.

Hasil Sebanyak 55 subyek yang memenuhi syarat. Penggunaan kateter urin dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan pada terjadinya Infeksi Saluran Kemih (ISK) dengan nilai P = 0,001, dengan kultur urin positif hasil bakteri Escherichia coli (40%). Tapi penilai faktor risiko yang GCS awal dan durasi pengobatan tidak ditemukan hasil yang signifikan terhadap kejadian ISK.

Kesimpulan penelitian ini menunjukkan hubungan antara penggunaan kateter urin dengan ISK


(14)

Relationships Using Urine Catheter and Urinary Tract Infections in Children Lorinda Rosalina

Department of Child Health, Medical School, University of Sumatera Utara, , Rafita Ramayati, Sri Sofyani

Haji Adam Malik General Hospital, Medan, Indonesia

Abstract

Background Urinary tract infection (UTI) is a condition most common in children nephrology, infectious diseases such as entering and breeding of bacteria / microorganisms in the urinary tract from the orifices urethrae up to the kidneys. Urinary tract infections associated with the use of catheters is a common cause of infection is more than 40% of all hospital-acquired infections. Study in Turkey about 73.27% of UTI occurred with regard to the status of Glasgow Coma Scale

(GCS) due to the underlying disease, muscle weakness and age of the patient

ObjectiveTo

.

assess the relationship of urinary tract infections with the use of urinary catheters for hospitalized children in Adam Malik hospital Medan.

Methods

This is a cross sectional study conducted in March 2014 - June 2014 (aged 1 to 12 years) who require a catheter urine without previous urinary tract disorders included in the study. After holding urine, urinalysis and culture examination of urine <24 hours and 72 hours. If the results of urinalysis and urine culture <24 hours the results are positive, and found the presence of nitrite, or leukosituria or bacteriuria, then these patients were excluded from the study . But if the result is negative, then the patient will be entered into the inclusion criteria for further examination of the urine will be the 3rd day or 72 hours

ResultsA total of 55 subjects were eligible.

.

The use of urinary catheters in this study showed significant results on the occurrence of Urinary Tract Infection (UTI) with a value of P = 0.001, with a positive urine culture results bacteria Escherichia coli (40%). But of assessors of risk factors that initial GCS and the duration of treatment was not found significant results on the incidence of UTI

Conclusion

.

This study shows an association between the use of urinary catheters with UTI

Keywords:

Urinary tract infection , urinary catheters, Glasgow Coma Scale


(15)

Hubungan Penggunaan Kateter Urin Dan Infeksi Saluran Kemih Pada Anak Lorinda Rosalinaq

Department Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara,

, Rafita Ramayati, Sri Sofyani

Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan, Indonesia

Abstrak

Latar belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan keadaan yang paling sering dijumpai pada nefrologi anak, berupa penyakit infeksi yang masuk dan berkembang biaknya kuman/mikroorganisme didalam saluran kemih mulai dari orificium uretrae

sampai ke ginjal. Infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan penggunaan kateter merupakan penyebab infeksi yang sering dijumpai yaitu lebih dari 40% dari seluruh infeksi yang didapat dirumah sakit. Penelitian di Turki menyebutkan sekitar 73,27% ISK terjadi berkaitan dengan status GCS oleh karena adanya penyakit yang mendasari, kelemahan otot dan usia dari pasien.

Objektif Menilai hubungan infeksi saluran kemih dengan penggunaan kateter urin pada anak selama dirawat di RS H. Adam Malik Medan.

Metode ini merupakan studi cross sectional dilakukan pada bulan Maret 2014 - Juni 2014 (umur 1 sampai 12 tahun) yang membutuhkan urine kateter tanpa gangguan saluran kemih sebelumnya termasuk dalam penelitian. Setelah menahan kencing, urine dan pemeriksaan kultur urin <24 jam dan 72 jam. Jika hasil urinalisis dan urin kultur <24 jam hasilnya positif, dan menemukan adanya nitrit, atau leukosituria atau bakteriuria, maka pasien tersebut dikeluarkan dari penelitian. Tetapi jika hasilnya negatif, maka pasien akan dimasukkan ke dalam kriteria inklusi untuk pemeriksaan lebih lanjut urin akan menjadi hari ke-3 atau 72 jam.

Hasil Sebanyak 55 subyek yang memenuhi syarat. Penggunaan kateter urin dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan pada terjadinya Infeksi Saluran Kemih (ISK) dengan nilai P = 0,001, dengan kultur urin positif hasil bakteri Escherichia coli (40%). Tapi penilai faktor risiko yang GCS awal dan durasi pengobatan tidak ditemukan hasil yang signifikan terhadap kejadian ISK.

Kesimpulan penelitian ini menunjukkan hubungan antara penggunaan kateter urin dengan ISK


(16)

Relationships Using Urine Catheter and Urinary Tract Infections in Children Lorinda Rosalina

Department of Child Health, Medical School, University of Sumatera Utara, , Rafita Ramayati, Sri Sofyani

Haji Adam Malik General Hospital, Medan, Indonesia

Abstract

Background Urinary tract infection (UTI) is a condition most common in children nephrology, infectious diseases such as entering and breeding of bacteria / microorganisms in the urinary tract from the orifices urethrae up to the kidneys. Urinary tract infections associated with the use of catheters is a common cause of infection is more than 40% of all hospital-acquired infections. Study in Turkey about 73.27% of UTI occurred with regard to the status of Glasgow Coma Scale

(GCS) due to the underlying disease, muscle weakness and age of the patient

ObjectiveTo

.

assess the relationship of urinary tract infections with the use of urinary catheters for hospitalized children in Adam Malik hospital Medan.

Methods

This is a cross sectional study conducted in March 2014 - June 2014 (aged 1 to 12 years) who require a catheter urine without previous urinary tract disorders included in the study. After holding urine, urinalysis and culture examination of urine <24 hours and 72 hours. If the results of urinalysis and urine culture <24 hours the results are positive, and found the presence of nitrite, or leukosituria or bacteriuria, then these patients were excluded from the study . But if the result is negative, then the patient will be entered into the inclusion criteria for further examination of the urine will be the 3rd day or 72 hours

ResultsA total of 55 subjects were eligible.

.

The use of urinary catheters in this study showed significant results on the occurrence of Urinary Tract Infection (UTI) with a value of P = 0.001, with a positive urine culture results bacteria Escherichia coli (40%). But of assessors of risk factors that initial GCS and the duration of treatment was not found significant results on the incidence of UTI

Conclusion

.

This study shows an association between the use of urinary catheters with UTI

Keywords:

Urinary tract infection , urinary catheters, Glasgow Coma Scale


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan yang paling sering dijumpai pada nefrologi anak, yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya kuman/mikroorganisme didalam saluran kemih mulai dari orificium uretrae sampai ke ginjal.1 Infeksi saluran kemih pada anak dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis, lokasi infeksi, dan kelainan saluran kemih. Gejala klinis ISK pada anak sangat bervariasi, ditentukan oleh intensitas reaksi peradangan, letak infeksi (ISK atas dan ISK bawah).2 Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit infeksi tersering pada anak.3 Pada kebanyakan anak, ISK dapat menimbulkan angka kesakitan yang bermakna, membutuhkan rawat inap, dan menimbulkan dampak jangka panjang seperti parut ginjal, hipertensi dan gagal ginjal kronik.3,4

Prevalensi ISK pada anak tergantung dari umur dan jenis kelamin, pada anak

laki-laki di bawah satu tahun sekitar 3%, pada anak laki-laki di atas satu tahun sekitar 2%, pada anak perempuan di bawah satu tahun 7%, dan pada anak perempuan di atas satu tahun 8%.2,5 Diagnosis ISK ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium yang dipastikan dengan biakan urin.

Interpretasi hasil biakan urin tergantung pada teknik pengambilan sampel urin, waktu, dan keadaan klinik.

2

2

American Association of Pediatrics (AAP) merekomendasi aspirasi suprapubik atau kateter uretra untuk mendiagnosis ISK pada neonatus dan anak.4 Kateter sering dipakai pada pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit dalam hal


(18)

ini berpotensi menjadi ISK dan keadaan ini sering menjadi penyebab terjadinya ISK di rumah sakit.6

Diperkirakan sekitar 80% ISK yang didapat di rumah sakit yang berhubungan dengan penggunaan kateter sementara oleh karena infeksi lainnya sekitar 5% sampai 10%.

7 Infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan pemasangan kateter urin ini,

merupakan keadaan yang seharusnya dapat dicegah. Kateter urin sering ditempatkan pada kondisi yang tidak perlu dan kateter tidak segera dicabut segera, ketika tidak lagi dibutuhkan. Kateter juga menyebabkan ketidaknyamanan, membatasi mobilitas, dan menunda pasien untuk keluar rumah sakit (hospital discharge). Intervensi pencabutan/removal kateter urin yang tidak diperlukan lagi, dapat meningkatkan keselamatan pasien.

Risiko terkena ISK karena penggunaan kateter tergantung pada metode dan durasi penggunaan kateter, kualitas perawatan kateter dan daya tahan tubuh. Cara yang paling efektif untuk mencegah terjadinya ISK karena penggunaan kateter adalah menjaga sistem drainase urin tertutup dari kandung kemih ke dalam tas penampung.

8

Banyak rumah sakit yang tidak

9

memperhatikan masalah substansial disebabkan lamanya pemakaian kateter urin. Prosedur pemakaian kateter merupakan prosedur invasif dengan konsekuensi negatif bagi keselamatan pasien, namun kurang dari 75% rumah sakit menanggapi survei dan memantau apakah/perlunya pemakaian kateter pada pasien. Hanya 25% dari fasilitas mendokumentasikan durasi kateterisasi. Strategi yang paling penting untuk pencegahan infeksi saluran kencing yang berhubungan dengan kateter yaitu harus menghindari masuknya kuman melalui kateter dan, jika kateter harus digunakan, untuk membatasi durasi waktu sesingkat mungkin.10


(19)

Pada kebanyakan rumah sakit, penggunaan kateter urin pada populasi anak dibatasi oleh indikasi tertentu yaitu indikasi medis maupun indikasi bedah, Mengingat perawatan, risiko terjadinya ISK berhubungan dengan pemasangan kateter di Rumah Sakit Adam Malik perlu diteliti untuk pencegahan terjadinya ISK yang berhubungan dengan pemakaian kateter pada anak.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan: Apakah terdapat hubungan infeksi saluran kemih pada anak dengan penggunaan kateter urin di RS H. Adam Malik

1.3. Hipotesis

Terdapat hubungan infeksi saluran kemih pada anak dengan penggunaan kateter urin

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan infeksi saluran kemih pada anak dengan penggunaan kateter urin

1.5. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teori

Studi ini meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kateter urin yang berhubungan dengan terjadinya infeksi saluran kemih pada anak yang dirawat dirumah


(20)

sakit sehingga membantu dokter dalam penatalaksanaan dan pencegahan anak dengan infeksi saluran kemih.

2. Manfaat bagi masyarakat

Studi ini membantu perencanaan strategi pencegahan infeksi saluran kemih pada anak yang dirawat di rumah sakit, dengan penggunaan kateter urin, sehingga dapat mengurangi komplikasi infeksi karena penggunaan kateter urin dan bermanfaat dalam usaha mengurangi kejadian infeksi saluran kemih pada anak

3. Manfaat bagi pengembangan ilmu dan penelitian

Memberikan data awal terhadap bidang nefrologi anak tentang infeksi saluran kemih pada anak dengan penggunaan kateter urin


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Infeksi saluran kemih paska kateterisasi urin pada anak

Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK atau kontaminasi dari uretra, vagina ataupun dari flora di periuretral. Dalam keadaan normal,urin baru dan segar adalah steril.1 Bakteriuria bermakna yaitu bila ditemukan jumlah koloni > 105/ml spesies yang sama pada kultur urin dari sampel mid-stream. Ini merupakan gold standard untuk diagnostik ISK.1 Studi kolaboratif ditujuh rumah sakit pendidikan di Indonesia pada tahun 1988 mendapatkan kejadian ISK pada anak yaitu 1,95 % dari penderita yang dirawat di bangsal anak RSUP Kariadi/ FK Undip Semarang.

Infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan penggunaan kateter merupakan penyebab infeksi yang sering dijumpai yaitu lebih dari 40% dari seluruh infeksi yang didapat dirumah sakit.

11

8 Disamping itu faktor kesadaran yang dinilai dengan

skor Glasgow Coma Scale (GCS) juga mempengaruhi terjadinya risiko ISK, penelitian di Turki menyebutkan sekitar 73.27% ISK terjadi berkaitan dengan status GCS oleht karena adanya penyakit yang mendasari, kelemahan otot dan usia dari pasien.12,13 Penggunaan kateter urin sering digunakan sebagai prosedur medis rutin untuk mengalirkan secara langsung dari kandung kemih ke dalam kantong penampung urin. Kateter urin digunakan di rumah sakit untuk menjaga pengeluaran urin pada pasien yang akan menjalani operasi, untuk pasien yang secara fisik harus berada di tempat tidur dan pasien kritis yang memerlukan monitoring pengeluaran urin.14 Kateter urin


(22)

yang paling umum digunakan adalah indwelling folley kateter, dimana sistem steril tertutup terdiri dari selang yang dimasukkan melalui uretra dan dilekatkan oleh balon tiup untuk memungkinkan drainase urin kandung kemih. Meskipun kateter ini pada awalnya dirancang untuk penggunaan jangka pendek pada pasien, tetapi pada saat ini penggunaan kateter urin bisa digunakan dalam jangka panjang selama dalam pengawasan.15 Studi di Turki menunjukkan bahwa lamanya rawat inap di rumah sakit, lamanya penggunaan kateter dan lamanya pemakaian antibiotik memiliki tiga kali lebih tinggi risiko terjadinya ISK dibandingkan dengan yang tanpa penggunaan kateter.

Penggunaan kateter indwelling uretra pada pasien selama lima hari atau lebih dapat menyebabkan bakteriuria dan candiduria.

15

16 Pada penelitian di Turki

didapatkan bahwa infeksi setelah pemakaian kateter sering terjadi dan hal ini dikaitkan dengan adanya peningkatan risiko bakteriuria sekitar 5%.17,18 Pada studi di turki dikatakan juga bahwa komplikasi tersering dari kateter urin adalah bakteriuria sebagai akibat dari trauma ataupun uretritis.19

Pasien dengan kateter indwelling dapat terinfeksi melalui mikroorganisme yang dapat berpindah dari luar kateter ke dalam kandung kemih.

20

Ada dua cara masuknya kuman yang dapat menimbulkan ISK pada pasien dengan penggunaan kateter yaitu: secara jalur ekstraluminal dan intraluminal. Jalur ekstraluminal dapat terjadi pada awal pemasangan kateter dimana hal ini disebabkan oleh inadekuat antiseptik atau faktor kontaminasi, atau dikarenakan kolonisasi kuman di meatus yang menyebabkan naiknya mikroorganisme dari permukaan kateter ke perineum. Jalur intraluminal

berasal dari sistem drainase tertutup yaitu melalui irigasi kandung kemih tanpa tindakan asepsis yang tepat atau lebih umumnya karena adanya kontaminasi kantung


(23)

penampung urin oleh petugas kesehatan karena tidak membersihkan tangan pada saat akan mengosongkan kantung urin atau mengganti tas penampung urin.14,21

Pada penggunaan sistem drainase kemih terbuka, bakteri dapat tumbuh dalam waktu satu sampai dengan dua hari, sedangkan dengan sistem drainase kemih tertutup, bakteri akan tumbuh dalam waktu sepuluh hari sampai dengan dua minggu dan kebanyakan sampai dengan tiga puluh hari akan terjadi bakteriuria.20,22 Mempertahankan sistem drainase tertutup sebenarnya sulit, dan seandainya dapat dipertahankan, ISK yang terjadi akibat penggunaan kateter urin dapat terjadi sekitar 50% pada kasus dengan penggunaan kateter urin lebih dari lima hari.9 Patogenesis infeksi saluran kemih setelah pemasangan kateter terjadi pada awal proses pemasukan kateter di lubang uretra, dimana hal ini disebabkan oleh proses desinfeksi yang tidak adekuat. Sekitar 20% individu, dijumpai kolonisasi kuman setelah pemasangan kateter.

Masuknya benda asing seperti indwelling kateter ke dalam kandung kemih

meningkatkan kemungkinan terjadinya ISK, dimana hal ini dapat menyebabkan masuknya kuman dan sebagian besar uropatogen berasal dari konkomitan feses dan kontaminasi dari tangan petugas atau dari mikroflora yang ada di periuretral.

22

15

Adanya benda asing memudahkan terjadi pembentukan biofilm sehingga patogen berkembang biak dengan lebih mudah dan dapat menyebabkan infeksi.23 Biofilm adalah komunitas bakteri yang melekat pada substrat atau permukaan. Bakteri gram positif dan gram negatif dapat membentuk biofilm pada peralatan medis. Bakteri pembentuk biofilm yang paling sering Enterococcus faecalis, Staphylococcus aerius, Staphylococcus


(24)

epidermidis, Streptococcus viridans, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Proteus mirabilis, dan Pseudomonas aeroginosa.

Gambaran khusus mengenai penggunaan kateter yang menimbulkan ISK adalah infeksi yang berhubungan dengan biofilm, dimana infeksi yang diakibatkan biofilm ini tidak terbatas pada kateter urin tetapi dapat juga berhubungan dengan batu saluran kemih, parut dan jaringan nekrotik, obstruktif saluran kemih dan prostatitis bakterial. Bakteri yang berlebih pada biofilm berintegrasi pada material organik atau anorganik, dapat berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, dapat merubah gen yang mengkodekan struktur target antibiotik dan mematikannya.

24

Setelah pemasangan kateter kedalam tubuh maka terjadi kontak dengan cairan tubuh misalnya darah, urin, air liur dan lendir. Di dalam saluran kemih, glikoprotein, berbagai ion, polisakarida dan komponen lain menyebar dalam beberapa menit menuju permukaan alat yang telah dipasang. Komponen makro molekul dari cairan tubuh ini menyerap sangat cepat ke permukaan bahan untuk membentuk suatu air conditioning film sebelum masuknya organisme pertama sekali. Peran film ini sangat penting dikarenakan banyaknya pathogen yang tidak memiliki mekanisme secara langsung pada permukaan alat. Kemampuan mikroorganisme pada permukaan dipengaruhi oleh interaksi elektrostatik dan hidrofobik, kekuatan ionik, osmolalitas dan pH urin.

7

Beberapa teori telah diajukan untuk

23

menjelaskan interaksi antara mikroba dan permukaan tempat menempelnya mikroba. Mekanisme yang tepat tentang biomaterial masih dalam penelitian. Perlekatan awal antara mikroba dengan tempat menempelnya


(25)

Gambar 1. Pembentukan biofilm 2.2 Metode pemasangan kateter

23

Metode yang digunakan dalam penggunaan kateter adalah single kateter (bakteri tumbuh sekitar 1% sampai 5% kasus) sering digunakan untuk pasien dengan retensi urin, short-term kateter ( penggunaan kateter ≤ 7 hari), indikasinya untuk memo nitor urin output pada pasien-pasien yang kritis, untuk obstruksi saluran kemih dan pada saat dilakukannya tindakan operasi, dan sekitar 10% sampai dengan 30% menimbulkan bakteriuria, long-term kateter (penggunaan kateter lebih dari 28 hari) dan sekitar 95% menimbulkan bakteriuria, indikasinya biasa pada pasien yang sudah tidak mampu untuk metode yang digunakan dalam penggunaan kateter adalah single kateter (bakteri tumbuh sekitar 1% sampai 5% kasus) sering digunakan untuk pasien dengan retensi urin, short-term kateter (penggunaan kateter ≤ 7 hari), indikasinya untuk memonitor urin


(26)

dilakukannya tindakan operasi, dan sekitar 10% sampai dengan 30% menimbulkan bakteriuria, long-term kateter berkemih secara spontan.

Alternatif lain dari metode kateterisasi urin adalah intermitten kateter yaitu memasukkan kateter urin kedalam kandung kemih melalui uretra atau saluran genital yang berguna untuk mengalirkan urin dan kateter segera dilepas setelah mengosongkan kandung kemih dan hal ini merupakan gold standart drainase urin untuk disfungsi kandung kemih, suprapubik kateter adalah memasukkan kateter urin melalui dinding anterior abdominal dimana hal ini dilakukan karena keadaan akut dan kronik dari retensi urin yang tidak berhasil dilakukan dengan kateter uretral, kondom kateter, uretral stent/ prothese.

25

26

2.3 Pemilihan jenis kateter

Penggunaan kateter disesuaikan dengan kebutuhan pasien yaitu dengan memilih jenis kateter yang tepat untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan pasien. Perlu dipertimbangkan penggunaan antiseptik jika resiko terjadinya Catheter-associated urinary tract infection (CAUTI) tidak menurun meskipun teknik aseptic, pemasangan kateter yang tepat dan pemeriksaan kateter berkala telah dilakukan.

Sebelum pemasangan folley catheter disarankan untuk menggunakan pelumas steril atau gel anestesi pada meatus uretral untuk mengurangi trauma dan infeksi yang dapat menyebabkan masuknya bakteri kedalam saluran kemih. Pada saat pemasangan kateter masing-masing tenaga kesehatan harus mendokumentasi indikasi pemasangan kateter, tanggal dan waktu pemasangan kateter, jenis dan ukuran dari kateter, jumlah air yang digunakan untuk mengembangkan balon, nama petugas yang memasang


(27)

kateter.25 Ukuran kateter yang sering digunakan pada anak adalah 6-10 fr dan panjangnya untuk anak 30 cm dan balon kateter untuk indwelling kateter yang dipasangkan pada kandung kemih harus diisi sesuai volume yang dianjurkan .

Pada sebuah systematic review menemukan bahwa ada bukti yang cukup untuk menyatakan bahwa kejadian ISK dari pemakaian kateterisasi intermiten

dipengaruhi oleh teknik penggunaan yang steril, dan direkomendasikan teknik aseptik dan peralatan yang steril untuk kateterisasi intermiten dalam perawatan kesehatan.

26

27

Manajemen kateter urin harus diterapkan secara standar oleh petugas kesehatan kepada semua pasien, dekontaminasi tangan harus dilakukan petugas sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, sebelum dibersihkan dan prosedur aseptik dan setelah pengosongan urin.25

2.4 Pencegahan infeksi saluran kemih paska penggunaan kateter

Dalam dua dekade terakhir ini telah dilakukan percobaan untuk mengevaluasi metode untuk mengurangi risiko terjadinya ISK akibat penggunaan kateter urin.28 Kateter urin

indwelling yang digunakan, sekitar 15% sampai 25% pada pasien dengan perawatan jangka pendek selama rawat inap merupakan predisposisi terhadap terjadinya bakteriuria.

Strategy for the Control of Antimicrobial Resistance in Ireland (SARI) pada tahun 2001 oleh health protection surveillance center di kota Dublin menghasilkan strategi untuk pencegahan ISK akibat penggunaan kateter di Irlandia yang menjadi pedoman untuk pencegahan ISK oleh karena pemakaian kateter.

29


(28)

Rekomendasi tersebut meliputi edukasi pada tenaga kesehatan dan keluarga pasien, pelatihan dan kompetensi dalam menentukan penilaian untuk tenaga kesehatan, hindari penggunaan kateter yang tidak diperlukan, mempersingkat durasi penggunaan kateter,kebersihan tangan dengan menggunakan sarung tangan, aseptik pada pemasangan kateter, mencegah obstruksi saluran kemih, pertahankan sistim drainase urin steril dan tertutup, interval kateter individual diubah, perawatan meatus,

aseptik urin spesimen, hindari washout kandung kemih, penggunaan antimicrobial agent,dokumentasi dan pemantauan, pengawasan dan peningkatan kualitas program.

Fasilitas kesehatan harus dipertimbangkan termasuk surveilans CAUTI sebagai komponen program pengawasan tergantung pada risiko pasien dan sumber daya yang ada.

25


(29)

(30)

2.5. Kerangka Konseptual

: yang diamati dalam penelitian Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian

Infeksi saluran kemih Pemakaian kateter

indwelling

Ekstraluminal

- Inadekuat antiseptik

- Kontaminasi Kolonisasi kuman di meatus

Naiknya mikroorganisme dari perineum sepanjang

permukaan kateter Intraluminal

- kontaminasi kantung penampung urin oleh petugas kesehatan

- Initial GCS - Lama Rawatan


(31)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara cross sectional, untuk menilai infeksi saluran kemih pada anak dengan penggunaan kateter urin yang dirawat di rumah sakit pusat Haji Adam Malik Medan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di ruang rawat inap anak dan rawat intensif anak di RSUP H. Adam Malik di kota Medan, Sumatera Utara. Waktu penelitian adalah mulai bulan Maret 2014 - Juni 2014.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi target adalah pasien anak yang dirawat di bangsal anak dan ruang intensif anak. Populasi terjangkau adalah populasi target yang dirawat di bagian anak RSUP H.Adam Malik kota Medan. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi. Cara pengambilan sampel adalah consecutive sampling.

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis satu arah terhadap risiko relatif, yaitu:30


(32)

n1 = (Z1-α √P0( 1-P0 + Z1-β√Pa(1-Pa) )2 (Pa-Po)

n = jumlah subjek kelompok penggunaan kateter urin dengan infeksi nosokomial saluran kemih

2

Zα = nilai baku normal = 1,64

α = 5 Kesalahan tipe 1( tingkat kepercayaan 95%) Zβ = 1,28

β = 1,01  kesalahan tipe 2 (power (kekuatan penelitian 90%) P1

P

= Insidens efek pada kelompok dengan faktor risiko = 0,72

2 = Insidens efek pada kelompok tanpa faktor risiko = 0,5231

Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel untuk masing-masing kelompok sebanyak 49 orang.

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1. Kriteria Inklusi

Subjek penelitian harus memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

a. Anak yang dirawat diruang bangsal anak dan ruang intensif anak

b. Anak yang dirawat di rumah sakit umum pusat Haji. Adam Malik yang membutuhkan pemasangan kateter urin tanpa gangguan saluran kemih sebelumnya.

3.5.2. Kriteria Eksklusi


(33)

- Anak dengan kelainan ginjal dan kelainan saluran kemih

-Anak dengan infeksi saluran kemih simplek dan kompleks yang membutuhkan perawatan dirumah sakit

3.6. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.7. Cara Kerja Penelitian

1. Peneliti memberikan penjelasan mengenai penelitian dan pemeriksaan yang akan dilakukan. 2. Sebelum pengambilan sampel urin, pasien akan di periksa darah rutin dan fungsi ginjal guna menentukan apakah pasien tersebut masuk ke dalam kriteria inklusi.

3. Setelah dilakukan pemasangan kateter urin, dimana sebelum dilakukan pengambilan sampel urin, alat-alat untuk pemasangan kateter urin disiapkan, petugas yang akan memasang kateter menggunakan sarung tangan( handscone), setelah itu dilakukan pembersihan (asepsis) dengan betadine dan alkohol pada daerah kemaluan yang akan dilakukan pemasangan kateter dan hal ini dilakukan agar pada saat tindakan pemasangan kateter tersebut steril.

4. Setelah dilakukan tindakan sterilitas, kemudian dilakukan pemasangan kateter urin dalam hal ini yang kita pergunakan adalah kateter folley indwelling , lalu setelah kateter masuk kita ketatkan kateter dengan cara memasukkan cairan aquabidest sebanyak 5-10 cc.

5. Setelah kateter urin terpasang, urin yang keluar pertama kali di keluarkan ± 1 menit, kateter diklem lalu segera dilakukan pengambilan sample urin hari pertama (<24 jam) sebanyak 3ml setelah ujung kateter di bersihkan dengan alkohol, klem dibuka kemudian urin ditampung dan di bawa untuk dilakukan urinalisis dan kultur urin untuk < 24 jam.


(34)

6. Setelah dilakukan penampungan urin, dokumentasi segera dilakukan berupa tanggal, bulan dan tahun pemasangan kateter. Dan pasien dipersiapkan untuk dibawa keruang rawat inap. 7. Hasil urinalisis dan kultur urin < 24 jam kemudian akan dilihat apakah hasilnya positf jika nitrit, atau leukosituria maupun bakteriuria dijumpai ataupun ditemukannya kuman di kultur darah, maka pasien tersebut di eksklusikan dari penelitian, jika negatif, maka pasien tersebut akan masuk ke dakam kriteria inklusi untuk selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan urin hari ke-3 atau 72 jam.

8. Hal yang sama juga dilakukan disaat pengambilan sampel untuk urin 72 jam, lalu di ambil sampel urin sebanyak 3 ml untuk dilakukan pemeriksaan urinalisis dan kultur urin kembali. Urin diambil 3 ml untuk keperluan pemeriksaan urinalisa dan kultur urin, dari hasil urinalisa dan kultur urin akan dilihat apakah ada pertumbuhan kuman 72 jam setelah penggunaan kateter sehingga di ketahui apakah ISK timbul akibat pemasangan kateter urin pada anak yang dirawat di rumah sakit?


(35)

3.8.Alur Penelitian

24 jam 72 jam

Urinalisa, kultur urin(-) Urinalisa, kultur urin (+)

ISK Gambar 3. Alur Penelitian

Pengambilan sample urin untuk pemeriksaan urinalisis dan kultur urin Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi

Pasien anak yang dirawat di RSUP H.Adam Malik

Pemasangan kateter intralumen yang menetap

Jika urinalisa, kultur urin (+)  Eksklusi dari penelitian


(36)

3.9. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Penggunaan kateter urin Nominal

Variabel tergantung Skala

Infeksi saluran kemih nominal

Inisial GCS nominal

3.10. Definisi Operasional

1. Penggunaan kateter urin adalah kateter intralumen yang menetap yang dipasang dan digunakan selama tiga hari atau lebih pada pasien rawat inap dibagian Anak RSUP. H. Adam Malik Medan

2. Infeksi saluran kemih adalah bertumbuh dan berkembang biaknya kuman atau mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna yang ditandai dengan pemeriksaan laboratorium diketahui kategori positip jika dijumpai kuman ≥10 5 cfu/ml urin dan interpretasi biakan urin dengan teknik pengambilan urin pancar tengah / clean catch-midstream bermakna dengan jumlah kuman >50x103 cfu/ml urin. Kategori negative digunakan jika tidak dijumpai kuman ≥10 5 cfu/ml urin dan interpretasi biakan urin dengan teknik pengambilan urin dengan pancar tengah/ midstream bermakna dengan jumlah kuman >50x103 cfu/ml urin.3


(37)

3. Bakteriuria: adanya bakteria dalam urin yang tampak secara mikroskopi atau kultur kuantitatif. Bakteriuria bermakna jika jumlah bakteria dalam urin diatas nilai ambang diagnosis adanya infeksi dalam urine. Nilai ambang tergantung pada usia, jenis kelamin dan risiko kontaminasi selama pengambilan sampel urine. Bakteriuria asimtomatis adalah bakteriuria signifikan tanpa gejala atau tanda.

3.11. Pengolahan dan Analisis Data

Data akan dianalisa secara deskriptif untuk melihat distribusi frekwensi dari karakteristik sampel. Nilai mean dan standar deviasi (SD) akan ditampilkan kemudian dilanjutkan dengan analisa analitik, dimana analisa bivariat yaitu Chi- Square dan Fischer exact test untuk menilai variabel-variabel independen yang berhubungan dengan kejadian ISK, selanjutnya dilakukan analisis multivariat yaitu regressionlogistic digunakan untuk melihat faktor risiko terjadinya ISK dengan penggunaan kateter urin pada anak yang dirawat di rumah sakit. selanjutnya untuk melihat besarnya risiko maka nilai rerata ratio (RR) dan 95% interval kepercayaan akan ditampilkan Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak SPSS versi 15.0 dengan tingkat kemaknaan P < 0,05 dan interval kepercayaan 95%.


(38)

BAB 4 HASIL

Penelitian ini dilakukan di instalasi rawat inap dan rawat insentif anak (Pediatric Intensive Care Unit/PICU) RSUP Haji Adam Malik Medan dengan jumlah sebanyak 60 orang diikutkan dalam penelitian, namun sebanyak 5 orang di eksklusikan oleh karena pasien memiliki gangguan ginjal, sehingga jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 55 orang.

Sampel diambil dari pasien dengan diagnosis bedah dan non bedah. Adapun yang termasuk dalam diagnosis bedah yaitu post craniotomy (10 orang), post op laparatomy (7 orang), invaginasi (3 orang), appendicitis (3 orang), subdural hematom (3 orang), abses otak (2 orang), dan masing-masing satu orang pada kasus trauma kepala, epidural hematom, post op tumor removal, post op relaparatomy dan post op astrocytoma. Dan dengan diagnosis non bedah yaitu gagal nafas (7 orang), luka bakar (5 orang), congestif heart faiure (2 orang), infeksi susunan syaraf pusat (3 orang), dan masing masing satu orang pada kasus retinoblastoma, croup, bronchopneumonia, dengue syok syndrome, guillane barre syndrome, DHF grade III. Dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, urinalisa, kultur urin dan kultur darah.

Dari pemeriksaan urinalisa dan kultur urin, didapati gambaran pasien ISK dan tidak ISK setelah pemasangan kateter urin dalam 72 jam yaitu nitrit (+) pada 9 sampel, leukosituria (+) pada 5 sampel dan bakteriuria (+) pada 1 sampel. Namun tidak dijumpai adanya gambaran ISK pada pemeriksaan yang dilakukan dalam 24 jam pertama.


(39)

Adapun hasil Kultur urin pada penelitian ini didapati paling banyak adalah

Escherichia Coli (6 sampel) kemudian diikuti masing-masing 2 sampel pada

Streptococcus β haemoliticus, Enterobacter aeroginosa, Acinetobacter baumanii dan 1

sampel untuk masing-maing bakteri Enterobacter agglomerans, Streptococcus gamma haemoliticus, Streptococcus saprohyticus.

Hasil kultur darah pada penelitian ini didapati Acinetobacter Baumanii (3 sampel),

Pseudomonas aeroginosa (2 sampel) dan masing masing 1 sampel Klebsiella ornithinolytic dan Enterobacter kloaca.

Pada Tabel 4.1, menggambarkan karakeristik sampel, didapat sampel yang berusia <5 tahun ada 28 orang (50,9%) dan yang berusia >5 tahun ada 27 orang(49,1%). Kami mendapatkan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan yaitu ada 34 orang( 61,8%). Adapun tinggi badan sampel <120 cm didapati sebanyak 27 orang (49,1%) dan tinggi badan >120 cm ada 28 orang(50,9%). Sebagian besar sample berada pada skor GCS 9-12 (56,4%), skor GCS >12 ( 36,4%) dan skor GCS ≤ 8 (7,3%). Kultur urin positif ada 15 orang (27,3%) dimana kultur urin positif terbanyak adalah kuman Escherichia coli (40%).

Penelitian ini mendapatkan hasil kultur darah positif pada 7 orang (12,7%) dimana kuman terbanyak sebagai penyebab adalah Acinetobacter Baumanii (42%). Lama rawatan rumah sakit kurang dari 10 hari didapatkan ada 36 orang (65,5%) dan lebih dari 10 hari didapatkan ada 19 orang (34,5%). Sampel dengan diagnosis bedah ada 32 orang(58,2%) dan diagnosis non bedah di dapatkan 23 orang(41,8%). Sampel dengan ISK ada 13 orang (23,6%) dan tanpa ISK ada 42 orang (76,3%).


(40)

Tabel 4.1. Karakteristik sampel

Variabel N %

Usia

≤ 5 tahun >5tahun 28 27 50.9 49.1 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 34 21 61.8 38.2 Tinggi Badan

≤120 cm >120 cm 27 28 49.1 50.9 GCS

Berat ( ≤8) Sedang(9-12) Ringan(>12) 4 30 21 7,3 56,4 36,4 Kultur urin Positif Negatif 15 40 27.3 72.7 Kultur darah Positif Negatif 7 48 12.7 87.3 Lama rawatan

≤ 24 jam ≥ 72 Jam

36 19 65.5 34.5 Diagnosis Bedah Non bedah 32 23 58.2 41.8 ISK atau Non ISK

ISK Tidak ISK 13 42 23,6 76,3


(41)

Tabel 4.2. Analisis data bivariat antara variabel-variabel independen dengan kejadian ISK

Variabel

ISK

P

Ada ISK Tidak ISK

n(%) n(%)

GCS

Berat ( ≤8) Sedang(9-12) Ringan(>12)

2(15,40) 7(53,80) 4(30,80)

2(15,40) 23(54,8) 17(40,50)

0,122$

Lama rawatan ≤ 24 jam > 72 jam

8(61,50) 5(38,50)

28(66,70)

14(33,30) 0,49

#

$ kolmogorov-smirnov test, # fisher’s exact test

Dari analisis bivariat (Tabel 4.2) tidak ada perbedaan yang bermakna antara inisial GCS dengan ISK dimana nilai P= 0,122. Dari hasil lama rawatan di rumah sakit tidak didapatkan hasil yang signifikan dengan kejadian ISK dimana nilai P=0,49.


(42)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penggunaan jangka panjang kateterisasi urin merupakan tatalaksana yang umum digunakan bagi orang dewasa dan anak-anak, yang merupakan alternatif pengobatan untuk gangguan kandung kemih yang tidak berhasil..32.

Infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan pengguna,an kateter merupakan penyebab infeksi yang sering dijumpai lebih dari 40% dari seluruh infeksi yang didapat dirumah sakit.

33

8

Penelitian di RS Dr. Saiful Anwar Malang tahun 2004, menyebutkan jumlah penderita ISK perempuan sebesar 51.1% dan laki-laki sebesar 48.9%, dengan perbandingan penderita perempuan dan laki-laki adalah 1.1:1. Frekuensi ISK pada kelompok umur 1 bulan – 1 tahun yaitu 8%, kelompok umur 1 tahun – 5 tahun sebesar 54% dan usia 5 – 12 tahun sebesar 38%. Perbandingan penderita perempuan dan laki-laki pada kelompok umur 1 bulan – 1 tahun adalah 1.3:1; umur 1 tahun – 5 tahun adalah 1:1; dan kelompok umur 5 tahun – 12 tahun adalah 1.1:1.

Pada penelitian ini kami menemukan kejadian ISK pada anak yang diikutkan didalam penelitian yaitu 13 orang dari 55 sampel (23,6%) , .

34

Penelitian di Turki tahun 2007 menyebutkan penurunan kesadaran yang dinilai dengan Glasgow Coma Scale (GCS) berperan dalam meningkatkan risiko ISK, 73.27% ISK yang terjadi berkaitan dengan status GCS hal ini dipengaruhi karena

Pada penelitian ini kami mengambil sampel laki-laki dan perempuan dengan kelompok umur kurang dari 5 tahun dan lebih dari 5 tahun, dimana didapatkan anak laki-laki 34 orang (61.8%) dan anak perempuan 21 orang (38.2%)


(43)

adanya penyakit yang mendasarinya dimana jika penyakitnya berat maka penggunaan katerer urin akan sering digunakan dan lama penggunaan kateter urin juga akan mempengaruhi terjadinya ISK, risiko terjadinya ISK juga dipengaruhi oleh kelemahan otot dan usia dari pasien yang memerlukan pemasangan kateter urin.12,13

Kateter urin yang paling umum digunakan adalah indwelling folley kateter, Penelitian kami menemukan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada tingkat kesadaran yang dinilai dengan GCS terhadap kejadian ISK (p=0.122), hal ini disebabkan anak-anak yang ikut dalam penelitian ini derajat kesadarannya sebagian besar masih baik.

kateter ini pada awalnya dirancang untuk penggunaan jangka pendek pada pasien, tetapi pada saat ini penggunaan kateter urin bisa digunakan dalam jangka panjang selama dalam pengawasan.15 Pada studi di Turki menunjukkan bahwa lamanya rawat inap di rumah sakit, semakin lama penggunaan kateter dan pemakaian antibiotik memiliki tiga kali lebih tinggi risiko terjadinya ISK dibandingkan dengan yang tanpa penggunaan kateter.15

Penggunaan kateter indwelling uretra pada pasien selama lima hari atau lebih dapat menyebabkan bakteriuria dan candiduria.

16

Penelitian di Turki didapatkan bahwa infeksi setelah pemakaian kateter sering terjadi dan hal ini dikaitkan dengan adanya peningkatan risiko bakteriuria sekitar 5%.17,18 Pada studi di turki dikatakan juga bahwa komplikasi tersering dari kateter urin adalah bakteriuria sebagai akibat dari trauma ataupun uretritis.

Penelitian kami mendapatkan hanya satu kejadian bakteriuria, dimana pemeriksaan kultur urin dilakukan pada waktu yang sama


(44)

Masuknya benda asing seperti indwelling kateter ke dalam kandung kemih meningkatkan kemungkinan terjadinya ISK, dimana hal ini dapat menyebabkan masuknya kuman dan sebagian besar uropatogen berasal dari konkomitan feses dan kontaminasi dari tangan petugas atau dari mikroflora yang ada di periuretral.15 Adanya benda asing memungkinkan terjadi pembentukan biofilm yang merupakan saluran untuk patogen berkembang biak dan menyebabkan infeksi.23 Biofilm adalah komunitas bakteri yang melekat pada substrat atau permukaan. Bakteri gram positif dan gram negatif dapat membentuk biofilm pada peralatan medis. Bakteri pembentuk biofilm yang paling sering Enterococcus faecalis, staphylococcus aerius, staphylococcus epidermidis, streptococcus viridans, escherichia coli, klebsiella pneumonia, proteus mirabilis, dan pseudomonas aeroginosa.24 Sekitar 20% individu, dijumpai kolonisasi kuman setelah pemasangan kateter.22

Penelitian di Taiwan tahun 2008 yang membandingkan spesimen urin pasien tanpa indwelling kateter urin, yang diisolasi dari pasien dengan kateter urin memiliki tingkat yang lebih rendah prevalensi Eschercia coli (23,4% vs 36,8%) dan tingkat yang lebih tinggi dari strain yang resisten termasuk spesies Pseudomonas (16,4% vs 8,6%) dan jumlah yang sedikit untuk basil gram negatif (5,8% vs 4,5%).

Penelitian di RS Dr. Saiful Anwar Malang tahun 2004, menemukan Proteus spp

sebagai bakteri penyebab tersering infeksi saluran kemih pada anak laki-laki (6.9%) dan

Escherichia coli menjadi penyebab terbanyak pada anak perempuan.

35

Pada penelitian ini kami mendapatkan hasil kultur urin terbanyak adalah

Eschercia coli (40%) dan bakteri yang lain adalah Streptococcus β Haemoliticus,

Enterobacter aeroginosa, Acinetobacter Baumanii masing-masing sebesar 13% dan


(45)

jumlah yang sedikit untuk Enterobacter Agglomerans, Streptococcus Gamma Haemoliticus, Streptococcus Saprohyticus dengan prevalensi sebesar 6,6%, hal ini menunjukkan hasil penelitian ini sama dengan penelitian di Malang, Angka kejadian ISK di Indonesia mencapai 35 sampai 65%, sedangkan pada hasil penelitian ini didapatkan angka kejadian ISK sekitar 23.6% disebabkan oleh karena manajemen perawatan kateter urin sudah cukup baik


(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Penggunaan kateter urin pada penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan terhadap terjadinya Infeksi Saluran Kemih (ISK) dengan nilai P=0.001 berdasarkan pemeriksaan kultur urin dengan hasil positif kuman Escherichia coli (40%). Namun dari penilai faktor resiko yaitu inisial GCS dan lamanya rawatan tidak dijumpai hasil yang signifikan terhadap kejadian ISK.

6.2. SARAN

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk membantu perencanaan strategi pencegahan infeksi saluran kemih dengan penggunaan kateter urin. Pemasangan kateter secara aseptic, durasi pemakaian kateter dan manajemen kateter urin menjadi hal yang penting diperhatikan untuk menurunkan angka ISK yang disebabkan oleh kateter urin. Perlunya penelitian lebih lanjut yang menilai hubungan antara kejadian ISK dengan lamanya pemasangan kateter urin.


(47)

RINGKASAN

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan keadaan yang paling sering dijumpai pada nefrologi anak, berupa penyakit infeksi yang masuk dan berkembang biaknya kuman/mikroorganisme didalam saluran kemih mulai dari orificium uretrae sampai ke ginjal. Diperkirakan sekitar 80% ISK yang didapat dirumah sakit yang berhubungan dengan penggunaan kateter dan infeksi lainnya sekitar 5% sampai 10%.

Infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan pemasangan kateter urin ini, merupakan keadaan yang seharusnya dapat dicegah Infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan penggunaan kateter merupakan penyebab infeksi yang sering dijumpai yaitu lebih dari 40% dari seluruh infeksi yang didapat dirumah sakit. Disamping itu faktor kesadaran yang dinilai dengan skor Glasgow Coma Scale (GCS) juga mempengaruhi terjadinya risiko ISK, penelitian di Turki menyebutkan sekitar 73,27% ISK terjadi berkaitan dengan status GCS oleh karena adanya penyakit yang mendasari, kelemahan otot dan usia dari pasien.

Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan infeksi saluran kemih dengan penggunaan kateter urin pada anak selama dirawat di RS H. Adam Malik Medan.Penelitian ini dilakukan secara cross sectional yang dilakukan bulan Maret 2014 - Juni 2014 di ruang rawat inap anak dan rawat intensif anak di RSUP H. Adam Malik di kota Medan, Sumatera Utara. Anak usia 1 sampai 18 tahun yang membutuhkan pemasangan kateter urine tanpa gangguan saluran kemih sebelumnya dimasukkan ke dalam penelitian. Kriteria eksklusi adalah anak dengan kelainan ginjal dan kelainan


(48)

saluran kemih dan anak dengan infeksi saluran kemih simplek dan kompleks yang membutuhkan perawatan dirumah sakit.

Sebelum pengambilan sampel urin, pasien akan di periksa darah rutin dan fungsi ginjal guna menentukan apakah pasien tersebut masuk ke dalam kriteria inklusi. Setelah dilakukan penampungan urin, dilakukan pemeriksaan urinalisis dan kultur urin < 24 jam dan 72 jam. Jika hasil urinalisis dan kultur urin < 24 jam hasilnya positf serta ditemui adanya nitrit, atau leukosituria maupun bakteriuria, maka pasien tersebut di eksklusi dari penelitian. Namun jika hasilnya negatif, maka pasien tersebut akan masuk ke dalam kriteria inklusi untuk selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan urin hari ke-3 atau 72 jam.

Sebanyak 60 pasien anak diikutkan dalam penelitian ini, namun sebanyak 5 orang di eksklusi oleh karena pasien memiliki gangguan ginjal, sehingga jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 55 orang. Kami mendapatkan sampel yang berusia <5 tahun ada 28 orang (50,9%) dan yang berusia >5 tahun ada 27 orang(49,1%). Jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan yaitu ada 34 orang( 61,8%).

Adapun tinggi badan sampel <120 cm didapati sebanyak 27 orang (49,1%) dan tinggi badan >120 cm ada 28 orang(50,9%). Sebagian besar sample berada pada skor GCS 9-12 (56,4%), skor GCS >12 ( 36,4%) dan skor GCS ≤ 8 (7,3%). Kultur urin positif ada 15 orang (27,3%) dimana kultur urin positif terbanyak adalah kuman Escherichia coli (40%). Sampel dengan ISK ada 13 orang (23,6%) dan tanpa ISK ada 42 orang (76,3%).


(49)

Dari hasil analisis bivariat kami tidak menemukan perbedaan yang bermakna antara inisial GCS dengan ISK dimana nilai P= 0,122. Dari hasil lama rawatan di rumah sakit tidak didapatkan hasil yang signifikan dengan kejadian ISK dimana nilai P=0,49.

Penggunaan kateter urin pada penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan terhadap terjadinya Infeksi Saluran Kemih (ISK) dengan nilai P=0.001 berdasarkan pemeriksaan kultur urin dengan hasil positif kuman Escherichia coli (40%). Namun dari penilai faktor resiko yaitu inisial GCS dan lamanya rawatan tidak dijumpai hasil yang signifikan terhadap kejadian ISK. Namun dari penilai faktor resiko yaitu inisial GCS dan lamanya rawatan tidak dijumpai hasil yang signifikan terhadap kejadian ISK.


(50)

SUMMARY

Urinary tract infection (UTI) is a condition most common in children nephrology, infectious diseases such as entering and breeding of bacteria / microorganisms in the urinary tract from the orifices uretrae up to the kidneys. It is estimated that approximately 80% of hospital acquired UTI associated with the use of catheters and other infections of about 5% to 10%

Urinary tract infections associated with urinary catheter, a situation that could have been prevented. Urinary tract infections associated with the use of catheters is a common cause of infection is more than 40% of all hospital-acquired infections. Besides awareness factor scores assessed with the Glasgow Coma Scale (GCS) also affect the risk of UTI, Research in Turkey about 73.27% of UTI occurred with regard to the status of GCS due to the underlying disease, muscle weakness and age of the patient.

.

This study aimed to assess the relationship of urinary tract infections with the use of urinary catheters for hospitalized children in Adam Malik hospital Medan.This is a cross sectional study conducted in March 2014 - June 2014 in the inpatient child and pediatric intensive care in hospital H. Adam Malik in Medan, North Sumatra. Children aged 1 to 18 years who require a catheter urine without previous urinary tract disorders included in the study. Exclusion criteria were children with kidney disorders and urinary tract disorders and children with urinary tract infections simplex and complex that requires hospitalization.

Before sampling the urine, the patient will be in routine blood tests and renal function in order to determine whether the patient into the inclusion criteria. After holding


(51)

urine, urinalysis and culture examination of urine <24 hours and 72 hours.If the results of urinalysis and urine culture <24 hours the results are positive, and found the presence of nitrite, or leukosituria or bacteriuria, then these patients were excluded from the study. But if the result is negative, then the patient will be entered into the inclusion criteria for further examination of the urine will be the 3rd day or 72 hours.

A total of 60 pediatric patients were included in this study, but as many as five people were excluded because the patient has renal impairment, so that the sample in this study as many as 55 people. We get samples aged <5 years there were 28 people (50.9%) and those aged> 5 years there were 27 people (49.1%). Male sex more than women that there are 34 persons (61.8%).

The sample height <120 cm was found as many as 27 people (49.1%) and height> 120 cm there are 28 persons (50.9%). Most of the samples are in the GCS score 9-12 (56.4%), GCS score> 12 (36.4%) and GCS score ≤ 8 (7.3%). Positive urine culture there are 15 persons (27.3%) which is the most positive urine culture the bacteria Escherichia coli (40%). Samples with UTI 13 people (23.6%) and without UTI there are 42 persons (76.3%).

From the results of the bivariate analysis we found no significant difference between initial GCS with UTI in which the value of P = 0.122. From the results of treatment in the hospital a long time was not obtained significant results with the incidence of UTI in which the value of P = 0.49.

The use of urinary catheters in this study showed significant results on the occurrence of Urinary Tract Infection (UTI) with a value of P = 0.001, based on the examination of urine culture with positive results bacteria Escherichia coli (40%). But of


(52)

assessors of risk factors that initial GCS and the duration of treatment was not found significant results on the incidence of UTI.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

1. Alatas H, Rusdidjas, Ramayati R, dkk. Infeksi saluran kemih.Buku Ajar Nefrologi Anak: Edisi ke-2. IDAI : Jakarta, 2002.h.142-163.

2. Pardede SO, Tambunan T, Alatas H, Trihono PP, Hidayati EL, penyunting. Konsensus infeksi saluran kemih Pada Anak. Edisi ke-1. Jakarta.2011. h.1-11 3. Jantausch B, Kanwal K. Urinary tract infection. Dalam: Kanwal K, William SH,

Makker SP, penyunting. Clinical Pediatric Nephrology. Edisi ke-2. London-Informa. UK ltd. 2007.h.553-73.

4. Steven CL, Linda DS. Pediatric urinary tract infection. Pediatr Clin Am. 2006;53:379-400.

5. Bensman A, Dunand O, Ulinski Tim. Urinary Tract Infection. Dalam: Avner ED, Harmon WE, Niaudet P, Yoshikawa N, penyunting. Pediatric Nephrology. Edisi ke-6. Berlin Heidelberg-Springer. 2009.h.1229-310.

6. Meddings J, Rogers MAM, Macy M, Saint S. Systematic review and meta analysis: reminder systems to reduce catheter-associated urinary tract infections and urinary catheter use in hospitalized patients. Clin Infect Dis. 2010;51:550-60

7. Wagenlehner FME, Naber KG. Hospital acquired urinary tract infection.J Hosp Infect. 2000;46:171-81

8. Saint S, Kowalski CP, Kaufman SR, Hofer TP, Kauffman CA, Olmstead RN et al. Preventing hospital-acquired urinary tract infection in the united state: A


(54)

9. Ha US, Yong HC. Catheter-associated urinary tract infection: new aspects of novel urinary catheters. Int J Antimicrobial agents. 2006;28:485-90

10. Saint S, Lipsky B, Goold SD. Indwelling urinary catheter: a one-point restrain?. Ann Intern Med.2002;137:125-7

11. Larcombe J.Clinical Evidence: Urinary tract infection in children.BMJ. 1999;391:1173-5

12. Djardjevic Z, Zenkovic S, Gajovic O, Johovic N, Folic N, Bukumiric z. Hospital infection in a neurological intensive care: incidence, causative agents and risk factor. J. Infect Dev Ctries. 2007; 6:798-805

13. Yilmaz GR, Cevik MA, Erdinc FS, Ucler S, Tulek N. The risk factors for infection aquired by cerebral hemorrhage and cerebral infarct patient in a neurological intensive care unit in Turkey. J Infect Dis. 2007;60: 87-92

14. Siracusano S,Ciciliato S, Ollandini G,Visalli F. Catheter and infections.Departement of Urology-Trieste University Italy. Diunduh dari

15. Jacobsen MS, Stickler JD, Mobley THL, Shirtliff E M. Complicated catheter-associated urinary tract infection due to escherichia coli and proteus mirabilis.Clin Microbiology Rev. 2008;26-59

16. Tambyah PA, Maki DG. Catheter-associated urinary tract infection is rarely symptomatic. Arch Intern Med. 2000;160:678-682.

17. Maki DG, Tambyah PA. Engineering out the risk for infectious with urinary catheters. Emerg Infect Dis. 2001;7:342-46


(55)

18. Saint S, Meddings JA, Calfee D, Kowalski CP, Krein SL. Catheter-associated urinary tract infection and the medicare rule changes. Ann Intern Med. 2009;150:877-84

19. Gumus D, Bagdatli Y. A bacteriological examination of urine before and after urodynamic testing. Turk J Med Sci. 2010;40:317-22

20. Tambyah PA. Catheter-associated urinary tract infection: diagnosis and prophylaxis. Int J Antimicrobial Agents. 2004;24:44-48

21. Society of Urologi Nurses and Associated. Prevention and control catheter-associated urinary tract infection. Dalam: Clinical practice

guidelines.Diunduhdari

22. Tenke P, Kovacs B, Johansen TEB, Matsumoto T, Tambyah PA, Naber KG. European and asian guidelines on management and prevention of catheter-associated urinary tract infection.Int J Antimicrobial Agents. 2008;31:68-78 23. Tenke P, Kovacs B, Jackel M, Nagy E. The role of biofilm infection in

urology.World J Urol. 2006;24:13-20

24. Chen M, Yu Q, Sun H. Novel strategies for the prevention and treatment of biofilm related infection.Int J Mol Sci.2013;14:18488-501

25. Health Protection Surveilance Centre. Guidelines for the prevention of catheter-associated urinary tract infection. Diunduh dari:

http:/


(56)

26. Australian and New Zealand Urological Society.Catheterisation clinical

guideline. Diunduh dari

2014

27. Moore KN, Fader M, Getliffe K. Long-term bladder management by intermitten catheterization in adults and children(Review). Cochrane Database Syst Rev.2007;(4):1-44

28. Saint S, Lipsky BA. Preventing catheter-related bacteriuria. Arch Intern Med.1999;159:800-8.

29. Jhonson JR, Kuskowski MA, Wilt TJ. Systematic review: Antimicrobial urinary tract catheters to prevent catheter-associated urinary tract infection in hospitalized patients. Ann Intern Med. 2006;146:116-26.

30. Dahlan MS. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan: Seri 2. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2010

31. Davies HD, Jones ELF, RY Sheng, Leslie B, Matlow AG, Gold R. Nosocomial urinary tract infections at a pediatric Hospital. Pediatr Infect Dis J. 1992;11:349-54

32. Getliffe K, Newton T. Catheter-Associated Urinary Tract Infection In Primary And Community Health Care. Age and Ageing 2006;35: 477–481

33. Nicolle LE. Catheter Associated Urinary Tract Infections. Antimicrobial Resistance and Infection Control 2014, 3:23


(57)

34. Subandyah K. Pola dan sensitivitas terhadap antibiotik bakteri penyebab infeksi saluran kemih anak di rsu dr saiful anwar, malang. Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unibraw/RSU Dr. Saiful Anwar Malang 2004;2: 57-61 35. Ko Ming-Chung, Liu Chih-Kuang, Lin Chung-Woung, Lee Wen-Kai. Species

and Antimicrobial Resistance of Uropathogens Isolated from Patients with Urinary Catheter. Tohoku J.Exp.Med, 2008;214:311-319


(58)

Lampiran

1. Personil Penelitian

1. Ketua penelitian

Nama : dr. Lorinda Rosalina P Harahap

Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK- USU/RSHAM

2. Anggota penelitian

1. Prof.dr.Hj. Rafita Ramayati, Sp.A(K) 2. dr. Hj. Sri Sofyani Sp A(K)

3. Prof.dr.H. Rusdidjas Sp A(K) 4. dr. Oke Rina Ramayani SpA(K) 5. dr. Rosmayanti Siregar SpA 6. dr. Beatrix Siregar SpA

2. Biaya Penelitian

1. pemeriksaan fungsi ginjal, urinalisa : Rp. 2.000.000

2. kultur urin : Rp. 2.500.000,.

3. Kapas, betadin, handscone : Rp. 200.000,. 4. Seminar hasil penelitian : Rp. 500.000,. Jumlah : Rp .5.200.000


(59)

3. Jadwal Penelitian

4. Data Pasien DATA UMUM

No urut :

Tanggal :

1. Nama : ...………...………. 2. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

3. Alamat :

4.Tempat / Tanggal Lahir: ………..………...……... 5. Berat / Tinggi badan :...kg / ...cm 6. Jumlah saudara kandung:...orang

WAKTU KEGIATAN Maret 2014 April 2014 Mei 2014 Juni -November 2014 Desember 2014 Januari 2015 Persiapan Pelaksanaan Penyusunan laporan Presentasi hasil dan seminar hasil Pengiriman laporan


(60)

8.Pendidikan orang tua : 1. Ayah :... 2. Ibu : ... 9. Pekerjaan orang tua : 1. Ayah ... 2. Ibu : ... 10. Penghasilan orang tua : 1. Ayah :...

2. Ibu :...

1. Hasil Laboratorium

DATA KHUSUS

No Pemeriksaan Hasil positif Hasil Negatif 1 Fungsi ginjal

2 Urinalisa

3 Kultur urin hari ke-1 4 Kultur urin hari ke-3


(61)

6. LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANGTUA

Assalamu’alaikum Wr.Wb. Selamat pagi bapak dan ibu,

Perkenankan saya untuk memperkenalkan diri. Nama saya dr Lorinda Rosalina P harahap, saat ini saya sedang menjalani program pendidikan sebagai dokter spesialis anak dan kali ini saya sedang melakukan penelitian untuk menilai hubungan penggunaan kateter urin dan infeksi saluran kemih pada anak. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara penggunaan kateter urin dengan infeksi saluran kemih pada anak. Manfaat penelitian ini adalah antara lain dapat membantu mendeteksi faktor risiko terjadinya infeksi saluran kemih pada anak yang dirawat dirumah sakit sehingga dapat dilakukan tindak lanjut yang tepat untuk penatalaksanaan dan pencegahan dari infeksi saluran kemih.

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi tersering pada anak. Pada kebanyakan anak, ISK dapat menimbulkan angka kesakitan yang signifikan, membutuhkan rawat inap, dan menimbulkan dampak jangka panjang seperti

scar ginjal, hipertensi dan gagal ginjal kronik

Selanjutnya saya akan melakukan pemeriksaan fisik dan akan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa fungsi ginjal, urinalisa yaitu dengan mengambil 3 ml urin untuk urinalisa dan kultur urin. Kultur urin yang akan diambil dalam dua kali kultur urin yaitu kultur hari pertama dan kultur urin hari ke tiga. Uji ini mudah dilaksanakan, memiliki akurasi yang baik, murah dan tak menimbulkan rasa sakit dan mempunyai hasil yang cepat diperoleh.

Infeksi Nosokomial merupakan penyebab terbanyak angka kesakitan dan angka kematian pada anak yang dirawat di rumah sakit. Infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan penggunaan kateter merupakan penyebab infeksi nosokomial yang sering dijumpai yaitu lebih dari 40% dari seluruh infeksi nosokomial. Sekitar 0,7% anak dengan ISK dirawat dirumah sakit. Cara kerja penelitian ini adalah Bapak/Ibu diharapkan mengisi daftar isian (kuisioner) yang nantinya akan dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti. Kuisioner yaitu kuisioner mengenai data umum.


(62)

Tahap terakhir dari penelitian ini adalah penilaian ada tidaknya manifestasi infeksi saluran kemih pada anak. Dengan penelitian ini diharapkan dapat mendeteksi infeksi saluran kemih pada anak dan faktor risiko sehingga dapat segera dilakukan pencegahan dan pengobatan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut mengenai penelitian ini, silahkan menghubungi : dr. Lorinda Rosalina P Harahap (HP: 081361799967)

Segala informasi yang diperoleh selama penelitian ini dijamin kerahasiaannya dan seluruh biaya didalam penelitian tidak akan dibebankan kepada Bapak/ Ibu. Hasil pemeriksaan dapat digunakan untuk pemantauan dan tata laksana penderita.

Demikian informasi ini kami sampaikan. Atas bantuan dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih.

Wassalam


(63)

7. PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Umur : ... tahun (L / P) Alamat : ... Selaku orangtua dari,

Nama : ... Umur : ... tahun (L / P) Alamat rumah : ... Alamat sekolah : ... dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

untuk mengikuti penelitian dan bersedia untuk mengisi lembaran kuisioner yang diberikan dan dilakukan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan laboratorium terhadap anak saya. Segala sesuatu mengenai tujuan, sifat, dan perlunya penelitian tersebut di atas serta risiko yang ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikianlah pernyataan persetujuan ini saya perbuat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Medan, ... 2014

Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan

dr. Lorinda Rosalina P Harahap (……….)

Saksi-saksi : Tanda tangan

1. ... ... 2. ... ...


(1)

Lampiran

1. Personil Penelitian 1. Ketua penelitian

Nama : dr. Lorinda Rosalina P Harahap

Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK- USU/RSHAM

2. Anggota penelitian

1. Prof.dr.Hj. Rafita Ramayati, Sp.A(K) 2. dr. Hj. Sri Sofyani Sp A(K)

3. Prof.dr.H. Rusdidjas Sp A(K) 4. dr. Oke Rina Ramayani SpA(K) 5. dr. Rosmayanti Siregar SpA 6. dr. Beatrix Siregar SpA

2. Biaya Penelitian

1. pemeriksaan fungsi ginjal, urinalisa : Rp. 2.000.000

2. kultur urin : Rp. 2.500.000,.

3. Kapas, betadin, handscone : Rp. 200.000,. 4. Seminar hasil penelitian : Rp. 500.000,. Jumlah : Rp .5.200.000


(2)

3. Jadwal Penelitian

4. Data Pasien DATA UMUM No urut :

Tanggal :

1. Nama : ...………...………. 2. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

3. Alamat :

4.Tempat / Tanggal Lahir: ………..………...……... 5. Berat / Tinggi badan :...kg / ...cm 6. Jumlah saudara kandung:...orang 7. Anak ke : …………...dari …………..bersaudara

WAKTU KEGIATAN Maret 2014 April 2014 Mei 2014 Juni -November 2014 Desember 2014 Januari 2015 Persiapan Pelaksanaan Penyusunan laporan Presentasi hasil dan seminar hasil Pengiriman laporan


(3)

8.Pendidikan orang tua : 1. Ayah :... 2. Ibu : ... 9. Pekerjaan orang tua : 1. Ayah ... 2. Ibu : ... 10. Penghasilan orang tua : 1. Ayah :...

2. Ibu :...

1. Hasil Laboratorium DATA KHUSUS

No Pemeriksaan Hasil positif Hasil Negatif 1 Fungsi ginjal

2 Urinalisa

3 Kultur urin hari ke-1 4 Kultur urin hari ke-3


(4)

6. LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANGTUA

Assalamu’alaikum Wr.Wb. Selamat pagi bapak dan ibu,

Perkenankan saya untuk memperkenalkan diri. Nama saya dr Lorinda Rosalina P harahap, saat ini saya sedang menjalani program pendidikan sebagai dokter spesialis anak dan kali ini saya sedang melakukan penelitian untuk menilai hubungan penggunaan kateter urin dan infeksi saluran kemih pada anak. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara penggunaan kateter urin dengan infeksi saluran kemih pada anak. Manfaat penelitian ini adalah antara lain dapat membantu mendeteksi faktor risiko terjadinya infeksi saluran kemih pada anak yang dirawat dirumah sakit sehingga dapat dilakukan tindak lanjut yang tepat untuk penatalaksanaan dan pencegahan dari infeksi saluran kemih.

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi tersering pada anak. Pada kebanyakan anak, ISK dapat menimbulkan angka kesakitan yang signifikan, membutuhkan rawat inap, dan menimbulkan dampak jangka panjang seperti

scar ginjal, hipertensi dan gagal ginjal kronik

Selanjutnya saya akan melakukan pemeriksaan fisik dan akan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa fungsi ginjal, urinalisa yaitu dengan mengambil 3 ml urin untuk urinalisa dan kultur urin. Kultur urin yang akan diambil dalam dua kali kultur urin yaitu kultur hari pertama dan kultur urin hari ke tiga. Uji ini mudah dilaksanakan, memiliki akurasi yang baik, murah dan tak menimbulkan rasa sakit dan mempunyai hasil yang cepat diperoleh.

Infeksi Nosokomial merupakan penyebab terbanyak angka kesakitan dan angka kematian pada anak yang dirawat di rumah sakit. Infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan penggunaan kateter merupakan penyebab infeksi nosokomial yang sering dijumpai yaitu lebih dari 40% dari seluruh infeksi nosokomial. Sekitar 0,7% anak dengan ISK dirawat dirumah sakit. Cara kerja penelitian ini adalah Bapak/Ibu diharapkan mengisi daftar isian (kuisioner) yang nantinya akan dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti. Kuisioner yaitu kuisioner mengenai data umum.


(5)

Tahap terakhir dari penelitian ini adalah penilaian ada tidaknya manifestasi infeksi saluran kemih pada anak. Dengan penelitian ini diharapkan dapat mendeteksi infeksi saluran kemih pada anak dan faktor risiko sehingga dapat segera dilakukan pencegahan dan pengobatan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut mengenai penelitian ini, silahkan menghubungi : dr. Lorinda Rosalina P Harahap (HP: 081361799967)

Segala informasi yang diperoleh selama penelitian ini dijamin kerahasiaannya dan seluruh biaya didalam penelitian tidak akan dibebankan kepada Bapak/ Ibu. Hasil pemeriksaan dapat digunakan untuk pemantauan dan tata laksana penderita.

Demikian informasi ini kami sampaikan. Atas bantuan dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih.

Wassalam


(6)

7. PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Umur : ... tahun (L / P) Alamat : ... Selaku orangtua dari,

Nama : ... Umur : ... tahun (L / P) Alamat rumah : ... Alamat sekolah : ... dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

untuk mengikuti penelitian dan bersedia untuk mengisi lembaran kuisioner yang diberikan dan dilakukan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan laboratorium terhadap anak saya. Segala sesuatu mengenai tujuan, sifat, dan perlunya penelitian tersebut di atas serta risiko yang ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikianlah pernyataan persetujuan ini saya perbuat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Medan, ... 2014

Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan

dr. Lorinda Rosalina P Harahap (……….)

Saksi-saksi : Tanda tangan

1. ... ... 2. ... ...