Cendawan entomopatogen dapat menginfeksi serangga melaui intergumen serangga yang langsung kontak dengan cendawan, hal ini akan membuat
cendawan menjadi virulen terhadap seragga sehingga waktu aplikasi tidak menunjukan pengaruh terhadap perlakuan. Hal ini sesui dengan terhadap larva
S. litura
. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mahmud 2014, yang menyatakan pengaplikasin
Beuveria bassiana
secara preventif menyebabkan spora mengalami staknan dan suhu yang tinggi membuat spora menjai luruh dan
tidak dapat berkecambah. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan cendawan entomomopatogen untuk dapat memarasit serangga. Keberhasilan
cendawan terjadi apabila keadaan serangga lemah, lingkungan yang sangat mendukung perkembangan cendawan dan virulence cendawan tinggi.
Keparahan serangan
S.litura
pada tanaman tembakau 7 Hsa dan Lethal Time LT
50
S. litura
terhadap daya entomopatogenik
B. bassiana
pada medium yang berbeda
Berdasarkan analisa statistik keparahan serangan
S.litura
pada tanaman tembakau 7 Hsa terhadap medium
B. bassiana
menunjukan pengaruh yang signifikan. Medium serbuk ubi kayu memiliki nilai keparahan serangan terkecil
yaitu 10,270 kemudian diikuti oleh serbuk kayu rambung 14,835, serbuk kayu mahoni sebesar 20,820 dan medium DOC PDA 02 sebesar 40,635 Tabel 5.
Tabel 5. Keparahan serangan
S.litura
pada tanaman tembakau 7 Hsa dan Lethal Time LT
50
S. litura
terhadap daya entomopatogenik
B. bassiana
pada medium yang berbeda Perlakuan
Keparahan serangan tembakau
Lethal Time LT
50
hari Medium DOC PDA 02
40,635a 5,216b
Serbuk kayu rambung 14,835c
6,246a Serbuk kayu mahoni
20,820b 4,321c
Serbuk kayu ubi kayu 10,270d
4,131d Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada tabel yang sama
tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan 5
Universitas Sumatera Utara
Tingkat keparahan serangan ini dipengaruhi oleh viabilitas kecambah dan virulensi dari spora
B.bassiana
sehingga nilai entomopatogenik cendawan ini akan meningkat dan menurukan tingkat keparah penyakit terhadap tanaman
tembakau. Hal ini sesui dengan pernyataan Mahmud 2014, bahwa keberhasilan cendawan patogen sebagai pengendali hama dipengaruhi oleh faktor lingkungan
suhu, kelembaban, jumlah spora, viabilitas spora daya kecambah dan virulensi yang virulen memiliki infektifitas yang rendah atau sebaliknya.
Sifat virulen pada cendawan dipengaruhi oleh produksi mikotoksin dalam hal ini adalah beauvericin dan viabilitas spora.
Keparahan serangan juga di pengaruhi oleh mekanisme cendawan entomopatogen dalam menginfeksi
S. litura
pada tanaman tembakau 7 Hsa Gambar 3.
B. bassiana
masuk kedalam kutikula melalui kulit luar serangga. Pertumbuhan hifa akan mengeluarkanenzim seperti protease, lipolitik, amilase,
dan kitinase. Enzim-enzim tersebutmampu menghidrolisis kompleks protein di dalam integument, yangmenyerang dan menghancurkan kutikula, sehingga hifa
tersebut mampumenembus dan masuk serta berkembang di dalam tubuh serangga. Hal ini sesui dengan pernyataan Clarkson Charnley 2013 mekanisme infeksi
dimulai infeksi langsung hifa atau spora
B. bassiana
kedalam kutikula melalui kulit luar serangga. Pertumbuhan hifa akan mengeluarkanenzim seperti protease,
lipolitik, amilase, dan kitinase. Enzim-enzim tersebutmampu menghidrolisis kompleks protein di dalam integument, yangmenyerang dan menghancurkan
kutikula, sehingga hifa tersebut mampumenembus dan masuk serta berkembang di dalam tubuh serangga. Mekanisme infeksi secara mekanik adalah infeksi melalui
tekanan yang disebabkan olehkonidium
B. bassiana
yang tumbuh. Secara mekanik infeksi jamur
B. bassiana
berawal dari penetrasi miselium pada kutikula
Universitas Sumatera Utara
lalu berkecambah dan membentukapresorium, kemudian menyerang epidermis dan hipodermis. Hifa kemudian menyerang jaringan dan hifa berkembang biak di
dalam haemolymph. Menurut racun yang telah masuk mengganggusistem saraf maupun
metabolism tubuh sehingga akan mempengaruhifisiologis maupun morfologis dari pupadan imago. Cendawan entomopatogenmenghasilkan beberapa jenis
toksinyang dalam mekanisme kerjanya akanmenyebabkan terjadinya kenaikan pHhemolimfa, penggumpalan hemolimfa,dan terhentinya peredaran
hemolimfa. Beberapa toksin yang dihasilkan oleh
B. bassiana
adalah beauvericin, beauverolit, bassianolit, isorolit dan asam oksalit. Pengaruh
infeksi jamur patogen tidak hanya bersifat mematikan tetapi juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serangga dan menurunkan
kemampuan reproduksinya Budi
et al
., 2013 Selain faktor mekanis cendawan
B. bassiana
juga melakukan reaksi biokimia didalam tubuh serangga.
B. bassiana
akanmengeluarkan racun yang disebut beauvericin yang menyebabkan terjadinyaparalisis pada anggota tubuh
serangga. Paralisis menyebabkan kehilangankoordinasi sistem gerak, sehingga gerakan serangga tidak teratur dan lama-kelamaan melemah, kemudian berhenti
sama sekali. Setelah lebih-kurang limahari terjadi kelumpuhan total dan kematian. Hal ini sesui dengan pernyataan Wahyudi 2008 pada perkembangannya di dalam
tubuh serangga
B. bassiana
akanmengeluarkan racun yang disebut beauvericin yang menyebabkan terjadinyaparalisis pada anggota tubuh serangga. Paralisis
menyebabkan kehilangankoordinasi sistem gerak, sehingga gerakan serangga tidak teratur dan lama-kelamaan melemah, kemudian berhenti sama sekali.
Setelah lebih-kurang limahari terjadi kelumpuhan total dan kematian. Toksin juga
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan kerusakanjaringan, terutama pada saluran pencernaan, otot, sistem syaraf, dan systempernafasan. Serangga kemudian mati dan jamur
B. bassiana
akan terus melanjutkan pertumbuhan siklusnya dalam fase saprofitik. Setelah serangga inang mati,
B. bassiana
akan mengeluarkan antibiotik, yaitu Oosporein yang menekan populas bakteri dalam perut serangga inang. Dengan demikian,
pada akhirnya seluruh tubuh serangga inang akan penuh oleh propagul
B. bassiana
. Pada bagian lunakdari tubuh serangga inang, jamur ini akan menembus keluar dan menampakkanpertumbuhan hifa di bagian luar tubuh
serangga inang yang biasa disebut “
white bloom
”. Pertumbuhan hifa eksternal akan menghasilkan konidia yang bila telahmasak akan disebarkan ke lingkungan
dan menginfeksi serangga sasaran baru.
Gambar 3. Serangan
S. litura
pada tanaman tembakau. a larva merusak daun b.larva mulai diare, c. larva terinfeksi mati dan mongering dan d.
larva mengalami mumivikasi. Sumber : foto pribadi
Berdasarkan hasil analisa statistik lethal time 50 tercepat terhadap medium terdapat pada perlakuan medium serbuk kayu ubi yaitu sebesar 4,131 hari. Diikuti
perlakuan serbuk kayu mahoni 4, 321 hari, medium DOC PDA 02 5,216 hari dan medium serbuk kayu rambung sebesar 6,246 hari. Hal ini dikarenakan virulensi
A
C D
B
Universitas Sumatera Utara
dan kerapatan spora yang tinggi pada perlakuan serbuk batang ubi. Kerapatan spora ini mempengaruhi waktu kematian hama menjadi lebih cepat. Kerapatan
spora dan virulensi cendawan dipengaruhi oleh kesesuian cendawan pada medium perbanyakan. Menurut Boucias Pendland 1998. Terjadinya perbedaan LT50
dari masing-masing perlakuan diduga disebabkan oleh jumlah konidia jamur
B. bassiana
yang menempel pada tubuh larva
S. litura