Batasan Masalah Metode Penelitian Klasifikasi Keramik Sejarah Keramik Jepang

10 mempelajari teknik pembuatan keramik. Namun tidak hanya mempelajari teknik-teknik pembuatan keramik, keramik itu sendiri memiliki banyak fungsi diantaranya : a. Hiasan dalam rumah, b. Sebagai perabot rumah tangga seperti mangkuk nasi, cangkir tanpa pegangan, c. Wadah vase bunga untuk ikebana. Selain dari fungsi-fungsi tersebut masih banyak lagi fungsi-fungsi yang belum diketahui bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan alasan tersebut di atas maka penulis tertarik ingin mengetahui ” Sekilas Tentang Keramik Jepang” yang dijadikan sebagai judul kertas karya ini.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan kertas karya ini adalah : 1. Untuk mengetahui sejarah keramik Jepang dan fungsinya. 2. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai keramik Jepang tersebut.

1.3. Batasan Masalah

Dalam kertas karya ini penulis hanya memaparkan mengenai alat dan bahan untuk pembuatan keramik dan membatasi masalah mengenai jenis-jenis keramik, sejarah, tahap-tahap proses pembuatan, dan fungsi keramik. Universitas Sumatera Utara 11

1.4. Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penulisan kertas karya ini adalah studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data-data atau informasi dengan cara membaca buku yang berkaitan dengan objek dalam kertas karya ini. Data- data diperoleh dari Perpustakaan Jurusan Bahasa Jepang, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, maupun Gramedia. Tidak hanya itu untuk mendapatkan referensi yang berkaitan dengan pokok permasalahan ini maka digunakan juga internet. Selanjutnya data dianalisa dan dirangkum secara ringkas dan padat yang kemudian dideskripsikan ke dalam kertas karya ini disetiap bab atau sub bab. Universitas Sumatera Utara 12 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KERAMIK JEPANG

2.1. Klasifikasi Keramik

Sifat yang paling umum dan mudah dilihat secara fisik pada keramik adalah rapuh britle seperti barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah, tembikar dan sebagainya. Sifat lainnya adalah keramik yang tahan terhadap suhu yang tinggi. Berdasarkan prinsipnya pula maka keramik dapat diklasifikasikan atas dua jenis yaitu : 1. Keramik Tradisional Keramik tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan alam, seperti kuarsa, kaolin, tanah liat dan lain sebagainya. Yang termasuk keramik tradisional adalah barang pecah belah dinnerware, keperluan rumah tangga tile, bricks, dan untuk industri refractory. 2. Keramik Halus Keramik halus adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan logam oksida seperti logam oksida Al2O3, ZrO2, MgO, dan lain-lain. Keramik halus disebut juga dengan Fine Ceramics yakni keramik modern atau biasa Universitas Sumatera Utara 13 disebut dengan keramik teknik. Keramik ini dibuat dengan menggunakan teknologi mesin.

2.2. Sejarah Keramik Jepang

Seni keramik di Jepang, diperkirakan berawal pada periode Jomon. Zaman Jomon adalah sebutan zaman prasejarah kepulauan Jepang yang dimulai dari akhir zaman Pleistosen hingga zaman Holosen, bersamaan dengan zaman Batu Pertengahan atau zaman Batu Baru yang ditandai dengan mulai digunakannya barang-barang tembikar. Waktu periode Jomon sekitar 14.000-400 SM. Pada masa itu, kehidupan masyarakatnya masih berburu dan meramu untuk kebutuhan makannya. Kegiatan manusia pada zaman Jomon yang mencari makanan bergantung pada tempat tinggalnya . Bercocok tanam masih belum dikenal pada masa itu, walaupun mereka sudah hidup menetap dan berkelompok yang disebut mura. Mereka tinggal di sebuah bangunan yang disebut tateanashikijuukyo. Meski belum mengenal budaya bercocok tanam, tetapi masyarakatnya sudah bisa membuat barang-barang tembikar. Dari situlah yang menjadi cikal bakal dari seni keramik di Jepang. Barang-barang tembikar pada masa itu bervariasi. Dapat diklasifikasikan menurut periode waktunya yaitu permulaan, pertengahan, pra akhir dan akhir periode Jomon. Barang-barang tembikar pada masa permulaan periode Jomon mempunyai dekorasi bentuk yang langsing dan ornamennya bebas dan tegas, hanya saja lebih kasar daripada barang-barang tembikar zaman kuno Universitas Sumatera Utara 14 lainnya. Ornamen tersebut dibuat dari tali dengan cara digulungkan disekeliling barang tembikar tersebut. Area-area penemuan barang-barang tembikar pada masa ini hanya terbatas di daerah pegunungan sekitar Honshu Tengah, tepatnya di prefektur Nagano dan Yamaguchi. Setelah periode Jomon usai, Jepang memasuki periode Yayoi. Periode Yayoi sekitar 400 SM – 250 M. Kehidupan masyarakat pada periode ini sudah mulai bercocok tanam. Kebudayaannya berkembang dari pulau Kyushu sampai sebelah timur pulau Honshu. Pada masa ini berbagai gerabah tanpa glasir sudah mulai bermunculan. Penggunaan roda tembikar dan pembakaran yang mampu mencapai suhu bebatuan pun sudah mulai dikenal. Tidak seperti barang tembikar pada periode Jomon, barang tembikar pada Yayoi mengandalkan bentuknya daripada dekorasinya. Barang kesenian pada waktu orde masa ini, khususnya barang tembikarnya merupakan perwujudan pertama dalam kesenian Jepang yang sekarang ini sudah kita kenal. Kemudian Jepang memasuki periode Nara. Pada periode ini kesenian keramik Jepang sangat terpengaruh oleh kebudayaan Cina dan juga agama Budha yang dibawa masuk oleh China pada periode Asuka. Periode ini merupakan masa emas kesenian Budha yang ada di Jepang. Dengan adanya reformasi Taika, sistem pemerintahan di Jepang meniru sistem pemerintahan yang ada di Cina. Para pengrajin Jepang pergi ke Cina mempelajari teknik-teknik pembuatan keramik. Mereka mempelajari Universitas Sumatera Utara 15 penggunaan glasir dan pembakaran suhu rendah. Selama berabad-abad mereka menerapkan teknik yang mereka pelajari dari Cina dan Korea. Selanjutnya adalah era Momoyama atau periode Muromachi pada tahun 1334 – 1573, mulai masuk ajaran agama Budha Zen dan masuknya ajaran ini beriringan dengan kebudayaan Cina, diantaranya perjamuan minum teh atau yang kemudian dikenal dengan Cha no yu. Tembikar Karatsu juga berasal dari sekelompok orang keturunan Korea, kebanyakan barang produksinya digunakan untuk keperluan sehari-hari dan untuk keperluan upacara minum teh tea ceremony. Pada periode ini memperoduksi beberapa jenis tembikar dengan corak hias berupa dari glasir besi, dekorasi kuas-bulir, berbintik dan lain lain. Kebudayaan Cha no yu upacara minum tea membawa dampak besar pada pengaruh kesenian keramik. Para ahli atau guru pada upacara minum teh ingin peralatan makan dan minum mereka juga mengekspresikan semangat Zen khususnya nilai estetika yang mencari keindahan yang mendalam, alami, dan sederhana. Keramik Hagi berupa mangkok untuk tea ceremony. Keramiknya minim dengan ekspresi pribadi dan pengglasirannya sedikit buram. Keramik ini tampil sebagai keramik utama dalam tea ceremony. Saat ini popularitas keramik ini mulai bangkit kembali setelah sempat tidak diminati beberapa kurun waktu lampau. Keramik Bizen tanah liat kaya dengan besi, dibuat tanpa glasir untuk menampilkan keindahan tanah Universitas Sumatera Utara 16 liatnya, apalagi tekstur “benang api” dan “biji wijen” yang muncul secara alamiah akibat pembakaran. Kyoto yang terkenal sebagai pusat budaya dan politik dan lebih maju secara cultural juga menjadi pusat kesenian dan kerajinan. Sehingga tidak mengherankan sebagai puast seni diikuti juga perkembangan keramiknya. Tidak hanya tembikar tradisional akan tetapi tembikar avant- garde pun berkembang di sana. Pada awal abad ke delapan ditemukan perkakas versi Jepang yaitu keramik Jepang dengan dua kali pembakaran. Bahan bakunya dikeraskan dalam pembakaran yang ada kemudian lapisannya di leburkan ke dalam pengapian yang ada. Di daerah Tamba umumnya digunakan untuk peralatan rumah tangga dan keperluan upacara minum teh. Tembikar Arita dipercaya sudah ada sejak abad 16 periode Momoyama, ketika seorang pembuat keramik Ri Sampei, seorang keturunan Korea, menemukan tanah liat di Arita, Kyushu dan memproduksi porselen. Inilah awal dari pembuatan porselen di Jepang. Bahkan sampai periode Meiji 1868-1911 wilayah Arita merupakan pusat porselen di Jepang dengan gaya Sometsuke yaitu dekorasi kebiruan dengan lapisan grasir bawah. Disamping itu juga dikembangkan porselen bergaya Aka-e yang menggunakan glasir enamel dari polychrome. Universitas Sumatera Utara 17 BAB III TAHAP-TAHAP PEMBUATAN KERAMIK

3.1. Alat dan Bahan Pembuatan Keramik