Sekilas Tentang Keramik Jepang

(1)

SEKILAS TENTANG KERAMIK JEPANG

NIHON NO TOUSEI NI TSUITE

KERTAS KARYA

Dikerjakan O L E H

NIM : 112203012 WULAN DWI SAVITRI

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

NIHON NO TOUSEI NI TSUITE

KERTAS KARYA

Kertas Karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang.

Dikerjakan

Oleh

NIM : 112203012 WULAN DWI SAVITRI

Pembimbing, Pembaca,

Dr.Hj.Siti Muharami M.,M.Hum

NIP. 1961062820042001 NIP. 196008271991031001 Drs.H.Yuddi Adrian M.,M.A

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGESAHAN

Diterima Oleh

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang.

Pada,

Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

NIP. 195110131976031001 Dr. Syahron Lubis, M.A.

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan 1. Zulnaidi, S.S., M. Hum ( ) 2. Dr. Hj. Siti Muharami Malayu M. Hum ( )


(4)

Disetujui oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi Bahasa Jepang DIII Ketua Program Studi

NIP. 196708072004011001 Zulnaidi S.S., M. Hum


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang

telah melimpahkan segala nikmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan kertas karya ini, guna melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Adapaun judul kertas karya ini adalah “Sekilas Tentang Keramik Jepang”.

Dalam penyelesaian kertas karya ini, penulis banyak menerima bantuan oleh berbagai pihak yang membantu, baik berupa bimbingan maupun pengarahan. Oleh sebab itu penulis pada kesempatan ini menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah mengorbankan semua waktu dan tenaganya untuk membantu menyelesaikan kertas karya ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.Syahron Lubis M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Zulnaidi S.S.,M.Hum. selaku Ketua Program Studi Diploma III Bahasa Jepang, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.


(6)

3. Ibu Dr. Hj. Siti Muharami Malayu M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan memberikan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

4. Bapak Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi M.A. selaku Dosen Pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca kertas karya ini.

5. Bapak Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi M.A. selaku Dosen Wali penulis serta seluruh staf pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara atas arahan, bimbingan, dan ilmu yang diberikan kepada penulis selama duduk dibangku perkuliahan.

6. Terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Ahmad Syayuti dan Ibunda Mahrita Pohan atas semua dukungan berupa moril, materil, dan doa yang tiada hentinya serta kerja keras yang menghantarkan penulis meraih cita-cita.

7. Teman-teman yang selalu menemani penulis selama masa perkuliahan yang memberikan keceriaan dihari-hari penulis serta disaat penulis lagi sedih selalu menghibur dan memberikan motivasi : Agustina, Elsa, Rika Monika, Abdul, Kak Dara, serta seluruh anggota Hinode.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Akhirnya penulis berharap semoga


(7)

kertas karya ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan dan juga bermanfaat bagi kita semua.

Dan sebagai sifat manusia segala kekhilafan dan segala kekurangannya, penulis menyadari bahwa kertas karya ini jauh dari kesempurnaan oleh karena keterbatasan kemampuan penulis dalam tata bahasa maupun isi pembahasan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi peningkatan mutu penulisan dan kesempurnaan kertas karya ini.

Medan, September 2014

NIM : 112203012


(8)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Alasan Pemilihan Judul... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 2

1.3. Pembatasan Masalah ... 2

1.4. Metode Penelitian ... 3

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KERAMIK JEPANG ... 4

2.1. Klasifikasi Keramik ... 4

2.2. Sejarah Keramik Jepang ... 5

BAB III TAHAP-TAHAP PEMBUATAN KERAMIK ... 9

3.1. Alat dan Bahan Pembuatan Keramik ... 9

3.2. Tahap-tahap Pembuatan Keramik... 12

3.3. Fungsi Keramik Jepang bagi Masyarakat Jepang... 15

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 18

4.1. Kesimpulan ... 18

4.2. Saran ... 19 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Alasan Pemilihan Judul

Istilah keramik terkenal di seluruh negara manapun yakni negara Jepang. Jepang adalah negara yang yang tidak hanya terkenal dalam bidang teknologi bahkan Jepang terkenal memiliki nilai seni yang tinggi. Salah satu hasil seni yang tinggi tersebut adalah sebuah hasil karya yang sangat menakjubkan.

Keramik berasal dari bahasa Yunani yaitu keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Keramik merupakan kerajinan tangan yang memerlukan teknik, kreasi, dan imajinasi dalam pembuatannya. Bukan hanya itu saja, hal dalam pembuatan keramik memerlukan kesabaran yang tinggi.

Dimana tahap-tahap dalam pembuatan keramik memerlukan tahap yang panjang, diantaranya tahap pemilihan dan pengolahan bahan, proses pembentukkan, tahap pengeringan, pembakaran dan pengglasiran. Bahkan dengan teknik dan dekorasi yang banyak pula. Dalam arti yang luas keramik adalah sebuah benda yang terbuat dari tanah liat/lempung yang mengalami suatu proses pengerasan dengan pembakaran dengan suhu tinggi.

Pada awal munculnya keramik Jepang dipengaruhi oleh Cina dan semenanjung Korea kemudian para perajin Jepang pergi ke Cina untuk


(10)

mempelajari teknik pembuatan keramik. Namun tidak hanya mempelajari teknik-teknik pembuatan keramik, keramik itu sendiri memiliki banyak fungsi diantaranya :

a. Hiasan dalam rumah,

b. Sebagai perabot rumah tangga seperti mangkuk nasi, cangkir tanpa pegangan,

c. Wadah vase bunga untuk ikebana.

Selain dari fungsi-fungsi tersebut masih banyak lagi fungsi-fungsi yang belum diketahui bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan alasan tersebut di atas maka penulis tertarik ingin mengetahui ” Sekilas Tentang Keramik Jepang” yang dijadikan sebagai judul kertas karya ini.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejarah keramik Jepang dan fungsinya.

2. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai keramik Jepang tersebut.

1.3. Batasan Masalah

Dalam kertas karya ini penulis hanya memaparkan mengenai alat dan bahan untuk pembuatan keramik dan membatasi masalah mengenai jenis-jenis keramik, sejarah, tahap-tahap proses pembuatan, dan fungsi keramik.


(11)

1.4. Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penulisan kertas karya ini adalah studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data-data atau informasi dengan cara membaca buku yang berkaitan dengan objek dalam kertas karya ini. Data-data diperoleh dari Perpustakaan Jurusan Bahasa Jepang, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, maupun Gramedia. Tidak hanya itu untuk mendapatkan referensi yang berkaitan dengan pokok permasalahan ini maka digunakan juga internet. Selanjutnya data dianalisa dan dirangkum secara ringkas dan padat yang kemudian dideskripsikan ke dalam kertas karya ini disetiap bab atau sub bab.


(12)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG KERAMIK JEPANG

2.1. Klasifikasi Keramik

Sifat yang paling umum dan mudah dilihat secara fisik pada keramik adalah rapuh (britle) seperti barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah, tembikar dan sebagainya. Sifat lainnya adalah keramik yang tahan terhadap suhu yang tinggi.

Berdasarkan prinsipnya pula maka keramik dapat diklasifikasikan atas dua jenis yaitu :

1. Keramik Tradisional

Keramik tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan alam, seperti kuarsa, kaolin, tanah liat dan lain sebagainya. Yang termasuk keramik tradisional adalah barang pecah belah (dinnerware), keperluan rumah tangga (tile, bricks), dan untuk industri (refractory).

2. Keramik Halus

Keramik halus adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan logam

(oksida) seperti logam (oksida) Al2O3, ZrO2, MgO, dan lain-lain. Keramik


(13)

disebut dengan keramik teknik. Keramik ini dibuat dengan menggunakan teknologi mesin.

2.2. Sejarah Keramik Jepang

Seni keramik di Jepang, diperkirakan berawal pada periode Jomon. Zaman Jomon adalah sebutan zaman prasejarah kepulauan Jepang yang dimulai dari akhir zaman Pleistosen hingga zaman Holosen, bersamaan dengan zaman Batu Pertengahan atau zaman Batu Baru yang ditandai dengan mulai digunakannya barang-barang tembikar. Waktu periode Jomon sekitar 14.000-400 SM. Pada masa itu, kehidupan masyarakatnya masih berburu dan meramu untuk kebutuhan makannya. Kegiatan manusia pada zaman Jomon yang mencari makanan bergantung pada tempat tinggalnya. Bercocok tanam masih belum dikenal pada masa itu, walaupun mereka sudah hidup menetap dan berkelompok yang disebut mura. Mereka tinggal di sebuah bangunan yang disebut tateanashikijuukyo.

Meski belum mengenal budaya bercocok tanam, tetapi masyarakatnya sudah bisa membuat barang-barang tembikar. Dari situlah yang menjadi cikal bakal dari seni keramik di Jepang. Barang-barang tembikar pada masa itu bervariasi. Dapat diklasifikasikan menurut periode waktunya yaitu permulaan, pertengahan, pra akhir dan akhir periode Jomon. Barang-barang tembikar pada masa permulaan periode Jomon mempunyai dekorasi bentuk yang langsing dan ornamennya bebas dan tegas, hanya saja lebih kasar daripada barang-barang tembikar zaman kuno


(14)

lainnya. Ornamen tersebut dibuat dari tali dengan cara digulungkan disekeliling barang tembikar tersebut. Area-area penemuan barang-barang tembikar pada masa ini hanya terbatas di daerah pegunungan sekitar Honshu Tengah, tepatnya di prefektur Nagano dan Yamaguchi.

Setelah periode Jomon usai, Jepang memasuki periode Yayoi. Periode Yayoi sekitar 400 SM – 250 M. Kehidupan masyarakat pada periode ini sudah mulai bercocok tanam. Kebudayaannya berkembang dari pulau Kyushu sampai sebelah timur pulau Honshu. Pada masa ini berbagai gerabah tanpa glasir sudah mulai bermunculan. Penggunaan roda tembikar dan pembakaran yang mampu mencapai suhu bebatuan pun sudah mulai dikenal. Tidak seperti barang tembikar pada periode Jomon, barang tembikar pada Yayoi mengandalkan bentuknya daripada dekorasinya. Barang kesenian pada waktu orde masa ini, khususnya barang tembikarnya merupakan perwujudan pertama dalam kesenian Jepang yang sekarang ini sudah kita kenal.

Kemudian Jepang memasuki periode Nara. Pada periode ini kesenian keramik Jepang sangat terpengaruh oleh kebudayaan Cina dan juga agama Budha yang dibawa masuk oleh China pada periode Asuka. Periode ini merupakan masa emas kesenian Budha yang ada di Jepang. Dengan adanya reformasi Taika, sistem pemerintahan di Jepang meniru sistem pemerintahan yang ada di Cina. Para pengrajin Jepang pergi ke Cina mempelajari teknik-teknik pembuatan keramik. Mereka mempelajari


(15)

penggunaan glasir dan pembakaran suhu rendah. Selama berabad-abad mereka menerapkan teknik yang mereka pelajari dari Cina dan Korea.

Selanjutnya adalah era Momoyama atau periode Muromachi pada tahun 1334 – 1573, mulai masuk ajaran agama Budha Zen dan masuknya ajaran ini beriringan dengan kebudayaan Cina, diantaranya perjamuan minum teh atau yang kemudian dikenal dengan Cha no yu. Tembikar Karatsu juga berasal dari sekelompok orang keturunan Korea, kebanyakan barang produksinya digunakan untuk keperluan sehari-hari dan untuk keperluan upacara minum teh (tea ceremony). Pada periode ini memperoduksi beberapa jenis tembikar dengan corak hias berupa dari glasir besi, dekorasi kuas-bulir, berbintik dan lain lain. Kebudayaan Cha no yu (upacara minum tea) membawa dampak besar pada pengaruh kesenian keramik. Para ahli atau guru pada upacara minum teh ingin peralatan makan dan minum mereka juga mengekspresikan semangat Zen khususnya nilai estetika yang mencari keindahan yang mendalam, alami, dan sederhana.

Keramik Hagi berupa mangkok untuk tea ceremony. Keramiknya minim dengan ekspresi pribadi dan pengglasirannya sedikit buram. Keramik ini tampil sebagai keramik utama dalam tea ceremony. Saat ini popularitas keramik ini mulai bangkit kembali setelah sempat tidak diminati beberapa kurun waktu lampau. Keramik Bizen tanah liat kaya dengan besi, dibuat tanpa glasir untuk menampilkan keindahan tanah


(16)

liatnya, apalagi tekstur “benang api” dan “biji wijen” yang muncul secara alamiah akibat pembakaran.

Kyoto yang terkenal sebagai pusat budaya dan politik dan lebih maju secara cultural juga menjadi pusat kesenian dan kerajinan. Sehingga tidak mengherankan sebagai puast seni diikuti juga perkembangan keramiknya. Tidak hanya tembikar tradisional akan tetapi tembikar

avant-garde pun berkembang di sana.

Pada awal abad ke delapan ditemukan perkakas versi Jepang yaitu keramik Jepang dengan dua kali pembakaran. Bahan bakunya dikeraskan dalam pembakaran yang ada kemudian lapisannya di leburkan ke dalam pengapian yang ada. Di daerah Tamba umumnya digunakan untuk peralatan rumah tangga dan keperluan upacara minum teh. Tembikar Arita dipercaya sudah ada sejak abad 16 (periode Momoyama), ketika seorang pembuat keramik Ri Sampei, seorang keturunan Korea, menemukan tanah liat di Arita, Kyushu dan memproduksi porselen. Inilah awal dari pembuatan porselen di Jepang. Bahkan sampai periode Meiji (1868-1911) wilayah Arita merupakan pusat porselen di Jepang dengan gaya Sometsuke yaitu dekorasi kebiruan dengan lapisan grasir bawah. Disamping itu juga dikembangkan porselen bergaya Aka-e yang menggunakan glasir enamel dari polychrome.


(17)

BAB III

TAHAP-TAHAP PEMBUATAN KERAMIK

3.1. Alat dan Bahan Pembuatan Keramik

Alat dan fungsi peralatan untuk pembentukan benda keramik dapat dikelompokkan menjadi alat bantu, alat pokok, perlengkapan, dan peralatan keselamatan kesehatan kerja. Peralatan tersebut digunakan untuk proses pembentukan benda keramik menggunakan berbagai teknik yaitu teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling), teknik lempeng (slab building), teknik putar

(throwing), dan teknik cetak (mold).

1. Butsir kawat (wire modelling tools)

Untuk merapikan, menghaluskan, mengerok, membentuk detail, dan membuat tekstur benda kerja. Ukuran panjang 22 cm, terbuat dari bahan kawat stainless steel dan tangkai kayu sawo.

2. Butsir kayu (wood modelling tools)

Untuk menghaluskan, membentuk detail, merapikan, membuat dekorasi, merapikan dan menghaluskan benda kerja. Ukuran panjang 22 cm, lebar 3 cm dan terbuat dari bahan kayu sawo.


(18)

3. Kawat pemotong (wire cutter)

Untuk memotong ujung bibir dan memotong tanah liat plastis. Ukuran panjang tangkai 6 cm, terbuat dari bahan kawat stainless steel.

4. Pisau pemotong (felting knife)

Untuk memotong, mengiris lempengan tanah liat. Ukuran; panjang total 17 cm, mata pisau 8.5 cm.

5. Potter rib/throwing ribs/rubber palletes/steel palletes

Untuk menghaluskan dan membentuk permukaan luar benda kerja. Ukuran: 10 x 6 cm, tebal 0,4 cm, bahan: kayu, plat stainless, karet. 6. Spon (sponges)

Untuk menyerap kandungan air, menghaluskan benda kerja, dan membersihkan handtool dan sebagai cetakan gips pada waktu pencucian. Ukuran: diameter 8 cm dan tebal 6 cm, bahan busa.

7. Jarum (needles)

Untuk memotong bibir, menusuk gelembung udara, dan menggores benda kerja. Ukuran: panjang total 14 cm, mata jarum 4 cm.

8. Kaliper (caliper)

Untuk mengukur diameter benda kerja. Ukuran: panjang 20 cm, 25 cm, dan 30 cm, terbuat dari bahan alumunium, plastik maupun kayu. 9. Rol kayu


(19)

Untuk membuat lempengan tanah, dengan panjang rol kurang lebih 45 cm dan diameter 6 cm–8 cm dan dilengkapi dengan bilah kayu yang panjangnya 50 cm dan tebal 0,5 cm- 0,7 cm dan lebar sekitar 3 cm. 10.Slab roller

Untuk membuat lempengan tanah liat plastis yang digerakkan dengan sistem mekanik. Alat ini juga dilengkapi dengan ukuran untuk menentukan ketebalan lempengan tanah liat. Ukuran: panjang 122 cm, lebbr 82 cm, dan tinggi 109 cm.

11.Whirler/Banding wheel

Untuk alas pada waktu proses pembuatan benda keramik dan model. Ukuran: diameter 25 cm dan 30 cm, tinggi 16 cm, bahan alumunium. 12.Hand extruder

Untuk membuat pilinan tanah liat plastis sesuai dengan aksesoris yang digunakan. Alat ini juga dapat untuk membentuk benda keramik dengan teknik extruder dengan berbagai bentuk silinder, kotak segi empat, enam, dll. Ukuran: diameter tabung 10 cm.

Selain alat-alat pembuatan keramik, dalam proses pembuatan keramik digunakan pula bahan baku yang terdiri atas 3 macam (triaxial), yaitu tanah liat (clay), pasir dan feldspar.

1.Tanah liat (clay)

Kandungan utama dari tanah liat ini adalah kaolinite


(20)

penting untuk pembuatan keramik adalah plastisitas (kemampuan untuk dibentuk tanpa mudah retak) dan fusibilitas (kemampuan untuk dilebur).

2.Pasir

Berfungsi sebagai bahan pengisi. Jika penambahan pasir terlalu banyak

silikat dalam pasir menyebabkan keretakan pada waktu pembakaran.

3.Feldspar

Feldspar berfungsi sebagai bahan pengikat dalam pembuatan keramik dan

menurunkan temperatur pembakaran. Ada beberapa jenis bahan feldspar diantaranya K-feldspar, Na-feldspar, Ca-feldspar.

3.2. Tahap-tahap Pembuatan Keramik

1. Pengolahan bahan

Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah bahan baku dari berbagai material yang belum siap pakai menjadi badan keramik plastis yang telah siap pakai. Pengolahan bahan dapat dilakukan dengan metode basah maupun kering, dengan cara manual ataupun masinal. Di dalam pengolahan bahan ini ada proses-proses tertentu yang harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran butir, penyaringan, pencampuran, pengadukan (mixing), dan pengurangan kadar air. Pengurangan ukuran butir dapat dilakukan dengan penumbukan atau penggilingan dengan ballmill. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan dengan ukuran yang


(21)

tidak seragam. Ukuran butir biasanya menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim digunakan adalah 60 – 100 mesh.

Pencampuran dan pengadukan bertujuan untuk mendapatkan campuran bahan yang homogen. Pengadukan dapat dilakukan dengan cara manual maupun masinal dengan blunger maupun mixer.Pengurangan kadar air dilakukan pada proses basah, dimana hasil campuran bahan yang berwujud lumpur dilakukan proses lanjutan, yaitu pengentalan untuk mengurangi jumlah air yang terkandung sehingga menjadi badan keramik plastis. Proses ini dapat dilakukan dengan diangin-anginkan di atas meja gips atau dilakukan dengan alat filterpress.

Tahap terakhir adalah pengulian. Pengulian adalah menghomogenkan massa badan tanah liat dan membebaskan gelembung-gelembung udara yang mungkin terjebak. Massa badan keramik yang telah diuli, disimpan dalam wadah tertutup kemudian diperam agar didapatkan keplastisan yang maksimal.

2. Pembentukan

Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan badan tanah liat plastis menjadi benda-benda yang dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam membentuk benda keramik yaitu pembentukan tangan langsung (handbuilding), teknik putar (throwing), dan teknik cetak (casting).


(22)

Dalam membuat keramik dengan teknik pembentukan tangan langsung, ada beberapa metode yang dikenal selama ini: teknik pijit (pinching), teknik pilin

(coiling), dan teknik lempeng (slabbing).

• Pembentukan dengan teknik putar

Pembentukan dengan teknik putar adalah keteknikan yang paling mendasar dan merupakan kekhasan dalam kerajinan keramik. Karena kekhasannya tersebut, sehingga teknik ini menjadi icon dalam bidang keramik. Dibandingkan dengan teknik yang lain, teknik ini mempunyai tingkat kesulitan yang paling tinggi. Keramik dibentuk diatas sebuah meja dengan kepala putaran yang berputar. Benda yang dapat dibuat dengan menggunakan teknik ini adalah benda-benda yang berbentuk dasar silinder: misalnya piring, mangkok, vas, guci dan lain-lain. Alat utama yang digunakan adalah alat putar atau meja putar. Meja putar dapat berupa alat putar manual mapupun alat putar masinal yang digerakkan dengan listrik. Tahap-tahap pembentukan dalam teknik putar adalah: centering (pemusatan), coning (pengerucutan), forming (pembentukan), rising (membuat ketinggian benda), refining the contour (merapikan).

• Pembentukan dengan teknik cetak

Dalam teknik ini, keramik tidak dibentuk secara langsung dengan tangan tetapi menggunakan bantuan cetakan/mold yang dibuat dari gipsum. Teknik


(23)

cetak dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu cetak padat dan cetak tuang (slip). Pada teknik cetak padat bahan baku yang digunakan adalah badan tanah liat plastis sedangkan pada teknik cetak tuang bahan yang digunakan berupa badan tanah liat slip (lumpur).

3. Pengeringan

Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap selanjutnya adalah pengeringan. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang terikat pada benda keramik. Pada tahap awal benda keramik diangin-anginkan pada suhu kamar. Apabila penyusutan tidak terjadi, dapat dilakukan pengeringan dengan sinar matahari langsung atau mesin pengering.

4. Pembakaran

Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik dimana proses ini mengubah massa yang rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan dalam sebuah tungku (furnace) suhu tinggi. Pembakaran dapat dilakukan dengan tahap pembakaran biskuit. Pembakaran biskuit merupakan tahap yang sangat penting karena melalui pembakaran ini suatu benda dapat disebut sebagai keramik. Biskuit (bisque) merupakan istilah untuk menyebut benda keramik yang telah dibakar pada kisaran suhu 700 – 1000 derajat Celcius.


(24)

Keramik dilapisi glasir dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas. Untuk benda-benda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan dengan cara dicelup dan dituang serta untuk benda-benda yang besar pelapisan dilakukan dengan penyemprotan. Fungsi glasir pada produk keramik adalah untuk menambah keindahan supaya dapat lebih kedap air.

3.3. Fungsi Keramik bagi Masyarakat Jepang

Keramik merupakan benda yang sangat unik baik dari bentuknya, proses pembuatannya serta ukirannya. Keramik memberikan perasaan bangga tersendiri bagi yang memilikinya maupun pembuat keramik itu sendiri. Bagi masyarakat Jepang yang sangat mencintai keindahan memiliki suatu benda yang unik merupakan sebuah kesenangan. Pada awalnya keramik hanya dijadikan sebagai alat peralatan rumah tangga. Namun seiring berkembangnya zaman, keramik kini dijadikan pernak pernik seperti vase untuk wadah ikebana, wadah untuk tea ocha, serta sebagai hiasan dalam lemari. Sehingga tidak jarang pula kalau masyarakat Jepang tersebut mau membuat keramik hanya dikarenakan hobi ataupun menjadikannya sebagai mata pencaharian mereka. Mereka menyakini bahwa keramik merupakan suatu warisan nasional yang hidup.

Bagi masyarakat Jepang yang mencintai seni, keramik merupakan barang yang menarik. Tak sedikit juga masyarakat Jepang yang pada awalnya hanya mengagumi keindahannya namun lama kelamaan ia menjadi tertarik untuk


(25)

membuatnya sendiri sesuai dengan keinginannya hingga pada akhirnya menjadi sebuah usaha.

Pada sekitar tahun 7000 SM awal seni formatif di Jepang dapat ditelusuri hingga zaman Archaik (pra sejarah dan proto sejarah), disaat itulah keramik Jomon mulai dibuat. Artifak-artifak tersebut dibuat dari tanah liat yang tidak diglasir dengan corak tambang. Mashikoyaki adalah seni keramik Jepang. Masyarakat Jepang tidak hanya mengenal keramik, contoh seni lainnya yaitu porselen, tembikar, marmer, dll.

Bagi para pencinta keramik, menuangkan ide-ide mereka dalam proses pembuatannya tak sedikit pula yang menjadi awal terciptanya teknik baru bagi para pengrajin keramik. Di samping itu juga banyak porselen dengan gaya pembuatan menggunakan glasir enamel dari polychrome. Para seniman keramik juga banyak memproduksi keramik untuk keperluan sehari-hari dan untuk keperluan upacara minum tea (tea ceremony) serta dihiasi dengan corak berupa glasir besi, dekorasi kuas bulir ataupun berbintik. Bagi masyakat Jepang percaya banyak arti dan makna dari setiap corak keramik yang dibuat. Contohnya Keramik Hagi, dimana kebanyakan produksi keramiknya berupa mangkok untuk tea ceremony. Sebuah keramik minim atau kecil menandakan ekspresi pribadi yang membuatnya dengan pengglasiran sedikit buram.

Bagi masyarakat Jepang segala sesuatu yang dilakukan dengan sepenuh hati dan bersemangat maka akan menghasilkan karya-karya yang baik dan bagus. Kemudian bagi mereka pula akan merasa sangat bangga jika mereka


(26)

dapat membuat keramik sendiri dan dapat menggunakan benda-benda yang mereka buat sendiri.


(27)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

1. Kesenian Keramik Jepang berawal pada periode Jomon sekitar tahun 14000-400 SM, saat itu masyarakatnya masih mengenal budaya bercocok tanam, namun sudah bisa membuat barang-barang berupa keramik maupu tembikar. Kemudian kesenian keramik Jepang mengambil kesenian dari Cina dan Korea, pada saat itu para perajin keramik Jepang pergi untuk mempelajari teknik-teknik pembuatan keramik ke negara tersebut.

2. Dalam proses pembuatan keramik Jepang ialah cukup panjang dan rumit. Dimana dalam proses pembuatannya kita memerlukan teknik, kreasi, imajinasi serta dikerjakan dengan sepenuh hati maka keramik yang dihasilkan akan terlihat bagus dan indah.

3. Pada umumnya peminat dari keramik Jepang ini ialah wanita, hal ini dikarenakan wanita sangat menyukai hal-hal yang berisi indah dan bagus. Oleh sebab itu dalam keramik Jepang terdapat wadah untuk ikebana, wadah yang digunakan dalam upacara minum teh, sebagai peralatan rumah tangga serta keramik Jepang yang dapat digunakan sebagai hiasan dalam lemari hias.


(28)

4.2. Saran

Dari kesimpulan mengenai “Sekilas tentang Keramik Jepang” maka penulis ingin memberikan saran untuk para pembaca, dimana keramik merupakan sebuah benda yang memiliki nilai seni yang sangat tinggi dan sebuah keramik yang menggambarkan ekspresi dari pengrajin keramik tersebut. Salah satu fungsi kita sebagai generasi muda sebaiknya kita ikut serta melestarikan dan menjaga kesenian yang ada di Indonesia karena sama halnya dengan masyarakat Jepang yang sangat menghargai karya-karya hasil leluhur mereka.


(29)

DAFTAR PUSTAKA

Matsubara S. Shunsuke Okuda, Yasunori Nagahata.1987. Sejarah Kebudayaan Jepang (Sebuah Perspektif).Jakarta: Kementerian Luar Negeri

Tanaka Sendo. 1973. Tea Ceremony.Tokyo: Kodansha International Ltd

Wilson Richard L.1949. Inside Japanese Ceramics.New York & Tokyo: Weatherhill

bahan-membuat.com/cara-membuat-kerajinan-keramik bahan-membuat.com/search/jenis-jenis-keramik-dari-jepang

http://itsaytnid.blogspot.it/2014/04/sejarah-kesenian-keramik-jepang.html id.wikipedia.org/wiki/Seni_Keramik

id.wikipedia.org/wiki/ZamanJomon id.wikipedia.org/wiki/ZamanYayoi


(30)

LAMPIRAN

I. Gambar Alat-alat Pembuatan Keramik

1. Butsir Kawat (wire modeling tools)

2. Butsir kayu (wood modelling tools)


(31)

4. Pisau pemotong (felting knife)

5. Potter rib/throwing ribs/rubber palletes/steel palletes

6. Spon (sponges)


(32)

7. Jarum (needles)

8. Kaliper (caliper)

9. Rol kayu

10.Slab roller


(33)

11.Whirler/Banding wheel

12.Hand extruder


(34)

II. Jenis-jenis Keramik


(35)

(36)

(37)

ABSTRAK

Jepang adalah negara yang tidak terkenal dalam bidang teknologi bahkan Jepang terkenal memiliki nilai seni yang tinggi. Salah satu hasil seni yang tinggi tersebut adalah sebuah hasil karya keramik yang sangat menakjubkan. Keramik berasal dari bahasa Yunani yaitu keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Keramik merupakan kerajinan tangan yang memerlukan teknik, kreasi, dan imajinasi dalam pembuatannya. Tahap-tahap dalam pembuatan keramik memerlukan tahap yang panjang, yaitu tahap pemilihan dan pengolahan bahan, tahap pembentukkan, tahap pengeringan, tahap pembakaran dan tahap pengglasiran.

Kesenian Keramik Jepang berawal pada periode Jomon. Saat itu masyarakatnya masih mengenal budaya bercocok tanam, namun sudah bisa membuat barang-barang berupa keramik maupun tembikar. Barang-barang tembikar pada periode Jomon mempunyai dekorasi bentuk yang langsing dan ornamennya bebas dan tegas, namun sedikit lebih kasar. Penemuan barang-barang tembikar pada masa ini terdapat di daerah pegunungan sekitar Honshu Tengah, tepatnya di prefektur Nagano dan Yamaguchi.

Setelah periode Jomon usai, Jepang memasuki periode Yayoi sekitar 400 SM-250 M.. Kehidupan masyarakat pada periode ini sudah mulai mengenal


(38)

bercocok tanam. Barang-barang tembikar pada periode Yayoi mengandalkan bentuk daripada dekorasi.

Kemudian sejarah keramik Jepang memasuki periode Nara. Seni keramik pada periode ini dipengaruhi oleh kebudayaan Cina dan agama Budha yang dibawa masuk oleh Cina. Para pengrajin Jepang pergi Cina mempelajari teknik-teknik pembuatan keramik. Sehingga pada periode ini ditemukan pembuatan keramik dengan penggunaan glasir dan pembakaran suhu rendah.

Selanjutnya pada periode Muromachi pada tahun 1334-1573, mulai masuk ajaran Budha Zen yaitu ajaran yang berisi perjamuan minum tea (Cha no yu). Ajaran cha no yu membawa pengaruh besar pada kesenian keramik. Para ahli atau guru pada upacara minum tea ingin peralatan mereka juga mengekspresikan semangat Zen, yaitu nilai estetika keindahan yang alami dan sederhana. Contoh keramik untuk upacara minum tea (cha no yu) yaitu keramik Hagi yang berupa mangkok.

Keramik diklasifikasikan atas dua jenis yaitu :

1. Keramik Tradisional, yang termasuk dalam keramik ini adalah barang pecah belah (dinnerware), keperluan rumah tangga (tile,

bricks dan untuk industri (refractory).

2. Keramik Halus, yang termasuk dalam keramik ini yakni keramik modern atau yang biasa disebut dengan keramik teknik.

Bagi masyarakat Jepang, pernak pernik keramik dijadikan sebagai vase untuk wadah ikebana, wadah untuk tea, serta dijadikan sebagai hiasan dalam


(39)

lemari. Dan bagi masyarakat Jepang juga keramik memiliki nilai seni yang sangat tinggi dan yakin dari setiap corak keramik yang ada memilki arti makna yang dapat menggambarkan ekspresi dari pengrajin keramik tersebut. Pada umumnya peminat dari keramik Jepang ini ialah wanita. Bukan hanya wanita Jepang saja yang menyukai seni keramik Jepang, wanita di Indonesia pun sangat menyukai seni keramik. Sama halnya dengan masyarakat Jepang, wanita Indonesia lebih menyukai seni keramik karena dapat dijadikan sebagai peralatan rumah tangga, sebagai hiasan dalam lemari hias dan sebagai wadah untuk seni merangkai bunga

(ikebana). Karena mereka menganggap mencintai seni memilki keunikan dan


(40)

日本の陶製

と う せ い

につい

日本は科 学 技 術 的

かがく ぎじゅつてき

し ん ぽ と う

進歩陶の国である。また、日本には

高級

こうき ゅう

ぎじゅ つ

技 術 がある。その一つがすばらしい日本の 陶 製

とうせ い

である。

とうせ い

陶 製 という言葉は「Keramikos」というギリシア語から

の派生

は せ い

でおり、意味は

ねんし ょうかてい

燃 焼 過 程 をしたある 赤 土

あかつ ち

の形である。

とうせ い

陶 製 とは作りかたに 技

わざ

そうぞ う

想 像 や 創 造

そうぞ う

要れる 手 職

てしょ く

である。陶製

を作る中で、長くの

だんか い

段 階 がある。それは、 材料

ざいり ょう

じゅん び

準 備 および

選択

せんた く

、組み立てること、

濡れること、 燃焼

ねんし ょう

である。

日本の陶製は

じょう もんじだい

縄 文 時 代 に始まった。その時、社会はもう

農業

のうぎ ょう

しても、陶製や

と う き

陶器を作ることができた。 縄 文 時 代

じょう もんじだい

の陶製

と う き

陶器などには自由に 装 飾品

そうし ょくひん

ほそ

細 くの 飾

かざ

りがあったが、

すこ

少 し 粗

あら

い。この時代に

はっけ ん

発 見 された陶器

と う き

なかほ んしゅう

中本州 の連山地方

れんざ んちほう

であった。

な が の け ん

長野県や 山 口 県

やまぐ ちけん

であった。

じょう もんじだいご

縄 文 時 代 後 には約400-250せいきに弥生時代

や よ い じ だ い


(41)

まった。日本人の生活が 農業

のうぎ ょう

をしている。この時代の

と う き

陶器が 飾

かざ

り物を使った。

また、

ならじだい

奈良時代に日本の陶製史

と う せ い し

が始まった。この時代の

びじゅ つもの

美 術 物 は中国文化や 仏教

ぶっき ょう

えいき ょう

影響 された。日本の陶芸家

と う げ い か

はその

国へ陶製の作り方うを

まな

学 びに行った。それで、この時代に低い温

度で焼

け付けした物を

はっけ ん

発 見 された。

室町時代

むろま ちじだい

のおよそ1334-1573年に、茶の湯という

ぜん

の 仏教

ぶっき ょう

を持ってきた。茶の湯先生たちは茶の湯の

ど う ぐ

道具に 禅

ぜん

たまし

く 表

あら

わしてもらいたかった。例えば、

ちゃわ ん

茶 碗 のようなハギといった。

陶 製

とうせ い

は二つの

ぶんる い

分 類 にわけられる。それは次のようである。

1. 伝 統 的

でんと うてき

このような

とうせ い

陶 製

陶 製

とうせ い

はガラス

せいひ ん

製 品 や家庭用

か て い よ う

こうぎ ょうよう

工業用 である。

2. 柔

やわ

らかい

このような

とうせ い

陶 製

陶 製

とうせ い

じ だ い て き

時代的な 陶 製

とうせ い

といったことで、

とうげ い

陶 芸 とい


(42)

日本人にとって、 陶 製

とうせ い

生け 花

ばな

か び ん

花瓶や 茶 碗

ちゃわ ん

たなか ざ

棚 飾 りな

どのように使われる。日本人にとってさえ、 陶 製

とうせ い

こうき ゅう

高級 の

美 術 的

びじゅ つてき

な物であり、

かく とうせ いがら

各 陶 製柄 が陶芸家

と う げ い か

からの意味を

あら

表 わしてい

る。 一 般 的

いっぱ んてき

には

とうげ い

陶 芸 が好きなのは 女 性

じょせ い

である。日本女性だけで

なく、インドネシアの女性も好きである。インドネシアの女性は

か ぐ

家具になるので、 陶 芸

とうげ い

が好きである。例えば、

生け 花

ばな

か び ん

花瓶や

棚 飾

たなか ざ

りのためである。また、

びじゅ つもの

美 術 物 を 好

この

まれば、

とくち ょう

特徴 が楽し


(1)

ABSTRAK

Jepang adalah negara yang tidak terkenal dalam bidang teknologi bahkan Jepang terkenal memiliki nilai seni yang tinggi. Salah satu hasil seni yang tinggi tersebut adalah sebuah hasil karya keramik yang sangat menakjubkan. Keramik berasal dari bahasa Yunani yaitu keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Keramik merupakan kerajinan tangan yang memerlukan teknik, kreasi, dan imajinasi dalam pembuatannya. Tahap-tahap dalam pembuatan keramik memerlukan tahap yang panjang, yaitu tahap pemilihan dan pengolahan bahan, tahap pembentukkan, tahap pengeringan, tahap pembakaran dan tahap pengglasiran.

Kesenian Keramik Jepang berawal pada periode Jomon. Saat itu masyarakatnya masih mengenal budaya bercocok tanam, namun sudah bisa membuat barang-barang berupa keramik maupun tembikar. Barang-barang tembikar pada periode Jomon mempunyai dekorasi bentuk yang langsing dan ornamennya bebas dan tegas, namun sedikit lebih kasar. Penemuan barang-barang tembikar pada masa ini terdapat di daerah pegunungan sekitar Honshu Tengah, tepatnya di prefektur Nagano dan Yamaguchi.

Setelah periode Jomon usai, Jepang memasuki periode Yayoi sekitar 400 SM-250 M.. Kehidupan masyarakat pada periode ini sudah mulai mengenal


(2)

bercocok tanam. Barang-barang tembikar pada periode Yayoi mengandalkan bentuk daripada dekorasi.

Kemudian sejarah keramik Jepang memasuki periode Nara. Seni keramik pada periode ini dipengaruhi oleh kebudayaan Cina dan agama Budha yang dibawa masuk oleh Cina. Para pengrajin Jepang pergi Cina mempelajari teknik-teknik pembuatan keramik. Sehingga pada periode ini ditemukan pembuatan keramik dengan penggunaan glasir dan pembakaran suhu rendah.

Selanjutnya pada periode Muromachi pada tahun 1334-1573, mulai masuk ajaran Budha Zen yaitu ajaran yang berisi perjamuan minum tea (Cha no yu). Ajaran cha no yu membawa pengaruh besar pada kesenian keramik. Para ahli atau guru pada upacara minum tea ingin peralatan mereka juga mengekspresikan semangat Zen, yaitu nilai estetika keindahan yang alami dan sederhana. Contoh keramik untuk upacara minum tea (cha no yu) yaitu keramik Hagi yang berupa mangkok.

Keramik diklasifikasikan atas dua jenis yaitu :

1. Keramik Tradisional, yang termasuk dalam keramik ini adalah barang pecah belah (dinnerware), keperluan rumah tangga (tile,

bricks dan untuk industri (refractory).

2. Keramik Halus, yang termasuk dalam keramik ini yakni keramik modern atau yang biasa disebut dengan keramik teknik.


(3)

lemari. Dan bagi masyarakat Jepang juga keramik memiliki nilai seni yang sangat tinggi dan yakin dari setiap corak keramik yang ada memilki arti makna yang dapat menggambarkan ekspresi dari pengrajin keramik tersebut. Pada umumnya peminat dari keramik Jepang ini ialah wanita. Bukan hanya wanita Jepang saja yang menyukai seni keramik Jepang, wanita di Indonesia pun sangat menyukai seni keramik. Sama halnya dengan masyarakat Jepang, wanita Indonesia lebih menyukai seni keramik karena dapat dijadikan sebagai peralatan rumah tangga, sebagai hiasan dalam lemari hias dan sebagai wadah untuk seni merangkai bunga

(ikebana). Karena mereka menganggap mencintai seni memilki keunikan dan


(4)

日本の陶製

と う せ い

につい

日本は科 学 技 術 的 かがく ぎじゅつてき

し ん ぽ と う

進歩陶の国である。また、日本には

高級 こうき ゅう

な ぎじゅ つ

技 術 がある。その一つがすばらしい日本の 陶 製 とうせ い

である。

とうせ い

陶 製 という言葉は「Keramikos」というギリシア語から

の派生 は せ い

でおり、意味は

ねんし ょうかてい

燃 焼 過 程 をしたある 赤 土 あかつ ち

の形である。

とうせ い

陶 製 とは作りかたに 技 わざ

や そうぞ う

想 像 や 創 造 そうぞ う

が い

要れる 手 職 てしょ く

である。陶製

を作る中で、長くの だんか い

段 階 がある。それは、 材料 ざいり ょう

の じゅん び

準 備 および

選択 せんた く

、組み立てること、 ぬ

濡れること、 燃焼 ねんし ょう

である。

日本の陶製は

じょう もんじだい

縄 文 時 代 に始まった。その時、社会はもう

農業 のうぎ ょう

しても、陶製や と う き

陶器を作ることができた。 縄 文 時 代 じょう もんじだい

の陶製

や と う き

陶器などには自由に 装 飾品 そうし ょくひん

や ほそ

細 くの 飾 かざ

りがあったが、 すこ 少 し 粗

あら い。この時代に

はっけ ん

発 見 された陶器 と う き

なかほ んしゅう

中本州 の連山地方 れんざ んちほう

であった。

な が の け ん

長野県や 山 口 県 やまぐ ちけん

であった。

じょう もんじだいご

縄 文 時 代 後 には約400-250せいきに弥生時代 や よ い じ だ い


(5)

まった。日本人の生活が 農業 のうぎ ょう

をしている。この時代の と う き 陶器が 飾

かざ り物を使った。

また、

ならじだい

奈良時代に日本の陶製史 と う せ い し

が始まった。この時代の

びじゅ つもの

美 術 物 は中国文化や 仏教 ぶっき ょう

えいき ょう

影響 された。日本の陶芸家 と う げ い か

はその

国へ陶製の作り方うを まな

学 びに行った。それで、この時代に低い温

度で焼 や

け付けした物を はっけ ん

発 見 された。

室町時代 むろま ちじだい

のおよそ1334-1573年に、茶の湯という ぜん 禅

の 仏教 ぶっき ょう

を持ってきた。茶の湯先生たちは茶の湯の ど う ぐ 道具に 禅

ぜん を

たまし 魂

く 表 あら

わしてもらいたかった。例えば、 ちゃわ ん

茶 碗 のようなハギといった。

陶 製 とうせ い

は二つの ぶんる い

分 類 にわけられる。それは次のようである。

1. 伝 統 的 でんと うてき

このような とうせ い

陶 製

陶 製 とうせ い

はガラス せいひ ん

製 品 や家庭用 か て い よ う

こうぎ ょうよう

工業用 である。

2. 柔 やわ

らかい

このような とうせ い 陶 製

陶 製 とうせ い

じ だ い て き

時代的な 陶 製 とうせ い

といったことで、 とうげ い 陶 芸 とい


(6)

日本人にとって、 陶 製 とうせ い

が い 生け 花

ばな の

か び ん

花瓶や 茶 碗 ちゃわ ん

や たなか ざ 棚 飾 りな

どのように使われる。日本人にとってさえ、 陶 製 とうせ い

こうき ゅう 高級 の

美 術 的 びじゅ つてき

な物であり、

かく とうせ いがら

各 陶 製柄 が陶芸家 と う げ い か

からの意味を あら

表 わしてい

る。 一 般 的 いっぱ んてき

には とうげ い

陶 芸 が好きなのは 女 性 じょせ い

である。日本女性だけで

なく、インドネシアの女性も好きである。インドネシアの女性は

か ぐ

家具になるので、 陶 芸 とうげ い

が好きである。例えば、 い 生け 花

ばな の

か び ん 花瓶や

棚 飾 たなか ざ

りのためである。また、

びじゅ つもの 美 術 物 を 好

この

まれば、

とくち ょう

特徴 が楽し