46
Nomor 206.2PMK.012014. Peraturan yang diberlakukan untuk saat ini adalah peraturan terbaru yaitu PMKRI Nomor 206.2PMK.012014.
Sesi wawancara kedua dengan informan berakhir sekitar pukul 17.36 WIB. Pada hari Senin, jam kerja pegawai sampai pukul 19.00 WIB.
4.5 Pembahasan
Dari pengamatan peneliti, maka dapat dianalisis pembahasan sebagai berikut: Peneliti yakin bahwa jawaban akan tetap sama atas semua pertanyaan
yang peneliti tanyakan baik kepada kepala Kanwil DJP, Kepala bagian umum, maupun kepala bidang dari tiap bidang di DJP, serta kelompok jabatan fungsional.
Jawaban yang diberikan kepada peneliti telah didiskusikan dengan kepala bagian dan sesuai dengan PMKRI Nomor 206.2PMK.012014 mengenai struktur
organisasi yang telah dilegalkan secara hukum. Dari hasil wawancara yang didapat maka peneliti membuat pembahasan
yang dikaitkan dengan tujuan dari penelitian ini sendiri, yaitu pengambilan keputusan berdasarkan sistem informasi dan struktur organisasi di Direktorat
Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera Utara I. Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk mengecek dan
membandingkan data dari teori dengan hasil wawancara, yaitu sebagai berikut:
4.5.1 Peran Sistem Informasi Manajemen dalam Pengambilan Keputusan
Seperti yang telah diketahui berdasarkan teori-teori yang telah peneliti paparkan mengenai sistem informasi manajemen. Sistem informasi manajemen
adalah sistem informasi yang digunakan oleh perusahaan untuk pengumpulan
47
informasi yang berhubungan dengan internal perusahaan dimulai dari proses input menjadi output yang digunakan untuk kepentingan perusahaan.
Pada Direktorat Jenderal Pajak sistem informasi manajemen yang digunakan dalam membantu operasional DJP adalah SIKKA. SIKKA yang
memiliki kepanjangan Sistem Informasi Kepegawaian, Keuangan, dan Aktiva memiliki peran yang sangat penting dalam membantu pengambilan keputusan
pimpinan. Sistem ini dibuat untuk memudahkan dalam mengidentifikasi, mengakses, dan menginterpretasikan data yang dibutuhkan.
Tujuan dari sistem informasi dalam suatu organisasi adalah untuk menyediakan informasi yang lebih berharga mengenai perencanaan, pelaksanaan,
mengawasi, dan mengontrol bisnis untuk manajemen, manajer, dan stakeholders. Tujuan dari penggunaan sistem ini diutamakan untuk kepentingan operasional
organisasi agar dapat beroperasi secara efektif dan efisien. Karena SIKKA dapat dikategorikan sebagai sistem pendukung keputusan yang digunakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak. Hal ini menjelaskan bahwa semua perlengkapan dan metode yang menyediakan informasi untuk pembuat keputusan mendukung
operasi mereka dan pengambilan keputusan dalam organisasi. SIKKA merupakan sistem informasi yang dijalankan oleh sebuah aplikasi
online yang membutuhkan internet dalam mengaksesnya secara umum namun bisa juga offline dengan intranet. Mengakses SIKKA melalui intranet, dapat
melalui link http:sikka.djp sedangkan mengakses SIKKA melalui internet dapat melalui linkhttp:sikka.pajak.go.id.
48
Kantor Direktorat Jenderal Pajak memiliki beberapa Kantor Pelayanan Pajak yang bergerak dibawah pengawasan sesuai dengan ketentuan wilayah.
Kantor Wilayah Sumatera Utara I. Kemudahan yang didapat dari penggunaan SIKKA ini adalah DJP tidak harus menerima laporan secara manual atau
berhadapan langsung dengan setiap pihak berkepentingan untuk melaporkan hal- hal yang berkaitan dengan operasional seperti kepegawaian, laporan keuangan,
dan segala macam bentuk aktiva yang ada. Pimpinan dapat melihat semua laporan secara langsung dengan menghadap ke komputer, mengakses situs SIKKA dan
mendapatkan data yang diinginkan. Hardware dan software yang digunakan juga harus mendukung
kemudahan dalam pengaksesan ke dalam SIKKA. Penggunaan perangkat- perangkat dengan teknologi yang sesuai. Karena salah satu komponen pendukung
pengaksesan suatu sistem informasi adalah hardware dan software. Berdasarkan pengamatan peneliti secara langsung di kantor Direktorat
Jenderal Pajak media komputer yang digunakan sudah bagus, CPU, monitor, printer, alat scan dan sebagainya sudah disediakan untuk masing-masing pegawai.
Tidak ada keluhan mengenai peralatan yang digunakan, sehingga semua pegawai tidak memiliki alasan untuk tidak mengerjakan tugas-tugas yang mengharuskan
menggunakan peralatan-peralatan tersebut. Seperti meng-input data, pendataan informasi, membuat laporan, dan pengawasan.
Dalam pelaksanaan pengaksesan sistem informasi berdasarkan sumber yang diterima peneliti hanya terkendala dengan jaringan internet. Jaringan internet
yang lambat tidak terlalu mendukung kecepatan dalam pengaksesan. Namun,
49
untuk program yang tersedia sudah baik dengan tampilan yang mudah dimengerti serta isi yang lengkap.
Data yang tersedia dalam sistem informasi juga merupakan komponen penting dalam pengambilan keputusan. Jika data yang dibutuhkan tidak tersedia di
dalam sistem akan terjadi kekurangan sumber pengambilan keputusan sehingga dapat menyebabkan kesalahan. Kesalahan yang terjadi, baik kecil maupun besar
tetap akan berdampak kerugian bagi perusahaan. Keputusan adalah hal yang harus diambil dengan cepat dan sigap, sehingga jika terjadi kesalahan akan memakan
waktu untuk memperbaikinya. Berdasarkan pemberitahuan informan kepada peneliti, data yang ada pada
SIKKA lengkap. Mulai dari data pribadi pegawai sampai data tugas dan kewajiban pegawai telah tersedia. Kehebatan SIKKA yang digunakan oleh kantor
Pajak seluruh Indonesia dengan yaitu daya tampung informasi lebih dari 30.000 karyawan. Sistem ini menghubungkan berbagai informasi dari seluruh Indonesia
yang memudahkan interaksi dan kerjasama antar bagian melalui pengolahan data. Pada Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera Utara I memiliki jumlah
108 pegawai dan 847 pegawai yang terbagi ke dalam 9 KPP yang berada di bawah tanggung jawab DJP dengan total keseluruhan sebanyak 955 pegawai.
Untuk kepentingan pada Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera Utara I yang membawahi 9 Kantor Pelayanan Pajak misalnya, dapat
sangat membantu untuk informasi pegawai yang ingin melakukan mutasi jabatan secara internal dalam kawasan pengawasan Kanwil Sumut I. Kepala bagian untuk
setiap bagian pekerjaan di Direktorat Jenderal Pajak dapat melihat informasi
50
bawahan mereka mengenai CV, masa kerja, beban dan tanggung jawab pekerjaan, absensi, mutasi, dll. Keputusan mengenai mutasi pekerjaan dapat dilakukan
dengan Kepala Kantor mempertimbangkan kinerja yang telah dilakukan pegawai dengan melihat informasi yang ada di SIKKA pegawai tersebut.
Informan memperlihatkan situs SIKKA pribadinya kepada peneliti dan memberi tahu menu-menu yang tersedia untuk menunjukkan kelengkapan
informasi yang tersedia di dalamnya. Namun peneliti tidak diperbolehkan untuk memiliki dokumentasi situs SIKKA yang asli dikarenakan itu adalah rahasia
perusahaan. Penggunaan SIKKA terbukti telah sesuai dengan tujuan dari penggunaan
SIKKA itu sendiri, yaitu untuk pengoptimalisasian pecapaian sejumlah sasaran Direktorat Jenderal Pajak dan mendukung pengembangan sistem perencanaan dan
manajemen Sumber Daya Manusia yang merupakan salah satu inisiatif strategis Direktorat Jenderal Pajak. Dengan SIKKA, DJP dapat menerapkan kebijakan
yang adil dan sesuai dalam penempatan Sumber Daya Manusia berdasarkan kompetensi dan kinerja serta keunggulan masing-masing pegawai. SIKKA juga
digunakan utuk merancang kebutuhan rekrutmen berbasis kompetensi untuk pegawai serta pemerataan kebutuhan Diklat para pegawai sesuai dengan bidang
dan keahlian masing-masing. Dalam hal ini, SIKKA telah berfungsi dengan baik dalam pengambilan
keputusan dengen kelengkapan peralatan yang mendukung pekerjaan masing- masing pegawai serta kelengkapan data dan dokumentasi perusahaan. SIKKA
sebagai sistem informasi manajemen juga telah sesuai berperan sebagai
51
pendukung pengambilan keputusan untuk setiap pihak yang berkepentingan di Direktorat Jenderal Pajak, sesuai dengan pendapat banyak teori yang menyatakan
bahwa sistem informasi manajemen memiliki peran dan fungsi sebagai pendukung pengambilan keputusan dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan.
Pengambilan keputusan pada Direktorat Jenderal Pajak sangat terbantu dengan adanya sistem informasi yang digunakan DJP yaitu SIKKA, karena
SIKKA menjadi latar belakang dalam pengambilan keputusan oleh kepala wilayah. Keputusan yang dilakukan oleh Kepala Kanwil mencakup seluruh
wilayah kerja DJP Kanwil Sumut I.
4.5.2 Penerapan Struktur Organisasi dalam Pengambilan Keputusan