Penerapan Struktur Organisasi dalam Pengambilan Keputusan

51 pendukung pengambilan keputusan untuk setiap pihak yang berkepentingan di Direktorat Jenderal Pajak, sesuai dengan pendapat banyak teori yang menyatakan bahwa sistem informasi manajemen memiliki peran dan fungsi sebagai pendukung pengambilan keputusan dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan. Pengambilan keputusan pada Direktorat Jenderal Pajak sangat terbantu dengan adanya sistem informasi yang digunakan DJP yaitu SIKKA, karena SIKKA menjadi latar belakang dalam pengambilan keputusan oleh kepala wilayah. Keputusan yang dilakukan oleh Kepala Kanwil mencakup seluruh wilayah kerja DJP Kanwil Sumut I.

4.5.2 Penerapan Struktur Organisasi dalam Pengambilan Keputusan

Setiap organisasi, asosiasi, perusahaan dan lembaga memiliki suatu struktur yang diterapkan sebagai pola pekerjaan dan kelompok tugas. Dengan pembentukan suatu struktur organisasi akan terlihat jelas susunan hubungan setiap anggota yang menunjukkan posisi, jabatan, tugas dan wewenang serta tanggung jawab yang pasti akan berbeda-beda untuk setiap anggota dalam organisasi. Pembentukan struktur organisasi yang diterapkan pada Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 206.2PMK.012014. Berdasarkan pendapat peneliti, pembentukan tersebut dibentuk berdasarkan strategi organisasi untuk melaksanakan kebijakan pokok dari organisasi untuk kepentingan umum dan tujuan organisasi yang sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Sumber daya manusia adalah faktor yang paling penting dalam penerapan struktur organisasi suatu organisasi. Jika tidak ada sumber daya manusia yang 52 berkualifikasi sesuai dengan fungsi, bagian maupun posisi suatu struktur maka struktur organisasi yang telah dirancang akan sia-sia. Manusia sebagai pengisi suatu struktur akan bekerja menjalankan dan melaksanakan tugas dan wewenang suatu posisi dalam struktur. Struktur organisasi yang diterapkan pada Direktorat Jenderal Pajak ialah sentralisasi. Sentralisasi yang dimaksud pada hal ini adalah pengambilan keputusan berada tingkat yang lebih tinggi dalam organisasi. Tingkat yang tinggi pada Direktorat Jenderal Pajak adalah pimpinan Direktorat Jenderal Pajak, yang berarti keputusan akhir berada di tangan pimpinan Direktorat Jenderal Pajak sebagai eksekutor atas segala macam peneydiaan ide, saran dan masukan atas keputusan-keputusan yang akan diambil. Teori menyatakan bahwa dengan sistem tersentralisasi menyebabkan lingkungan kerja lebih dan stabil. Peneliti memiliki pendapat yang sama dengan pernyataan tersebut, karena berdasarkan pengamatan peneliti berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan informan lingkungan kerja yang ada memang stabil. Baik lingkungan kerja internal untuk diri pribadi pegawai maupun eksternal yang berhubungan dengan rekan kerja pegawai. Karena setiap pegawai memiliki tugas dan tanggungjawab masing-masing yang telah ditentukan untuk satu tahun kerja. Peneliti tidak setuju dengan pertanyaan yang menyatakan bahwa jabatan di bawah pimpinan seperti Kepala Seksi maupun Kepala Bagian Umum kurang mampu mengambil keputusan maupun tidak mau dalam memberikan suara dalam pengambilan keputusan pada Direktorat Jenderal Pajak. Walaupun keputusan 53 akhir berada di tangan pimpinan Direktorat Jenderal Pajak, pada kantor Direktorat Jenderal Pajak setiap Kasi dan Kabag tetap dapat mengambil keputusan untuk keperluan internal sesuai dengan cakupan pekerjaannya dan tetap bertanggung jawab kepada pimpinan Direktorat Jenderal Pajak. Konsep sentralisasi ataupun desentralisasi seperti yang selama ini kita pelajari, hanya bersifat relatif bukan absolut, dengan demikian organisasi tidak akan pernah sepenuhnya setralisasi ataupun desentralisasi. Karena manajemen yang diberlakuakn untuk setiap organisasi selalu berkembang dan fleksibel sesuai dengan perkembangan global. Manajemen organisasi yang baik akhir-akhir ini selalu memberikan kesempatan demokratis kepada para pegawai untuk mengeluarkan pendapat karena seorang pemimpin yang baik akan tahu bahwa yang menghadapi langsung dilapangan adalah pegawai dan biasanya mereka lebih tahu apa yang terbaik yang harus dilakukan. Status pegawai Direktorat Jenderal Pajak adalah pegawai negeri sipil, semua aturan yang diberlakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan. Beban kerja, wewenang dan tanggung jawab tiap- tiap bagian telah disusun oleh Menteri Keuangan. Peranan pegawai dalam pengambilan keputusan memang tidaklah besar, namun berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan informan pegawai dapat memberikan masukan untuk keputusan terhadap fungsi-fungsinya dan rencana kerja pada saat rapat pembinaan kerja yang dilakukan setiap bulan. Semua pegawai harus mengikuti aturan-aturan tersebut dikarenakan status kepegawaian mereka yang 54 merupakan Pegawai Negeri Sipil yang mengikat kontrak kerja sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia. Hal itu menguatkan pendapat peneliti yang menyatakan bahwa setiap organisasi yang baik, walaupun menerapkan konsep sentralisasi, ialah organisasi yang memberikan kesempatan demokratis kepada para pegawainya untuk menyatakan pendapat. Dengan demikian, pegawai akan merasa lebih semangat untuk bekerja karena merasa dihargai berperan dalam pengambilan keputusan organisasi. Setiap struktur organisasi, pasti mengalami perombakan atau perubahan karena lingkungan organisasi akan terus berubah sesuai dengan kemajuan teknologi. Teknologi yang dimaksud sesuai teori yang peneliti gunakan yaitu segala bentuk material peralatan, mesin, dll yang merupakan aplikasi dari sains atau metode dan teknik yang digunakan untuk memperlancar pelaksanaan tugas- tugas dalam organisasi. Jadi dengan penerapan teknologi yang akan selalu berdampingan dengan kehidupan manusia, akan mempengaruhi setiap struktur organisasi yang telah diterapkan. Struktur organisasi di Direktorat Jenderal Pajak mengalami perombakan atau perubahan sesuai dengan aturan yang diberlakukan langsung oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia. Setiap aturan baru yang terbentuk diberlakukan secara mutlak, tidak dapat diubah tanpa adannya persetujuan langsung dari Menteri Keuangan, selama peraturan tersebut diakui dan digunakan. Saat ini peraturan mengenai struktur organisasi Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan PMKRI Nomor 206.2PMK.012014. 55 Perubahan-perubahan yang dilakukan lebih mengacu pada efisiensi unit kerja dalam Direktorat Jenderal Pajak. Pembagian kerja yang lebih spesifik untuk penanganan yang lebih mudah dan cepat. Sehingga pekerjaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak dapat dikerjakan lebih cepat dan efisien. Hal ini membuktikan bahwa terjadinya perkembangan metode-metode dan teknik-teknik pemikiran manusia yang menjalankan struktur tersebut. Berdasarkan keterangan yang peneliti peroleh dari informan mengenai beberapa contoh perubahan struktur organisasi sesuai dengan PMKRI Nomor 206.2PMK.012014 adalah penambahan seksi inteligen pada bagian PPIP, seksi kepatuhan internal yang semulanya berada di bawah PPIP dipindahkan ke bagian Umum, seksi penyuluhan dan kerjasama yang sebelumnya berada di satu seksi di bagi menjadi dua seksi, seksi penyuluhan tersendiri dan seksi kerjasama juga tersendiri. Dalam menjalankan tugasnya setiap kepala bagian dan kepala seksi memiliki bawahan yang akan bertanggung jawab kepada mereka dalam membantu menjalankan fungsi-fungsi yang telah ditetapkan. Setiap rentang kendali yang berlaku dalam struktur organisasi telah ditetapkan sesuai peratturan Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Jumlah batasan untuk setiap rentang kendali penentuannya adalah keputusan langsung dari pimpinan tertinggi yaitu peraturan Menteri Keuangan. Penerapan struktur organisasi dalam Direktorat Jenderal Pajak dilihat sesuai dengan alur struktur dari atas ke bawah, yaitu pimpinan yang berada di puncak garis struktur adalah pemegang kuasa tertinggi dalam pengambilan 56 keputusan dan sebagai eksekutor bagi keputusan-keputusan yang diambil oleh kepala bagian dan kepala seksi yang berada di garis struktur dibawahnya.

4.5.3 Pengambilan Keputusan pada Direktorat Jenderal Pajak