Pengambilan Keputusan Berdasarkan Sistem Informasi Manajemen dan Struktur Organisasi Pada Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera Utara I

(1)

SKRIPSI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERDASARKAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN STRUKTUR ORGANISASI PADA DIREKTORAT

JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH SUMATERA UTARA I

OLEH

PUTRI SAUSAN LESTARI 110502195

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN MANAJEMEN HUBUNGAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN

PT.RAZA KARYA HOLIDAYS MEDAN

Skripsi ini berisi penelitian mengenai Pengambilan Keputusan Berdasarkan Sistem Informasi dan Stuktur Organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengambilan keputsuan pada Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera Utara I berdasarkan sistem informasi dan struktur organisasi di dalamnya.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, kepustakaan, observasi, dan dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data menggunakan triangulasi dengan cara mengecek derajat kepercayaan hasil wawancara dengan derajat kepercayaan sumber data. Subjek dari penelitian ini adalah pegawai pelaksana bagian kepegawaian Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera Utara I. Sistem informasi manajemen yang digunakan pada Direktorat Jenderal Pajak adalah SIKKA (Sistem Informasi Kepegawaian, Keuangan dan Aktiva) yang berperan sebagai latar belakang perolehan informasi untuk pengambilan keputusan bagi kepala Kanwil sebagai pimpinan tertinggi yang menjadi eksekutor untuk setiap keputusan yang akan diambil. Hasil penelitian ini diketahui bahwa SIKKA sebagai sistem informasi manajemen yang digunakan berperan sangat penting untuk operasional perusahaan. Struktur organisasi yang diterapkan sesuai dengan PMKRI Nomor 206.2/PMK.01/2014. Pengambilan keputusan akhir adalah Kepala Kanwil dan seluruh pegawai menerima setiap keputusan yang dibuat.

Kata Kunci:Sistem Informasi Manajemen, Struktur Organisasi, Pengambilan Keputusan


(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF SERVICE QUALITY AND CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT ON

CUSTOMEROF PT. RAZA KARYA HOLIDAYS MEDAN.

This research discusses about Decision Making Based on Information Systems and Organizational Structure. This research intends to determine about how decision making at Directorate General of Taxation Regional Office of North Sumatra I based on information systems and organizational structure inside. This research used qualitative research methods, data collection techniques used are in-depth interviews, literature, observation, and documentation. To test the validity of the data using triangulation by checking the degree of trust in the results of interviews with the degree of trust of the data source. The subject of this research is the employee of executive personnel department of the Directorate General of Taxation Regional Office of North Sumatra I. Management information system that is used at the Directorate General of Taxation is SIKKA (Human Resources, Finance and AssetsInformation Systems), which acts as a background acquisition of information for decision making for the head Regional Office as a supreme leader who stand as an executor for any decision needed to be taken. Results of this research is that SIKKA as a management information system that is used has a very important role for the company's operations. The organizational structure implemented in accordance with PMKRI No. 206.2 / PMK.01 / 2014. The final decision maker is the Head of the Regional Office and so all employees accept any decision made.

Keywords: Management information system, organization structure, decision making


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkatnya yang berlimpah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dengan judul “Pengambilan Keputusan Berdasarkan Sistem Informasi Manajemen dan Struktur Organisasi Pada Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera Utara I”.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, motivasi, saran, kritik dan doa dari berbagai pihak. Skripsi ini peneliti persembahkan untuk ayahAsnalidan mama Erliati Purba yang selalu memberikan semangat, motivasi, nasehat, doa dan mencukupi segala kebutuhan materi dan non materi dalam proses pembuatan skripsi ini. Kepada adik-adik saya Kiki Dwi Astati dan Tasya Halimatusa’diahyang selalu menjadi teman pelipur jenuh. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Azhar Maksum, ME.c, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME., selaku Ketua Departemen Manajemen dan Ibu Dra. Marhayanie, MSi., ME., selaku sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., MSi., selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Ibu Dra. Friska Sipayung, Msi., selaku Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, arahan, saran, dan masukan selama penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Yeni Absah, SE., MSi, selaku Dosen Pembanding 1 yang turut meluangkan waktu dalam member kritik, arahan, saran, dan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan

7. Kepada kak Melina dan Tante Sri sebagai informan dari Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera Utara I yang meluangkan waktu kerjanya untuk menjadi informan dalam penelitian ini.

8. Kepada Gifani, Farah, Ecak, Tiza, Lydia, Umai, Ciak, Rizal, Wahyu, Ferin, Reza, Christine, dan seluruh teman-teman Manajemen 2011 yang selalu membantu dan mendukung penulis.

9. Kepada Bang Ripa, Bang Lutfi, Bang Dedi, Arum, Aisot, Tirsya, Ulik dan seluruh relawan-relawan SAHIVA USU yang selalu menjadi rumah kedua dan pemberi motivasi, menemani, menghibur dan pendengar untuk penulis.

10. Kepada Bunga, Sarah, Nisa, dan tim perusuh Adzkia Bibib, Papal, NurJ, NurK, Indry, Dean yang selalu mendukung dan pendengar setia penulis.


(6)

Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya dan semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT.

Medan, Agustus 2015 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….. ABSTRACT……… KATA PENGANTAR ………... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1.2 Perumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian ... 1.4 Manfaat Penelitian ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Sistem Infomasi Manajemen ... 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Manajemen ... 2.1.2 Peran dan Fungsi Sistem Informasi Manajemen ... 2.1.3 Tujuan Sistem Informasi Manajemen ... 2.1.4 Komponen Sistem Informasi Manajemen ... 2.2 Struktur Organisasi ... 2.2.1 Pengertian Struktur Organisasi ... 2.2.2 Faktor Pembentukan Struktur Organisasi ...

Halaman Halaman i ii iii vi ix x xi 1 1 6 6 7 8 8 8 9 10 12 14 14 15


(8)

2.2.3 Bentuk-Bentuk Struktur Organisasi ... 2.2.4 Sentralisasi dan Desentralisasi ... 2.3 Pengambilan Keputusan ... 2.3.1 Pengertian Pengambilan Keputusan ... 2.3.2 Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan ... 2.3.3 Model Pengambilan Keputusan ... 2.3.4 Gaya Pengambilan Keputusan ... 2.3.5 Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan... 2.4 Penelitian Terdahulu ... 2.6 Kerangka Pemikiran ...

BAB III METODE PENELITIAN ... 3.1 Jenis Penelitian ... 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 3.3 Objek Penelitian ... 3.4 Subjek Penelitian ... 3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 3.6 Teknik Analisis Data ...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...……… 4.2 Profil Direktorat Jenderal Pajak ………... 4.3 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pajak ………. 4.4 Proses Pelaksanaan Penelitian...……….

16 17 19 19 20 21 23 24 27 28 31 31 32 32 32 33 34 36 36 37 39 42


(9)

4.5 Pembahasan ….……….. 4.5.1Peran Sistem Informasi Manajemen dalam

Pengambilan Keputusan ... 4.5.2 Penerapan Struktur Organisasi dalam Pengambilan

Keputusan ... 4.5.3 Pengambilan Keputusan pada Direktorat Jenderal

Pajak ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 5.1 Kesimpulan ……… 5.2 Saran ………..

DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN ………...

45

45

51

56

61 61 62

63 66


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1

2.1 2.2

2.3

Organisasi dan Tata Letak Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak... Komponen-komponen sistem informasi ……….. Perbedaan Keputusan Terpogram dan Tidak

Terpogram... Penelitian Terdahulu ...

2 13

25 27


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Tabel Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman


(13)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN MANAJEMEN HUBUNGAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN

PT.RAZA KARYA HOLIDAYS MEDAN

Skripsi ini berisi penelitian mengenai Pengambilan Keputusan Berdasarkan Sistem Informasi dan Stuktur Organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengambilan keputsuan pada Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera Utara I berdasarkan sistem informasi dan struktur organisasi di dalamnya.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, kepustakaan, observasi, dan dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data menggunakan triangulasi dengan cara mengecek derajat kepercayaan hasil wawancara dengan derajat kepercayaan sumber data. Subjek dari penelitian ini adalah pegawai pelaksana bagian kepegawaian Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera Utara I. Sistem informasi manajemen yang digunakan pada Direktorat Jenderal Pajak adalah SIKKA (Sistem Informasi Kepegawaian, Keuangan dan Aktiva) yang berperan sebagai latar belakang perolehan informasi untuk pengambilan keputusan bagi kepala Kanwil sebagai pimpinan tertinggi yang menjadi eksekutor untuk setiap keputusan yang akan diambil. Hasil penelitian ini diketahui bahwa SIKKA sebagai sistem informasi manajemen yang digunakan berperan sangat penting untuk operasional perusahaan. Struktur organisasi yang diterapkan sesuai dengan PMKRI Nomor 206.2/PMK.01/2014. Pengambilan keputusan akhir adalah Kepala Kanwil dan seluruh pegawai menerima setiap keputusan yang dibuat.

Kata Kunci:Sistem Informasi Manajemen, Struktur Organisasi, Pengambilan Keputusan


(14)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF SERVICE QUALITY AND CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT ON

CUSTOMEROF PT. RAZA KARYA HOLIDAYS MEDAN.

This research discusses about Decision Making Based on Information Systems and Organizational Structure. This research intends to determine about how decision making at Directorate General of Taxation Regional Office of North Sumatra I based on information systems and organizational structure inside. This research used qualitative research methods, data collection techniques used are in-depth interviews, literature, observation, and documentation. To test the validity of the data using triangulation by checking the degree of trust in the results of interviews with the degree of trust of the data source. The subject of this research is the employee of executive personnel department of the Directorate General of Taxation Regional Office of North Sumatra I. Management information system that is used at the Directorate General of Taxation is SIKKA (Human Resources, Finance and AssetsInformation Systems), which acts as a background acquisition of information for decision making for the head Regional Office as a supreme leader who stand as an executor for any decision needed to be taken. Results of this research is that SIKKA as a management information system that is used has a very important role for the company's operations. The organizational structure implemented in accordance with PMKRI No. 206.2 / PMK.01 / 2014. The final decision maker is the Head of the Regional Office and so all employees accept any decision made.

Keywords: Management information system, organization structure, decision making


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seorang manajer puncak selalu dihadapkan dengan berbagai macam pilihan alternatif pemecahan masalah dan diharuskan untuk memilih yang alternatif terbaik untuk melancarkan kegiatan operasional organisasi yang dipimpinnya. Setiap keputusan dari keseluruhan alternatif yang diambil akan memiliki dampak terhadap organisasi baik dampak positif, negatif, besar maupun kecil. Pengambilan keputusan adalah langkah awal dan penting untuk memulai suatu pekerjaan di dalam organisasi.

Pengambilan keputusan merupakan salah satu tanggung jawab eksekutif, terlepas dari bidang fungsi dan tingkat manajemen (Sunyoto dan Burhanuddin, 2015). Beberapa keputusan mungkin mempengaruhi kesuksesan organisasi maupun sebaliknya, sedangkan keputusan yang lain meskipun dianggap penting mungkin saja tidak krusial.Kondisi kehidupan tiap organisasi saat sekarang ini sangat dipenuhi ketidakpastian dan perubahan-perubahan yang mendadak, maka aktivitas pengambilan keputusan merupakan hal yang paling sulit yang dihadapi manajemen hampir setiap saat. Oleh karena itu, proses pengambilan keputusan dalam bisnis apapun merupakan aspek sangat penting bukan hanya untuk organisasi tetapi juga untuk individu yang sangat bergantung pada keputusan ini untuk kelangsungan hidup mereka dalam arena kewirausahaan yang kompetitif.


(16)

Pengambilan keputusan yang efektif sangat menunjang keberhasilan suatu organisasi. Pada Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera Utara I pengambilan keputusan yang diambil tentu saja harus sudah dianalisa dan diberi penilaian atas keberhasilannya. Pimpinan harus dapat bertanggung jawab pula atas keputusan yang telah dibuatnya. Keputusan yang diambil mewakili operasional wilayah yang luas.

Direktorat Jenderal Pajak di Kantor Wilayah Sumatera Utara I membawahi 9 KPP sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang organisasi dan tata kerja instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak. Berikut penjelasannya pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Organisasi Dan Tata Letak Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak

Nama Lokasi Wilayah Kerja

DAERAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN Kantor KANTOR WILAYAH DJP SUMATERA UTARA I

Medan Sebagian Provinsi

Sumatera Utara

1. KPP Madya Medan

2. KPP Pratama

Medan Barat

3. KPP

Pratama Medan Belawan

4. KPP

Pratama Medan Timur

5. KPP

Pratama Medan Polania

6. KPP Pratama

Medan Kota

7. KPP Pratama

Medan Petisah

8. KPP Pratama

Binjai

9. KPP Pratama


(17)

Dalam membantu pengambilan keputusan di DJP memiliki sistem informasi bernama SIKKA (Sistem Informasi Kepegawaian, Keuangan & Aktiva) yang membantu proses pengumpulan data mengenai informasi pegawai yang bekerja di kantor Pajak, laporan keuangan, dan aktiva seluruh pegawai yang bekerja pada Direktorat Jenderal Pajak yang selalu di update setiap saat. Pengaksesan ke sistem informasi SIKKA ini dapat dilakukan oleh seluruh pegawai DJP dengan memasukkan IP pegawai dan password masing-masing. Dalam sistem itu, mereka dapat mengetahui mengenai agenda kegiatan mereka, tanggung jawab pekerjaan periode satu tahun, gaji, tunjangan, pengurusan izin kerja, mutasi dan lain sebagainya.

Sistem informasi manajemen yang telah diterapkan pada setiap KPP ini sangat berguna untuk pimpinan KPP dalam membuat keputusan, baik keputusan yang berhubungan dengan kepegawaian, laporan keuangan dan aktiva. Pimpinan juga dapat secara langsung mengakses portal karyawan untuk mengawasi kinerja mereka disesuaikan dengan tanggung jawab pekerjaan yang telah diberikan. Dalam sistem ini, pimpinan per bagian dapat melihat profil pegawai bawahannya yang bekerja sesuai dengan bagian yang di pimpinnya.

Kualitas manajerialpengambilan keputusantergantunglangsung padakualitas informasi yang tersedia danmanajerkarena itu harusmengembangkanlingkungan yang mendorongpertumbuhan dan sumber informasi yang layak serta berkualitas(Nowduri, 2011). Peralatan software telah dikembangkan untuk kegunaan bisnis yang diadaptasi untuk perencanaan dan pengambilan keputusan pada lembaga-lembaga publik (Alkhaffaf, 2012).


(18)

Nowduri (2011) menyatakan bahwa sistem informasi manajemen telah menjadi alat yang semakin digunakan dalam pengambilan keputusan.

Sistem informasi memuat manusia, prosedur, data, software dan hardware yang digunakan untuk menyatukan dan menganalisis informasi digital (Alkhaffaf, 2012). Pada DJP human error dalam proses input data jarang ditemukan, namun system error terjadi dikarenakan gangguan internet yang tersedia. Penyediaan jaringan internet untuk wilayah Sumatera Utara sendiri tidak terlalu mencukupi untuk mendukung penggunaan sistem informasi yang berbasis internet pada DJP yang penggunaannya termasuk besar untuk mengakses SIKKA. Sehingga saat terjadinya system error terjadi kesulitan untuk mengakses sistem informasi dan membuat keputusan yang harus diambil oleh pimpinan puncak terganggu.

Struktur organisasi pada DJP memiliki pimpinan terstruktur yang memiliki tugas, wewenang dan peran tertentu dalam pengambilan keputusan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Begitu pula dengan pembuatan pembagian tugas pekerjaan, hubungan antar tugas, batas wewenang, dan tanggung jawab yang dibebankan atas pekerjaan masing-masing. Pembagian tugas dan wewenang internal dalam suatu organisasi berdasarkan struktur organisasi yang telah ditetapkan dan sistem koordinasi serta program organisasi akan mempengaruhi kemampuan sumber daya manusia dalam organisasi di dalamnya untuk melaksanakan program-program yang sudah ada.

Dalam struktur organisasi DJP tiap jabatan memiliki rentang kendali yang berbeda-beda sesuai dengan tugas yang dibebankan, setiap jabatan memiliki batasan maksimum bawahan yang telah ditetapkan. Namun, semua disesuaikan


(19)

dengan seberapa banyak sumber daya manusia yang disediakan, bisa saja kurang atau lebih dan beban pekerjaan juga dapat dijadikan indikator untuk penetapan jumlah bawahan dari setiap bagian kerja yang ada di DJP.

Secara umum sistem yang diimplementasikan dalam suatu perusahaan seharusnya memudahkan pemakai dalam mengidentifikasi data, mengakses data, dan mengintepretasikan data tersebut. Data dalaminformasi tersebut merupakan data yang terintegrasi dari seluruh unit perusahaan/organisasi sehingga dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan tugas dalam perusahaan. SIKKA menampung informasi >30.000 pegawai yang bekerja pada Direktorat Jenderal Pajak di seluruh ndonesia mulai dari Sabang sampai Merauke.

Weeks (2013) menyatakan “The use of these systems improve efficiency within the organization. This is especially effective in tasks that require much data entry and can be performed directly by the employee.” Yang berarti penggunaansistem inimeningkatkan efisiensidalam organisasi. Hal ini sangat efektifdalam tugas-tugasyang membutuhkanbanyakentri datadan dapat diakses langsung oleh seluruh pegawai. Dalam proses input data ke dalam SIKKA dilakukan oleh UPK atau Unit Pengelolaan Kepegawaian.

Keputusan yang harus diterima oleh seluruh pegawai pelaksana dari setiap bagian adalah keputusan yang telah diberikan oleh atasannya, yaitu setiap Kepala bagian yang telah koordinasi dengan Kepala Kantor Wilayah. Dalam hal ini, keputusan yang diberlakukan tidak dapat ditentang oleh pegawai.Status pegawai pada kantor Direktorat Jenderal Pajak adalah Pegwai Negeri Sipil, dimana keputusan semua diambil sesuai dengan aturan Menteri Keuangan yang


(20)

disesuaikan dengan wilayah kerja masing-masing kantor wilayah untuk seluruh Indonesia.

Berdasarkan pada penjelasan di atas,penulis merasa tertarik untuk meneliti permasalahan ini dengan judul “Pengambilan Keputusan Berdasarkan Sistem Informasi Manajemen dan Struktur Organisasi Pada Direktorat Jenderal Pajak di Kantor Wilayah Sumatera Utara I.” Yang metode pengambilan datanya adalah menggunakan studi kepustakaan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimana pengambilan keputusan berdasarkan sistem informasi manajemen dan struktur organisasi pada Direktorat Jenderal Pajak di Kantor Wilayah Sumatera Utara I?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka secara umum tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pengambilan keputusan berdasarkan sistem informasi manajemen dan struktur organisasi pada Direktorat Jenderal Pajak di Kantor Wilayah Sumatera Utara I.


(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi pihak peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu proses pembelajaran serta pengaplikasian ilmu pengetahuan, terutama yang berhubungan dengan sistem informasi manajemen dan struktur organisasi yang berkaitan dengan pengaruh terhadap pengambilan keputusan bagi pihak peneliti sendiri sebagai pembelajaran dan pengalaman.

2. Bagi pihak instansi

Hasil penelitian diharapkan memberikan sumbangan saran, pemikiran dan informasi yang bermanfaat yang berkaitan dengan penggunaan sistem informasi dan penerapan alur sturktur organsiasi terhadap pengambilan keputusan pada Direktorat Jenderal Pajak di Kantor Wilayah Sumatera Utara I.

3. Bagi pihak lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan atau untuk pengembangan ide – ide baru untuk penlitian selanjutnya, dan sebagai bahan pertimbangan perusahaan atau instansi lain yang menghadapi permasalahan yang sama.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Informasi Manajemen

2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi secara teknis dapat didefinisikan sebagai kumpulan komponen yang saling berhubungan, mengumpulkan (atau mendapatkan), memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk menunjang pengambilan keputusan dan pengawasan dalam suatu organisasi. Selain menunjang proses pengambilan keputusan, koordinasi, dan pengawasan, sistem informasi juga dapat membantu manajer dan karyawan menganalisis permasalahan, menggambarkan hal-hal yang rumit, dan menciptakan produk baru (LaudondanLaudon, 2012: 15).

Sistem informasi manajemen adalah suatu sistem informasi yang selain melakukan pengolahan transaksi juga secara umum dapat dikatakan sebagai rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan, pengolahan, penyimpanan data sampai pada penyajian informasi bagi manajemen yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam rangka pencapaian tujuan (Netty, 2006).

Sutanta (2003:19) menyatakan bahwa sistem informasi manajemen dapat didefiniskan sebagai kumpulan subsistem yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama antara bagian satu dengan yang lainnya dengan cara-cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data, menerima masukan (input) berupa data-data,


(23)

kemudian mengolahnya (processing), dan menghasilkan keluaran (output) berupa informasi sebagai dasar bagi pengambilan keputusan yang berguna dan mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat itu juga maupun di masa mendatang, mendukung kegiatan operasional, manajerial, dan strategis organisasi, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan tersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan.

Dalam perkembangannya, teori-teori manajemen lebih menekankan pada segi-segi perilaku dan motivasi pada struktur keorganisasian serta sistem dalam organisasi. Perkembangan dalam teori manajemen penting bagi perancang Sistem Informasi Manajemen, karena dalam memahami sistem manusia atau mesin serta bermanfaat untuk pengembangan model-model keputusan pemecahan masalah. Asemi (2011) mendeskripsikan bahwa manajemen sistem informasi sebagai metode organisasi mengenai masa lalu, sekarang dan berhubungan kepada operasional internal dan pengetahuan eksternal.

2.1.2 Peran dan Fungsi Sistem Informasi Manajemen

O’Brien (2005:10) menyatakan bahwa ada tiga peran penting yang dapat dilakukan oleh sistem informasi manajemen untuk sebuah organisasi, yaitu:

1. Mendukung proses dan operasi bisnis.

2. Mendukung pengambilan keputusan para pegawai dan manajernya. 3. Mendukung berbagai strategi untuk keunggulan kompetitif.

Kemudian, O’Brien (2005:26-27) juga menyatakan fungsi-fungsi dari sistem informasi tersebut, yaitu:


(24)

1. Area fungsional utama dari bisnis yang penting dalam keberhasilan bisnis, seperti fungsi akuntansi, keuangan, manajemen operasional, pemasaran dan manajemen sumber daya manusia.

2. Kontributor penting dalam efisiensi operasional, produktivitas dan moral pegawai, serta layanan dan kepuasan pelanggan.

3. Sumber utama informasi dan dukungan yang dibutuhkan untuk menyebarluaskan pengambilan keputusan yang efektif oleh para manajer dan praktisi bisnis.

4. Bahan yang sangat penting dalam mengembangkan produk dan jasa yang kompetitif, yang memberikan organisasi kelebihan strategis dalam pasar global.

5. Peluang berkarir yang dinamis, memuaskan, serta menantang bagi jutaan pria dan wanita.

6. Komponen penting dari sumber daya, infrastruktur, dan kemampuan perusahaan bisnis yang membentuk jaringan.

2.1.3 Tujuan Sistem Informasi Manajemen

Tujuan penggunaan sistem informasi manajemen adalah meningkatkan kinerja sebuah bisnis dengan cara meningkatkan kualitas keputusan manajerial. Dengan demikian, sistem informasi manajemen yang efektif mengumpulkan, menyimpan, menyintesis, dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga mampu menjawab berbagai pertanyaan operasi dan strategi. Inti sistem informasi adalah basis data yang berisi beragam dokumen dan data yang penting bagi manajer (David, 2012:222-223).


(25)

Sutanta (2003:80-81) menyatakan tujuan sistem informasi manajemen secara dapat dikelompokkan sebagai berikut ini:

1. Agar organisasi dapat beroperasi secara efisien.

SIM mengerjakan pekerjaan rutin secara lebih cepat dan mudah. Efisiensi dicapai berkat prestasi sistem pengolahan transaksi (Transaction Processing System/TPS).

2. Agar organisasi dapat beroperasi secara efektif.

Efektifitas merupakan target dari sistem pendukung keputusan (Decission Support System/DSS). DSS memberikan informasi-informasi khusus yang tersaring dan model-model untuk simulasi. DSS akan membantu manajer agar dapat mengambil keputusan yang lebih baik.

3. Ogar organisasi dapat memberikan pelayanan/service yang lebih baik. SIM memberikan kemudahan dalam mendapatkan informasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan.

4. Agar organisasi dapat meningkatkan kreasi/improvisasi terhadap produk yang dihasilkan.

SIM akan mengintegrasikan informasi dalam organisasi sehingga dapat membantu pengembangan usaha melalui kreasi produk.

5. Agar organisasi dapat meningkatkan usahanya.

SIM yang baik akan mampu meningkatkan pangsa pasar terhadap produk yang dihasilkan. SIM akan mengakibatkan terjadinya client lock in/copetitor lock outyaitu suatu ketergantungan konsumen terhadap pelayanan yang diberikan organisasi tertentu dan keengganan untuk


(26)

berpindah ke tempat lain. Tentunya hal ini tidak harus mutlak terjadi pada setiap organisasi yang menerapkan SIM.

2.1.4 Komponen Sistem Informasi Manajemen

O’brien (2005:35-39) menyatakan lima komponen-komponen dasar sistem informasi, yaitu:

1. Sumber daya manusia, meliputi pemakai akhir yaitu orang-orang yang menggunakan sistem informasi atau informasi yang dihasilkan sistem tersebut. Sebagian besar pemakai akhir dalam dunia bisnis adalah pekerja ahli, yaitu orang-orang yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berkomunikasi dan bekerja sama dalam tim serta kelompok kerja, dan membuat, menggunakan, serta menyebarkan informasi. Dan pakar SI yaitu orang-orang yang mengembangkan dan mengoperasikan sistem informasi.

2. Sumber daya hardware, meliputi semua peralatan dan bahan fisik yang digunakan dalam pemrosesan informasi. Sumber daya hardware ini berupa mesin dan media.

3. Sumber daya software, meliputi semua rangkaian perintah pemrosesan informasi. Konsep umum software ini tidak hanya rangkaian perintah operasi yang disebut program, tetapi juga rangkaian perintah pemrosesan informasi yang disebut prosedur. Sistem informasi membutuhkan sumber daya software dalam bentuk perintah pemrosesan informasi dan prosedur agar dapat dengan baik menangkap, memproses, serta menyebarkan informasi bagi para pemakai sistem informasi.


(27)

4. Sumber daya data, data lebih daripada hanya bahan baku mentah sistem informasi. Data adalah sumber daya yang sangat berharga bagi suatu organisasi yang harus dikelola secara efektif agar dapat memberi manfaat para pemakai akhir dalam sebuah organisasi.

5. Sumber daya jaringan, meliputi media komunikasi dan dukungan jaringan. Konsep sumber daya jaringan menekankan bahwa teknologi komunikasi dan jaringan adalah komponen sumber daya dasar dari semua sistem informasi.

Tabel 2.1

Komponen-komponen sistem informasi Sumber Daya Sistem Informasi dan Produknya Sumber Daya Manusia

Para pakar – sistem analisis, pembuat software, operator sistem.

Pemakai akhir – orang-orang lainnya yang menggunakan sistem informasi. Sumber Daya Hardware

Mesin – komputer, monitor video, disk drive magnetis, printer pemindai optikal. Media – floppy disk magnetic tape, disk optikal, kartu plastik, formulir kertas. Sumber Daya Software

Program – program sistem informasi, program spreadsheets, program word processing, program penggajian.

Prosedur – prosedur entri data, prosedur untuk memperbaiki kesalahan, prosedur pendistribusian cek gaji.

Sumber Daya Data


(28)

Sumber Daya Jaringan

Media komunikasi, pemroses komunikasi, software untuk akses dan pengendalian jaringan.

Sumber: O’Brien (2005:36)

2.2 Struktur Organisasi

2.2.1 Pengertian Struktur Organisasi

Struktur ialah pola pekerjaan dan kelompok tugas. Struktur merupakan sebuah alasan penting dan perilaku individual dan kelompok (Gibson et al, 1994:7). Struktur organisasi menjelaskan bagaimana tugas kerja akan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal (Robbins, 2002:217). Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam organisasi (Handoko, 1986:169).

Struktur organisasi merupakan alat untuk membantu manajemen dalam mencapai tujuannya. Struktur organisasi dapat memiliki pengaruh yang besar pada anggotanya. Pengaruh struktur organisasi terhadap kepuasan dan kinerja karyawan mengarah pada suatu kesimpulan yang sangat jelas. Struktur organisasi menjelaskan bagaimana tugas kerja akan dibagi, dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal. Robbins dan Coulter (2010:239) menyatakan bahwa struktur organisasi merupakan susunan tugas-tugas formal di dalam suatu organisasi.


(29)

Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan. Hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian ataupun posisi maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi Kerangka kerja organisasi disebut sebagai desain organisasi (organizational design). Bentuk spesifik dari kerangka kerja organisasi dinamakan dengan struktur organisasi (organizational structure).

2.2.2 Faktor Pembentukan Struktur Organisasi

Liliweri (2014:220) menyatakan para perancang struktur organisasi (organization structure designer) mengemukakan bahwa ada empat faktor utama yang menentukan pembentukan struktur organisasi, yaitu:

a. Lingkungan organisasi, yakni: lingkungan eksternal yatu lingkungan sosial dan fisik yang merupakan tempat di mana organisasi itu berada; dan lingkungan internal yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial/ psikologis/antropologis/formalitas yang ada secara nyata dalam organisasi maupun yang dirasakan oleh anggota organisasi.

b. Teknologi, yaitu segala bentuk material (peralatan, mesin, dan lain-lain) yang merupakan aplikasi dari sains atau metode, dan teknik yang digunakan untuk memperlancar pelaksanaan tugas-tugas dalam organisasi. c. Strategi organisasi, yaitu ilmu, seni, atau kiat untuk melaksanakan


(30)

d. Sumber daya manusia, yaitu jumlah tenaga manusia yang mempunyai kualifikasi untuk melaksanakan satuan atau beberapa tugas yang ada dalam organisasi.

2.2.3 Bentuk-Bentuk Struktur Organisasi

Dalam setiap organisasi terdapat lalu lintaswewenang dan tanggung jawab kerja, sehingga tercipta bentuk-bentuk organisasi yang dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Organisasi Garis

Bentuk organisasi ini diciptakan oleh Henry Fayol, bentuk organisasi ini paling tua dan sederhana. Karena bentuk organisasi ini biasanya diterapkan oleh organisasi kecil, jumlah pekerja sedikit dan spesialisasi belum begitu tinggi. (Effendi, 2014: 133)

2. Organisasi Fungsional

Bentuk organisasi ini dibuat oleh FW Taylor, di mana segelintir pemimpin tidak mempunyai bawahan yang jelas sebab setiap atasan berwenang memberi komando kepada setiap bawahan, sepanjang ada hubungannya dengan fungsi atasan tersebut. (Effendi, 2014: 134) 3. Organisasi Garis dan Staf

Bentuk ini dibuat oleh Harington Emerson, pada umumnya banyak dipakai oleh organisasi besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidang tugas yang beraneka ragam dan rumit dengan jumlah pekerja yang banyak. Staf yaitu orang yang ahli dalam bidang tertentu


(31)

yang tugasnya memberi nasihat dan saran dalam bidangnya kepada pimpinan di dalam organisasi. (Effendi, 2014: 135)

2.2.4 Sentralisasi dan Desentralisasi

Sentralisasi dan Desentralisasi dalam suatu organisasi merupakan penentu atau petunjuk dari struktur organisasi yang diterapkan oleh organisasi tersebut. Robbins dan Coulter (2010:243) mengemukakan pengertian sentralisasi dan desentralisasi:

1. Sentralisasi merupakan kadar dimana pengambilan keputusan dilangsungkan pada tingkat yang lebih tinggi dalam organisasi. Hal ini menjelaskan bahwa setiap keputusan yang terjadi pada perusahaan ialah keputusan yang diambil oleh level manajer teratas.

2. Desentralisasi merupakan kadar di mana pekerja level bawah bisa memberikan input atau bahkan membuat keputusan. Hal ini menjelaskan bahwa pekerja yang memiliki kedudukan di bawah manajer tingkat atas, dapat membuat keputusan dalam organisasi.

Dalam organisasi yang menerapkan sistem lebih tersentralisasi biasanya memiliki ciri khas sebagai berikut:

a. Lingkungan kerja lebih stabil.

b. Manajer level bawah kurang mampu atau berpengalaman dalam membuat keputusan dibandingkan manajer level atas.

c. Manajer level bawah tidak mau memberikan suara dalam pembuatan keputusan.


(32)

e. Organisasi cenderung menghadapi krisis atau berisiko atas kegagalan perusahaan.

f. Implementasi efektif dari strategi perusahaan bergantung pada manajer yang bersikukuh tentang apa yang sedang terjadi. (Robbins dan Coulter, 2010:244)

Sedangkan dalam organisasi yang menerapkan sistem lebih terdesentralisasi biasanya memiliki ciri khas sebagai berikut:

a. Lingkungan kerja lebih kompleks, tidak pasti.

b. Manajer level bawah mampu dan berpengalaman dalam membuat keputusan.

c. Manajer level bawah ingin bersuara dalam pembuatan keputusan. d. Keputusannya signifikan.

e. Kultur perusahaan terbuka untuk memungkinkan para manajer bersuara tentang apa yang sedang terjadi.

f. Perusahaan tersebar secara geografis.

g. Implementasi efektif dari strategi perusahaan bergantung pada manajer yang terlibat dan fleksibel dalam membuat keputusan. (Robbins dan Coulter, 2010:244)

Harus diketahui bahwa konsep sentralisasi-desentralisasi hanya bersifat relatif, bukan absolut, dengan demikian organisasi tidak akan pernah sepenuhnya setralisasi-desentralisasi (Effendi, 2014:138). Karena manajemen akhir-akhir ini selalu memberikan kesempatan demokratis kepada karyawan untuk mengeluarkan pendapat karena seorang pemimpin yang baik akan tahu bahwa yang menghadapi


(33)

langsung dilapangan adalah karyawan dan biasanya mereka lebih tahu apa yang terbaik yang harus dilakukan.

2.3Pengambilan Keputusan

2.3.1 Pengertian Pengambilan Keputusan

Keputusan ialah suatu pilihan dari dua atau lebih alternatif (Robbins dan Coulter, 2010) sedang pengambilan keputusan adalah proses memilih sejumlah alternatif (Usman, 2014:440). Hevi (2013) menyatakan bahwa pengertian dari pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan dan proses penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk aktivitas dan kegiatan pada masa yang akan datang yang diambil oleh manajemen/manajerial untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Moekijat (2005:137) menyatakan pula mengenai pengambilan keputusan adalah merupakan proses pemilihan dari beberapa alternatif yang dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif, alternatif yang terbaik untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan suatu pertentangan. Sedang menurut Yanti (2006) pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan alternatif dalam rangka pemecahan suatu masalah untuk memperoleh hasil akhir dari sejumlah alternatif yang terbaik dalam arti kata yang paling memberikan hasil dan mempunyai resiko yang paling kecil.

Sebuah pengambilan keputusan dikatakan efektif jika keputusan yang diambil dilakukan dengan benar dan dapat bermanfaat bagi pencapaian tujuan organisasi (Rahmadana dan Bijaksana, 2002). Oleh karena itu, dalam pengambilan keputusan tidak bisa dilakukan tanpa ada pertimbangan dan


(34)

perkiraan sebab pengambilan keputusan mempunyai peran penting terhadap sumber daya manusia yang ada dalam organisasi berupa memotivasi, kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, dan perubahan organisasi.

2.3.2 Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan

Dalam pengambilan keputusan diperlukan juga langkah-langkah yang harus ditetapkan oleh decision maker, Robbins dan Coulter (2010:161-164) mengemukakan bahwa ada delapan langkah yang ada dalam pengambilan keputusan, yaitu:

1. Mengidentifikasi Masalah, maksudnya ialah setiap keputusan diawali dengan sebuah masalah, yaitu perbedaan antara kondisi yang ada dan yang diinginkan. 2. Mengidentifikasi Kriteria Keputusan, maksudnya kriteria keputusan yang

penting atau relevan untuk memecahkan masalah. Alternatif-alternatif keputusan yang ada dipilih yang lebih penting dan relevan untuk kondisi masalah.

3. Mengalokasi Bobot Kriteria, maksudnya memberikan bobot nilai kepada masing-masing kriteria yang telah dipilih agar dapat memberinya prioritas dalam mengambil keputusan.

4. Mengembangkan Alternatif, maksudnya membuat daftar alternatif yang dapat memecahkan masalah. Seorang decision maker harus kreatif dalam menentukan alternatif kriteria keputusan yang lain selain yang sudah ada.

5. Menganalisis Alternatif, maksudnya setiap kemungkinan dari alternatif lain harus dievaluasi. Namun, langkah ini tidak harus selalu dilakukan jika sudah ada alternatif yang memiliki skor tertinggi.


(35)

6. Memilih Sebuah Alternatif, maksudnya memilih alternatif yang memiliki skor tertinggi.

7. Mengimplementasikan Alternatif, maksudnya menerapkan keputusan ke dalam tindakan dengan memberlakukan kepada mereka yang terpengaruh dan membuat mereka berkomitmen dengan alternatif yang telah dipilih.

8. Mengevaluasi Efektivitas Keputusan, maksudnya mengevaluasi hasil dari keputusan yang sudah diambil, jika masalah tidak timbul lagi itu berarti keputusan yang diambil sudah tepat, namun jika masih ada masalah yang timbul manajer harus menilai kembali apa yang salah.

2.3.3 Model Pengambilan Keputusan

Terdapat tida model pengambilan keputusan yang menawarkan asumsi dan wawasan tambahan dalam proses pengambilan keputusan menurut Ivancevich et al. (2007); Kreitner dan Kinicki (2005) dalam Sunyoto dan Burhanudin (2015:56-59) yaitu model pengambilan keputusan rasional, model pengambilan keputusan administratif, dan model pengambilan keputusan intuitive.

1. Model Pengambilan Keputusan Rasional

Pengambilan keputusan rasional disini artinya membuat pilihan-pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai dalam batasan-batasan tertentu. Robbins dan Coulter (2010:166) menyatakan asumsi rasionalitas pembuat keputusan rasional akan mempunyai tujuan yang jelas dan spesifik serta mengetahui semua alternatif yang mungkin dan konsekuensinya. Namun, bagi pembuat keputusan manajerial harus menambahkan satu asumsi tambahan: Keputusan dibuat demi kepentingan organisasi.


(36)

2. Model Pengambilan Keputusan Administratif

Pengambilan keputusan ini juga disebut sebagai pengambilan keputusan rasionalitas terbatas/bounded rationality. Asumsi-asumsi dari model ini adalah:

a. Pengambilan keputusan tidak memiliki informasi yang lengkap sesuai kebutuhan dan keinginan.

b. Pengambilan keputusan tidak mengetahui seluruh kemungkinan alternatif dan tidak dapat memprediksi konsekuensinya.

c. Alternatif dan solusi yang paling awal akan dipilih karena berbagai keterbatasan.

d. Tujuan organisasi membatasi pengambilan keputusan.

e. Adanya tujuan yang saling bertentangan antar-lembaga, sehingga dapat membatasi keputusan, dan memaksa adanya suatu kompromi. (Sunyoto dan Burhanudin, 2015:58)

3. Model Pengambilan Keputusan Intuitive

Robbins dan Coulter (2010:167) menyatakan bahwa pengambilan keputusan intuitif adalah pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman, perasaan dan akumulasi pertimbangan. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengambilan keputusan intuitive antara lain:

a. Tingginya tingkat ketidakpastian mengenai masalah, tujuan dan kriteria keputusan.

b. Dalam situasi tertentu tidak ada pengalaman masa lalu atau sejarah yang dapat dijadikan sebagai rujukan.


(37)

c. Batas waktu yang sangat pendek.

d. Jumlah alternatif yang relatif banyak, sehingga tidak mungkin dianalisis secara mendalam. (Sunyoto dan Burhanudin, 2015:59)

2.3.4 Gaya Pengambilan Keputusan

Robbins (2002:99-100) menyatakan empat gaya pendekatan individu dalam pengambilan keputusan:

1. Perintah

Gaya pengambilan keputusan ini memiliki toleransi yang rendah terhadap ketidak jelasan dan mencari rasionalitas. Gaya perintah membuat keputusan dengan cepat, dan menerka fokus pada jangka pendek.

2. Analitis

Gaya pengambilan keputusan ini memiliki toleransi yang jauh lebih besar terhadap ketidakpastian daripada gaya perintah. Manajer analitis paling tepat dicirikan sebagai pengambil keputusan hati-hati dengan kemampuan untuk mengadaptasi atau mengatasi situasi-situasi baru.

3. Konseptual

Gaya pengambilan keputusan ini cenderung memiliki pandangan yang sangat luas dan mempertimbangkan banyak alternatif. Fokus pada jangka panjang dan menemukan solusi kreatif.

4. Perilaku

Gaya pengambilan keputusan ini mencirikan pengambil keputusan yang bekerja baik dengan orang lain.Tipe manajer ini mencoba menghindari konflik dan mencari penerimaan.


(38)

Gambar 2.1 Model Gaya Keputusan Sumber: Robbins, 2002:100 2.3.5 Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan

Feriyanto dan Triana (2015:143-144) menyatakan bahwa terdapat 3 jenis pengambilan keputusan, yaitu: Berdasarkan program atau regularitas; Berdasarkan tingkat kepentingannya; dan Berdasarkan tipe persoalan.

1. Berdasarkan Program atau Regularitas

a. Pengambilan keputusan terprogram atau terstruktur, yaitu pengambilan keputusan yang sifatnya rutinitas, berulang-ulang dan cara menentukannya telah ditentukan (Feriyanto dan Triana, 2015:143). Pengambilan keputusan yang terprogram mengandung tanggapan otomatis terhadap kebijaksanaan-kebijaksaan yang telah ditentukan sebelumnya (Hasibuan, 2011:260). Semua masalah yang sifatnya berulang-ulang dan menjadi kebiasaan sehari-hari harus memiliki patokan keputusan yang dinyatakan dengan jelas

Analitis Konseptual

Perintah Perilaku

Intuitif Tinggi

Rendah Rasional

Cara Berpikir Toleransi

Terhadap Ketidakpastian


(39)

b. Pengambilan keputusan tidak terprogram atau tidak terstruktur. Robbins dan Coulter (2010:170) menyatakan bahwa keputusan tidak terprogram bersifat unik dan tidak berulang serta melibatkan solusi yang disesuaikan.

Tabel 2.2

Perbedaan Keputusan Terprogram dan Tidak Terprogram

Karakteristik Keputusan Terprogram Keputusan Tidak Terprogram

Jenis Masalah Terstruktur Tidak Terstruktur

Tingkatan Manajerial Tingkat bawah Tingkat atas

Frekuensi Berulang, rutin Baru, tidak biasa

Informasi Tersedia langsung Mendua atau tidak

lengkap

Tujuan Jelas, spesifik Tidak jelas

Kerangka waktu solusi Pendek Relatif panjang

Solusi Tergantung pada Prosedur, peraturan, kebijakan

Pertimbangan dan kreativitas

Sumber: Robbins dan Coulter, 2010:170 2. Berdasarkan Tingkat Kepentingannya

a. Manajemen puncak, yang berkaitan dengan masalah perencanaan yang bersifat strategis (strategic planning). Pada manajemen puncak keputusan yang diambil adalah keputusan strategis.

b. Manajemen menengah, yaitu menangani permasalahan kontrol/pengawasan yang sifat pekerjaannya lebih banyak pada masalah administrasi. Pada manajemen menengah ini keputusan yang diambil adalah keputusan administrasi. Keputusan ini adalah keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya.

c. Manajemen operasional, yaitu berkaitan dengan kegiatan operasional atau kegiatan operasi harian. Keputusan yang diambil pada manajemen operasional disebut keputusan operasional. (Feriyanto dan Triana,


(40)

3. Berdasarkan Tipe Persoalan

a. Keputusan internal jangka pendek, yaitu keputusan yang berkaitan dengan kegiatan rutin atau operasional seperti pembelian bahan baku, penentuan jadwal produksi.

b. Keputusan internal jangka panjang, yaitu keputusan yang berkaitan dengan permasalahan organisasional seperti perombakan struktur organisasi, perubahan departemen.

c. Keputusan eksternal jangka pendek, yaitu keputusan yang berkaitan dengan semua persoalan yang berdampak dengan lingkungan dalam rentang waktu yang cukup pendek, seperti mencari subkontrak untuk suatu permintaan khusus.

d. Keputusan eksternal jangka panjang, yaitu keputusan yang berkaitan dengan semua persoalan dengan lingkungan dalam rentang waktu yang relatif panjang, seperti merger dengan perusahaan lain dan ini bersifat strategis. (Feriyanto dan Triana, 2015:144-145)


(41)

2.4 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Ziad M. S. Almashaqbad 2014

The Impact of Management Systems (MIS) on the Characteristics of the

Organizational Structure in the Organization “A study in the Communications Company north province / Jordan”

Deskriptif Kualitatif Terdapat hubungan yang positif antara penggunaan sistem informasi manajemen dengan struktur organisasi pada perusahaan komunikasi Jordan.

Hendri John Hevi 2013 Pengaruh Struktur Organisasi dan Sistem Informasi Manajemen Terhadap Pengambilan Keputusan Manajemen (Survey pada 10 KPP di Kanwil Jawa Barat I)

Descriptive analysis dan Verifikatif

Penelitian ini memperlihatkan hubungan yang kuat dari struktur organisasi dan sistem informasi manajemen terhadap pengambilan keputusan manajemen. Mosud Y. Olumoye

2013 Impact of Information System on Management Decision-Making in The Negerian Insurance Sector

Descriptive analysis Penelitian ini mengemukakan bahwa sistem informasi memiliki peran yang sangat penting dalam pengambilan keputusan manajemen. M. Fitri Rahmadana dan Widho Bijaksana 2002 Pengaruh Sistem Informasi Manajemen dan Struktur Organisasi Terhadap Efektivitas Pengambilan Keputusan Pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A Belawan

Deskriptif Kualitatif Diperoleh nilai korelasi yang erat dan tinggi dari perhitungan korelasi antara Sistem Informasi Manajemen dan Struktur Organisasi terhadap efektivitas pengambilan keputusan.


(42)

2.5 Kerangka Pemikiran

Sistem informasi manajemen memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan yang dilakukan oleh suatu organisasi. Sistem informasi menyediakan informasi mengenai pegawai, prosedur, data, software, dan hardware yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi digital. Alkhaffaf (2012) menyatakan bahwa manajemen sistem informasi membantu dalam memecahkan masalah yang terstruktur maupun tidak terstruktur. Dengan demikian penggunaan informasi dari sistem informasi yang ada dengan tepat akan sangat membantu pihak manajemen dalam mengambil keputusan yang efektif dan efisien. Semua pihak yang berwenang dalam mengambil keputusan dalam organisasi menggunakan hasil output dari informasi sebagai landasan latar belakang pembuatan keputusan mereka untuk pemecahan masalah.

Olumoye (2013) menyatakan bahwa sistem informasi mendukung pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang dibutuhkan manajemen. Tujuan dari sistem informasi dalam suatu organisasi adalah untuk menyediakan informasi yang lebih berharga mengenai perencanaan, pelaksanaan, mengawasi, dan mengontrol bisnis untuk manajemen, manajer, dan stakeholders. Hal ini menjelaskan bahwa semua perlengkapan dan metode yang menyediakan informasi untuk pembuat keputusan mendukung operasi mereka dan pengambilan keputusan dalam organisasi.

Dalam pengambilan keputusan yang efektif dan efisien untuk keberhasilan suatu organisasi diperlukan suatu sistem informasi yang dapat memuat semua informasi terkait dalam organisasi sehingga mampu membantu manajemen


(43)

mengambil keputusan yang sesuai dengan permasalahan yang ada. Efektivitas pengambilan keputusan secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh struktur organisasi yang ada. Semakin tinggi level manajer semakin besar pengalamannya dalam mengambil keputusan yang tepat untuk organisasi. Syamsi (2000:23) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah keadaan internal organisasi, keadaan internal organisasi antara lain meliputi dana yang tersedia, keadaan SDM, kemampuan karyawan, kelengkapan dari peralatan organisasi dan struktur organisasi.

Menurut Rahmadana dan Bijaksana (2002) struktur organisasi merupakan struktur yang diterapkan dalam perusahaanyang menentukan sistem yang berlaku dalam perusahaan memberikan pengaruh terhadap efektivitas pengambilan keputusan. Dengan struktur organisasi yang sesuai dengan perusahaan ini maka akan semakin lebih efisien dalam pengambilan keputusan dalam perusahaan. Struktur organisasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi strategi proses pengambilan keputusan (Nooraie, 2012).

Pengambilan keputusan menurut Abbadi (2001) ialah pekerjaan dari setiap manajer level manapun. Walaupun begitu pengambilan keputusan bergantung pada posisi seorang manajer atau pimpinan sesuai dengan struktur organisasi yang berlaku. Cara pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan data yang tersimpan dalam sistem informasi organisasi untuk mendapatkan hasil keputusan yang efektif dan efisien. Selain dengan pemanfaatan dari sistem informasi yang ada, posisi pimpinan yang berwenang dalam organisasi dalam menentukan keputusan yang akan diambil juga sangat berpengaruh dikarenakan


(44)

tidak semua level jabatan dapat mengambil keputusan untuk seluruh keadaan organisasi.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut dan pemahaman serta ketertarikan peneliti, peneliti membuat pembahasan peneletian mengenai pengambilan keputusan yang didasarkan pada sistem informasi yang digunakan dalam organisasi dan struktur organisasi yang diterapkan dalam organisasi. Organisasi yang peneliti bahas dalam penelitian ini adalah Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera Utara I.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitiandeskriptif-kualitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Riset ini menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antarvariabel (Bungin, 2008:69). Metode penelitian kualitatif memusatkan diri pada suatuunit tertentu dari berbagai fenomena dimana kedalaman data menjadi pertimbangan dalam penelitian ini (Bungin, 2008: 68).Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Penelitian kualitatif lebih menekan pada persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data (Kriyantono, 2009:56).

Metode penelitian deskriptif kualitatif memiliki tujuan sebagai berikut (Hasan, 2002:22):

1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. 2. Mengindentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang

berlaku


(46)

4. Menentukan apa yang dilakukan dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada kantor utamaDirektorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera UtaraI yang berada di Jl. Sukamulia No. 17-A Kel. Aur, Kec. Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara. Penelitian akan dilakukan dari bulan Agustus sampai Oktober 2015.

3.3Objek Penelitian

Objek penelitian merujuk pada masalah yang diteliti, maka yang menjadi objek penelitian yang diteliti peneliti adalah pengambilan keputusan berdasarkan sistem informasi manajemen dan struktur organisasi pada Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera UtaraI.

3.4 Subjek Penelitian

Subjek penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena pada subjek penelitian, hal inilah yang akan menjadi sumber data yang akan diamati. Subjek penelitian adalah individu, benda atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Pada penelitian kualitatis, responden atau subjek penelitian disebut dengan istilah informan, yaitu orang yang akan memberikan informasi tetang data yang diinginkan peneliti berkaitan


(47)

dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. Maka dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah Pelaksana Sub. Bagian Kepegawaian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara mendalam (in-depth interview)

Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin, 2008:108). Semua pertanyaan akan disusun dan dipertanyakan satu per satu sebagai panduan(guide) bagi pewawancara guna untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya.

b. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian yang dibutuhkann oleh peneliti melalui pengamatan dan pengindraan. Observasi juga merupakan pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti terhadap berbagai gejala yang tampak pada penelitian guna mendukung hasil wawancara.

c. Dokumentasi

Penggunaan data dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan data-data tentang


(48)

berbagai hal yang berhubungan dengan penelitian. Kartodirdjo (dalam Bungin, 2008:122) menyebutkan bahan-bahan dokumen tersebut seperti: otobiografi, surat pribadi, catatan harian, momorial, kliping, dokumen pemerintah dan swasta, cerita roman/rakyat, foro, tape, mikrofilm, disc, compact disk, data di server/flashdisk, data yang tersimpan di web site, dan lainnya.

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisa dengan analisa desktriptif dimana merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variable penelitian kedalam kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Analisa deskriptif merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari dua kolom, sejumlah frekuensi dan presentasi untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995:266).

Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data untuk mengecek keabsahan datapenelitian. Menurut Denzin (dalam Moleong, 2005) ada empat macam triangulasi yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori, yakni sebagai berikut:

1. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi.

2. Pada triangulasi dengan metode terdapat dua strategi, yaitu mengecek derajat kepercayaan hasil penelitian dan mengecek derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.


(49)

3. Triangulasi yang ketiga ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

4. Triangulasi dengan teori dilakukan dengan menguraikan pola, hubungan, dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis untuk mencari tema atau penjelasan pembanding. (Moleong, 2005: 330-332)

Pada penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi dengan metode, dimana peneliti menggunakan dua strategi, yaitu mengecek derajat kepercayaan hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan dan mengecek derajat kepercayaan beberapa sumber data, seperti penelitian terdahulu maupun jurnal, dengan metode yang sama.


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kantor utama Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera Utara I yang berada di Jln. Sukamulia No. 17-A Kel. Aur, Kec. Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara. Sebelumnya kantor utama Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera UtaraI berada di Jln. Diponegoro No. 30A, Medan bersamaan dengan Gedung Keuangan Negara. Jam kerja pegawai dibedakan berdasarkan Instruksi Direktur Jenderal Pajaktentang pengaman target penerimaan Pajak tahun 2015, yaitu:

1. Nomor IMS-01/PJ/2015

Ketua tim, ketua kelompok, pejabat eselon 4, 3, 2 jam kerjanya 7.30 sampai 19.00 waktu setempat kecuali hari Jum’at atau hari dimana hari berikutnya adalah hari libur panjang / long weekend.


(51)

2. Nomor IMS-02/PJ/2015

Anggota tim pemeriksa pajak para pejabat fungsional PBB, para pejabat fungsional penata komputer para anggota konservatif, dan para penelaah keberatan, serta pelaksana lain yang ditunjuk jam kerjanya 07.30 sampai 19.00 waktu setempat.

Diberlakukannya potongan-potongan jika pegawai terlambat masuk kerja dan pegawai yang melanggar aturan dengan pulang kerja lebih cepat dari jam yang telah ditentukan.

4.2 Profil Direktorat Jenderal Pajak

Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 67/KMK.01/2008 perubahan kedua atas peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/KMK.01/2006 tentang organisasi dantata kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak bahwa Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I adalah Instansi vertikal. Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah instansi vertikal Direktorat JenderalPajak yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung

kepada Kepala Kantor.Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I membawahi

wilayah kerja yang meliputi kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, sebagian Kabupaten Karo, dan sebagian Kabupaten Deli Serdang.

Seperti yang telah dipaparkan dalam website http://www.pajak.go.id yang menyatakan bahwa Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak memiliki fungsi untuk melaksanakan koordinasi, bimbingan, pengendalian, analisis, dan evaluasi atas pelaksanaan tugas KPP, serta penjabaran kebijakan dari kantor pusat.


(52)

Gambar 4.1

Logo Direktorat Jenderal Pajak Deskripsi Logo:

1. Perisai berbentuk segi lima : melukiskan Negara Pancasila Republik Indonesia.

2. Sayap berkembang yang berbulu lima menunjukkan kemegahan Negara, sebagai pendorong para pegawai Direktorat Jenderal Pajak menjalankan tugasnya dengan bertujuan memelihara tetap berkembangnya sayap Negara. 3. Bejana emas melambangkan tempat pengumpulan uang negara (fiscus).

4. (a) Libra melukiskan keadilan; (b) Padi tujuh belas butir dan delapan kelompok bunga kapas melukiskan cita-cita kemakmuran Negara.

5. Tiga gelombang melukiskan bahwa Direktorat Jenderal Pajak dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan Tridharma Pemajakan yaitu:

(a) Meliputi seluruh subjek pajak. (b) Objek pajak yang semestinya.

(c) Tepat pada waktunya. Gelombang diartikan bahwa fiskus mengatur dan memperlunak conyunctuur.


(53)

Visi Direktorat Jenderal Pajak

Menjadi Institusi Penghimpun Penerimaan Negara yang Terbaik demi Menjamin Kedaulatan dan Kemandirian Negara

Misi Direktorat Jenderal Pajak

Menjamin penyelenggaraan negara yang berdaulat dan mandiri dengan: 1. Mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak sukarela yang

tinggi dan penegakan hukum yang adil;

2. Pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan pemenuhan kewajiban perpajakan;

3. Aparatur pajak yang berintegritas, kompeten dan profesional; dan 4. Kompensasi yang kompetitif berbasis sistem manajemen kinerja.

4.3 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pajak

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak selain Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus terdiri atas :

1. Bagian Umum;

2. Bidang Data dan Pengawasan Potensi Perpajakan; 3. Bidang Pendaftaran, Ekstensifikasi, dan Penilaian;

4. Bidang Pemeriksaan, Penagihan, Intelijen, dan Penyidikan; 5. Bidang Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat;


(54)

6. Bidang Kebaratan, Banding, dan Pengurangan; dan 7. Kelompok Jabatan Fungsional

Bagian Umum mempunyai tugas melakasanakan urusan kepegawaian, keuangan, bantuan hukum, tata usaha, pengelolaan kinerja, kepatuhan internal, dan rumah tanga. Bagian Umum terdiri atas:

a. Subbagian Kepegawaian; b. Subbagian Keuangan;

c. Subbagian Bantuan Hukum. Pelaporan, dan Kepatuhan Internal; dan d. Subbagian Tata Usaha dan Rumah Tangga.

Bidang Data dan Pengawasan Potensi Perpajakan mempunyai tugas melaksanakan pemberian bimbingan pengawasan, bimbingan penggalian potensi perpajakan, melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, melakukan penyajian informasi perpajakan, melakukan pemberian dukungan teknis komputer, serta melakukan bimbingan pendataan, penilaian, dan pemantauan pengenaan. Bidang Data dan Pengawasan Potensi Perpajakan terdiri atas:

a. Seksi Data dan Potensi;

b. Seksi Bimbingan Pengawasan; dan c. Seksi Dukungan Teknis Komputer.

Bidang Pendaftaran, Ekstensifikasi, dan Penilaian mempunyai tugas melaksanakan bimbingan dan pemantauan pelaksanaan kebijakan teknis pendaftaran, bimbingan dan pemantauan pelaksanaan kebijakan teknis ekstensifikasi, bimbingan dan pemantauan pelaksanaan kebijakan teknis


(55)

pendataan, penilaian, dan pengenaan. Bidang Pendaftaran, Ekstensifikasi, dan Penilaian terdiri atas:

a. Seksi Bimbingan Pendaftaran; b. Seksi Bimbingan Ekstensifikasi; dan

c. Seksi Bimbingan Pendataan, Penilaian, dan Pengenaan.

Bidang Pemeriksaan, Penagihan, Intelijen, dan Penyidikan mempunyai tugas melaksanakan bimbingan teknis pemeriksaan dan penagihan pajak, pemantauan pelaksanaan teknis pemeriksaan dan penagihan pajak, pelaksanaan administrasi kegiatan pemeriksaan pajak, penelaahan hasil pelaksanaan pekerjaan pejabat fungsional pemeriksa pajak dan petugas pemeriksa pajak yang ditunjuk oleh kepala kantor (peer review), bantuan pelaksaan penagihan, pelaksanaan dan administrasi kegiatan intelijen perpajakan, serta pelaksanaan administrasi penyidikan termasuk pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan. Bidang Pemeriksaan, Penagihan, Intelijen, dan Penyidikan terdiri atas:

a. Seksi Adminitrasi dan Bimbingan Pemeriksaan; b. Seksi Bimbingan Penagihan;

c. Seksi Intelijen; dan

d. Seksi Administrasi Bukti Permulaan dan Penyidikan.

Bidang Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan bimbingan dan pemantauan penyuluhan, pelayanan, dan konsultasi perpajakan, melaksanakan pelayanan perpajakan yang menjadi


(56)

tanggung jawab Kantor Wilayah. Bidang Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat terdiri atas:

a. Seksi Bimbingan Penyuluhan dan Pengelolaan Dokumen; b. Seksi Bimbingan Pelayanan dan Konsultasi;

c. Seksi Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat.

Bidang Kebaratan, Banding, dan Pengurangan mempunyai tugas melaksanakan bimbingan dan urusan penyelesaian keberatan, banding, pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar, pegurangan sanksi administrasi, pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan, proses gugatan dan Peninjauan Kembali, serta bimbingan Surat Keputusan. Bidang Kebaratan, Banding, dan Pengurangan terdiri atas:

a. Seksi Keberatan, Banding dan Pengurangan I; b. Seksi Keberatan, Banding dan Pengurangan II; c. Seksi Keberatan, Banding dan Pengurangan III; dan d. Seksi Evaluasi Keberatan, Banding dan Pengurangan.

4.4 Proses Pelaksanaan Penelitian

Proses penelitian telah dilakukan sejak bulan Agustus 2015, peneliti menyerahkan berkas untuk mendapatkan surat izin penelitian ke instansi Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera Utara I kepada Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan melakukan penelitian awal dimulai dari mencari informasi di KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Medan Petisah. Kemudian pada tanggal 1 September 2015, peneliti menemui bagian Humas DJP


(57)

untuk menyerahkan surat izin penelitian. Pada tanggal 16 September 2015 peneliti diberikan surat penerimaan izin penelitian dan dijadwalkan melakukan wawancara mendalam dengan bagian kepegawaian DJP pada tanggal 18 September 2015 pukul 15.00 WIB.

Wawancara pertama dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera Utara I, kantor untuk Kanwil terletak di lantai 7. Suasana kantor saat itu tenang dan semua orang berada pada kursi-meja kerja mereka masing-masing. Peneliti pertama kali menemui perwakilan bagian Humas bernama Zainal untuk dapat dipertemukan dengan narasumber, setalah berbicara dengan Bapak Zainal mengenai izin wawancara yang telah disetujui sebelumnya oleh pihak DJP, peneliti dipertemukan dengan perwakilan dari bagian Kepegawaian setelah menunggu selama 15 menit.

Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan salah satu pegawai dipelaksana Sub. Bagian Kepegawaian yang bernama Melani Sabrina Kusuma Wardani. Melani memiliki ciri berwajah bulat, kulit putih dan berambut panjang. Berikut karakteristik informan:

Informan

Nama : Melani Sabrina Kusuma Wardani

Jenis Kelamin : Perempuan

Jabatan : Pelaksana Sub. Bagian Kepegawaian

Usia : 24 Tahun

Pendidikan : S1 Hukum


(58)

Tanggal Wawancara Kedua : 28 September 2015

Lokasi Penelitian : Kantor DJP Kanwil Sumut I

Wawancara pertama yang dilakukan berlangsung dari pukul 15.15 WIB. Pertanyaan yang diajukan selama sesi wawancara telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti dan informan juga telah memiliki panduan wawancara. Peneliti menjelaskan tujuan dari wawancara yang akan dilakukan dengan menjelaskan latar belakang proposal penelitian dan tujuan penelitian.

“Saya mengerti, saya dulu juga mengerjakan hal yang sama yang adek lakuin ini. Nyari-nyari data ke DJP.”

Berdasarkan pengamatan peneliti, Melani sebagai informan memberikan respon yang positif terhadap wawancara yang akan dilakukan. Peneliti pun langsung mengakrabkan diri dengan Melani untuk lebih menghangatkan suasana dan membuat wawancara menjadi nyaman. Namun, peneliti memang tidak bisa melakukan wawancara dengan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.

“Kalau disinikan, ada jenjangnya dek jadi menurut kakak pribadi terlalusibuk lah maksudnya banyak kali yang mau diurus masalah lain selain masalah disitu, jadi gak bisa gitu. Tapi sebenarnya kita mengasih jawaban ke kalian pun yah udah kita omongin dulu kan dan sudah kita diskusikan dulu. Yah, jadi berdasarkan masukan dari atasan-atasan itu juga. Gitu. Yah kami ini pun jumpa sama kepala kanwilnya itu sendiri jarang.”

Atas penjelasan tersebut peneliti menarik kesimpulan bahwa, siapapun yang akan peneliti wawancara akan memberikan informasi yang sama atas


(59)

pertanyaan-pertanyaan yang peneliti utarakan mengenai proses pengambilan keputusan, sistem informasi yang digunakan di Direktorat Jenderal Pajak, dan struktur organisasi yang diterapkan di Direktorat Jenderal Pajak. Dan peneliti mempercayai jawaban yang diberikan oleh informan adalah informasi yang sebenarnya dan sesuai dengan peraturan yang ada.

Jawaban yang diberikan atas pertanyaan telah mewakili jawaban dari kepala Kanwil sendiri, dikarenakan sistem dan konsep atas pengambilan keputusan yang di dasari oleh sistem informasi manajemen dan struktur organisasi pada DJP sama untuk semua pegawai. Dan semua pegawai memiliki pengetahuan yang sama mengenai alur sistem kerja yang ada di DJP.

Sesi wawancara pertama dengan informan berakhir sekitar pukul 16.27 WIB. Pada hari Jum’at, jam kerja pegawai hanya sampai pukul 17.00 WIB. Pada hari Jum’at ini pegawai mendapat jam pulang lebih cepat karena hari Sabtu dijadwalkan seluruh pegawai untuk lembur kerja.

Wawancara kedua dilakukan pada hari Senin tanggal 28 September 2015. Wawancara dilakukan di tempat yang sama yaitu kantor Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera Utara I yang berada di lantai 7. Informan membuat janji untuk wawancara pada pukul 17.00 WIB. Peneliti berada di kantor DJP pada pukul 16.32 WIB. Wawancara dilakukan pada pukul 17.09 WIB.

Pada wawancara ini, peneliti memastikan kembali hasil wawancara pertama sebelumnya. Informan melakukan klarifikasi mengenai Peraturan Kementrian Keuangan tentang struktur organisasi dari Keputusan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 menjadi Keputusan Menteri Keuangan


(60)

Nomor 206.2/PMK.01/2014. Peraturan yang diberlakukan untuk saat ini adalah peraturan terbaru yaitu PMKRI Nomor 206.2/PMK.01/2014.

Sesi wawancara kedua dengan informan berakhir sekitar pukul 17.36 WIB. Pada hari Senin, jam kerja pegawai sampai pukul 19.00 WIB.

4.5 Pembahasan

Dari pengamatan peneliti, maka dapat dianalisis pembahasan sebagai berikut: Peneliti yakin bahwa jawaban akan tetap sama atas semua pertanyaan yang peneliti tanyakan baik kepada kepala Kanwil DJP, Kepala bagian umum, maupun kepala bidang dari tiap bidang di DJP, serta kelompok jabatan fungsional. Jawaban yang diberikan kepada peneliti telah didiskusikan dengan kepala bagian dan sesuai dengan PMKRI Nomor 206.2/PMK.01/2014 mengenai struktur organisasi yang telah dilegalkan secara hukum.

Dari hasil wawancara yang didapat maka peneliti membuat pembahasan yang dikaitkan dengan tujuan dari penelitian ini sendiri, yaitu pengambilan keputusan berdasarkan sistem informasi dan struktur organisasi di Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Sumatera Utara I. Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk mengecek dan membandingkan data dari teori dengan hasil wawancara, yaitu sebagai berikut: 4.5.1 Peran Sistem Informasi Manajemen dalam Pengambilan Keputusan

Seperti yang telah diketahui berdasarkan teori-teori yang telah peneliti paparkan mengenai sistem informasi manajemen. Sistem informasi manajemen adalah sistem informasi yang digunakan oleh perusahaan untuk pengumpulan


(61)

informasi yang berhubungan dengan internal perusahaan dimulai dari proses input menjadi output yang digunakan untuk kepentingan perusahaan.

Pada Direktorat Jenderal Pajak sistem informasi manajemen yang digunakan dalam membantu operasional DJP adalah SIKKA. SIKKA yang memiliki kepanjangan Sistem Informasi Kepegawaian, Keuangan, dan Aktiva memiliki peran yang sangat penting dalam membantu pengambilan keputusan pimpinan. Sistem ini dibuat untuk memudahkan dalam mengidentifikasi, mengakses, dan menginterpretasikan data yang dibutuhkan.

Tujuan dari sistem informasi dalam suatu organisasi adalah untuk menyediakan informasi yang lebih berharga mengenai perencanaan, pelaksanaan, mengawasi, dan mengontrol bisnis untuk manajemen, manajer, dan stakeholders. Tujuan dari penggunaan sistem ini diutamakan untuk kepentingan operasional organisasi agar dapat beroperasi secara efektif dan efisien. Karena SIKKA dapat dikategorikan sebagai sistem pendukung keputusan yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Hal ini menjelaskan bahwa semua perlengkapan dan metode yang menyediakan informasi untuk pembuat keputusan mendukung operasi mereka dan pengambilan keputusan dalam organisasi.

SIKKA merupakan sistem informasi yang dijalankan oleh sebuah aplikasi online yang membutuhkan internet dalam mengaksesnya secara umum namun bisa juga offline dengan intranet. Mengakses SIKKA melalui intranet, dapat melalui link http://sikka.djp sedangkan mengakses SIKKA melalui internet dapat melalui


(62)

Kantor Direktorat Jenderal Pajak memiliki beberapa Kantor Pelayanan Pajak yang bergerak dibawah pengawasan sesuai dengan ketentuan wilayah. Kantor Wilayah Sumatera Utara I. Kemudahan yang didapat dari penggunaan SIKKA ini adalah DJP tidak harus menerima laporan secara manual atau berhadapan langsung dengan setiap pihak berkepentingan untuk melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan operasional seperti kepegawaian, laporan keuangan, dan segala macam bentuk aktiva yang ada. Pimpinan dapat melihat semua laporan secara langsung dengan menghadap ke komputer, mengakses situs SIKKA dan mendapatkan data yang diinginkan.

Hardware dan software yang digunakan juga harus mendukung kemudahan dalam pengaksesan ke dalam SIKKA. Penggunaan perangkat-perangkat dengan teknologi yang sesuai. Karena salah satu komponen pendukung pengaksesan suatu sistem informasi adalah hardware dan software.

Berdasarkan pengamatan peneliti secara langsung di kantor Direktorat Jenderal Pajak media komputer yang digunakan sudah bagus, CPU, monitor, printer, alat scan dan sebagainya sudah disediakan untuk masing-masing pegawai. Tidak ada keluhan mengenai peralatan yang digunakan, sehingga semua pegawai tidak memiliki alasan untuk tidak mengerjakan tugas-tugas yang mengharuskan menggunakan peralatan-peralatan tersebut. Seperti meng-input data, pendataan informasi, membuat laporan, dan pengawasan.

Dalam pelaksanaan pengaksesan sistem informasi berdasarkan sumber yang diterima peneliti hanya terkendala dengan jaringan internet. Jaringan internet yang lambat tidak terlalu mendukung kecepatan dalam pengaksesan. Namun,


(1)

Robbins, Stephen P. 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunyoto, Danang & Burhanudin. 2015. Teori Perilaku Keorganisasian (Dilengkapi: Intervensi Pengembangan Organisasi). Jakarta: CAPS.

Sutanta, Edhy. 2003. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu. Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: Bumi

Aksara.

Usman, Husaini. 2014. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 4. Jakarta: Bumi Aksara.

Skripsi:

Netty, Ema. Pengaruh SIM Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada PDAM Tirtanadi Medan. Ttp: tp, 2006.

Jurnal:

Abbadi, Maisa Waleed. 2001. Management Information System and Its Effects in Decision Making.

Alkhaffaf, Maha. 2012. The Role of Information Systems in Decision Making: The Case of Jordan Bank. Vol.3, No. 10.

Almashaqbad, Ziad M S.2014. The Impact of Management Information Systems (MIS) on The Characteristics of The Organizational Structure in The Organization “A Study In The Communications Company north province / Jordan”. Vol. 6.

Asemi, Asefeh. 2011. The Role of Management Information System (MIS) and Decision Support System (DSS) for Manager’s Decision Making Process. Vol. 6.

Hevi, Hendri John. 2013. Pengaruh Struktur Organisasi dan Sistem Informasi Manajemen Terhadap Pengambilan Keputusan Manajemen Survey pada 10 KPP di Kanwil Jawa Barat I.


(2)

Nooraie, Mahmood. 2012. Factors Influencing Strategic Decision-Making Processes. Vol. 2, No. 7.

Nowduri, Srinivas. 2011. Management Information Systems and Business Decision Making: review, analysis and recomendations. Vol. 7.

O’Donovan, Tim. 1998. The impact of Information Technology On Onternal Communication. Education and Information Technologies 3.

Olumoye, Mosud Y.2013. Impact of Information System on Management Decision-Making in The Negerian Insurance Sector. Vol. 2.

Rahmadana, M. Fitri & Widho Bijaksana. 2002. Pengaruh Sistem Informasi Manajemen dan Struktur Organisasi Terhadap Efektivitas Pengambilan Keputusan Pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A Belawan. Vol. 02 No.02.

Weeks, Kelly O. 2013. An Analysis of Human Information Systems Impact on Employees. Journal of Management Policy and Practice. Vol. 14.

Internet:

2015)

September 2015)


(3)

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA P = Peneliti

I = Informan

P : Apa jabatan Anda di DJP ini?

I : Pelaksana Sub. Bagian Kepegawaian

P : Apakah Saya tidak bisa mewawancarai Kepala pimpinan DJP ataupun kepala bagian umum?

I : Kalau disinikan, ada jenjangnya dek jadi menurut kakak pribadi terlalu sibuk lah maksudnya banyak kali yang mau diurus masalah lain selain masalah disitu (informan memaksudkan menjadi narasumber untuk wawancara penelitian saya ini) jadi gak bisa gitu. Tapi sebenarnya kita mengasih jawaban ke kalian pun yah udah kita omongin dulu kan dan sudah kita diskusikan dulu. Yah, jadi berdasarkan masukan dari atasan-atasan itu juga. Gitu. Yah kami ini pun jumpa sama kepala kanwilnya itu sendiri jarang.

P : Apa itu SIKKA?

I : SIKKA itu, sistem informasi yang dijalankan oleh sebuah aplikasi online. Bisa juga melaui intranet, offline. Tapi di DJP doang yang memberikan informasi di bidang kepegawaian, keuangan dan aktiva.

P : Apa kegunaan SIKKA di DJP?

I : Ininih, sumber daya manusia DJP itu 30.000 wilayah kerjanya itu dari sabang sampai merauke. Jadi latar belakang itu sebenarnya untuk meng-handle informasi seluruh pegawai yang lebih dari 30.000 itu, dibuatlah SIKKA.

P : Bagaimana cara mengakses SIKKA?

I : Jadi mengakses SIKKA itu kayak gini nih (Informan membuka situs SIKKA miliknya dan menunjukkan halaman untuk mengakses SIKKA), pakai IP pendek pegawai yang dijadikan sebagai username pegawai, terus masukin password. Disini ada tahun anggaran, sesuai dengan tahun sekarang. Kalau seandainya ada karyawan yang lupa password bisa telepon ke direktorat TIP teknologi informasi.

P : Apakah pimpinan dapat mengakses secara bebas setiap portal pegawai? I : Tergantung, jadi dia itu kepala sub bagian apa. Kalau di bagian umum

kan namanya kepala sub bagian. Kalau di bidang lain namanya kepala seksi. Jadi kalau kepala sub bagian kepegawaian otomatis segala masalah kepegawaian dong. Dan kalo tadi bicara kepala seksi humas ya gak bakal ada. Jadi bukan tergantung dengan seberapa tinggi pangkatnya tapi dia itu di bagian apa. Tiap kepala bisa melihat profil bawahannya


(4)

masing-masing sesuai dengan bagiannya. Nih, misalnya kan kakak dibawah Bapak ini, jadi Bapak ini bisa liat profil kakak dan pegawai lain di bagian Kepegawaian. Kalau untuk daerah kanwil I ini, jumlahnya 910 orang. P : Apakah peranan dari SIKKA pada DJP?

I : Peranannya SIKKA itu ya menerapkan kebijakan penempatan sumber daya manusia berdasarkan kompetensi, terus sebagai sistem pengukuran kinerja pegawai disini. Merancang kebutuhan rekrutment berbasis kompetensi. Dan terakhir pemerataan kebutuhan diklat pegawai. Gitu.. P : Apakah fungsi dari SIKKA pada DJP?

I : Sebagai aplikasi online SIKKA yang menjadi sumber informasi di bidang kepegawaian dalam rangka optimalisasi pencapaian sejumlah sasaran. Dan sebagai sebuah sistem informasi yang mampu menyelenggarakan proses-proses bisnis di bidang kepegawaian.

P : Apakah tujuan dari penggunaan SIKKA pada DJP?

I : Tujuan penggunaan SIKKA untuk pengoptimalan pencapaian sejumlah sasaran DJP dan mendukung pengembangan sistem perencanaan dan manajemen SDM yang merupakan salah satu inisiatif strategis DJP. P : Adakah kemudahan dalam penggunaan SIKKA dibanding tidak

menggunakannya?

I : Ya pastilah. Kalau kita pakai SIKKA kan itu suatu sistem yang di

integrasi, jadi aksesnya mau akses kemana aja gampang. Kalau gak ada SIKKA ya kita harus nelpon-nelpon lagi kan. Misalnya nelpon ke Sibolga, ini gimana nih yang kayak-kayak gitu lah. Lebih efisienlah dengan SIKKA.

P : Adakah hambatan atau kendala dalam pengaksesan SIKKA?

I : Hambatannya ya pasti adalah lah ya. Kayak jaringan, yang namanya data lebih dari 30.000 pegawai di akses diseluruh Indonesia dengan jaringan internet di Indonesia kita tau sendiri di banding negara-negara lain. Ya pasti paling besar hambatan itu jaringan karena ya itu tadi kita menjalankannya lewat internet.

P : Sejauh apa peran SIKKA dalam membantu pengambilan keputusan? I : Yang pasti informasi mengenai kepegawaian dan keuangan pun

semuanya kan bisa di akses di SIKKA, jadi dalam pembuatan keputusan pun ya harus ada latar belakangnya. Misalnya kalo masalah mutasi, kan kita bisa lihat history pegawainya dari situ, kenaikan pangkat sudah berapa lama di pangkatnya. Kan semua udah ada di SIKKA. Kan kalau mutasi minimal udah 3 tahun, jadi kalo dia mau pindah udah bisa dilihat. Jadi ya, SIKKA itu lebih untuk sebagai latar belakang pengambilan keputusannya lah. Karenakan kumpulan datanya ya disitu.


(5)

P : Siapa yang bertanggung jawab dalam meng-input data kedalam SIKKA? I : Ada. UPK (Unit Pelaksana Kepegawaian), tergantung kalau di KPP itu

ada UPK lokal kalau di Kanwil itu ada UPK kanwil, di UPK kanwil itu ada beberapa yang bisa. Kayak kakak kan UPK Kanwil, kakak bisa mengakses SIKKA 908 pegawai yang ada di Sumatera Utara bagian I ini. Kalau UPK lokal ya cuman yang ada di kantor itu misalnya KPP Polonia, ya cuman bisa di KPP Polonia, misalnya 86 orang. UPK nya Cuma bisa mengakses 86 orang itu.

P : Apakah struktur organisasi yang diterapkan pada DJP sudah mutlak? I :Untuk sekarang sudah mutlak karena struktur organisasi DJP sendiri telah

ditetapkan dari pusat ya.. sesuai peraturan menteri keuangan lah. P : Apakah pernah ada pergeseran atau perombakan struktur?

I : Ada. Baru ini 2014, berdasarkan PMK No.206.2. PMK itu Peraturan Menteri Keuangan. Jadi ada penambahan jadi kayak di PPIP misalnya. Itu dulu namanya PPPP, dulu itu gak ada seksi inteligen, sekarang udah ada seksi inteligen. Kalau di PPIP itu ada kepatuhan internal yang menangani pegawai ada disana sekarang udah dipindahkan ke bagian Umum. Banyak sih yang berubah untuk di Kanwil. Penyuluhan dulu sekarang satu seksi dengan kerjasama sekarang kerjasama, kerjasama sendiri. Penyuluhan, penyuluhan sendiri. Jadi lebih spesifik.

P : Apakah setiap DJP memiliki struktur yang sama?

I : Untuk DJP Kanwil selain Kanwil DJP Wajib Pajak Besar dan Kanwil DJP Jakarta Khusus memiliki struktur organisasi yang sama.

P : Bagaimana bentuk struktur organisasi DJP?

I :

P : Apa wewenang dan tanggung jawab setiap jabatan pada struktur organisasi DJP?

I : Panjang jawabannya ini. Hahaha.. Bisa di akses aja di internet. PMKRI No. 62 itu..

P : Apakah struktur organisasi bersifat sentralisasi atau desentralisasi? I : Kalau disini ya namanya juga kita PNS ya, ya pasti sentralisasi lah ya.

Semuanya ke pusat.

P : Bagaimana rentang kendali di DJP?

I : Tergantung jabatan. Dan bawahan setiap kepala bagian berbeda,

tergantung kantornya juga. Tapi kita punya umm.. dan jumlah batasan bawahan untuk setiap jabatan tidak bisa kita beritahu..

P : Siapa yang paling berperan dalam pengambilan keputusan?


(6)

teknis maupun masalah kepegawaian mereka pasti punya, tapi sebenarnya dia taunya yang umum-umumnya aja gitu loh. Ada spesifikasinya, misalnya ada masalah pajak, penagihan pajak itu ada direktorat penagihan pajak. Kalau untuk peraturan kita ada direktorat peraturan perpajakan, yang buat ya mereka, tapi yang melegalkan ya direktorat itu.

P : Jadi siapa yang mengambil keputusan untuk Kanwil DJP Sumut I? I : Tergantung keputusannya, ada keputusan kepala kantor, wilayah. Yang

mengambil keputusan ya si kepala Kanwil itu. Ada juga keputusan kepala kantor KPP. Jadi misalnya masalah mutasi, kakak ngomongin mutasi karena kakak kan di bagian kepegawaian ya, kita ada mutasi internal maupun kanwil ya . ada juga mutasi nasional. Kalao mutasi nasional itu yang ngurus itu orang kepegawaian kantor pusat. Tapi kalo mutasi kanwil ya misalnya dari KPP mana, dari sini ke KPP belawan atau binjai ya keputusannya yang ngasih tanda tangan ya kepala kanwil. Tergantung keputusannya juga sih sebenarnya. Kalau pemindahan pegawai disini-disini aja (dalam lingkup kantor DJP) misalnya ya dia bagian umum nih, yah jadi kepala bagian. Yang kayak gitu.

P : Apakah karyawan sama sekali tidak berhak memberikan masukan? I : Karyawan bisa juga sih, sebenarnya kita ada rapat pembinaan setiap

bulan. Kita juga bisa ngasih masukan terhadap fungsi-fungsinya kita, rencana kerja kita. Ada monitoring evaluasi juga. Atau pada saat workshop.

P : Apakah keputusan yang diambil selalu efektif?

I : Pasti adalah lah ya, ya kayak restrukturisasi itu tadi, ya pasti keputusan terdahulunya dianggap kurang efektif makanya dibuat yang baru. Atau misalnya masalah penetapan peringkat jabatan. Kementrian keuangan kan di atas DJP, mereka buat suatu peraturan tentang batasan pendidikan untuk pegawai untuk menempati jabatan-jabatan tertentu, misalnya Bendahara, mereka minta misalnya Diploma 3 tapi di DJP sendiri menganggap tidak serta merta, kalo ada S1 yang lebih berkualifikasi kan gak mungkin kita turunkan. Ya jadi ada peraturan tersendiri lagi. Ada aturan turunannya lah.