Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia di tengah dinamika perkembangan global maupun nasional, saat ini menghadapi berbagai tantangan yang membutuhkan perhatian serius semua pihak. Keinginan untuk mewujudkan good government merupakan salah satu agenda pokok reformasi yang diharapkan dapat dilaksanakan secara konsisten oleh pemerintah daerah. Masyarakat menuntut adanya akuntabilitas yang baik disertai dengan transparansi dan keterbukaan pengelolaan sektor publik supaya masyarakat dapat turut serta dalam mengontrol dan memperbaiki kinerja pemerintah daerah. Mahsun 2006:97 menjelaskan ada beberapa kendala dalam mengimplementasikan akuntabilitas dalam sektor publik antara lain agenda atau rencana yang tidak transparansi, favoritism isu yang licik, kepemimpinan yang lemah, kekurangan sumber daya, lack of follow-through manajemen tidak dapat dipercaya, garis wewenang dan tanggung jawab kurang jelas dan kesalahan penggunaan data. Paradigma baru tersebut menyebabkan pemerintah memberikan otonomi kepada daerah seluas-luasnya yang bertujuan untuk memungkinkan daerah mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri agar berdaya guna dan berhasil guna dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan otonomi seluas-luasnya dan secara Universitas Sumatera Utara 2 proporsional kepada daerah yang diwujudkan dengan adanya pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta adanya perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Darise 2009:19 menjelaskan pelaksanaan otonomi daerah tidak hanya dapat dilihat dari seberapa besar daerah akan memperoleh sumber pendapatan termasuk dana perimbangan, tetapi hal tersebut harus diimbangi dengan sejauh mana instrumen atau Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah mampu memberikan nuansa menejemen keuangan yang lebih adil, rasional, transparan, partisipatif dan tanggungjawab. Hingga saat ini otonomi daerah memang sudah berjalan di tiap daerah di Indonesia. Tapi tidak semua daerah mempunyai kesiapan yang sama. Adakalanya pemerintah lebih bergantung pada pemerintah pusat dan kurang memperhatikan dan mengoptimalkan pendapatan daerah. Maka dari itu pelaksanaa APBD juga seringkali bermasalah. Dan berbicara mengenai APBD, upaya perbaikan pengelolaan keuangan daerah, khususnya perencanaan APBD, masih merupakan agenda strategis bagi percepatan peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah untuk daerah tertentu. Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD merupakan bagian dari pemerintah daerah yang melaksanakan fungsi pemerintahan dan pelayanan publik, baik secara langsung ataupun tidak. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, SKPD diberika alokasi anggaran. Oleh karena itu, kepala SKPD disebut pengguna anggaran PA. Selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah PKPKD, Kepala daerah Gubernur, Bupati, Walik ota yang Universitas Sumatera Utara 3 mendelegasikan sebagian kewenangannya kepada SKPD pada akhirnya akan meminta kepala SKPD membuat pertanggung jawaban atas kewenangan yang dilaksanakannya. Bentuk pertanggung jawaban tersebut bukanlah SPJ Surat Pertanggungjawaban tetapi berupa laporan keuangan. Penyebutan SKPD selaku entitas akuntansi pada dasarnya untuk menunjukkan bahwa SKPD melakukan proses akuntansi untuk menyusun laporan keuangan yang akan disampaikan kepada kepala daerah melalui pejabat pengelola keuangan daerah sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah. Kertas kerja laporan keuangan oleh SKPD dilatar belakangi oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah dan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintahan. Dinas Perhubungan sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD yang ada di wilayah pemerintahan kota Tebing Tinggi sekaligus juga sebagai pengguna anggaran juga harus membuat pertanggungjawaban atas kewenangan yang dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah dan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintahan. Dari latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pencatatan dan pelaporan keuangan yang dilakukan Dinas Perhubungan yang dituangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul “Analisis Pencatatan dan Pelaporan Keuangan Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD Di Kota Madya Tebing Tinggi Studi Kasus Pada Dinas Perhubungan ”. Universitas Sumatera Utara 4

1.2. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Pencatatan dan Pelaporan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Kota Medan (Studi Kasus pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi)

8 131 97

Analisis Pencatatan dan Pelaporan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Kota Medan (Studi Kasus pada Dinas Tata Kota Tata Bangunan)

10 142 122

Analisis Pencatatan dan Pelaporan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Tebing Tinggi (Studi Kasus pada Dinas Perhubungan)

2 22 163

ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA (Studi Kasus Pada Badan Kepegawaian Daerah).

1 6 94

Analisis Pencatatan dan Pelaporan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Tebing Tinggi (Studi Kasus pada Dinas Perhubungan)

0 0 12

Analisis Pencatatan dan Pelaporan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Tebing Tinggi (Studi Kasus pada Dinas Perhubungan)

0 0 2

Analisis Pencatatan dan Pelaporan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Tebing Tinggi (Studi Kasus pada Dinas Perhubungan)

0 0 5

Analisis Pencatatan dan Pelaporan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Tebing Tinggi (Studi Kasus pada Dinas Perhubungan)

0 2 23

Analisis Pencatatan dan Pelaporan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Tebing Tinggi (Studi Kasus pada Dinas Perhubungan)

0 0 2

Analisis Pencatatan dan Pelaporan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Tebing Tinggi (Studi Kasus pada Dinas Perhubungan)

0 0 83