Unsur- unsur Metadata Dublin Core

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa Dublin Core juga merupakan sebuah informasi terstruktur yang memungkinkan sebuah isi dari suatu bentuk digital diceritakan dan diwakilkan. Sehingga pengguna dapat menemukan informasi yang dibutuhkannya. Dublin Core bertujuan untuk kesederhanaan dalam menciptakan dan memelihara metadata. Skema diupayakan tetap ringkas dan sesederhana mungkin agar seorang yang bukan ahli dapat membuat cantuman sederhana untuk sumber daya informasi dengan mudah dan murah, tetapi sekaligus cukup efektif untuk temu kembali.

2.1.4 Unsur- unsur Metadata Dublin Core

Unsur dalam metadata Dublin Core berjumlah 15 istilah yang mendeskripsikan objek agar mudah dipahami, yang disepakati pada lokakarya OCLCNCSA pada bulan Maret 1995, tak lama kemudian dokumentasinya dipublikasikan oleh Stuart Weibel, Jean Miller, dan Ron Daniel di internet. Unsur- unsur dalam Dublin Core ini telah disahkan oleh tiga standar internasional, yaitu ISO158362003, NISOZ3985, dan RFC5013 Internet Engineering Task Force. Dublin Core dimaksudkan untuk memudahkan pencarian informasi dan temu kembali dengan mengelompokkan web menggunakan satu set semantik. Dublin Core itu dimaksudkan untuk menjadi sederhana dan menghindari struktur yang rumit. Dalam Dublin Core Metadata Element Set, version 1.1 2012, unsur- unsur dalam metadata Dublin Core adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Table Elements No. Name Definition 1 Title A name given to the resource. 2 Creator An entity primarily responsible for making the resource. 3 Subject The topic of the resource. 4 Description An account of the resource. 5 Publisher An entity responsible for making the resource Universitas Sumatera Utara available. 6 Contibutor An entity responsible for making contributions to the resource. 7 Date A point or period of time associated with an event in the lifecycle of the resource. 8 Type The nature or genre of the resource. 9 Format The file format, physical medium, or dimensions of the resource 10 Identifier An unambiguous reference to the resource within a given context. 11 Source A related resource from which the described resource is derived. 12 Language A language of the resource. 13 Relation A related resource. 14 Coverage The spatial or temporal topic of the resource, the spatial applicability of the resource, or the jurisdiction under which the resource is relevant. 15 Rights Information about rights held in and over the resource. Berdasarkan tabel di atas, untuk penjelasan yang lebih lanjut mengenai setiap elemen adalah sebagai berikut: 1. Title Judul dari sumber informasi. Biasanya, judul merupakan nama dari sumber informasi yang mudah dikenali. 2. Creator Pencipta atau yang bertanggung jawab terhadap isi dari sumber informasi. Contohnya pencipta atau yang bertanggung jawab termasuk orang, organisasi atau sebuah layanan. Pencipta yang dimaksud adalah pencipta bentuk digital, atau yang paling bertanggung jawab atas isi dari bentuk digital. Jika karya memiliki bentuk fisik, sebaiknya dijelaskan pada unsur relation tentang hubungannya dengan sumber informasi sebelumnya atau pada unsur lain yang paling dapat menjelaskan. Penanggung jawab harus ditulis dalam urutan yang sama seperti ditampilkan pada publikasi. Nama dicantumkan nama keluarga atau surname terlebih dahulu. Jika meragukan, ditulis sesuai yang ditampilkan sumber. Universitas Sumatera Utara Jika yang bertanggung jawab sebuah organisasi yang secara jelas terlihat hirarkinya, daftarkan setiap bagian dari hirarki dari yang paling besar hingga kecil, dipisahkan tanda titik dan spasi. Jika tidak jelas, dicantumkan sesuai dengan yang terlihat dalam publikasi. Jika pencipta dan penerbit sama, jangan ditulis kembali pada daerah penerbit publisher. Jika membingungkan, sebaiknya gunakan individu sebagai pencipta, dan organisasi sebagai penerbit. Jika terdapat penanggung jawab lain yang tidak dapat dikategorilan sebagai pencipta, dimasukkan dalam daerah kontributor. 3. Subject Pokok bahasan sumber informasi. Biasanya, subjek dinyatakan dalam bentuk kata kunci, frase, atau kode klasifikasi yang menggambarkan topik dari sumber informasi. Untuk penggunaanya, sebaiknya subjek menggunakan kosakata terkendali atau skema klasifikasi yang formal. 4. Description Penjelasan tentang isi dari sumber informasi. Keterangan suatu isi dari sumber informasi, misalnya berupa abstrak, daftar isi atau uraian untuk representasi grafis dari konten, tapi tidak terbatas pada hal-hal itu saja. Pada bagian deskripsi, diberikan deskripsi singkat tentang isi dari suatu sumber. Ketika suatu penjelasan tidak dapat dimasukkan dalam unsur- unsur Dublin core lain, maka penjelasan tersebut sebaiknya dimasukkan pada unsur ini. Bagian deskripsi ini meruakan daerah yang potensial berisi istilah-istilah yang dapat diindeks, sehingga sebaiknya diisi dengan kalimat lengkap. Informasi pada unsur ini dapat langsung diambil dari sumber informasinya jika tidak ada penjelasan yang tersedia. Sebaiknya tidak memasukan tengara HTML dalam deskripsi Dublin Core, karena akan mempengaruhi knerja aplikasi mesin pencari dalam mengenali setiap kata atau frase. 5. Publisher Universitas Sumatera Utara Orang atau badan yang mempublikasikan sumber informasi. Contoh dari penerbit adalah termasuk perorangan, organisasi, atau suatu layanan. Biasanya nama penerbit mengidentifikasi sebuh entitas. Unsur Dublin core ini bertujuan untuk mengenali entitas yang menyediakan akses pada sumber sehingga tersedia dan dapat diakses. Jika pembuat dan penerbit adalah entitas yang sama, tidak diperbolehkan untuk mengulang nama tersebut di daerah publikasi. 6. Contributor Orang atau badan yang ikut menciptakan sumber informasi. Contoh dari kontibutor termasuk perorangan, organisasi, atau suatu layanan. Biasanya nama dari kontributor ini mengidentifikasi sebuah entitas. Sebaiknya kontributor ini digunakan ketika penanggung jawab utama tidak diketahui, ambigu atau tidak relevan. Jika terdapat entitas lain yang bertanggung jawab dalam penciptaan karya atau sumber, sebaiknya dituliskan dalam unsur ini. 7. Date Tanggal penciptaan sumber informasi. Waktu atau periode yang berhubungan dengan daur hidup sumber informasi. Untuk penggunaannya, sebaiknya menggunakan skema pengkodean seperti pada W3CDTF dari ISO 8601 dan mengikuti format YYYY-MM-DD. Informasi ini berguna ketika sebuah halaman terus digunakan dan dirawat, sehingga jika halaman situs pertama kali dibuat oleh suatu entitas bernama A, dan terus diperbarui oleh entitas B, maka diberikan keterangan kapan sumber informasi itu dibuat atau diperbarui. 8. Type Jenis sumber informasi, novel, laporan, peta dan sebagainya. Unsur ini menjelaskan tentang kategori umum, fungsi, genre, atau tingkat aggregasi isi. Sebaiknya menggunakan kosakata terkendali seperti Dublin Core Metadata Initiative Type Vocabulary DCMITYPE. Untuk menjelaskan Universitas Sumatera Utara bentuk, media fisik, atau dimens dari sumber informasi, gunakan unsur format. 9. Format Bentuk fisik sumber informasi, format, ukuran, durasi, sumber informasi. Format dapat juga digunakan untuk menjelaskan perangkat lunak, keras atau perangkat lain yang digunakan untuk menampilkan atau mengoperasikan sumber tersebut. Sebagai contoh untuk dimensi, termasuk ukuran dan durasinya. Sebaiknya menggunakan kosakata terkendali seperti daftar media internet [MIME]. 10. Identifier Nomor atau serangkaian angka dan huruf yang mengidentifikaskan sumber informasi. Sebaiknya menggunakan suatu nomor atau rangkaian yang mengidentifikasi sumber pada suatu sistem identifikasi seperti URI Uniform Resource Identifier, URL Uniform Resource Locator, DOI Digital Object Indentifier, dan ISBN International Standard Book Number. 11. Source Rujukan ke sumber asal suatu sumber informasi. Sumber informasi yang dideskripsikan mungkin saja dari sumber informasi yang berhubungan seluruh atau sebagiannya. Penggunaannya sebaiknya mengidentifikasi sumber informasi yang berhubungan menggunakan suatu sistem identifikasi formal tertentu. 12. Language Bahasa yang intelektual yang digunakan sumber informasi. Sebaiknya menggunakan elemen bahasa yang didefinisikan oleh RFC 1766 yang mencakup dua huruf kode bahasa diambil dari ISO 639 standard, diikuti opsional, dengan dua huruf kode negara diambil dari ISO 3166. Misalnya, en untuk bahasa Inggris, fr untuk Perancis, atau en-uk untuk bahasa Inggris yang digunakan di United Kingdom. Universitas Sumatera Utara 13. Relation Hubungan antara satu sumber informasi dengan sumber informasi lainnya. Untuk mengidentifikasikan hubungan antara suatu suber informasi dengan menggunakan suatu sistem identifikasi yang formal. Jika menggunakan suatu rangkaian kata atau frase, seperti judul, sebaiknya dituliskan secara jelas. 14. Coverage Cakupan isi ditinjau dari segi geografis atau periode waktu. Pada unsur Dublin Core ini akan mencakup lokasi spasial nama tempat atau koordinat geografis, Periode temporal label periode, tanggal, atau rentang tanggal atau yurisdiksi seperti entitas administratif bernama. Sebaiknya menggunakan kosakata terkendali berupa tesaurus nama geografis, seperti Getty Thesaurus of Geographic Names. Ketika dibutuhkan dapat menggunakan nama tempat atau periode waktu dalam kode numerik seperti koordinat atau rentang waktu. Informasi yang diberikan harus diperhatikan untuk menyajikan informasi konsisten yang dapat diintepretasikan pengguna manusia dan mesin, terutama untuk menyediakan interoperabilitas dalam sistem yang tidak mendukung pencarian berbasis geografis atau waktu. Untuk penggunaan sederhana tempatkan nama atau cakupan waktu yang berguna. Untuk penggunaan yang lebih spesifik, gunakan skema pengkodean yang mendukung informasi yang spesifik seperti DCMI period, DCMI Box, atau DCMI Point. 15. Rights Pemilik hak cipta sumber informasi. Biasanya informasi tentang hal termasuk penjelasan tentang berbagai hak milik yang berhubungan dengan sumber informasi, hak intelektual. Unsur ini biasanya digunakan untuk penjelasan secara tekstual atau berupa tautan yang merujuk pada pernyataan hak tersebut, atau kombinasi antara keduanya. Universitas Sumatera Utara Standar metadata Dublin Core memiliki dua tingkat ketelitian, yaitu sederhana simple dan spesifik qualified. Tingkatan pertama adalah tingkatan Dublin Core dengan 15 unsur yang sudah disebutkan di atas, sedangkan tingkatan qualified menambahkan 7 unsur, sebagai berikut: 1. Audience Sekelompok entitas yang menjadi tujuan dari sumber. Penggunaan unsur ini terus dikembangkan oleh berbagai komunitas, dan merupakan salah satu unsur dari Dublin Core yang dapat menggunakan kosakata terkendali formal atau informal. Jika tidak ada kosakata terkendali yang direkomendasikan, pengguna diberikan kebebasan utnuk membuat daftar sendiri dan menggunakannya secara konsisten. 2. Provenance Pernyataan perubahan kepemilikan dan perawatan dari sumber yang penting untuk otentikasi, integritas, dan intepretasi sejak pertama kali diciptakan. 3. Rights Holder Seseorang atau organisasi yang memiliki dan mengurus hak-hak atas sumber. Sebaiknya digunakan URI Uniform Resources Identifier atau nama dari pemegang hak untuk mengidentifikasi suatu entitas. 4. Instructional Method Sebuah proses yang digunakan untuk menyediakan pengetahuan, kemampuan, yang di desain untuk didukung sumber. Misalnya: InstructionalMethod=”Experiential learning” InstructionalMethod=”Observation” 5. Accrual Method Metode yang digunakan dalam penambahan ke dalam koleksi. Sebaiknya digunakan istilah yang ada dalam kosakata terkendali. 6. Accrual Periodicity Frekuensi penambahan ke dalam koleksi. Biasanya digunakan kosakata terkendali. Universitas Sumatera Utara 7. Accrual Policy Kebijakan yang menyangkut penambahan koleksi. Berikut salah satu contoh penggunaan Dublin Core dalam sebuah halaman situs: head profile=http:dublincore.org title … title link rel=schema.DC href=http:purl.orgdcelements1.1 link rel=schema.DCTERMS href=http:purl.orgdcterms meta name=DC.Identifier schema=DCterms:URI content=http:tutorialsonline.infoCommonDublinCore.html meta name=DC.Format schema=DCterms:IMT content=texthtml meta name=DC.Title xml:lang=EN content=Dublin Core Tutorial meta name=DC.Creator content=Alan Kelsey meta name=DC.Subject xml:lang=EN content=Dublin Core Meta Tags meta name=DC.Publisher content=Alan Kelsey, Ltd. meta name=DC.Publisher.Address content=alantutorialsonline.info meta name=DC.Contributor content=Alan Kelsey meta name=DC.Date scheme=ISO8601 content=2007-01-06 meta name=DC.Type content=texthtml meta name=DC.Description xml:lang=EN content=Learning Advanced Web Design can be fun and easy Look at a site designed specifically to help you learn how to design web pages with proper tags, styles, and scripting. meta name=DC.Identifier content=http:tutorialsonline.infoCommonDublinCore.html meta name=DC.Relation content=TutorialOnline.info scheme=IsPartOf meta name=DC.Coverage content=Hennepin Technical College meta name=DC.Rights content=Copyright 2011, Alan Kelsey, Ltd. All rights reserved. meta name=DC.Date.X-MetadataLastModified scheme=ISO8601 content=2007-01-06 meta name=DC.Language scheme=dcterms:RFC1766 content=EN Bentuk diatas adalah penggunaan Dublin Core dalam bentuk HTML dengan menggunakan tengara meta, terutama „meta name‟ untuk Universitas Sumatera Utara mengekspresikan unsur Dublin Core, dan disertai „content‟ untuk menentukan isi dari unsur tersebut. 2 .2 S I S T E M T E M U B A L I K I N F O R M A S I Sistem temu balik informasi Information Retrieval System merupakan salah satu tipe sistem informasi yang berfungsi untuk menemukan informasi yang relevan dengan kebutuhan pengguna. Hasugian 2006, 2 menyatakan bahwa “pada dasarnya sistem temu balik informasi adalah suatu proses untuk mengidentifikasi, kemudian memanggil retrieve suatu dokumen dari suatu simpanan file , sebagai jawaban atas permintaan informasi”. Sistem temu balik informasi berfungsi sebagai perantara kebutuhan informasi pengguna dengan sumber informasi yang tersedia. Menurut pendapat Harter 1986, 2 “An information retrieval system is a device interposed between a potential user of information and theinformation collection itself. For a given information problem, the purpose of the system is to capture wanted items and to filter out unwanted items”. Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa sistem temu balik informasi merupakan seperangkat hubungan antara pengguna potensial informasi dengan pengumpul informasi itu sendiri. Dengan tujuan untuk memberi informasi yang dibutuhkan dan menyaring informasi yang kurang relevan atau tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna Sedangkan menurut Chowdhury 1999, 2 “An information retrieval system is designed to retrieve the documents or information required by the user community. It should make the right information available to the right user”. sistem temu balik informasi adalah sebuah sistem pencarian informasi yang dirancang untuk menelusur suatu dokumen atau informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Sehingga harus membuat informasi yang benar-benar tersedia untuk penggunanya. Selain itu juga diungkapkan oleh Lancester 1979, 7 bahwa temu balik informasi ialah “proses penelusuran suatu koleksi dokumen untuk Universitas Sumatera Utara mengidentifikasi dokumen- dokumen tentang subyek tertentu”. Dari uraian diatas dapat disimpulkan pengertian sistem temu balik informasi adalah seperangkat hubungan antara pengguna informasi dan pengumpul informasi dengan tujuan memberi informasi yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan pengguna, dengan sistem pencarian temu balik khusus terhadap informasi yang dicari atau yang dibutuhkan. 2.2.1 F U N G S I S I S T E M T E M U B A L I K I N FO R M A S I Sistem temu balik informasi digunakan untuk menemukan kembali informasi-informasi yang relevan terhadap kebutuhan pengguna dari suatu kumpulanpangkalan informasi secara otomatis. Sistem temu balik informasi ini terutama berkaitan dengan pencarianpenelusuran informasi yang efektif dan efisien. Menurut Chowdhury 1999,3 fungsi utama sistem temu balik informasi adalah antara lain sebagai berikut: 1. To identify the information sources relevant to the areas of interest of the target users community; 2. To analyse the contents of the sources documents; 3. To represent the contens of the analysed sources in a way that will be suitable for matching users queries; 4. To analyse users queries and to represent them in aform that will be suitable for matching with the database; 5. To match the search statement with the stored database; 6. To retrieve the information that is relevant, and 7. To make necessary adjustments in the system based on feedback from the users. Pernyataan diatas dapat diartikan sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi sumber informasi yang relevan kepada masyarakat pengguna. 2. Untuk menganalisis isi dari sumber-sumber informasi tersebut. 3. Untuk mewakili isi dari sumber-sumber informasi dengan cara menganalisa mana yang cocok atau sesuai dengan pengguna. 4. Untuk menganalisa permintaan query dalam pencarian informasi oleh pengguna dan sebagai wakil terhadap penelusuran sumber-sumber informasi yang sesuai terhadap pengguna. Universitas Sumatera Utara 5. Untuk mencocokkan pencarian informasi yang ada pada penyimpanan database. 6. Untuk mengambil informasi yang relevan, dan 7. Untuk membuat penyesuaian yang diperlukan dalam sistem yang didasarkan pada umpan balik dari pengguna. Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa fungsi dari sistem temu balik informasi adalah untuk mengidentifikasi informasi yang relevan kepada pengguna, untuk meneliti query dari pengguna dan untuk menghadirkannya di dalam suatu format yang akan menghasilkan temuan dokumeninformasi yang sesuai pada database, serta dapat mencari informasi yang relevan pada pengguna. 2.2.2 J E N I S -J E N I S S I S T E M T E M U B A L I K I N F O R M A S I Menurut Hasugian 2009, 54, terdapat empat model klasik dalam sistem temu balik informasi antara lain: 1. Logicals Models, sejak lama mengunakan boolean and, or, not alternatif temuan hanya dua: cocok dan tidak cocok. 2. Vector Processing Models, memperlakukan indeks sebagai multidimensional information space. Dokumen dan query diwakili oleh nilai-nilai vektor sehingga keduanya memperlihatkan posisi dekat atau jauh, non binary, degree of similarity, 3. Probabilistic Models, berasumsi bahwa sistem temu balik informasi bertugas membuat urutan rangking dokumen yang sesuai dengan kemungkinannya dalam menjawab kebutuhan informasi mengunakan teori probabilitas untuk menghitung nilai relevansi dokumen, dan 4. Cognitive Models, memfokuskan diri pada interaksi antara pengguna dengan sistem IR. Tidak hanya dalam persoalan dokumen dan query. Lebih mempersoalkan antar-muka interface daripada proses komputasi penemuan dokumen. 2.2.3 K O M P O N E N S I S T E M T E M U B A L I K I N F O R M A S I Temu balik informasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan dan memasok informasi bagi pemakai sebagai jawaban atas permintaan atau berdasarkan kebutuhan pemakai. Temu balik informasi merupakan istilah generik yang mengacu pada temu balik dokumen atau sumber informasi yang dimiliki oleh unit informasi atau perpustakaan baik yang berada di Universitas Sumatera Utara dalam maupun di luar gedung perpustakaan. Esensi dari temu balik informasi adalah bagaimana memanggilmendapatkan informasi yang tersedia dalam suatu database atau web untuk memenuhi informasi yang diminta oleh pemakai; bagaimana menemukan informasi yang diminta pemakai; dan bagaimana memberikan solusi kepada pemakai untuk menemukan informasi yang dikehendaki. Menurut Hasugian 2009, 53-54, ada lima komponen dalam temu balik informasi atau penelusuran online yaitu: “pengguna, query, dokumen elektronik, indeks dokumen dan fungsi pencocokan melalui machine matcher infrastruktur informasi”. Sedangkan menurut Lancester yang dikutip oleh Chowdhury 1999, 3, ada 6 komponen sistem temu balik informasi antara lain: 1. Subsistem dokumen. 2. Subsistem pengindeksan. 3. Subsistem kosa kata 4. Subsistem pencarian 5. Subsistem antarmuka pengguna-sistem, dan 6. Subsistem penyusaian. Dari pernyataan diatas dapat dinyatakan bahwa komponen sistem temu balik informasi yaitu, pengguna, query, dokumen, indeks, pencarian, dan juga machine matcher infrastruktur informasi guna untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna yang relevan.

2.3 Repository