71 Dari  semua  data  tersebut,  formula  FP1  tidak  memenuhi  persyaratan
Farmakope  Indonesia  edisi  IV  1995  dimana  tidak  kurang  dari  85  Q  +  5 C
8
H
9
NO
2
dari  jumlah  yang  tertera  pada  etiket  dalam  waktu  30  menit.  Hal  ini disebabkan  pati  talas  yang  digunakan  sebagai  disintegran  lebih  sedikit  hanya
5,  sehingga  potensinya  sebagai  bahan  penghancur  kurang  memberikan  hasil yang  baik,  sehingga  disolusinya  lebih  lambat.  Sementara  pada  formula  FP2
dimana  pati  talas  yang  digunakan  sebagai  disintegran  sebesar  10  sudah menunjukkan  hasil  disolusi  yang baik  dan  memenuhi  persyaratan  sesuai  literatur.
Dari  data  yang  diperoleh,  FP3  menunjukkan  hasil  disolusi  yang  terbaik,  bahkan dibandingkan dengan primojel dan amilum manihot sebagai disintegrannya.
Tabel 4.11 Hasil uji disolusi tablet parasetamol
Waktu menit
Persentase kumulatif parasetamol yang terlepas FP1
FP2 FP3
FP4 FP5
5 10,77 ± 1,82  18,83 ± 1,73  23,61 ± 1,01  22,28 ± 2,22  15,44 ± 1,44
10 27,87 ± 2,01  33,42 ± 1,28  58,54 ± 2,17  38,25 ± 2,09  30,60 ± 1,78
15 40,52 ± 1,18  44,76 ± 1,09  76,81 ± 2,06  50,67 ± 1,50  44,87 ± 0,98
20 49,91 ± 2,54  68,68 ± 2,07  85,82 ± 1,14  64,06 ± 1,41  61,40 ± 2,22
25 67,89 ± 1,94  83,28 ± 1,96  88,61 ± 1,17  79,27 ± 1,72  75,61 ± 2,05
30 82,19 ± 1,44  93,11 ± 1,50  94,87 ± 0,42  92,55 ± 1,64  90,94 ± 0,99
45 89,53 ± 1,31  98,98 ± 0,34  97,86 ± 1,83  99,01 ± 0,58  96,88 ± 0,35
60 97,81 ± 0,99  99,10 ± 0,33  99,63 ± 0,71  99,73 ± 0,75  97,02 ± 0,52
Keterangan: FP1 = Formula tablet parasetamol dengan konsentrasi pati talas 5
FP2 = Formula tablet parasetamol dengan konsentrasi pati talas 10 FP3 = Formula tablet parasetamol dengan konsentrasi pati talas 15
FP4 = Formula tablet parasetamol dengan konsentrasi primojel 4 FP5 = Formula tablet parasetamol dengan konsentrasi amilum manihot 10
4.3.8.3 Tablet antalgin
Dari  hasil  uji  disolusi  tablet  antalgin  yang  dapat  dilihat  pada  Tabel  4.12 diketahui  bahwa  persen  kumulatif  antalgin  yang  terlarut  pada  menit  ke  30  dari
Universitas Sumatera Utara
72
F11 F12
F13 F14
F15
k u
m ula
tif
formula  FA1  sebesar  101,66,  formula  FA2   sebesar  99,85,  formula  FA3 sebesar   100,27,   formula   FA4   sebesar   101,24   dan   formula   FA5   sebesar
100,75.
Profil Disolusi Tablet Antalgin
120 100
80
FA1 FA2
60
FA3 FA4
40
FA5
20
0             5            10           15           20           25           30           45           60
Waktu menit
Gambar 4.14    Disolusi  tablet  antalgin  dengan  jenis  dan  persentase  disintegran
yang berbeda dalam HCl 0,1 N Data tersebut menunjukkan bahwa pada menit ke 30 antalgin telah terlarut
sempurna. Namun dilihat pada menit ke 25 antalgin  yang paling cepat larut  yaitu FA4FA1FA5FA2FA3.  Formula  FA1  menggunakan  pati  talas  5
menunjukkan  bahwa  antalgin  yang  terlarut  pada  menit  ke  25  tersebut  lebih  cepat dibanding FA2  menggunakan  pati  talas  10 dan  FA3  menggunakan  pati  talas
15.  Dengan  demikian,  potensi  pati  talas  sebagai  disintegran  pada  pembuatan tablet  antalgin  secara  granulasi  basah  memberikan  hasil  yang  terbaik  pada
konsentrasi 5. Hal ini sesuai dengan waktu hancurnya dimana penggunaan pati
Universitas Sumatera Utara
73 talas  sebagai  disintegran  pada  konsentrasi  5  waktu  hancurnya  lebih  cepat
dibanding  dengan  konsentrasi  10  dan  15.  Menurut  Siregar  dan  Wikarsa 2010, bentuk sediaan tablet yang diberikan secara per oral masuk dan berada di
saluran  cerna  dalam  bentuk  sediaan  solid  harus  terdisintegrasi  terlebih  dahulu, kemudian  zat  aktif  terlarut  dalam  media  cair.  Dengan  demikian,  waktu  hancur
juga  mempengaruhi kecepatan disolusi  suatu tablet.  Profil  disolusi  tablet antalgin dapat dilihat pada Gambar 4.14 di atas.
Tabel 4.12 Hasil uji disolusi tablet antalgin
Waktu menit
Persentase kumulatif antalgin yang terlepas FA1
FA2 FA3
FA4 FA5
5 23,38 ± 2,06  15,40 ± 0,98  22,33 ± 1,52  24,28 ± 2,45  19,69 ± 1,10
10 45,40 ± 1,27  38,16 ± 1,29  40,58 ± 0,99  50,42± 1,64  42,08 ± 1,72
15 70,51 ± 2,12  60,28 ± 1,39  65,05 ± 1,32  71,07 ± 2,08  69,58 ± 1,31
20 81,76 ± 1,53  78,19 ± 1,11  75,31 ± 1,40  88,47 ± 1,84  83,17 ± 1,71
25 97,40 ± 1,36  92,06 ± 1,52  90,07 ± 1,39  98,23 ± 1,45  96,24 ± 1,15
30 101,66 ± 1,11  99,85 ± 1,15  100,27 ± 1,46 101,24 ± 0,97 100,75 ± 1,24
45 101,57± 1,16  99,85 ± 1,10  100,21 ± 1,49 101,24 ± 1,02 100,69 ± 1,23
60 101,40 ± 1,24  99,70 ± 1,19  100,09 ± 1,49  101,09 ± 0,97 100,60 ± 1,27
Keterangan: FA1 = Formula tablet antalgin dengan konsentrasi pati talas 5
FA2 = Formula tablet antalgin dengan konsentrasi pati talas 10 FA3 = Formula tablet antalgin dengan konsentrasi pati talas 15
FA4 = Formula tablet antalgin dengan konsentrasi primojel 4 FA5 = Formula tablet antalgin dengan konsentrasi amilum manihot 10
Universitas Sumatera Utara
74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  pati  talas  yang  digunakan  sebagai disintegran  pada  pembuatan  tablet  kalsium  laktat  secara  cetak  langsung,  serta
tablet parasetamol dan tablet antalgin yang dibuat dengan metode granulasi basah, pada  pembuatan  tablet  kalsium  laktat  secara  cetak  langsung  menunjukkan
potensinya  sebagai  disintegran  lebih  baik  dibandingkan  dengan  metode  granulasi basah.
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  pada  pembuatan  tablet  parasetamol yang  bersifat  hidrofob  dan  antalgin  yang  bersifat  hidrofil,  sifat  zat  aktif  dari
sediaan  tablet  tersebut  yang  dibuat  dengan  metode  yang  sama  yaitu  secara granulasi  basah  memberikan  pengaruh  terhadap  potensi  pati  talas  sebagai
disintegrannya. Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  pada  konsentrasi  15  penggunaan
pati  talas  sebagai  disintegran  pada  pembuatan  tablet  kalsium  laktat  secara  cetak langsung  memberikan  hasil  yang  terbaik,  pada  pembuatan  tablet  parasetamol
secara granulasi basah juga memberikan hasil yang terbaik pada konsentrasi 15, sedangkan pada pembuatan tablet antalgin secara granulasi basah penggunaan pati
talas  sebagai  disintegran  pada  konsentrasi  5  justru  memberikan  hasil  yang terbaik.
Universitas Sumatera Utara