Klasifikasi Parkinson Patologi dan Patofisiologi Terapi Obat

Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009. 6. Berhenti merokok. Merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya spondylosis. http:www.qvida.co.idindex.phpnewsdetil119

2.3 Parkinson

Parkinson mencakup berbagai kondisi dengan beragam etiologi dengan gejala klinik yang serupa atau hampir serupa. Kriteria yang menggolongkannya kedalam sindrom parkinson ialah adanya rigiditas, tremor, dan bradikinesia; gejala yang dapat dijumpai pada banyak penyakit neurologi kronis dan dapat pula dicetuskan oleh obat tertentu atau toksin tertentu. Johnson dan kawan-kawan mengemukakan bahwa diagnosis klinis penyakit parkinson dapat ditegakkan bila dijumpai sekurang-kurangnya 2 dari 4 gejala berikut, yaitu: tremor, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural.

2.3.1 Klasifikasi Parkinson

Penyakit parkinson dapat dibagi atas 3 bagian besar, yaitu: 1. Primer atau idiopatik Merupakan bentuk parkinson yang paling sering dijumpai, yang sering disebut sebagai paralisis agitans. Kira-kira 7 dari 8 kasus Parkinson termasuk jenis ini. 2. Sekunder atau simtomatik Pada jenis ini, penyebab penyakit dapat diketahui. Berbagai kelainan atau penyakit dapat mengakibatkan sindrom parkinson, diantaranya ialah arterosklerosis, anoksia atau iskemia serebral, obat-obatan zat toksik, penyakit ensefalitis viral, sifilis meningo-vaskular, pasca ensefalitis 3. Paraparkinson atau ’Parkinson Plus’ Pada kelompok ini, gejala parkinson hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakir secara keseluruhan. Dari segi terapi dan prognosis perlu Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009. dideteksi penyakit ini, yang misalnya didapat penyakit Wilson, Hutington, sindrom Shy Drager, Hidrosefalus normotesif.

2.3.2 Patologi dan Patofisiologi

Gejala utama sindrom Parkinson adalah bradikinesia, rigiditas dan tremor, yang sebagian disebabkan oleh tidak seimbangnya aktivitas sistem motor alfa dengan motor gamma. Didapatkan depresi aktivitas gamma dan peningkatan aktivitas alfa. Saat ini belum dapat diungkapkan dengan baik bagaimana berkurangnya dopamin distriatum sehingga menyebabkan tremor, rigiditas dan akinesia. Pandangan saat ini menekankan pentingnya ganglia basal dalam menyususn rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam melakukan gerakan, dan bagian yang diperankan oleh serebelum ialah mengevaluasi informasi yang didapat sebagai umpan balik mengenai pelaksanaan gerakan. Dasar patologinya mencakup lesi di ganglia basal kaudatus, putamen, palidum, nukleus subtalamus dan batang otak substantia nigra, nukleus rubra, lokus seruleus.

2.3.3 Terapi Obat

Sindrom parkinson dapat dianggap sebagai keadaan dimana didapatkan insufisiensi relatif dari dopamin disusunan saraf pusat. Sistem dopaminergik serebral tertekan dan didapatkan ketidakseimbangan aktivitas dan interaksi antara sistem dopaminergik dengan sistem lain diotak. Mungkin interaksi mayor ialah antara jalur nigrostriatal yang dopaminergik dengan jalur polidotalamus yang kholinergik. Namun, integrasi refleks diganglia basal sangat kompleks dan sistem lainnya yang dipengaruhi zat Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009. biokimiawi masih ada yang terlibat dalam patogenesis sindrom Parkinson. Saat ini terapi obat terutama ditujukan untuk memperbaiki sistem dopaminergik di otak. Contoh obat-obat yang diberikan ialah: 1. Levodopa 2. Inhibitor dopa dekarboksilasi dan levodopa 3. Bromokriptin 4. Obat antikolinergik 5. Antihistamin 6. Amantadin Symmetrel 7. Selegilline suatu inhibitor MAO jenis B Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia Editor : Harsono, 1996 Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.

BAB III STUDI KASUS

Studi Kasus Oleh Trisna Kurnia, S.Farm. 3.1 Identitas Pasien Nama : RS Jenis KelaminUmur : Perempuan 59 tahun AgamaSuku : Kristen Batak Status perkawinan : Kawin Pekerjaan : Pensiunan PNS Tanggal Masuk RS : 18 Pebruari 2009, Pukul 17.45 WIB Jenis Pelayanan : ASKES No. Rekam Medik : 64-96-36 Ruangan : Lantai VI ruang 602 Alamat : Jln. Kapten Muslim Gg. Perrtama No. 28 Medan Helvetia

3.2 Keadaan Pasien Sewaktu Masuk RSU Dr. Pirngadi Kota Medan

Pasien masuk ke Rumah Sakit Dr. Pirngadi Kota Medan pada tanggal 18 Pebruari 2009 jam 17.45 WIB dalam keadaan sadar, dengan kondisi fisik lemah, mengalami vertigo, tangan bergetar dan kebas-kebas, serta seluruh tubuh lemah. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter, diketahui bahwa pasien memiliki tekanan darah yang tinggi yaitu 150100 mmHg, sedangkan denyut nadi pasien rendah yaitu 68 kalimenit. Dokter menyimpulkan diagnosa sementara pasien adalah Stroke + Vertigo + Parkinson.