Pilihan Pengobatan TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pilihan Pengobatan

Masalah kesehatan masyarakat termasuk penyakit ditentukan oleh 2 faktor utama, yaitu faktor perilaku seperti pergi ke apotek membeli obat dan non perilaku fisik, sosial, ekonomi, politik. Oleh karena itu upaya penanggulangan masalah kesehatan masyarakat juga dapat ditujukan pada kedua faktor utama tersebut. Upaya intervensi terhadap faktor non perilaku seperti : upaya pemberantasan penyakit menular, penyediaan sarana air bersih, pembuangan tinja dan penyediaan pelayanan kesehatan. Sedangkan upaya intervensi terhadap faktor perilaku dilakukan melalui 2 pendekatan, yaitu: a. Pendidikan Education Pendidikan adalah upaya pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan didasarkan kepada pengetahuan dan kesadarannya terhadap proses pembelajaran. Sehingga perilaku tersebut diharapkan berlangsung lama dan menetap karena didasari oleh kesadaran. b. Paksaan atau tekanan Paksaan dilakukan kepada masyarakat agar mereka melakukan tindakan- tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.Tindakan atau perilaku sebagai hasil tekanan ini memang cepat tetapi tidak akan bertahan Universitas Sumatera Utara lama karena tidak didasari pada pemahaman dan kesadaran untuk apa mereka berperilaku sepert itu. Jadi dari kedua pendekatan itu, maka pendekatan pendidikanlah paling tepat sebagai upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat melalui faktor perilaku Notoatmodjo, 2005. Promosi kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan perilaku tersebut. Ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu: 1. Faktor predisposisi Faktor - faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan dan sikap seseorang masyarakat tersebut terhadap apa yang dilakukan. 2. Faktor pemungkin atau pendukung Faktor pemungkin atau pendukung perilaku adalah fasilitas, sarana atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang masyarakat. Misalnya seorang ibu berobat ke rumah sakit dan diberi resep oleh dokter. Fasilitas berobat seperti rumah sakit dan apotek. Dalam hal ini pengetahuan dan sikap saja belum menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan sarana atau fasilitas untuk memungkinkan atau mendukung perilaku tersebut. 3. Faktor penguat Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya faktor penguat bagi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Peraturan, Universitas Sumatera Utara undang-undang, surat keputusan dari pejabat pemerintah pusat atau daerah merupakan faktor penguat perilaku Notoatmodjo, 2005. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Hal ini adalah sangat tepat dikumandangkan ditengah berkembangnya berbagai macam penyakit, pola hidup sehat mutlak dilakukan agar penyakit tak mudah menyerang. Ada kalanya upaya belum maksimal, tetapi penyakit lebih dulu menghampiri Anonim,2008. Orang yang mempersepsikan penyakitnya sebagai penyakit ringan cenderung untuk memilih pengobatan sendiri self medication dengan membeli obat di toko obat atau apotek. Orang yang mengganggap penyakit mereka serius, apabila dalam tiga hari sampai seminggu tidak sembuh maka mereka cenderung untuk memilih pergi ke dokter atau pelayanan kesehatan lain. Mereka yang mempersepsikan bahwa pengobatan profesional sulit untuk dijangkau, mahal dan tidak efektif cenderung untuk beralih ke pengobatan sendiri dan pengobatan alternatif Nasiruddin, 2009. Dalam sistem penyelenggaraan kesehatan, pengobatan sendiri self- medication menjadi upaya utama dan terbesar yang dilakukan masyarakat Sukasediati, 1999. Menurut World Health Organization WHO swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat, baik obat modern maupun obat tradisional oleh seseorang untuk mengobati penyakit atau gejalanya yang dapat dikenali sendiri WHO, 1998. Salah satu peran farmasis dalam pengobatan sendiri yaitu sebagai komunikator, dimana farmasis harus memberikan informasi yang cukup tentang pengobatan pasien FIP, 1999; WHO, 1998. Universitas Sumatera Utara

2.2 Pengobatan Sendiri

Dokumen yang terkait

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIKA ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI APOTEK (Studi Terhadap Pasien di Beberapa Apotek Kecamatan Sukun, Kota Malang)

1 6 22

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN SENDIRI PADA MASYARAKAT Gambaran Penggunaan Obat Tradisional Untuk Pengobatan Sendiri Pada Masyarakat Di Desa Jimus Polanharjo Klaten.

1 3 13

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN SENDIRI PADA MASYARAKAT Gambaran Penggunaan Obat Tradisional Untuk Pengobatan Sendiri Pada Masyarakat Di Desa Jimus Polanharjo Klaten.

0 1 15

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK ANTIPIRETIK SEBAGAI UPAYA PENGOBATAN SENDIRI Evaluasi Penggunaan Obat Analgetik Antipiretik Sebagai Upaya Pengobatan Sendiri Di Kelurahan Pondok Karanganom Klaten.

0 1 11

PENDAHULUAN Evaluasi Penggunaan Obat Analgetik Antipiretik Sebagai Upaya Pengobatan Sendiri Di Kelurahan Pondok Karanganom Klaten.

6 74 9

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK ANTIPIRETIK SEBAGAI UPAYA PENGOBATAN SENDIRI Evaluasi Penggunaan Obat Analgetik Antipiretik Sebagai Upaya Pengobatan Sendiri Di Kelurahan Pondok Karanganom Klaten.

0 2 15

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL DALAM PENGOBATAN SENDIRI DI INDONESIA

0 0 8

POLA PENGGUNAAN OBAT, OBAT TRADISIONAL DAN CARA TRADISIONAL DALAM PENGOBATAN SENDIRI DI INDONESIA

0 0 7

PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL DALAM UPAYA PENGOBATAN SENDIRI Dl INDONESIA (ANALISIS DATA SUSENAS TAHUN 2007)

0 1 10

PEMAHAMAN PASIEN TERHADAP PENGGUNAAN OBAT DISLIPIDEMIA YANG DIRESEPKAN DI APOTEK X

0 0 24