2.2 Pengobatan Sendiri
Dewasa ini masyarakat sudah lebih menyadari tanggung jawabnya atas kesehatan diri dan keluarga. Di mana-mana dirasakan kebutuhan akan penyuluhan
yang jelas dan tepat mengenai penggunaan secara aman dari obat-obatan yang dapat dibeli bebas di Apotek guna melakukan pengobatan sendiri Tan, dkk.,
1993. Lebih dari 60 anggota masyarakat melakukan pengobtan sendiri, dan 80 mengandalkan obat modern Wulandari, 2010.
Pengobatan sendiri adalah tindakan pemilihan dan penggunaan obat- obatan oleh individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali
sendiri. Pengobatan sendiri didefinisikan sebagai tindakan penggunaan obat- obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif mereka sendiri.
Keuntungan pengobatan sendiri yaitu praktis, ekonomis, mudah diperoleh, efisien, aman apabila digunakan sesuai petunjuk. Kerugiannya yaitu kurangnya
pengetahuan tentang obat yang dapat menimbulkan efek samping dari obat tidak mengetahui tidak memperhatikan peringatan dan kontra indikasi, interaksi obat
salah diagnosa, salah memilih terapi.
Pengobatan sendiri merupakan upaya pengobatan yang mengacu pada kemampuan sendiri, tanpa petunjuk dokter atau tenaga medis, untuk mengatasi
sakit atau keluhan penyakit ringan dengan menggunakan obat-obat yang di rumah atau membeli langsung ke toko obat atau apotek.
Apotek adalah sarana kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker PP no. 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 13. Yang dimaksud praktek
Universitas Sumatera Utara
kefarmasian tersebut meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional PP no. 51 tahun 2009 pasal
1 ayat 1. Keberadaan apotek turut membantu pemerintah dalam memelihara dan menjaga kesehatan masyarakat. Peran profesi seorang apoteker di apotek adalah
melaksanakan kegiatan Pharmaceutical Care atau asuhan kefarmasian. Salah satu tujuan utama asuhan kefarmasian adalah meningkatkan kualitas hidup pasien
Anonim, 2009.
Penerapan asuhan kefarmasian yang baik atau GPP Good Pharmaceutical Practice di apotek telah diatur dalam Permenkes 1027 tahun 2004. Dalam PP no.
51 Pasal 21 ayat 2 juga sudah dipaparkan, bahwa yang boleh melayani pemberian obat berdasarkan resep adalah apoteker. Secara tidak langsung tersirat bahwa
apoteker harus selalu ada di apotek untuk melakukan asuhan kefarmasian.
Apoteker sendiri telah diberi kewenangan untuk melakukan pengobatan sendiri kepada orang yang datang ke apotek. Pasien menyampaikan keluhan dan
gejala yang dirasakan, kemudian Apoteker menginterpretasikan penyakitnya lalu memilihkan obat yang sesuai dengan keluhannnya atau merujuk ke pelayanan
kesehatan lain rumah sakit, laboratorium, dokter spesialis, dan lain-lain. Obat yang diberikan Apoteker meliputi obat wajib apotek OWA, dengan ketentuan dan
batasan yang tercantum dalam daftar OWA 1 dan OWA 2, obat bebas terbatas, dan obat bebas. Apoteker hendaknya membuat catatan pasien serta obat yang
diserahkan, serta memberikan informasi penting tentang dosis, cara pakai, kontra
Universitas Sumatera Utara
indikasi, dan efek samping yang perlu diperhatikan oleh pasien Dhadhang, 2008.
Masyarakat lebih memilih membeli obat ke apotek untuk mendapatkan obat-obat untuk pengobatan sendiri. Masyarakat semakin terdidik dan kritis dalam
memilih layanan kesehatan dan jenis-jenis obat sehingga kebutuhan untuk mendapatkan informasi tentang obat menjadi lebih tinggi. Masyarakat punya hak
dalam memilih dari sekian banyak jenis obat yang telah diresepkan dokter Anonim, 2007.
Upaya masyarakat melakukan pengobatan sendiri dinilai seperti pedang bermata dua, apabila tidak dengan tepat dilakukan. Di satu sisi akan mengurangi
beban pelayanan di puskesmas atau rumah sakit. Namun di sisi lain bila obat yang digunakan adalah obat-obat yang termasuk dalam daftar G obat keras seperti
antibiotika, antidiabetes, hormon dan antihipertensi tanpa pengetahuan yang memadai akan menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan. Begitu juga dengan
pemakaian obat daftar W bebas terbatas seperti analgetika, antipiretika dan obat batuk dalam jangka lama juga dapat menimbulkan efek samping yang merugikan
Cermin Dunia Kedokteran No. 125, 1999.
Untuk pemakaian obat antibiotika dianjurkan untuk tidak menggunakannya dalam pengobatan sendiri karena pemakaian antibiotika yang
tidak tepat dengan dosis yang rendah, pemakaian dalam jangka waktu yang lama, yang sudah rusak atau kadaluwarsa menimbulkan terjadinya resistensi atau
superinfeksi bahkan timbulnya alergi ataupun syok anafilaksis pada individu tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Pengobatan sendiri mempunyai beberapa dampak positif diantaranya
masyarakat dapat mengatasi masalah kesehatannya secara dini. Keberhasilannya akan mengurangi beban pusat-pusat pelayanan kesehatan, biaya yang dikeluarkan
relatif lebih murah, serta memberi kesempatan kepada banyak pihak untuk terlibat dalam bisnis obat.
Ada beberapa aspek yang perlu diwaspadai agar pengobatan sendiri dapat dilakukan secara bermutu yaitu tepat, aman, dan rasional. Garis besarnya adalah
sebagai berikut:
a. Kenali gejala penyakit atau keluhan kesehatan yang diderita. b. Tentukan obat yang dibutuhkan untuk mengatasi keluhan tersebut yaitu
Pilih produk dengan formula yang paling sederhana dengan
memperhatikan komposisi dan dosis. Secara umum komposisi tunggal lebih dianjurkan.
Pilih obat yang mengandung dosis efektif, serta mencantumkan komposisi
dan jumlahnya.
Dianjurkan menggunakan produk generik bila tersedia.
Berhati-hatilah terhadap iklan yang melebihkan efek obat dibanding produk sejenis yang lain.
Perhatian khusus harus diberikan untuk pemberian pada anak-anak,
terutama mengenai dosis, bentuk sediaan, dan rasa. c. Perhatikan waktu penggunaan obat dengan kesembuhan atau berkurangnya
keluhan penyakit, bila dalam beberapa hari tidak terdapat perubahan sebaiknya meminta bantuan dokter atau tenaga medis lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Untuk melindungi masyarakat dari resiko penggunaan obat yang tidak tepat, pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan perundang-undangan
berkaitan dengan pengobatan sendiri. Pengobatan sendiri hanya boleh menggunakan obat yang termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas.
Tanda golongan obat harus tercantum pada setiap kemasan obat. S
emua obat bebas dan obat bebas terbatas wajib mencantumkan keterangan tentang
kandungan zat berkhasiat, kegunaan, aturan pakai, dan pernyataan lain yang diperlukan dalam setiap kemasan. Semua kemasan obat bebas terbatas wajib
mencantumkan” apabila sakit berlanjut segara hubungi dokter”
Pendidikan menentukan seseorang dalam memilih pengobatan untuk dirinya. Semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak pula dia
berusaha untuk mengobati dirinya sendiri. Seperti orang-orang di pedesaan yang sama sekali tidak pernah menerima pendidikan, berusaha untuk mengobati
dirinya sendiri, kalau mengalami sakit. Sedangkan mereka yang pernah mendapatkan pendidikan lebih baik akan terlihat persentasenya lebih kecil.
Demikian juga di perkotaan. Semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak yang memilih cara pengobatan sendiri itu. Hal
pemberian obat-obat resep dokter ini perlu sekali diperhatikan, karena sekarang ini obat-obatan dapat diperoleh dengan bebas. Akibatnya masyarakat di daerah
pedesaan dengan tingkat pendidikan yang rendah bisa menjadi korban pemakaian yang tidak benar dari obat-obatan tersebut.
Peningkatan pengetahuan masyarakat dalam masalah kesehatan ini, khususnya dalam masalah penggunaan obat-obatan, harus ditingkatkan terus
Universitas Sumatera Utara
menerus. Peranan petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan sangatlah besar, sehingga masyarakat yang tidak mengetahui tentang obat bebas yang
dipergunakannya dapat diminimalisasi. Dengan demikian mereka tidak akan menjadi korban dari kesalahan sendiri dalam mempergunakan obat-obat tersebut.
2.3 Penggunaan Obat Dalam Pengobatan Sendiri