BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Menurut data World Health Organization 2008, kanker merupakan penyebab utama mortalitas di dunia. Angka ini adalah sekitar 13 dari seluruh
penyebab mortalitas dan diperkirakan sekitar 7,9 juta kematian pada tahun 2007 dan 72 terjadi di negara berpendapatan rendah menengah. Jenis kanker
tersering penyebab mortalitas tiap tahunnya adalah kanker paru 1,4 juta mortalitastahun, lambung 866,000 mortalitastahun, kolon 677,000
mortalitastahun, hepar 653,000 mortalitastahun dan payudara 548,000 mortalitastahun. Mortalitas akibat kanker di seluruh dunia diperkirakan akan
terus meningkat dan pada tahun 2030 angka mortalitasnya dapat mencapai 12 juta Global Burden of Cancer, 2009.
Pada sebuah penelitian epidemiologi, diperkirakan akan terjadi peningkatan 99 penderita kanker pada tahun 2010 di negara berkembang
dibandingkan pada tahun 1985. Di Indonesia, masalah penyakit kanker terlihat lonjakan yang luar biasa. Dalam jangka waktu 10 tahun, terlihat bahwa peringkat
kanker sebagai penyebab kematian naik, dari peringkat dua belas menjadi peringkat enam. Setiap tahun diperkirakan terdapat 190 ribu penderita baru
Dinas Kesehatan Bone Bolango, 2007. Kanker yang merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal sering merusak sistem kekebalan tubuh Dinas Kesehatan
Bone Bolango, 2007. Namun dalam kebanyakan kasus kanker maupun terapi
Universitas Sumatera Utara
kanker itu sendiri yang menyebabkan penurunan sistem imun yang disebut sebagai immunosupresi dan meningkatkan resiko pasien terkena infeksi
American Cancer Society, 2009. Pengobatan dengan menggunakan radiasi dan zat sitotoksik dapat menyebabkan berkurangnya jumlah sel limfosit dan
menurunnya sistem imunologi pasien kanker. Sekitar 90 penderita kanker meninggal karena infeksi dan trombosis Harryanto, 2004.
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kejadian infeksi pada penderita kanker antara lain adalah karena adanya luka lecet atau erosi pada
kanker yang menyebabkan terbukanya kulit atau lapisan mukosa yang merupakan benteng pertahanan tubuh barrier yang melindungi tubuh dari dunia
luar seperti pada kanker kulit, usus, leher rahim, kepala dan leher. Infeksi juga dapat terjadi karena adanya sumbatan akibat tekanan atau pertumbuhan kanker,
seperti pada kanker paru, prostat dan saluran cerna. Selain itu, infeksi dapat terjadi karena penurunan daya tahan tubuh, tindakan pembedahan, tindakan
diagnostik invasif, pemberian pengobatan suportif seperti pemberian makanan melalui infus, transfusi darah dan juga karena pemberian kemoterapi maupun
radioterapi Soedarso, 2009. Sebagian besar infeksi pada pasien kanker terjadi di kulit atau usus.
Berdasarkan American Cancer Society, 2009 jenis protozoa usus yang sering menyebabkan infeksi pada pasien kanker termasuk Cyclospora, Isospora,
Microspora dan Cryptosporidia. Gejala yang paling menonjol pada pasien ini adalah diare berair di mana menurut National Cancer Institute’s NCI’s
Common Toxicity Criteria, rata-rata 50-80 pasien kanker yang menjalani pengobatan kemoterapi menderita diare tingkat 3 berat dan 4 life threatening.
Pada umumnya, diare berair yang disebabkan oleh protozoa ini adalah self limiting dan tidak berbahaya kecuali pada pasien yang imunosupresi dan
immunocompromise. Diare yang berkelanjutan pada pasien ini dapat
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan dehidrasi berat, obstruksi biliari, pankreatitis dan kematian Greene, J.N., 2004.
Untuk mendiagnosis pasien yang terinfeksi protozoa perlu dilakukan pemeriksaan tinja dengan mendeteksi oosit pada tinjanya. Modified acid fast
stain dapat digunakan secara rutin untuk menemukan oosit Cryptosporidium, Cyclospora, dan Isospora Chacon, C.E. dan Mitchell, D.K.
Berdasarkan paparan di atas dapat dilihat pentingnya deteksi jenis protozoa usus yang infeksi pasien kanker. Hal ini adalah supaya dapat mencegah
infeksi ataupun memberikan terapi awal dan mengurangi insidensi mortalitas akibat infeksi pada pasien imunosupresi ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH