Ini berarti orang-orang yang kekurangan gizi lebih mungkin untuk mendapatkan infeksi. Orang dengan kanker sering memiliki gizi buruk karena berbagai alasan.
Sebagai contohnya, kanker itu sendiri mungkin menyebabkan pasien sulit untuk makan atau mencerna makanan. Hal ini biasa terjadi pada orang dengan kanker
sistem pencernaan, mulut, atau tenggorokan. Selain itu, perawatan kanker, seperti terapi radiasi dan kemoterapi, dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan dan
mual. Di samping itu, pemulihan dari operasi meningkatkan kebutuhan tubuh akan nutrisi.
2.3 Infeksi opurtunistik pada pasien kanker 2.3.1 Definisi infeksi opurtunistik
Infeksi opurtunistik IO adalah infeksi yang disebabkan oleh patogen bakteri, virus, jamur atau protozoa yang menyebabkan penyakit hanya ketika
sistem kekebalan inang terganggu. Pada pasien kanker, IO sering disebabkan oleh kuman yang tinggal di kulit, usus dan lingkungan American Cancer
Society, 2009.
2.3.2 Jenis-jenis infeksi opurtunistik pada pasien kanker 2.3.2.1 Bakteri
Beberapa bakteri yang sering menyebabkan infeksi pada pasien kanker termasuk Lyman, G.H. dan Crawford, J., 2008 :
•
Pseudomonas aeruginosa
Universitas Sumatera Utara
•
Klebsiella pneumonia
•
Escherichia coli E. coli
•
Salmonella
•
Clostridium difficile
•
Staphylococcus aureus
•
Staphylococcus epidemidis
•
Streptococcus viridans
•
Pneumococcus
•
Enterococcus
2.3.2.2 Virus
Beberapa virus pada orang dengan jumlah sel darah putih yang rendah CancerHelp UK, 2009 :
•
Varicella zoster VZV, virus yang menyebabkan cacar air dan herpes zoster
•
Herpes simplex HSV, virus yang menyebabkan luka herpes genital dingin
•
Cytomegalovirus CMV
•
Influenza virus
•
Human respiratory syncytial virus RSV
2.3.2.3 Jamur
Jamur yang umumnya menginfeksi pasien kanker American Cancer Society,2009 :
•
Pneumocystis jirovecii sebelumnya dikenal sebagai P. carinii
•
Candida
•
Aspergillus
•
Kriptokokus
Universitas Sumatera Utara
•
Histoplasma
•
Coccidioides
2.3.2.4 Protozoa
Protozoa merupakan hewan bersel tunggal, berinti sejati eukariotik dan tidak memiliki dinding sel. Protozoa berasal dari kata protos yang berarti pertama
dan zoom yang berarti hewan sehingga disebut sebagai hewan pertama. Ukurannya 1000 mikron dan merupakan organisme mikroskopis bersifat
heterotrof. Tempat hidupnya adalah tempat yang basah yang kaya zat organik, air tawar atau air laut sebagai zooplakton, beberapa jenis bersifat parasit dan
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan ternak. Protozoa memiliki alat gerak yaitu ada yang berupa kaki semu, bulu getar silia atau bulu cambak
flagela. Beberapa protozoa memiliki fase vegetatif yang bersifat aktif yang disebut tropozoit dan fase dorman dalam bentuk sista. Tropozoit akan aktif
mencari makan dan berproduksi selama kondisi lingkungan memungkinkan. Jika kondisi tidak memungkinkan kehidupan tropozoit maka protozoa akan
membentuk sista. Sista merupakan bentuk sel protozoa yang terdehidrasi dan berdinding tebal mirip dengan endospora yang terjadi pada bakteri. Pada saat
sista protozoa mampu bertahan hidup dalam lingkungan kering maupun basah. Pada umumnya berkembang biak dengan membelah diri EDU2000, 2008.
Protozoa umum yang sering menyebabkan penyakit serius pada pasien kanker termasuk American Cancer Society,2009 :
•
Toxoplasma gondii
•
Cryptosporidium
•
Cyclospora
•
Isospora
Universitas Sumatera Utara
Protozoa usus yang sering kali menyebabkan komplikasi pada pasien imunodefisiensi seperti pasien kanker ialah spore-forming protozoa seperti :
•
Cryptosporidium parvum
•
Isospora belli
•
Cyclospora cayetanensisc
•
Microsporidium spp
Infeksi daripada protozoa usus ini diasosiasi dengan alterasi substansial pada struktur dan fungsi usus. Namun, patogenesis terjadinya diare pada pasien yang
terinfeksi belum pasti. Biasanya infeksi protozoa ini dapat memicu pengeluaran sitokin Interleukin 8 oleh sel epitel yang akan mengaktivasi fagosit ke lamina
propria. Fagosit yang diaktifkan ini akan mengeluarkan faktor solubel yang dapat meningkatkan sekresi klorida dan air serta menghambat absorbsi. Mediator lain
seperti prostaglandin dan leukotrien pula bertindak pada saraf enterosit dan memicu sekresi usus. Kerusakan enterosit akibat invasi dan multiplikasi parasit
ini mengakibatkan distorsi struktur vilus dan diasosiasi dengan malabsorbsi serta diare osmotik Chacon, C.E., 2009.
Pada penderita immunocompromised, infeksi opurtunistik parasit usus memainkan peranan yang besar dalam menyebabkan diare kronik yang disertai
dengan penurunan berat badan Hammouda NA, et al, 1996. Manifestasi klinis yang sering ditunjukkan oleh pasien terinfeksi protozoa pembentuk spora ini
adalah diare akut, kram perut, demam ringan, mual, dehidrasi serta penurunan berat badan akibat malabsorbsi. Diare pada pasien imunodefisiensi ini lebih
sering, lama, dan sulit ditangani dibandingkan dengan pasien yang sistem kekebalannya normal. Infeksi daripada parasit ini hanya dapat ditegakkan
diagnosanya dengan pemeriksaan tinja di mana sering dilakukan skrining untuk temukan oosit dan spora. Acid fast stain digunakan untuk melihat oosit
Universitas Sumatera Utara
Cryptosporidium, Cyclospora, dan Isospora pada tinja dan aspirasi duodenal. Cryptosporidium dan Isospora dapat juga diidentifikasi pada biopsi intestinal
dengan mikroskop cahaya. Leukosit dan eritrosit yang tidak dapat ditemukan pada tinja membantu membedakan daripada diare yang disebabkan oleh bakteria
dan protozoa invasif seperti amoeba Goodgame, R.W., 1996 dan American College of Physicians, 2004.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian