Penyakit Menular Seksual PMS

Variabel sikap akan diukur dengan menggunakan kuesioner dengan hasil ukur: bersikap positif dan bersikap negatif.

3. Penyakit Menular Seksual PMS

3.1. Defenisi Penyakit Menular Seksual PMS PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berarti suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual oral, anal atau lewat vagina. PMS juga berarti sebagai penyaakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin, tapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya. Contohnya, baik HIV dan hepatitis B dapat ditularkan melalui hubungan seks tapi keduanya tidak terlalu menyerang alat kelamin. 3.2. Epidemiologi Penyakit kelamin veneral diseases sudah lama dikenal dan beberapa diantaranya sangat popular di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan , seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat, banyak ditemukan penyakit – penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexually transmitted diseases STD atau Penyakit Menular Seksual PMS. Peningkatan insiden PMS dan penyebarannya di seluruh dunia, tidak dapat diperkirakan secara tepat. Di beberapa Negara disebutkan bahwa Universitas Sumatera Utara pelaksanaan program penyuluhan yang intensif akan menurunkan insiden PMS atau paling tidak insidennya relatif tetap. Namun demikian, di sebagian besar Negara insiden PMS relative masih tinggi dan setiap tahun beberapa juta kasus baru beserta komplikasi medisnya antara lain kemandulan, kecacatan, gangguan kehamilan, gangguan pertumbuhan, kanker bahkan juga kematian memerlukan penanggulangan, sehingga hal ini akan meningkatkan biaya kesehatan. Selain itu pola infeksi juga mangglami perubahan, misalnya infeksi klamidia, herpes genital, dan kondilomata akuminata di beberapa negara cenderung meningkat dibanding uretritis gonorea dan sifilis. Beberapa penyakit infeksi sudah resisten terhadap antibiotic, misalnya munculnya galur multiresisten Nesseria gonorrhoeae, Hemophylus ducreyi dan Trichomonas vaginalis yang resisten terhadap metronidazole. Perubahan pola infeksi maupun resistensi tidak terlepas dari faktor- faktor yang mempengaruhinya. Dalam PMS yang dimaksud dengan perilaku resiko tinggi ialah perilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai resiko besar terserang penyakit. Yang tergolong kelompok resiko tinggi adalah : 1. Usia a 20 – 34 tahun pada laki – laki b 16 – 24 tahun pada wanita c 20 – 24 tahun pada kedua jenis kelamin 2. Pelancong 3. Pekerja seksual komersial atau wanita tuna susila Universitas Sumatera Utara 4. Pecandu narkotik 5. Homoseksual 3.3. Jenis Penyakit Menular Seksual Dengan Penyebab Bakteri 3.3.1. Gonore Gonore adalah Infeksi akut yang disebabkan bakteri neiserria gonorrhoe gonococcus berbentuk menyerupai kacang buncis, hanya tumbuh pada membran yang lembab dan hangat, antara lain: anus dan genetalia. Masa inkubasi gonore antara 2-10 sekitar 2 mingguhari terhitung setelah penderita terinfeksi pertama kali. Adapun gejala gonore secara umum : pengeluaran sekret purulent, disuria, malaise, sakit kepala dan limpadenopati regional. Pada wanita tidak menunjukkan adanya gejala fisik sampai pada fase nyeri pada punggung, nyeri abdomen dan panggul PID, cervix dan kelenjar bartolini tampak bengkak. Sebagian pria yang terinfeksi menunjukkan gejala sbb : bau busuk pada area genetalia, sekresi cairan pekat yang menetes ujung penis dan rasa perih ketika BAK. Infeksi gonore terjadi melalui kontak fisik seksual secara langsung tanpa pemakaian “pelindung” dan mengabaikan seks yang aman. Penegakan diagnosa gonore melalui pemeriksaan sampel yang diambil dari: spesimen dari mukosa mulut, saluran kemih, cervix pada wanita, ujung penis yang terbuka pada pria dan saluran anus Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan spons khusus berukuran kecil dimana spons itu akan menyerap cairan spesimen yang nantinya akan diperiksa dan hasil tes biasanya tersedia dalam waktu 1 minggu. Komplikasi gonore: infertilitas, dermatitis, arthritis, endokarditis, myoperikarditis, meningitis bahkan hepatitis. 3.3.2. Klamidia Klamidia merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis infeksi yang disebabkan oleh sejenis bakteri -chlamidia trachomatis yang hidup dan berkembang dalam tubuh. Pada pria : terjadi peradangan pada saluran kencing atau epididymis saluran kecil dan panjang sebagai tempat penyimpan sperma, demam, keluarnya cairan dari penis, rasa sakit atau rasa berat pada kantong buah pelir. Pada wanita: infeksi saluran kemih dan cervix, infeksi ovarium dan tuba fallopii, sekresi cairan abnormal, iritasi gatal pada genetalia, rasa panas saat berkemih, sakit perut bawah hebat dan pendarahan diluar menstruasi. Cara Penularannya Melalui kontak fisik seksual secara langsung tanpa“pelindung” dan tidak menerapkan pola hubungan seks yang sehat dan aman. Komplikasi chlamydia trachomatis yang nyata adalah : infertilitas, radang panggul penyebaran radang cervix pada wanita dan bisa menginfeksi mata pada kasus tertentu. Universitas Sumatera Utara 3.3.3. Sifilis Selama berabad-abad sifilis dianggap sebagai salah satu penyakit menular yang menakutkan dan mematikan. Sifilis didefinisikan sebagai infeksi kronik menular yang disebabkan bakteri troponema pallidum, menginfeksi dan masuk ke tubuh penderita kemudian merusaknya sampai penderita meninggal dunia. Pada kenyataannya sifilis dapat disembuhkan, bahkan ketika telah memasuki tahap akhir sekalipun kerusakan telah terjadi pada tubuh penderita. Masa inkubasi sifilis antara 10-90 hari, dengan gejala: 1. Tahap 1 9-90 hari setelah terinfeksi. Timbul: luka kecil, bundar dan tidak sakit –chancre- tepatnya pada kulit yang terpaparkontak langsung dengan penderita. Chancre hampir selalu muncul di dalam dan sekitar genetalia, anus bahkan mulut. Pada kasus yang tidak diobati sampai tahap 1berakhir, setelah beberapa minggu, chancre akan menghilang tapi bakteri tetap berada di tubuh penderita. 2. Tahap 2 1-2 bulan kemudian, muncul gejala lain: sakit tenggorokan, sakit pada bagian dalam mulut, nyeri otot, demam, lesu, rambut rontok dan terdapat bintil. Beberapa bulan kemudian akan menghilang. Sejumlah orang tidak mengalami gejala lanjutan. Universitas Sumatera Utara 3. Tahap 3 Dikenal sebagai tahap akhir sifilis. Pada fase ini chancre telah menimbulkan kerusakan fatal dalam tubuh penderita. Dalam stase ini akan muncul gejala: kebutaan, tuli, borok pada kulit, penyakit jantung, kerusakan hati,lumpuh dan gila. Tahap letal. Cara Penularan Harus terjadi kontak langsung dengan kulit orang yang telah terinfeksi disertai dengan lesi infeksi sehingga bakteri bisa masuk ke tubuh manusia. Pada saat melakukan hubungan seksual misal bakteri memasuki vagina melalui selaput lendir dalam vagina, anus atau mulut melalui lubang kecil. Sifilis sangat infeksius pada tahap 1 dan 2. selain itu, sifilis juga dapat disebarkan per-plasenta. Ketika penderita menjumpai bintil yang dicurigai chancre, dan mendatangi dokter ahli, maka dokter akan menanyai anamnesa dan menegakkan diagnosa sifilis. Selain itu, dokter akan mengambil sampel cairan dari chancre dan memastikannya. Cara pemeriksaan yang lebih efektif adalahdengan pemeriksaan darah 4 minggu setelah chancre pertama kali muncul. Tes laboratorium penunjang: Veneral Desease Research Laboratory VDRL dan Fluoroscent Treponemal Antibody Absorption FTA-ABS. Universitas Sumatera Utara Komplikasi sifilis: 1. Tahap 1: Lymphadenitis timbul setelah 1 minggu berlalu pada pria sering terjadi edema meluas pada glands penis. Edema meluas dan ulserasi pada labia mayor wanita. 2. Tahap 2: Timbul kandiloma lata basah, pipih menyebar infeksi sampai SSP, mata dan visera. 2. Tahap 3 : Mengakibatkan stroke neurosefipis yang fatal, paraestesia dan perubahan kepribadian. Pencegahan sifilis: Jangan melakukan kontak fisik langsung dengan penderita bahkan dengan “perlindungan” sekalipun, karena kondom salah satu “pelindung” tidak memberi perlindungan terhadap bintil sifilis sebab kadang bintil tersebut menyebar ke seluruh tubuih penderita. Cara yang efisien untuk mencegah kerusakan permanen yangdisebabkan sifilis tahap akhir adalah dengan melakukan pemeriksaan teratur untuk memastikan bahwa telah bebas bakteri penyebab sifilis. Universitas Sumatera Utara 3.3.4. Bacterial Vaginosis Kondisi dimana jumlah bakteri dalam vagina berlipat dan tak terkendali, bahkan tidak lagi berperan sebagai flora normal malah menimbulkan infeksi yang serius. Beberapa wanita tidak merasakan adanya infeksi BV ini tidak memunculkan gejala, tampak normal. Gejala yang paling umum adalah keluarnya cairan berwarna gelap yang mengeluarkan bau tidak sedap, menimbulkan iritasi dan rasa panas pada saat berkemih jarang. Cara penularannya melalui kontak fisik seksual langsung dengan penderita tanpa mengenakan “pelindung”. Setelah didiagnosa dan menetapkan bahwa infeksi yang muncul karena BV, dokter akan meresepkan antibiotik dalam bentuk pil. Bisa dalam bentuk gel atau krim yang dimasukkan dalam vagina. Komplikasi: BV yang tidak diobati akan menyebabkan infeksi saluran kencing, radang panggul bahkan infertilitas. Pencegahan: Menjaga area genetalia agar tetap bersih dan kering. Gunakan pakaian yang memberi ventilasi udara yang adekuat, mencuci genetalia dengan air hangat menggunakan sabun lembut dan tanpa pewangi dimaksudkan untuk menjaga PH genetalia. Universitas Sumatera Utara 3.4. Jenis Penyakit Menular Seksual Dengan Penyebab virus 3.4.1. Human Immunodeficiency Virus Human Immunodeficiency Virus HIV adalah virus yang hidup di dalam darah manusia, tidak dalam darah setiap orang tetapi hanya dalam darah seseorang yang terinfeksi. Meskipun begitu, siapa saja bisa terinfeksi, termasuk anda. HIV tidak membedakan usia, warna kulit, orientasi seksual, agama, kebangsaan ataupun faktor pembeda lainnya. Sekali saja HIV sudah berada dalam diri anda artinya anda telah terinfeksi HIV, tidak ada yang bisa anda lakukan untuk mengeluarkannya. Tetapi ada banyak cara agar anda bisa menghindarinya. HIV berkembang dari infeksi menjadi suatu penyakit yang mengancam jiwa manusia, yaitu Acquired Immune Deficiency Syndrome AIDS, dalam 4 fase berikut: 1. Fase 1 Fase ini dimulai tepat setelah infeksi dan berlangsung selama beberapa 1 ini ditandai dengan perasaan “tidak enak badan” seperti flu, meski pada 20 penderita terjadi flu yang parah. Tes HIV yang dilakukan pada fase ini mungkin menunjukkan bahwa anda tidak terinfeksi HIV. 2. Fase 2 Fase ini adalah tahap yang terpanjang diantara keempat fase lainnya, bahkan dapat berlangsung hingga sepuluh tahun. Selama fase ini hampir tidak ada gejala serta penderita terlihat dan merasa sehat- Universitas Sumatera Utara sehat saja. Padahal sebenarnya, pada fase inilah virus sedang berkembang. Pelan-pelan HIV menghancurkan sel-sel CD4 dalam darah, yang berjumlah banyak sekali untuk melawan penyakit. Semakin sedikit sel CD4 yang anda miliki, sistem kekebalan tubuh anda semakin melemah dan anda akan semakin sulit untuk menghindari penyakit. Memang tubuh akan melawan dengan cara mengganti sel CD4 yang rusak atau hilang dengan yang baru sebanyak mungkin, tetapi selalu kalah cepat dibanding dengan pembiakan HIV dalam tubuh anda. Untuk membantu tubuh dalam memerangi HIV ini, para peneliti telah mengembangkan obat-obatan antivirus yang bisa dikonsumsi orang- orang dengan HIV. 3. Fase 3 Fase ini dimulai ketika sel CD4 dalam tubuh sudah dikuasai virus yang pada tahap ini sudah banyak sekalidalam darah. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah gagal, penyakitpun mulai menyerang. Penyakit-penyakit ini adalah penyakit yang biasanya dapat dilawan sistem kekebalan tubuh dengan mudah, ironisnya penyakit inilah yang mnguasai dan mengendalikan tubuh yang terinfeksi HIV dan gejala penyakitpun berkembang. Pada awalnya gejala-gejala ini ringan, misalnya : lelah, diare, infeksi jamur, demam, berat badan terus menurun, berkeringat pada malam hari, pembengkakan kelenjar limpa, infeksi pada sekitar area mulut, atau batuk yang terus-menerus. Universitas Sumatera Utara Tetapi seiring dengan semakin melemahnya sistem kekebalan, gejala- gejala ini semakin parah. 4. Fase 4 Ketika gejala-gejala penyakit seperti tuberculosis atau cancer menjadi semakin parah, selanjutnya penderita didiagnosis menderita AIDS. Pada fase ini obat-obatan antivirus hanya bisa memperlambat perkembangan virus ini. Cara Penularan HIV AIDS: HIV terdapat dalam darah, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua spesimen yang berupa cairan tubuh dan berasal dari tubuh penderita HIV dapat dipastikan infeksius dan sangat potensional untuk menularkan virus ini pada orang lain, termasuk ketika sorang penderita HIV positif melakukan hubungan seksual dengan pasangannya maka bukan tidak mungkin bila pasangannya nantinya akan terinfeksi virus ini juga. Baik penderita HIV wanita maupun pria sangat riskan untuk menularkan virus ini pada pasangannya ketika berhubungan seksual, yakni melalui cairan sperma bagi penderita pria dan darah menstruasi bila melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi bagi penderita wanita. Diyakini bahwa jumlah HIV dalam ludah seseorang yang terinfeksi sangat sedikit, oleh karenanya anda tidak perlu khawatir dengan ludah penderita HIV. Selain melalui hubungan seksual, HIV juga bisa disebarkan melalui jarum suntik yang digunakan seseorang yang telah terinfeksi, atau bahkan bisa Universitas Sumatera Utara juga ditularkan oleh seorang ibu dengan HIV positif kepada bayinya pada waktu hamil atau menyusui. Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebaran HIV yang infeksius ini dapat melalui perseksual, peroral kemungkinan sangat kecil, parenteral jarum suntik, dan perplasenta. Tes HIV AIDS: Bila ada kemungkinan anda terinfeksi HIV, lakukan tes dengan segera. Hasil yang positif berarti tes berhasil mendeteksi antibodi HIV dalam tubuh anda dapat diasumsikan antibodi HIV = HIV. Bahkan meski hasil tes anda negatif bukan berarti anda bebas HIV karena virus ini mungkin saja telah masuk ke dalam pembuluh darah anda selama tiga bulan sebelum antibodi-antibodi itu muncul bahkan ditemui kasus periode ini berlangsung hingga enam bulan, oleh karenanya untuk mendapatkan hasil tes yang akurat sebaiknya anda menunggu maksimal sampai enam bulan terhitung sejak saat pertama kali anda merasa kemungkinan terinfeksi, untuk melakukan tes HIV. Selama rentang waktu tersebut hindari hubungan seks tanpa pelindung untuk mencegah transmisi virus ini kedalam tubuh orang lain. Tes HIV tersedia pada pusat-pusat Keluarga Berencana, klinik kesehatan, program rehabilitasi ketergantungan obat, prakter dokter dan rumah sakit. Ketika membuat janji dengan dokter untuk pemeriksaan laboratorium, tanyakan tentang kebijakan kerahasiaan dan anonimitas. Jika berhubungan dengan HIV, sebagian besar Universitas Sumatera Utara petugas kesehatan akan menghargai hak dan privasi anda tanpa membedakan usia akan lebih baik bila anda mengkonfirmasikan hal ini sebelumnya. Terdapat dua jenis tes yang dapat dilakukan untuk mendeteksi HIV dalam darah manusia, yaitu : 1. Tes melalui sampling darah Tes ini adalah tes yang paling mudah didapatkan. Petugas kesehatan mengambil sejumlah kecil darah dari lengan anda dengan menggunakan jarum, kemudian mengirimkan sampel darah anda ke laboratorium untuk diperiksa apakah terdapat antibodi untuk melawan virus atau tidak. Hasilnya dapat dilihat setelah 1-2 minggu, untuk memastikan apakah anda HIV positif atau negatif. 2. Tes melalui spesimen saliva ludah Tes Oral Tes yang dilakukan untuk memeriksa apakah ada antibodi HIV di dalam ludah anda. Pada pelaksanaan tes ini, anda perlu membuka mulut lebar-lebar dan membiarkan petugas kesehatan menyeka lidah dan rongga dalam pipi anda dengan kapas. Hasilnya baru bisa terlihat setelah 1-2 minggu. Bila hasil tes anda dinyatakan HIV positif, yang berarti terdapat virus dalam darah anda, akan sangat sulit diterima. Dan akan sangat membantu bila anda mendapatkan dukungan keluarga dan teman-teman anda. Tetapi mungkin saja bahkan orang- orang yang paling menyayangipun tidak bisa memberikan solusi terbaik untuk menghadapi situasi sulit yang sedang anda hadapi. Universitas Sumatera Utara Disinilah peran konselor sangat diprioritaskan, untuk menjelaskan apa yang bisa dan seharusnya anda lakukan untuk mencegah virus ini menyebar dan menjelaskan pilihan-pilihan caring and curing serta memberikan informasi tentang pilihan gaya hidup yang akan menjaga kondisi anda tetap sehat selama mungkin. Komplikasi HIV AIDS: Terdapat sejumlah penyakit yang umumnya berkembang dalam tubuh manusia dengan sistem kekebalan tubuh yang inadekuat ataupun rudak oleh HIV, diantaranya adalah : PCP pneumonia, TBC, kaposi`s sarcoma kanker kulit, non-Hodgkins`s lymphoma, herpes simplex, dll. Perlindungan diri terhadap HIV AIDS: Dalam hal ini bersifat kondisional artinya perlindungan diri terhadap infeksi HIV ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kewaspadaan diri untuk menghindari dan mencegah transmisi virus, misalnya dengan tidak mengabaikan pemakaian kondom mencegah transmisi perseksual, menggunakan jarum disposible pada tiap pemeriksaan invasif mengantisipasi transmisi parenteral, dll. 3.4.2. Herpes Simplex Virus Herpes Simplex merupakan salah satu penyakit menular, yang disebabkan oleh virus DNA. Virus Herpes Simplex ini menyerang pada kulit, mukosa dan syaraf manusia. Universitas Sumatera Utara Gejala utama herpes simpleks adalah : munculnya bintil kumpulan vesiculae secara serentak pada perbatasan kulit-mukosa serta terjadi di sembarang tempat yang terinfeksi dan sering didapati pada : area sekitar mulut, hidung, mata, jari tangan, pantat dan genetalia. Bintil ini bertahan 2-3 minggu, kemudian pecah. Biasanya diikuti rasa terbakar, nyeri dan gatal, serta sakit kepala dan demam. Penyakit ini dapat menular melalui sentuhan serta adanya transmisi kontak langsung misalnya berciumandengan penderita. Bintil herpes simplex virus ini bila ditemukan pada area sekitar genetalia, transmisi kontak langsung melalui hubungan seksual dengan penderita bukan tidak mungkin menyebabkan anda terinfeksi. Memakai pakaian penderita secara bergantian juga dapat diindikasikan sebagai media penularan herpes. Waktu yang paling tepat menemui dokter spesialis kulit kelamin adalah segera setelah muncul bintil. Herpes mungkin saja bisa diidentifikasi dengan segera, tapi kadang memerlukan tes. Serangkaian tes tersebut meliputi pengorekan bintil untuk memperoleh lapisan mukosa kulit dalam dan dapat diperoleh hasil + - setelah 1-2 minggu. Prosesnya akan menyakitkan. Sampai saat ini belum ditemukan pengobatan yang adekuat dan spesifik serta vaksin pencegah infeksi berulang untuk herpes. Perawatan herpes difokuskan pada 2 hal : pemberian obat anti-virus Universitas Sumatera Utara “ácyclovir” dan antibiotik dengan dosis tepat. Serta pemenuhan kebutuhan nutrisi yang seimbang dan tepat. Pencegahan: Menghindari kontak langsung dengan penderita dalam hal ini pemakaian kondom saat melakukan hubungan seksual dengan penderita, meningkatkan daya tahan tubuh dengan pemberian asupan dan pemenuhan kebutuhan nutrien gizi yang tepat, serta menjaga agar tubuh tetap fit dan sehat, dinilai sebagai tindakan yang bijak untuk mencegah herpes. 3.4.3. Hepatitis Hepatitis diindikasi sebagai salah satu penyakit akibat infeksi virus DNA hepatitis B atau RNA hepatitis C yang terjadi pada organ hati, yang menyebabkan perasangan pada sel hati dengan segala akibatnya. Terdeteksi adanya hepatitis virus ABCDEF, namun yang berkaitan dengan PMS adalah B dan C. Memiliki masa inkubasi antara 45-160 hari dan mengenai pada seluruh usia. Gejala yang muncul meliputi: lelah, kerongkongan terasa pahit, sakit kepala, diare, nafsu makan menurun, otot pegal-pegal dan sakit perut, demam tinggi serta vomitus. Gejala yang muncul antara lain: lelah, mual, kehilangan nafsu makan,vomitus, sakit perut, otot terasa pegal, demam, diare dan sakit kuning. 3.5. Jenis Penyakit Menular Seksual Dengan Penyebab Jamur Kandidiasis atau kandidosis vulvovaginal adalah infeksi dengan berbagai manifestasi klinis yang disebabkan oleh C.albicans dan ragi yeast Universitas Sumatera Utara lain dari genus kandida. Infeksi biasanya bersifat lokal kecuali pada vulva dan atau vagina, juga pada hidung, mulut, tenggorok, usus, dan kulit. Kandida mencapai liang senggama terutama dari daerah perianal. KVV banyak menyerang wanita dalam masa subur, kebanyakan dengan faktor resiko yang menyebabkan perubahan dari pembawa carierasitomatik menjadi KVV simtomatik. Faktor predisposisi atau faktor resiko meliputi: faktor hormonal kehamilan, menstruasi, kontrasepsi hormonal meningkatnya kadar karbohidrat diabetes mellitus, pemakaian antibiotik jangka panjang, meningkatnya suhu dan kelembaban pakaian yang ketat dan oklusif, imuno- supresi pemakaian steroidimunosupresan, atau defek imunologis, dan iritasi atau trauma. Gambaran klinis KVV adalah keluhan panas, atau iritasi pada vulva, dan keputihan yang tidak berbau. Pada pemeriksaan terdapat vulvitis, fisura perineal, dan lesi satelit papulopustular di sekitarnya; di samping itu terdapat vaginitis dan eksoservisitis pada pemeriksaan langsung. Dapat terjadi koinfeksi dengan trikomoniasis maupun vaginosis bacte Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini menggambarkan bahwa sikap masyarakat terhadap jenis penyakit menular seksual yang dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat. Pengetahuan masyarakat terhadap jenis PMS dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur, pengalaman Notoadmojo 2003. Sedangkan sikap masyarakat terhadap jenis PMS mencakup kepercayaan, kehidupan emosional, dan kecendrungan untuk bertindak Notoadmojo 2003. Adanya hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap jenis PMS dapat di jelaskan dalam kerangka konsep di bawah ini. Skema 1. Kerangka konseptual penelitian hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap PMS di Puskesmas Padang Bulan Medan. Pengetahuan masyarakat: • Baik • Sedang • Buruk Sikap masyarakat : • Negatif • Positif Jenis Penyakit Menular Seksual PMS