Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual.

Dari hasil kuesioner pengetahuan pada jawaban responden dengan persentase di bawah 50, di dapat rata – rata responden menjawab salah pertanyaan berkaitan dengan penyebab dari penyakit menular seksual pertanyaan 4, masa inkubasi sifilis pertanyaan 9, bahan uji pada pemeriksaan gonore pertanyaan 11, dan sifilis dapat di tularkan pada janin di dalam kandungan pertanyaan 12 seharusnya tidak salah karena bakteri sifilis dapat masuk ke plasenta, sedangkan pertanyaan yang sulit di lapangan yaitu mengenai faktor resiko dari kandidiasis dan sifilis pertanyaan 14 yang rata – rata masyarakat bertanya ulang pada peneliti menghasilkan persentase di atas 50 yaitu sebesar 54,4. Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan masyarakat terhadap penyakit menular seksual pada penelitian ini hanya sampai pada tahap mengetahui dimana masyarakat mengetahui mengenai penyakit menular seksual tapi tidak sampai pada tahap memahami apa itu penyakit menular seksual dan bagaimana tanda dan gejala dari setiap jenis penyakit menular seksual Subidio, 2008.

2.2 Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual.

Sikap merupakan sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan ada kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu Calhoun dan Acocella, 1990. Sikap dapat bersifat positif yaitu terdapat kecenderungan tindakan untuk mendekati, menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu dan dapat bersifat negatife yaitu kecenderungan untuk menghindari, menjauhi, dan tidak mempercayai atau menyakini objek tertentu Purwanto, 1999. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat bersikap positif sebanyak 88 responden atau 91,7 dan masyarakat bersikap negatif sebanyak 8 responden atau 8,3. Ada 2 faktor yang mempengaruhi perubahan sikap Universitas Sumatera Utara yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah kemampuan daya pilih seseorang untuk menerima atau menolak pengaruh – pengaruh yang datang dari luar selectivity dan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi social di luar kelompok, misalnya : interaksi antar manusia, dalam bentuk kebudayaan, yang sampai kepada individu melalui surat kabar, radio, televisi, majalah dan lain sebagainya Ahmadi, 1999. Pada penelitian ini di dapat hasil bahwa mayoritas responden setuju sudah paham tentang penyakit menular seksual sebanyak 42 responden, 39 responden setuju harus menjauhi teman yang terkena HIV, 41 responden sangat setuju bahwa gejala PMS dapat muncul dan menyerang seluruh organ tubuh, 57 responden sangat setuju untuk menjauhi narkoba, 36 responden sangat setuju bahwa gonore , sifilis, HIV bukan merupakan PMS yang tidak berbahaya, 34 responden setuju bahwa PMS diakibatkan oleh virus, 45 responden sangat setuju tes sampel darah adalah tes paling mudah untuk mendeteksi HIV, 53 responden sangat setuju harus berolah raga dan kegiatan positif dari pada menjadi pecandu narkotik, 39 responden sangat setuju bahwa homoseksual merupakan kelompok resiko tinggi PMS, 35 responden setuju bahwa HIV, herpes dan hepatitis merupakan akibat dari infeksi virus DNA, 42 responden sangat setuju PSK sebagian besar terkena PMS, 42 responden sangat setuju gejela tahap 3 sifilis lumpuh dan gila merupakan tahap yang paling fatal, 61 responden sangat setuju AIDS merupakan perkembangan HIV, dan harus menjauhi pergaulan bebas, 62 responden sangat setuju penting belajar PMS, untuk menghindari dampak yang terjadi di dalamnya, 70 responden sangat setuju harus menjauhi semua resiko tinngi yang menyebabkan PMS. Hasil ini menunjukkan faktor internal Universitas Sumatera Utara selectivity yang mempengaruhi sikap responden yang mayoritas positif. Pembentukan sikap pada masyarakat ini tidak terjadi begitu saja, melainkan melewati suatu proses yang secara bertahap diserap, berkembang dengan bertambahnya pengalaman dan akhirnya meninggalkan kesan yang mendalam pada jiwa masyarakat seingga menyebabkan terbentuknya sikap Purwanto, 1999. Maka pada penelitian ini mayoritas responden bersikap positif dipengaruhi oleh kemampuan daya pilih responden terhadap pengaruh – pengaruh dari luar. Dari hasil kuesioner peneliti mendapatkan bahwa masyarakat yang memiliki persentase paling rendah pada pertanyaan sikap mengenai penyakit menular seksual yang tidak berbahaya 24. Dari hasil penelitian ini peneliti berasumsi bahwa sikap yang sudah terbentuk dan berkembang dalam diri seseorang dan sudah menjadi bagian dalam dirinya dalam kehidupan sehari – hari akan cenderung di pertahankan dan akan berubah sesuai dengan ilmu yang didapat Perosi, 2007. Karena mengubah sikap yang dasar berarti mengadakan penyesuaian baru terhadap objek atau ilmu baru yang didapat, harus memilih kembali respon dan memberi makna baru kepada objek yang dihadapi. 2.3 Hubungan pengetahuan dan sikap mayarakat terhadap penyakit menular seksual terhadap penyakit menular seksual Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 96 orang yang datang di puskesmas padang Bulan Medan di dapatkan nilai kekuatan korelasi r = 0,263, nilai signifikansi p 0,010. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif yang sangat signifikan antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual, yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat akan semakin besar sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual. Begitu juga Universitas Sumatera Utara sebaliknya, semakin rendah tingkat pengetahuan masyarakat maka semakin rendah sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual. Maka hipotesis peneliti ini diterima terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyakit menular sesual di Puskesmas Padang Bulan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Adi Sarininggar 2001 ada pengaruh yang sangat signifikan F=1,003; sig=0,523 antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual. Hasil penelitian juga menunjukkan secara deskriptif dapat dianalisa bahwa pada responden dengan tingkat pengetahuan yang baik maka akan mempunyai sikap yang positif, sedangkan tingkat pengetahuan yang buruk maka akan mempunyaai sikap yang diterima dalam kategori negatif. Sikap dapat bersifat positif yaitu terdapat kecenderungan tindakan untuk mendekati, menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu dan dapat bersifat negatif yaitu kecenderungan untuk menghindari, menjauhi, dan tidak mempercayai atau menyakini objek tertentu Purwanto, 1999. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual di Puskesmas Padang Bulan Medan.

1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari 96 responden yang diteliti, masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan baik n=43;44,8 dan sebesar n=38;39,6 responden dikategorikan pada tingkat pengetahuan sedang dan n=15;15,6 pada tingkat pengetahuan yang kurang. Dari 96 responden masyarakat 88 responden atau 91,7 memiliki sikap positif dan 8 responden atau 8,3 memiliki sikap negatif terhadap penyakit menular seksual. Pengetahuan masyarakat berpengaruh secara positif dengan pengaruh yang sedang terhadap sikap masyarakat terhadap penyakit menular sksual r = 0,263 dengan nilai signifikansi yang dapat diterima p0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian dapat diterima, artinya ada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual di Puskesmas Padang Bulan Medan. Adanya pengaruh yang sedang dengan nilai signifikansi yang dapat diterima antara kedua variabel tersebut, kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor pendidikan, sosial ekonomi, budaya, pekerjaan, ajaran agama, lingkungan dan pengetahuan tentang menopause itu sendiri. Universitas Sumatera Utara