menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat akan semakin besar sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual, begitu pula sebaliknya.
Tingkat signifikansi p dari hasil korelasi Spearman diperoleh p sebesar 0,010 dimana nilai ini kurang dari level of significance
α yaitu 0,05 yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap penyakit menular seksual Tabel 4. Hasil analisa hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
penyakit menular seksual di Puskesmas Padang Bulan N=96.
2. PEMBAHASAN
Dari data hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap
Masyarakat terhadap penyakit menular seksual di Puskesmas padang Bulan Medan.
2.1 Pengetahuan Masyarakat Terhadap Penyakit Menular seksual.
Pengetahuan Sikap
Pengetahuan Correlation Coefficient
1.000 .263
Sig. 2-tailed .
.010 N
96 96
Sikap Correlation
Coefficient .263
1.000 Sig. 2-tailed
.010 .
N 96
96 . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan masyarakat adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki oleh individu dalam masyarakat tersebut Keraf dan
Mikhael . Pada penelitian ini, pengetahuan masyarakat terhadap penyakit menular seksual meliputi jenis penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri, virus,
maupun jamur. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat
berpengetahuan baik 43 responden atau 44, responden berpengetahuan cukup 38 responden atau 39,6 dan berpengetahuan kurang 15 responden atau 15,6. Banyak
faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya tingkat pendidikan, sumber informasi, dan pengalaman Notoadmojo, 2003. Tingkat pendidikan merupakan
salah satu faktor yang memungkinkan terjadinya pengetahuan. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui pendidikan formal maupun nonformal dan semakin
tinggi pendidikan maka semakin luas pengetahuan Notoadmojo, 2003. Dari hasil data demografi diperoleh bahwa mayoritas responden berpendidikan SMA 48
responden atau 50. Dari hasil peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan SMA mendukung tingkat pengetahuan baik, pada masyarakat terhadap penyakit menular
seksual, sesuai yang di sampaikan oleh Rohana 1999 bahwa sebagian besar tingkat pendidikan yang berpengetahuan baik adalah adalah pada jenjang pendidikan Sekolah
Menengah Atas SMA. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Adi Sarininggar 2001 yang
dilakukan di Kota Semarang tentang pengetahuan remaja terhadap penyakit menular seksual yang menyatakan bahwa pendidikan memiliki pengaruh yang besar terhadap
pengetahuan remaja mengenai penyakit menular seksual.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil kuesioner pengetahuan pada jawaban responden dengan persentase di bawah 50, di dapat rata – rata responden menjawab salah pertanyaan berkaitan
dengan penyebab dari penyakit menular seksual pertanyaan 4, masa inkubasi sifilis pertanyaan 9, bahan uji pada pemeriksaan gonore pertanyaan 11, dan sifilis dapat
di tularkan pada janin di dalam kandungan pertanyaan 12 seharusnya tidak salah karena bakteri sifilis dapat masuk ke plasenta, sedangkan pertanyaan yang sulit di
lapangan yaitu mengenai faktor resiko dari kandidiasis dan sifilis pertanyaan 14 yang rata – rata masyarakat bertanya ulang pada peneliti menghasilkan persentase di
atas 50 yaitu sebesar 54,4. Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan masyarakat terhadap penyakit menular seksual pada penelitian ini hanya sampai pada tahap
mengetahui dimana masyarakat mengetahui mengenai penyakit menular seksual tapi tidak sampai pada tahap memahami apa itu penyakit menular seksual dan bagaimana
tanda dan gejala dari setiap jenis penyakit menular seksual Subidio, 2008.
2.2 Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual.