Komunikasi non verbal a. Definisi Komunikasi Non-verbal

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Teori memiliki peran sebagai pendorong pemecahan masalah dalam suatu penelitian. Setiap penelitian sosial memerlukan teori, karena salah satu unsur yang paling besar peranannya dalam penelitian adalah teori Singarimbun. 1995. Adapun teori yang relevan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.1.1 Komunikasi non verbal a. Definisi Komunikasi Non-verbal

Komunikasi non-verbal menyangkut ‘rasa’ atau ‘emosi’. Di samping itu, jenis dan jumlah tindakan-tindakan non-verbal sangat beraneka ragam dan banyak, tetapi di dalam kehidupan sehari-hari, perilaku non-verbal sangat membantu pembentukan makna pada setiap pesan komunikasi yang ada. Sebagai contoh, ketika seorang anak tampak senang karena mendapat nilai bagus dalam ujian matematika, dia tidak hanya bercerita pada kawan- kawannya tentang kegembiraannya, tetapi secara atraktif dia meloncat- loncat dan tertawa kegirangan. Frank E.X. Dance dan Carl E. Larson 1976 dalam bukunya ‘The Functions of Human Communication : A Theorical Approach’, menawarkan satu definisi tentang komunikasi non-verbal sebagai suatu stimulus yang pengertiannya tidak ditentukan oleh makna isi simboliknya. Sebagai contoh, orang mengedipkan mata, merah muka, mengetuk-ketuk jari ke meja, duduk bersandar, berdiri tegak, dan sebagainya. Makna dari tindakan-tindakan itu tidak tergantung dari makna isi gerakan-gerakan tersebut, tetapi tergantung pada interpretasi dari orang-orang lain yang mengamatinya. Tentunya, hal ini akan menimbulkan interpretasi makna yang berbeda-beda. Di lain pihak, Judee K. Burgoon dan Thomas J. Saine 1978 dalam bukunya ‘The unspoken dialoque: An Introduction to Non-Verbal Universitas Sumatera Utara Communication’, memberikan definisi kerja sebagai berikut: “Komunikasi non-verbal adalah tindakan-tindakan manusia yang secara sengaja dikirimkan dan diinterpretasikan seperti tujuannya dan memiliki potensi akan adanya umpan balik feedback dari yang menerimanya”. Hickson dan Stacks 1989 dalam bukunya ‘Non-verbal Communication Studies and Apllications’, memperluas pengertian dari Burgoon dan Saine di atas, dengan mengatakan bahwa: “Stimuli tertentu dari perilaku non-verbal mungkin terjadi dengan tidak disadari dan perilaku non-verbal diatur oleh norma-norma yang dihasilkan oleh interaksi manusia.” Di samping itu, suatu pengertian yang praktis diberikan oleh Ronald B. Adler dan neil Towne 1987 dalam bukunya ‘Looking Out Looking in’, yaitu : “apabila komunikasi verbal ‘kata-kata’, tersebut tidak akurat, karena kalau dilihat dalam kenyataannya pesan-pesan tertentu ada yang tidak terucapkan dan ada aspek-aspek vokal yang tidak nyata sebagai pesan verbal. Sebagai contoh, kadangkala kita sulit untuk menggambarkan dengan kata-kata tentang ‘keindahan’, di lain waktu kita sering mengeluh yang terekspresikan lewat suara-suara ‘huh,ckk’ dan sebagainya.” Merangkum beberapa penjelasan di atas, Komunikasi non-verbal bisa didefinisikan secara umum sebagai “pesan-pesan yang diekspresikan secara sengaja atau tidak sengaja melalui gerakantindakanperilaku atau suara-suara atau vokal yang berbeda dari penggunaan kata-kata dalam bahasa”. b. Fungsi Komunikasi non verbal Sejumlah cara berkomunikasi verbal berbeda dengan komunikasi non-verbal, tetapi keduanya dibutuhkan bersama untuk mencapai suatu komunikasi yang efektif. Dengan menggabungkan keduanya, pembentukan makna suatu pesan komunikasi akan tercapai secara keseluruhan. Gambaran ini merupakan fungsi umum dari komunikasi non verbal. Universitas Sumatera Utara Sebenarnya ada beberapa fungsi umum dari komunikasi non verbal, tetapi dalam modul ini akan dirinci enam fungsi komunikasi non verbal bersama komunikasi verbal dalam pembentukan makna suatu pesan komunikasi. Dalam hal ini komunikasi non-verbal memodifikasi komunikasi verbal. Enam fungsi ini sesuai dengan pendapat Paul Ekman 1965 sebagai berikut: 1. Repetisi atau pengulangan Perilaku non verbal merupakan pengulangan untuk memperkuat makna pesan-pesan verbal yang dikomunikasikan. Jika seseorang menanyakan agar ditunjukkan letak suatu tempat, kita akan memberikan penjelasan dengan kata-kata dan kemudian menegaskan atau memperkuat penjelasan terdahulu dengan menunjukkan jari kemana arah tempat tersebut. Bahkan sering kita masih menambahkan dengan memberikan gambaran dengan peragaan-peragaan non verbal yang lain. Fungsi repetisi ini bisa berlaku pula untuk pemakaian isyarat atau tanda. Penggunaan tanda atau isyarat biasanya berkaitan dengan kultur atau budaya. Seperti, menganggukkan kepala berarti ‘ya’, menggelengkan kepala berarti ‘tidak’. Namun seperti yang dijelaskan di atas, penggunaan tanda gestur itu bisa berarti lain pada kebudayaan lain yang berbeda. 2. Kontradiksi atau berlawanan Sebagai manusia, kita sering melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya berlawanan. Tindakan ini biasanya terekspresikan secara berbeda atau bahkan bertentangan dengan apa yang terucapkan. Sikap ini akan menimbulkan pesan-pesan yang bermakna rangkap. Ada banyak alasan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang atau bahkan diri kita sendiri melakukan tindakan-tindakan yang bermakna rangkap. Universitas Sumatera Utara Orang akan lebih percaya pada perilaku non verbal dibandingkan pesan verbal di dalam komunikasi yang bermakna ganda. Seringkali proses yang demikian itu akan mempengaruhi hubungan antarpribadi yang sudah ada. 3. Subsitusi atau pengganti Sering kali, suatu tanda juga menggantikan pesan verbal yang dikomunikasikan. Contohnya, ketika seorang teman menanyakan sesuatu, kita hanya ‘angkat bahu’ utuk mengatakan tidak tahu. Dalam hal ini sering tidak didasari tindakan-tindakan non verbal. Seperti tersenyum, menarik nafas panjang, atau mengerutkan kening. 4. Komplemen atau pelengkap Tindakan non verbal dapat berfungsi untuk melengkapi pesan verbal. Biasanya tindakan non verbal mengadaptasi pesan-pesan verbal. Kita juga menggunakan komunikasi non-verbal untuk memperkuat warna atau sikap umum yang dikomunikasikan oleh pesan verbal. Misalnya, anda mungkin tersenyum ketika menceritakan kisah lucu, atau menggelengkan kepala ketika menceritakan ketidakjujuran seseorang. Dari contoh tersebut, banyak tindakan non verbal dari seluruh bagian tubuh digunakan melengkapi pembentukan makna pada pesan verbal. Contoh itu juga menjelaskan, bahwa tindakan non verbal dapat berfungsi melukiskan suatu ungkapan verbal. Dengan gerakan-gerakan yang wa ilustratif, proses komunikasi akan lebih bermakna. 5. Regulasi atau pengatur Perilaku non verbal juga berfungsi sebagai alat kontrol atau pengatur pada komunikasi verbal. Fungsi mengatur ini biasanya berupa sikap-sikap untuk menyesuaikan atau menyatakan tidak setuju. Gerak-gerik non-verbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan Universitas Sumatera Utara keinginan anda untuk mengatur arus pesan verbal. Mengerutkan bibir, mencodongkan badan ke depan, atau membuat gerakan tangan untuk menunjukkan bahwa anda ingin mengatakan sesuatu merupakan contoh-contoh dari fungsi mengatur ini. 6. Aksentuasi atau penekanan Tanda non verbal juga berfungsi menekankan atau menegaskan pesan-pesan verbal. Seperti, mengkritik seorang rekan dengan menunjukkan jari atau dengan intonasi suara yang tinggi. Fungsi aksentuasi ini sama prinsipnya dengan tanda-tanda italik kursif atau garis miring dalam bahasa verbal. Misalnya, anda mungkin tersenyum untuk menekankan kata atau ungkapan tertentu, atau dapat memukulkan tangan anda ke meja untuk menekankan suatu hal tertentu. c. Ciri-ciri dari Komunikasi Non-verbal Ciri-ciri berikut ini akan memberikan kerangka untuk mengamati kekhususan komunikasi non-verbal. 1. Komunikatif Perilaku non-verbal dalam suatu situasi interaksi selalu mengkomunikasikan sesuatu. Tidak hanya berlaku untuk semua komunikasi, tetapi khususnya berlaku untuk komunikasi non- verbal. Kita tidak mungkin tidak bertingkahlaku, dan karenanya, kita tidak mungkin tidak mengkomunikasikan sesuatu. Apapun yang anda lakukan atau tidak anda lakukan, dan apakah tindak- tanduk anda disengaja atau tidak, perilaku non-verbal anda mengkomunikasikan sesuatu. Selanjutnya, pesan-pesan ini bisa diterima secara sadar ataupun tidak sadar. Kita tidak perlu menyadari bahwa kita sedang menerima pesan agar mereka mengkomunikasikan makna tertentu kepada kita. Universitas Sumatera Utara Bahkan gerakan kecil pada mata, tangan, dan otot wajah juga melakukan komunikasi, seperti gerakan nyata tubuh, duduk di sudut, atau memandang keluar jendela. Gerakan-gerakan kecil ini sangat penting dalam hubungan antarpribadi. Kita seringkali dapat mengatakan, misalnya, bahwa dua orang saling menyayangi atau bahwa mereka sekadar hanya bersikap santun satu sama lain. Seringkali kita mendasarkan penilaian ini pada perilaku-perilaku non-verbal kecil semacam itu. Gerakan otot di sekitar mata, tingkat kontak mata, cara mereka saling memandang semuanya memberikan petunjuk bagi kita untuk membuat penilaian itu. Semua perilaku non-verbal, betapa pun kecilnya, sangatlah penting. Setiap perilaku itu mempunyai makna; masing-masing melakukan komunikasi. a. Kesamaan Perilaku Satu cara yang sering kita gunakan untuk menyimpulkan apakah dua orang saling menyukai atau tidak adalah kesamaan perilaku France Mayo. 1978. Istilah ini mengacu pada kesamaan perilaku non-verbal dua orang, yang mungkin mempunyai banyak bentuk. Salah satu mungkin meniru orang lain, atau kedua orang ini mungkin secara spontan berperilaku sama. Kita dapat melihat kesamaan perilaku dalam gerak-gerik tubuh secara umum serta gerakan tangan selain juga sikap- sikap yang lain dan pada suara. Pada umumnya, kesamaan perilaku merupakan indeks dari rasa saling menyukai. b. Komunikasi Artifaktual Walaupun disini kita memusatkan pembahasan pada perilaku, janganlah berasumsi bahwa semua komunikasi non- verbal terjadi dalam bentuk perilaku. Banyak pesan non-verbal dikomunikasikan melalu cara berpakaian dan artifak-artifak lain Lurie. 1983. Perhiasan, tata rias wajah, alat tulis yang Universitas Sumatera Utara digunakan, mobil yang anda kendarai, rumah yang anda diami, pemilihan Emoticon saat berkomunikasi via Instant Messaging, dan, nyatanya, hampir semua benda yang berkaitan dengan anda mengkomunikasikan makna. Apapun yang anda kenakan dan apapun yang anda miliki semua mengkomunikasikan sesuatu tentang anda. 2. Kontekstual Seperti halnya komunikasi verbal, komunikasi non-verbal terjadi dalam suatu konteks situasi, lingkungan, dan konteks tersebut membantu untuk menentukan makna dari setiap perilaku non-verbal. Perilaku non-verbal yang sama mungkin mengkomunikasikan makna yang berbeda dalam konteks yang berbeda. Mengedipkan mata kepada seorang wanita cantik dalam bis kota mempunyai makna yang berbeda dengan mengedipkan mata di meja poker. Begitu juga, makna perilaku non-verbal tertentu akan berbeda tergantung pada perilaku verbal yang menyertainya. Menggunakan Emoticon ‘senyum dengan menjulurkan lidah’ saat bercanda sangat berbeda maknanya dengan menggunakan Emoticon ‘senyum dengan menjulurkan lidah’ di saat mengatakan maaf. 3. Paket Perilaku non-verbal, apakah menggunakan tangan, mata, atau otot tubuh, biasanya terjadi dalam bentuk “paket”, atau tandan cluster. Seringkali perilaku seperti itu saling memperkuat; masing-masing pada pokoknya mengkomunikasikan makna yang sama. Adakalanya perilaku bertentangan satu sama lain. a. Paket Non-verbal Semua bagian tubuh biasanya bekerja bersama untuk mengkomunikasikan makna tertentu. Anda tidak Universitas Sumatera Utara menyatakan rasa takut dengan mata anda sementara bagian tubuh yang lain bersikap santai seperti tidur. Sebaliknyalah, keseluruhan tubuh mengekspresikan emosi ini. Sebelum dapat menerka sebarang perilaku non-verbal, perlu dilihat bagaimana keseluruhan paket ini berkaitan dengan konteks tertentu dan bagaimana setiap perilaku spesifik bersesuaian dengan paket itu. Seorang gadis cantik yang mengedipkan mata ke arah anda mungkin mengisyaratkan undangan, tetapi jangan abaikan kemungkinan bahwa lensa kontaknya tidak terpasang dengan baik. Pada umumnya kita tidak banyak menaruh perhatian pada sifat paket dari komunikasi non-verbal yang keliatan begitu wajar sehingga berlalu begitu saja tanpa disadari. Tetapi, bila ada inskosistensi barulah kita memperhatikannya. b. Paket Verbal dan Non-verbal Komunikasi non-verbal juga terpaket dengan pesan verbal yang menyertainya. Bila anda menunjukkan rasa marah secara verbal, tubuh dan wajah anda menegang, dahi anda berkerut, dan mungkin anda menunjukkan sikap siap berkelahi. Sekali lagi, kita seringkali tidak memperhatikan hal ini karena ini sepertinya wajar saja. Tetapi bila pesan non-verbal dari sosok atau wajah seseorang bertentangan dengan pesan verbalnya, kita menaruh perhatian khusus. Bila perilaku non-verbal bertentangan dengan perilaku verbal, tampaknya sangat beralasan untuk mempertanyakan kemungkinan komunikator ini dapat dipercaya. 4. Dapat dipercaya Believable Kita cepat mempercayai perilaku non-verbal. Ini tetap berlaku meskipun perilaku non-verbal ini bertentangan dengan Universitas Sumatera Utara perilaku verbal. Periset non-verbal pada tahun 1968 mengemukakan bukti bahwa dampak total dari suatu pesan merupakan fungsi dari formula berikut: Dampak Total = 0,007 verbal + 0,38 vokal + 0,55 wajah. Formula ini menunjukkan sangat kecilnya pengaruh pesan verbal. Lebih dari sepertiga dampak berasal dari suara atau vokal parabahasa, dan lebih dari setengah pesan dikomunikasikan melalui wajah roman muka. Di lain sisi, Mehrabian dan kawan-kawannya mengembangkannya dari telaaah mereka atas dampak emosional suatu pesan. Karenanya, formula ini tidak berlaku untuk semua pesan. Menurut periset non-verbal Judee Burgoon, David Buller, dan W. Gill Woodall 1989, perkiran Ray Birdwhistell bahwa 60 sampai 65 persen dari makna dikomunikasikan secara non-verbal lebih layak dipercaya. 5. Dikendalikan oleh aturan Komunikasi non-verbal, seperti halnya komunikasi verbal, dikendalikan aturan rule-governed McLaughlin. 1984. Sebagai anak-anak, kita belajar kaidah-kaidah kepatutan sebagian besar melalui perilaku orang dewasa. Sebagai contoh, ketika berkomunikasi dengan Emoticon, tidak patut saat seseorang berbicara dengan serius dan kita menggunakan Emoticon tertawa. Kita belajar bahwa menggunakan Emoticon ‘senyum’ ketika memaafkan seseorang lebih terlihat meyakinkan daripada tidak memakai Emoticon sama sekali. Seperti perilaku non-verbal itu sendiri, kita mempelajari aturan-aturan ini tanpa menyadarinya, sebagian besar melalui pengamatan atas orang lain. Aturan-aturan ini disadari adanya hanya dalam diskusi formal tentang komunikasi non-verbal, seperti dalam buku ini, dan bila kita melanggarnya dan pelanggaran ini menarik perhatian kita. Orang mengetahui adanya aturan-aturan ini dan menerapkannya setiap hari tetapi Universitas Sumatera Utara belum tentu dapat menuangkannya dalam bentuk kata-kata. Fungsi utama dari unit-unit selanjutnya mengenai komunikasi non-verbal ini adalah menyadarkan akan adanya aturan-aturan implisit ini serta makna dan implikasinya di balik penggunaan mereka yang patut dan tidak patut. 6. Metakomunikasi Setiap perilaku, verbal ataupun non-verbal, yang mengacu pada komunikasi bersifat metakomunikasi. Perilaku non-verbal seringkali bersifat metakomunikasi. Komunikasi non-verbal mungkin juga merupakan komentar atas komunikasi non-verbal yang lain. Contohnya adalah ketika dia mengatakan sedang sedih, tetapi mengeluarkan Emoticon senyum. Disni pesan