Asuransi Syariah sebagai Lembaga Keuangan Syariah

Bila tidak, bagaimanapun besarnya perhatian dari individu, stimulus tidak akan ditanggapi atau disadari. Dengan demikian, ada batas kekuatan minimal tertentu yang harus dimiliki stimulus agar bisa memindahkan kesadaran pada individu. Batas kekuatan minimal stimulus tersebut lazim diistil ahkan dengan “ambang ablotut sebelah bawah” atau bisa juga disebut “ambang stimulus” 9 . Manusia memiliki alat indra yang sesuai dengan fungsinya, oleh karena itu harus terus diperhatikan dengan cara menggali segala sesuatu yang ada disekitarnya. Allah telah mengisyaratkan bahwa manusia harus berusaha menggunakan alat indranya dalam menggali lingkungan eksternal yang mempengaruhi dari luar diri manusia. Seperti yang dikatakan oleh Bimo Walgito “alat indra itu alat penghubung antara individu dengan dunia lu arnya.” nulisnya stelah factor respons

B. Asuransi Syariah sebagai Lembaga Keuangan Syariah

1. Pengertian Asuransi Syariah

Asuransi syariah didirikan untuk memberikan perlindungan terhadap kemungkinan terjadinya kerugian pada masa mendatang. Karena pada dasarnya asuransi berusaha mengurangi konsekuensi-konsekuensi yang tidak pasti dari suatu keadaan yang merugikan, yang sudah diperkirakan 9 Elizabeth B., Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1991, h.182 sebelumnya, sehingga biaya atau akibat financial dari kerugian tersebut menjadi pasti dan relatif pasti. Secara etimologi, asuransi syariah atau takaful berasal dari bahasa arab. Takaful berasal dari akar kata kafala atau tafaa’ala yang berarti saling menganggung. 10 Sementara ada yang mengartikan dengan makna saling menjamin. Dalam bidang muamalah, Muhammad mengatakan bahwa asuransi syariah takaful adalah: ”saling memikul risiko di antara sesama orang, sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Saling pikul resiko itu dilakukan atas dasar saling tolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing, seperti mengeluarkan dana ibadah tabarru yang ditunjukkan untuk menanggung resiko tersebut 11 . Dalam asuransi syariah tidak hanya melibatkan dua pihak yang bertakaful, yakni orang-orang yang saling mengikatkan dirinya untuk saling menjamin resiko yang diderita masing-masing, melainkan diperlukan pihak ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud ini adalah lembaga atau badan hukum atau perusahaan yang menjamin kegiatan kerja sama atau asuransi dapat berjalan dengan baik dan tidak termasuk kegiatan yang dilarang oleh syariah, seperti: al gharar, al-maisir, dan al-riba. Berkaitan dengan ini, menurut Praja 10 Muhammad. Kebijakan Fiskal Moneter Dalam Ekonomi Islam. Jakarta: 2002 Salemba Empat, h.105-106 11 Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi Islam, Jakarta: Salemba Empat, 2002, h.105-106 ada unsur-unsur penting yang mesti ada demi terlaksananya asuransi syariah, yaitu: a. Pihak yang berasuransi b. Pengelola asuransi perusahaan asuransi. Dalam hal ini, perusahaan asuransi hanya bertindak sebagai fasilitator, saling menanggung di antara para peserta asuransi. 12 Asuransi ini merupakan transaksi antara P.T. Asuransi dengan tertanggung insured. Di mana pihak tertanggung meminta kepada P.T. Asuransi agar memberikan janji untuk ganti rugi pertanggungan kepada yang bersangkutan. Sebagai ganti rugi barang yang hilang atau berupa harganya, apabila terkait dengan barang atau hak milik, atau dapat berupa uang. 13 Jadi asuransi syariah dalam pengertian muamalah adalah saling memikul resiko di antara sesama peserta sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas resiko yang muncul. Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar saling tolong menolong dalam kebaikan, dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru’ dana kebajikanderma yang ditujukan untuk menanggung resiko tersebut. 14 Para Ulama mengatakan bahwa sistem asuransi adalah sebuah sistem ta’wun dan tadhammun yang bertujuan untuk menutupi kerugian, peristiwa- 12 Gemala. Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia , Jakarta: Prenada Media, 2004 13 Nabhani, Taqyuddin An., Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perfekstif Islam, Surabaya, tp, 1996, h.190. 14 Sofyan Syafri Harahap, Akutansi Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1997, cet ke-1, h. 99. peristiwa atau musibah. Tugas ini dibagikan kepada kelompok tertanggung dengan cara memberikan santunan kepada orang yang tertimpa musibah. Santunan tersebut diambil dari kumpulan dana kebajikan. Asuransi syariah bertujuan agar suatu masyarakat hidup berdasarkan asas saling tolong menolong dan menjamin dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Dengan demikian asuransi dilihat dari segi teori dan sistem tanpa melihat sarana atau cara-cara kerja dalam merealisasikan sistem dan mempraktekkan teorinya sangat relevan dengan tujuan-tujuan umum syariah dan diserukan oleh dalil-dalil. Dikatakan demikian karena asuransi dalam arti tersebut adalah sebuah gabungan menghilangkan atau meringankan kerugian yang tertimpa sebagian mereka. 15 Dewan Syariah Nasioanal MUI dalam fatwa DSN No.21 DSN- MUIIII 2002 tentang pedoman umum asuransi syariah mendefinisikan usaha saling tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah. 16 Akad yang sesuai dengan syariah adalah akad yang tidak mengandung unsur gharar, maisir dan riba. Dalam asuransi dikenal 2 jenis akad, yakni: akad tijarah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial dan 15 Muhammad Syakir Sula, FIIS, Asuransi Syariah Life And General; Konsep dan Sistem Operasional, Jakarta: Gema Insani, 2004, h.29. 16 Fatwa Dewan Syariah Nasional No:21DSN-MUIX2001, Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah, Dewan Syariah, Nasional MUI, 2001. akad tabarr u’ semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong menolong, bukan semata-mata untuk tujuan komersial. Dalam akad tijarah perusahaan bertindak sebagai mudharib atau pengelola dan peserta bertindak sebagai shahibul mal atua pemegang polis. Sedangkan dalam akad tabarru’ peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah, dan perusahaan bertindak sebagai pengelola dan hibah. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru’, bila pihak yang tertahan haknya dengan rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibannya. Sedangkan jenis akad tabarru ’ tidak dapat diubah menjadi akad tijarah.

2. Landasan Hukum Asuransi Syariah

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia senantiasa dihadapkan pada kemungkinan terjadinya musibah dan bencana yang dapat menyebabkan kerugian baik materi maupun immateri. Setiap musibah yang menimpa manusia tersebut adalah merupakan qadha’ dan qadhar yang telah ditetapkan Allah swt atas setiap makhluk-Nya, namun setiap manusia khususnya muslim wajib berikhtiar atau berusaha untuk melakukan tindakan berjaga-jaga serta memperkecil terjadinya risiko yang akan dihadapi dari terjadinya musibah dan bencana tersebut. Sedangkan Undang-undang yang harus diataati oleh ummat Islam selama tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Hadits Nabi, diantarannya: a. Peraturan perasuransian telah diatur dalam pasal 1774 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata. Asuransi digambarkan secara umum dalam suatu persetujuan untung-untungan yaitu suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya baik untuk semua pihak maupun beberapa pihak, tergantung pada suatu kejadian yang belum tentu. 17 b. UU No. 2 tahun 1992, tentang usaha perasuransian, dijelaskan bahwa:”Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hokum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dasri suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. c. Peraturan Pemerintah RI No.73 tahun 1992 tentang penyelenggaraan usaha perasuransian adalah sebagai berikut pasal 1 ayat 1 dan 2 1. Perusahaan asuransi adalah perusahaan asuransi kerugian dan perusahaan asuransi jiwa. 17 R. Subekti Dan R. Tjirosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD dan Undang-undang Kepailitan, Jakarta, PT.Pradnya Paramita, 1992, cet.25, h.380 2. Perusahaan penunjang asuransi adalah perusahaan pialang asuransi, perusahaan pialang reasuransi, perusahaan agen asuransi, perusahaan penilaian kerugian asuransi, dan perusahaan konsultan aktuaria. d. Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.224 KMK.0171993. Tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi, yaitu pasal 3 ayat 1: Kekayaan yang diperkenankan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 11 ayat 2 PP No.73 Tahun 1992 adalah kekeayaan yang dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. 18 e. Surat Depkeu RI Ditjen Lembaga Keuangan No.s.6005 LK2000 Tanggal 1 Desember 2000 perihal laporan program asuransi jiwa baru. Sedangkan pada asuransi syariah sendiri landasan hukumnya mengacu kepada al-Quran dan al-Hadis. Ajaran Islam sangat mendorong umatnya untuk saling tolong menolong, saling bertanggung jawab shared responsibility dan saling menanggung satu dengan yang lainnya atas musibah yang dideritanya, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah, ayat 2 :           . “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. 18 Arif Djohan Tunggal, Peraturan Perundang-undangan Perusahaan Asuransi di Indonesia Tahun 1992-1997, Jakarta, Harvarindo, 1998, cet.1, h..3. Dan Allah pun menyerukan kepada umat-Nya untuk tidak mencari harta secara bathil, karena hanya Allah-lah yang bertanggung jawab untuk memberikan mata pencaharian yang layak kepada setiap manusia. Hal ini dinyatakan dalam Al- Qur’an:                           “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sekalian memakan mengambil harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu…”An- Nisa’4:29                           QS An Nisaa 4 : 29 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu                            QS Al Baqarah 2 : 261 Perumpamaan derma orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah serupa dengan benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir ada seratus biji, Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas KaruniaNya lagi Maha Mengetahui                            HR. Bukhari Lebih baik kamui meninggalkan keturunanmu kekayaan daripada meninggalkan mereka miskin memohon pertolongan orang lain. HR. Ibnu Majah Sesungguhnya orang yang beriman ialah siapa yang memberikan keselamatan dan perlindungan terhadap harta dan jiwa manusia. Hadist Rasulullah SAW. Orang yang meringankan kebutuhan hidup saudaranya akan diringankan kebutuhannya oleh Allah. Allah akan menolong hambaNya selagi ia menolong saudaranya.

3. Prinsip Dasar Asuransi Syariah

Takaful atau asuransi syariah dalam menjalankan usahanya bertujuan memberikan perlindungan kepada peserta yang bermaksud menyediakan sejumlah dana bagi ahli warisnya dan atau penerima hibah, wasiat, bila peserta tersebut meninggal dunia. Selain itu takaful asuransi syariah berfungsi pula sebagai penyedia dana yang dapat digunakankan untuk berjaga-jaga apabila mendapatkan kesulitan di saat mendatang, akibat sakit, kecelakaan maupun karena sebab lainnya. takaful atau asuransi syariah memiliki tiga konsep dasar, yaitu: 19 1. Saling bertanggung jawab, dimana sesama peserta mampu merasakan bahwa antara satu dengan lainnya adalah bersaudara. 2. Saling bekerja sama dan saling membantu, artinya sesama peserta harus semakin meningkatkan kepeduliannya dalam upaya meringankan beban saudara yang lain. Jadi dengan bertakaful, diharapkan azas kebersamaan akan tercipta dengan sendirinya, sehingga komitmen saling membantu benar-benar tercipta. 3. Saling melindungi, di mana komitmen membela dan saling mensejahterakan sangat diharapkan tercipta melalui kepesertaanya di takaful atau asuransi syariah.

C. Asuransi Dalam Persfektif Islam