Peranan Majelis Ulama Indonesia Dalam Penanggulangan Dampak Pariwisata Terhadap Kehidupan Keagamaan Di Pulau Tidung Kepulauan Seribu

(1)

PERANAN MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM

PENANGGULANGAN DAMPAK PARIWISATA

TERHADAP KEHIDUPAN KEAGAMAAN DI PULAU

TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh : HILMANSYAH NIM : 108053000008

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M


(2)

PERANAN

IYTAJELIS ULAT},IA

INDONESTA

DALAfrI

PENANGGULANGAN DAMPAK PARIWISATA TERIIADAP

KEFiiDUPAri KEAGAiiflAAN

Di

FULAU

TIDUTG

KEPULAUAN

SERIBU

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ihnu Dakwah dan Ilmu Komrmikasi

Llntuk Me.rnenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oieh:

Hilmansyah

NIM:

108053000008

Dibawah Bimbingan

Prof. Dr. H. Syamsir Saiam.IviS.

NrP. 19450720 197803

I

002

PROGRAivi ST-UDiiviAi.iAiElyiEi.i DAKWAii

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMLTNIKASI

LIN,MRSTTAS

TSLAMN_I9Iu:.

HTDAYATT_rr.r,AH

J.r\A,A-tttA


(3)

rLl\t llsArtAi\ rAi\tIlA

UJIAI\

; i

.-JKnpsl yang DerJuoul reranan ivraJerrs urama rnoonesra l,atzm renanggulangan

Dampak Pariwisata Terhadap Kehidupan Keagamaan

Di

Pulau

Tidung irepulauan Seri-bu, teiah oiujixan ciaiam siciang viunaqasyah Fakuitas iimu ijakwah

dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada

ianggai

ii9

Januari

Z0ii.

Skripsi

ini

ieiah ciiierirna sebagai saiah saru syarai memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.l) pada program studi Manajemen

Dakwah.

l^1,^a^ l< l^^,,^.i 1nl2

.!4N41L4. I J .t4lIU4l I :\' I J

Sidang Munaqasyah

Keiua Merangi<ap Anggora

W*r-ijrs. Lecep Uastraw'UaJ-a. ivirr

NIP. 19670818 199803

l

002

rengult I

NrP. t966065 199403 1 005

i i i : ii

rl. lvlulKanaslr. SA. 5.ro. iv'ltvr

NrP. 19550101 198302 I 001

i: :i : _ --;:

IJrS. ivl. r1uorl. lYlA

NrP. r9720606 199803 I 003

viengetahur, Pembimbing Skripsi

az:-z--j;?

002


(4)

-LitfriiiAi< Pitiifi

YA'i'AAN

i-Lrengan rft sayamenyaraKan oaffira:

1.

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

saiah satu persyaratan memperoieh geiar sarjana Straia

i

di

UTi.{ Syarif

Hidayatullah Jakarta

2.

Semua sumirer yang saya gunakan ciaiam si<ripsi

ini

teiah <iicaniumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.

irka kemudian han terbukti bahwa karya iimiah iru bukan irasii karya asii

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya oftmg lain, maka saya berseciia menenma ketentuan yang beriaku

di

tJtN Syarif i-iiciayaiuiiah

Jakarta


(5)

ABSTRAK HILMANSYAH

Peranan Majelis Ulama Indonesia Dalam Penanggulangan Dampak Pariwisata Terhadap Kehidupan Keagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu

Pariwisata telah menampilkan peranannya dengan nyata dalam memberikan kontribusinya terhadap kehidupan ekonomi, sosial dan budaya bangsa. Kesempatan kerja bagi orang-orang terampil di bidang ini makin bertambah jumlahnya, pendapatan Negara dari sektor pajak makin meningkat, keadaan sosial masyarakat yang terlibat dalam sector ini makin baik, kebudayaan bangsa makin memperoleh apresiasi.

Disatu sisi, sulit diingkari bahwa pariwisata itu mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat. Di sisi lain harus diakui pula bahwa pariwisata tidak sedikit diboncengi dampak negatif yang menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia yang kadang tidak sesuai, bahkan bertentangan dengan tatanan kehidupan sosial, budaya dan agama masyarakat serta harkat hidup manusia itu sendiri.

MUI sebagai organisasi yang dinaungi oleh para ulama, ustadz dan ustadzah yang oleh masyarakat mampu dan mampunyai kredibilitas serta memiliki kompetensi membendung dan menanggulangi dampak yang ditimbulkan oleh pariwisata, khususnya dari sisi keagamaan.

Untuk itu penulis mengangkat penelitian tentang peranan Majelis Ulama Indonesia dalam penanggulangan dampak pariwisata terhadap kehidupan keagamaan di Pulau Tidung, dengan maksud menjadikannya sebagai salah satu sumber informasi yang bermanfaat untuk masyarakat dan MUI tentang peranan MUI dan dampak-dampak yang ditimbulkan parwisata. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang menggunakan teknik wawancara dan pengambilan dokumentasi berupa data atau laporan tertulis.

Adapun hasil temuan yang penulis peroleh selama proses penelitian, dapat disimpulkan bahwa MUI melakukan berbagai upaya dalam ragka untuk menanggulangi dampak pariwisata diantaranya: membahas tentang hukum menyewakan home stay atau penginapan dan penyewaan kapal snorkeling dalam batshul masail dan memfatwakannya, membuat media himbauan kepada para wisatawan untuk berpakaian sopan didaerah pemukiman, serta melakukan komunikasi, koordinasi dan sinkronisasi kepada pemerintah kelurahan yang menyoalkan tentang pariwisata. Namun ada berbagai macam hambatan yang dialami MUI dalam melakukan upaya-upaya tersebut, seperti: kompleksitas persoalan yang ada di Pulau Tidung membuat MUI agak kesulitan melakukan sesuatu, sikap apatis masyarakat terhadap permasalahan yang ditimbulkan oleh pariwisata membuat MUI kurang mendapat dukungan penuh dalam membuat fatwa, mulai lunturnya jiwa kesolidan masyarakat dan sikap materialistis membuat MUIagak kesulitan melakukan sesuatu karna semua diukur dan dinilai denga rupiah,dan minimnya koordinasi, komunikasi dan sinkronisasi antara MUI dengan pemerintah setempat dalam hal ini adalah Lurah Pulau Tidung membuat MUI agak terbatas dalam melakukan dan merumuskan sesuatu


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang masih tetap setia memberikan segala petunjuk menuju dunia yang diridhoi-Nya. Sholawat dan salam selalu dijunjungkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah dan akan selalu memberikan syafa‟at kepada kaum Muslim dunia.

Alhamdulillah, empat tahun penulis berjuang melawan banyak godaan untuk menuntut ilmu dijalan Allah. Canda, tawa, suka dan duka selalu menjadi penyemangat jalannya hidup. Kini semua akan meninggalkan penulis namun akan menjadi sebuah goresan tinta kehidupan yang tak akan pernah penulis lupakan. Terima kasih penulis sampaikan kepada segenap pihak atas terselesaikannya skripsi ini, antara lain:

1. Allah SWT yang selalu memberikan petunjuk dalam setiap langkah penulis selama hidup ini. Semoga Engkau tetap meridhoi jalan yang hamba pilih. 2. Kedua orang tua penulis, H. Mudasir RD dan (Almarhuma) Hj. Hariyati, Kasih

sayangmu tak dapat penulis ungkapkan melalui kata-kata dalam skripsi ini, tak terhitung berapa jumlah kalori yang kau bakar hanya untuk memberikan yang terbaik untuk penulis. I Love You Father and Mother!

3. Kepada kakak, adik dan abang ipar penulis: Turmudzi, Maliyatun, Muhdalifah, Nurmaningsih, Kholid Haidir, Hariyadi, Mifathul Jannah, Khairatin, yang selalu memberikan warna dalam kehidupan penulis. Tak lupa kepada keponakan yang lucu-lucu: Fitri Farhana, Fatiyah Azzahrah, Aliyah, Zahrah, Yasmin, Qonita, Sefty, Jihan, Afifah, semoga Allah menjaga kalian semua dalam ridho-Nya.

4. Kepada Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, kepada Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan para jajarannya, kepada Drs. Cecep Castrawijaya, MM selaku ketua jurusan Manajemen Dakwah dan kepada H. Mulkannasir, BA, S.Pd, MM, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah.

5. Kepada Prof. Dr. H. Syamsir Salam selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas semua ilmu yang telah bapak berikan.

6. Kepada segenap Bapak dan Ibu dosen Manajemen Dakwah, terima kasih atas segala ilmu yang telah diajarkan selama ini. Semoga masih akan terus bermanfaat untuk penulis dalam menghadapi dunia yang nyata.

7. Kepada staf Perpustakaan FIDKOM dan Perpustakaan Utama yang telah memberikan kemudahan dalam bertransaksi buku yang selama ini penulis butuhkan dan tentunya atas koneksi WiFi-nya yang selalu penulis gunakan. 8. Kepada Bapak Bunyamin, S.Sos, MM, Lurah Pulau Tidung. Terima kasih atas

waktu dan bantuan yang bapak berikan sehigga penulis mendapatkan data dan dokumen tentang Pulau Tidung.

9. Terima kasih kepada Bapak H. Rahmat Syamsudin dan Drs. Mawardi, Ketua dan Sekretaris MUI Kepulauan Seribu yang telah berkenan untuk membagi waktunya kepada penulis untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Semoga beliau sehat selalu.

10. Kepada semua pihak: para travel, tokoh masyarakat, dan tokoh agama atas doa dan dukungannya kepada penulis. Barokallah.


(7)

11. Kepada segenap kawan-kawan seperjuangan dari Manajemen Dakwah 2008; Ibnu Banyu, Abd. Somad, Husin, dan teman-teman MD A dan B yang lainnya.

12. Kepada My Best Friend, Anisal Husna yang terus memotivasi dan memberikakan semangat kepada penulis. Semoga semangat ini dapat dilanjutkan dan cepat selesai juga kuliahnya.

13. Kepada kawan-kawan seperjuangan di Forum Mahasiswa Kepulauan Seribu (FMKS) dan rekan-rekan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kepulauan Seribu serta terima kasih kepada para senior, terus berkontribusi untuk Pulau tercinta. Jangan lupa kuliahnya kawan-kawan.

14. Kepada teman-teman kosan, Dian, Agung, Anca, Lukman yang selalu berbagi cerita dan ceria serta selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini,

Jakarta, 03 Januari 2013


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II. TINJAUAN TEORI ...……….……... 15

A. Teori Peranan ... 15

1. Pengertian Peranan ... 15

2. Tinjauan Sosiologi Tentang Peran ... 18

B. Teori Perubahan Sosial ... 18

1. Pengertian Perubahan Sosial ... 18

2. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial ... 22

3. Klasifikasi Perubahan Sosial ... 24

4. Faktor-faktor Perubahan Sosial ... 27

5. Proses Perubahan Sosial ... 32

C. Teori Fungsional-Struktural ... 44

D. Teori Ekonomi ... 45

BAB III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU ... 47

A. Sejarah Singkat ... 47

B. Keadaan Geografis ... 48

1. Batas wilayah ... 48

2. Luas wilayah ... 49

C. Keadaan Penduduk ... 52

1. Penduduk berdasarkan umur ... 52

2. Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan ... 54

3. Penduduk berdasarkan mata pencaharian ... 57

D. Keagamaan ... 59

1. Tempat peribadatan ... 59

2. Kegiatan tempat peribadatan ... 61

BAB IV. PERKEMBANGAN DAN DAMPAK PARIWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUN SERIBU ... 66

A. Pengertian Pariwisata ... 66

B. Sejarah Pariwisata di Pulau Tidung ... 67

C. Fasilitas Pariwisata di Pulau Tidung ... 68

D. Kegiatan Wisata di Pulau Tidung ... 76

E. Dampak Pariwisata di Pulau Tidung ... 77


(9)

2. Dampak negatif ... 80

F. Tanggapan Masyarakat Tentang Pariwisata di Pulau Tidung ... 84

BAB V. PERANAN MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM PENANGGULANGAN DAMPAK PARIWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU ... 86

A. Sejarah Singkat ... 86

B. Visi, Misi, Tujuan, Orientasi, dan Peran ... 88

C. Struktur Organisasi ... 95

D. Upaya-upaya yang Dilakukam MUI ... 97

E. Hambata-hambatan ... 101

BAB VI. PENUTUP ... 102

A. Kesimpulan ... 102


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat dunia dewasa ini sedang bergelut menghadapi era kesejagatan, yaitu era globalisasi yang diwarnai oleh derasnya arus komunikasi, informasi, dan transportasi. Berbagai informasi begitu cepat terkomunikasi, sehingga peristiwa yang terjadi di belahan bumi lainnya dapat disimak. Arus transportasi yang begitu lancar, memicu siklus pergerakan manusia di dunia yang memungkinkan terjadinya proses transformasi dan perembesan nilai-nilai budaya, sosial, dan religi dari satu negara ke negara lainnya yang berakibat lanjut kepada pergeseran tatanan nilai kehidupan manusia itu sendiri.

Gaung global yang memunculkan dua alternatif peluang dan atau ancaman itu yang harus diantisipasi dengan mengambil langkah-langkah terencana dan tindakan nyata agar ancaman dan tantangan tersebut dijadikan peluang yang membawa keberuntungan. Salah satu alternatif sebagai peluang yang cukup menjanjikan adalah sektor pariwisata dapat dijadikan pilihan solusi terbaik, karena sebagai sebuah industri, pariwisata banyak membawa efek (multiplier effect) dalam pembangunan di berbagai sektor serta diyakini sebagai sebuah industri masa depan yang mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat ke arah yang lebih baik.1

1


(11)

Dalam Islam, perjalanan pariwisata sangat dianjurkan dalam rangka untuk melihat dan menyaksikan tanda-tanda kebesaran-Nya. Bahkan dalam Al-Quran ditemukan sekian banyak perintah Allah yang berkaitan dengan fungsi tanda-tanda tersebut. Khusus yang menyangkut pandang-memandang, tidak kurang dari tujuh ayat yang mengaitkan langsung perintah memandang itu dengan melakukan perjalanan. Allah SWT telah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 112

Artinya: Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat (melakukan perjalanan), yang ruku', yang sujud,

yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang

memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mu'min

itu.

Bahkan, al-saihun (wisatawan) yang melakukan perjalanan dalam rangka mendapat pelajaran dan pengajaran, dipuji Al-Qur‟an berbarengan dengan pujiannya kepada orang-orang yang bertaubat, mengabdi memuji Allah, rukuk dan sujud, memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran serta memelihara ketetapan-ketetapan Allah.2

2

M. Quraish, Shihab, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. (Bandung: Penerbit Mizan, 1992), h. 53.


(12)

Perjalanan atau pariwisata yang tidak mengakibatkan dosa dibenarkan oleh agama. Bahkan, mereka yang melakukan perjalanan mendapat keringanan-keringanan dalam kewajiban agama, seperti kebolehan menunda puasa dan menggabung atau meringkas rakaat shalat. Namun, sifat terpuji dari suatu perjalanan adalah yang seperti tercantum dalam Al-Quran mengenai perintah melakukan perjalanan Q.S Al-Hajj: 46

Artinya: “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka

memiliki hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau memiliki telinga

yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah

mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.”

Dengan melakukan perjalanan, kita dapat melihat bukti-bukti kekuasaan Allah dalam penciptaan langit dan bumi serta kehidupan makhluk-Nya. Dengan penuh kekaguman, sekaligus akan merasakan kenikmatan saat melihat penciptaan Yang Maha Pencipta itu. Saat itu pula, kita akan mendapatkan kenikmatan dan kesejukan yang akan menambah keimanan, kepasrahan, dan ketundukan kepada Allah.3

3


(13)

Dalam konteks di Indonesia sendiri, pariwisata telah menampilkan peranannya dengan nyata dalam memberikan kontribusinya terhadap kehidupan ekonomi, sosial dan budaya bangsa. Kesempatan kerja bagi orang-orang terampil di bidang ini makin bertambah jumlahnya, pendapatan negara dari sektor pajak dan devisa makin meningkat, keadaan sosial masyarakat yang terlibat dalam sektor ini makin baik, kebudayaan bangsa makin memperoleh apresiasi.

Disatu sisi, sulit diingkari bahwa pariwisata itu mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat. Di sisi lain harus diakui pula bahwa, pariwisata banyak diboncengi dampak negatif yang menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia yang kadang tidak sesuai, bahkan bertentangan dengan tatanan kehidupan sosial, budaya dan agama masyarakat serta harkat hidup manusia itu sendiri.

Dampak lain yang ditimbulkan pariwisata yang sering disebut sebagai multiplier effect, menyusup juga ke aspek-aspek di luar ekonomi seperti sosial, budaya, dan religi. Pada aspek budaya, industri pariwisata memiliki hubungan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Budaya dan pariwisata dalam interaksinya berada dalam level ganda, yaitu pada level pertama; pola kebudayaan dalam masyarakat bisa mempengaruhi kemampuan dan keinginan mereka untuk berwisata; dan pada level kedua, budaya bisa menyediakan berbagai jenis atraksi wisata dalam sebuah sistem pariwisata seperti kegiatan budaya, event, produk wisata yang kesemua itu merupakan


(14)

motivasi kuat bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.

Walaupun pariwisata itu telah mendapat legitimasi dari berbagai perspektif, namun pariwisata juga dipandang sedikit apriori oleh para tokoh agama, sehingga tidak heran apabila dalam kehidupan masyarakat sering terdengar bahwa dunia pariwisata itu sebagai sebuah industri kemaksiatan

tingkat tinggi, pembawa bencana erosi, degradasi, dan abrasi moral yang tidak sepadan dengan nilai anutan masyarakat setempat. Praktek prostitusi dan tindakan kejahatan akan semakin merajalela, perilaku generasi muda akan jauh melenceng dan terkontaminasi oleh budaya luar yang tidak sesuai bahkan bertentangan dengan agama Islam dan budaya lokal. Budaya malu telah terabaikan bahkan sebagian generasi muda sudah mulai malu menyandang rasa malu.4

Melihat fenomena di atas, maka dibutuhkan tokoh agama sebagai key person memiliki peranan besar di dalam kehidupan bermasyarakat. Andil tokoh agama dalam konteks kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari banyak

sisi seperti: (1) tokoh agama dalam hal ini “tuan guru” dianggap sebagai

penasehat tunggal (the single advisor) bagi masyarakat dalam meminta berbagai jenis dan macam petunjuk hidup; (2) tuan guru dipredikatkan sebagai problem solver di tengah-tengah kehidupan masyarakat.5

4

Piliang, Yasraf Amir, Sebuah Dunia yang Dilipat, (Bandung: Mizan, 1998), h. 32.

5

Raqith, Ahmad Hasan, Meraih sukses Perjuangan Da’i, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), h. 23.


(15)

Begitu pula halnya aktivitas pariwisata di Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Sebagai salah satu destinasi pariwisata di Kepulauan seribu ini mempunyai keunikan, yaitu pariwisata di Pulau Tidung bersifat wisata pemukiman, artinya tempat pariwisata berbaur menjadi satu dengan kehidupan masyarakat setempat. Berbeda dengan wisata resort, yaitu daerah atau tempat yang diperuntukkan khusus untuk aktivitas pariwisata, seperti Bali, Pulau Lombok, dan lain-lain.

Dari sisi ekomomi, aktivitas pariwisata di Pulau Tidung sangat membantu masyarakat setempat meraup pundi-pundi rupiah, karena diperkirakan setiap minggu (weekend) wisatawan yang datang sekitar 1.500 wisatawan yang berkunjung bahkan bisa lebih jika libur panjang (long weekend).6 Dapat dibayangkan nilai rupiah yang berputar di Pulau Tidung setiap minggunya. Dengan begitu maka pendapatan masyarakat di Pulau tersebut meningkat dan berujung pada kesejahteraan masyarakat setempat.

Namun, disisi lain, yaitu aspek religi/keagamaan disadari atau tidak sudah mengalami degradasi, bahkan sedikit demi sedikit telah melunturkan kebiasaan keagamaan yang telah lama ada disana. Salah satu bukti adalah ketika hari raya idul fitri. Sudah dua tahun belakangan, perayaan hari raya idul fitri agak berbeda dan kurang khidmat dari tahun sebelumnya karena berkurangnya budaya bersalam-salaman antar masyarakat setempat karena ramainya aktivitas pariwisata pada saat hari raya yang seharusnya khidmat itu. Masyarakat disibukkan dengan kegiatan melayani wisatawan yang

6Harian Pelita, Alamsyah M Dja‟far,


(16)

mayoritas non muslim. Tidak hanya itu, Warga acap kali disuguhi pemandangan cara berpakaian serba minim, baik di bagian atas tubuh maupun kaki. Rasa miris tak hanya terkait tata berbusana, kegaduhan juga mengusik suasana masyarakat yang tenang. Wisatawan sering melakukan tindakan yang bertentangan dengan nilai agama dan budaya lokal.7

Menurut Ketua Kerukunan Umat Beragama Kepulauan Seribu (KUBKS) Thoyib Syahputra bahwa jika dibandingkan masa lalu, terutama saat Pulau Tidung belum terjamah oleh pariwisata, masyarakat lokal tersohor dengan lingkungan agamis. Jauh melampaui kondisi keagamaan di pulau-pulau sekitar Kepulau-pulauan Seribu. Perlahan tapi pasti, pergeseran norma dan nilai-nilai kearifan lokal kian mengemuka.8

Disinilah diperlukan peranan tokoh agama atau ormas keagamaan yang dianggap mampu mengatasi persoalan pariwisata terhadap kehidupan keagamaan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kepulauan Seribu adalah salah satu organisasi keagamaan yang oleh masyarakat setempat dianggap mampu mengatasi hal tersebut.

Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih jauh dan mendalam mengenai peranan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kepulauan Seribu dalam menanggulangi dampak negatif dari pariwisata yang berpengaruh pada kehidupan keagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu, maka penulis akan

7

Pernyataan Pribadi Ketua MUI Kepulauan Seribu (H. Rahmat Syamsudin), di Pulau Tidung, 27 September 2011.

8

Batavia.co.id, Ferry Kisihandi, Thoyib Syahputra: Meredam Lunturnya Nilai Agama, diakses pada 14 Oktober 2011.


(17)

menuangkannya dalam karya tulis ilmiah “skripsi” dengan judul “PERANAN

MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM PENANGGULANGAN

DAMPAK PARIWISATA TERHADAP KEHIDUPAN KEAGAMAAN DI

PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah dan fokus, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas hanya pada peranan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam upaya penanggulangan dampak pariwisata terhadap kehidupan keagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah-masalah pokok yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah:

a. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari pariwisata terhadap kehidupan keagamaan?

b. Bagaimana peranan MUI dalam penaggulangan dampak negatif dari pariwisata terhadap kehidupan keagamaan di Pulau Tidung?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara jelas mengenai peranan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam upaya menanggulangi dampak pariwisata terhadap kehidupan keagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu.


(18)

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Manfaat Akademis

1) Manfaat penelitian ini secara akademisi adalah untuk mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

2) Untuk memperkaya atau menambah wawasan dan khazanah keilmuan penulisan tentang Peranan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam upaya penaggulangan dampak pariwisata terhadap kehidupan keagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu.

b. Manfaat Praktis

1) Untuk menggambarkan peranan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam upaya penanggulangan dampak pariwisata terhadap kehidupan keagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu.

2) Penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan masukan kepada MUI tentang dampak pariwisata terhadap kehidupan keagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu dan dapat dijadikan parameter dalam menjalankan peranannya dikemudian hari.

D. Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara kerja untuk memahami objek penelitian dalam rangka menemukan, menguji terhadap suatu kebenaran atau pengetahuan. Metode penelitian dalam skripsi ini adalah metode kualitatif,


(19)

yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orangdan perilaku yang dapat diamati. 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu teknik pengumpulan data yang menggunakan metode observasi partisipasi,peneliti terlibat sepenuhnya dalam kegiatan informan kunci yang menjadi subjek penelitian dan sumber informasi penelitian.9

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, organisasi tertentu dalam suatu konteks setting tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistic (Bogdan and Taylor, 1992:22).10 Dan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode studi kasus sebagai sub dari penelitian kualitatif, dimana studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang menelaah satu kasus secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif.

Oleh karena itu, pendekatan kualitatif ini dipilih oleh penulis berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mendapatkan gambaran tentang

9

Elvinaro Ardianto, Metodolgi Penelitian Untuk Public Relations, Kualitatif dan Kuantitatif (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010) h. 58

10

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) h. 213


(20)

peranan MUI dalam penanggulangan dampak pariwisata terhadap kehidupan keagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu.

Dimana untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data yang diperlukan secara intensif dan kemudian menguraikan fakta-fakta yang terjadi secara alamiah disertai pengujian kembali atas semua yang telah dikumpulkan.

2. Jenis Penelitian

Ditinjau dari jenis penelitian, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Data tersebut berasal dari penelitian langsung kepada objek dengan teknik wawancara langsung, catatan ilmiah dan dokumen resmi lainnya.

3. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini adalah di Pulau Tidung, Kelurahan Pulau Tidung, Kec. Kepulauan Seribu Selatan, Kab. Administrasi Kepulauan Seribu.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kepulauan Seribu, sedangkan objek penelitiannya yaitu peranan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam upaya penaggulangan dampak pariwisata terhadap kehidupan keberagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu.


(21)

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu berupa pengumpulan data dalam bentuk kata-kata dan pernyataan.

Dimana dalam pelaksanaannya, penulis melakukan teknik pengumpulan data melalui:

a. Wawancara

Wawancara atau interview adalah percakapan atau tanya jawab antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan sebuah informasi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan wawancara tidak terstruktur, yakni wawancara yang tidak tertuju pada satu pedoman wawancara atau wawancara yang dilakukan bebas dimana penulis hanya menggunakan garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.11

Dimana dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan garis besar permasalahan yang diteliti, yakni tentang peranan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam upaya penaggulangan dampak pariwisata terhadap kehidupan keberagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu.

11

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: ALFABETA, 2008) hal.140


(22)

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.12 Teknik observasi pada awalnya dipergunakan dalam penelitian etnografi, yakni merupakan studi tentang kebudayaan suatu bangsa, dan tujuannya adalah untuk memahami suatu cara hidup dari pandangan orang-orang yang terlibat didalamnya.13

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen,14 seperti berupa data-data, arsip-arsip dan gambar-gambar ataupun bentuk lainnya. Dimana dalam kaidah metodologi penelitian, sumber data di bagi menjadi dua menurut cara perolehannya, yakni data primer (primary data) yang merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian perorangan, kelompok atau organisasi. Dan data sekunder (secondary data) yakni data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi atau tersedia melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau perusahaan,

12

Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003) h. 53

13

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) h. 33

14

Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003) h. 57


(23)

termasuk majalah jurnal, khusus pasar modal, perbankan dan keuangan.15

6. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Analisis data yang dilakukan secara terus menerus selama pengumpulan data berlangsung maupun setelah data terkumpul. Data yang bersifat kualiatif digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.16

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun penelitian ini terdiri dari lima bab yaitu :

BAB I : Pada bab ini membahas pendahuluan yang menggambarkan tentang latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan yang ditulis secara singkat.

BAB II : Pada bab ini membahas mengenai tinjauan teori yang menunjang dalam pembahasan materi penelitian ini.

BAB III : Pada bab ini menguraikan tentang gambaran umum tentang lokasi penelitian, yaitu Pulau Tidung Kepulauan Seribu

BAB IV : Pada bab ini terdiri dari temuan dan analisis lapangan tentang dampak dan perkembangan pariwisata di Pulau Tidung Kepulauan

15

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h.29-30

16


(24)

Seribu. Temuan dan analisis lapangan serta membahas tentang temuan dan analisis data.

BAB V : Pada bab ini terdiri dari temuan dan analisis lapangan tentang peranan MUI dalam penanggulangan dampak pariwisata terhadap kehidupan keagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Temuan dan analisis lapangan serta membahas tentang temuan dan analisis data tersebut.

BAB VI :Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban dari masalah penelitian dan serta saran untuk penyempurnaan penelitian ini.


(25)

BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori Peranan

1. Pengertian Peranan

Kata peranan berasal dari kata peran yang dalam kamus besar Bahasa Indonesia, peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh seseorang yang berkedudukan di masyarakat dan harus dilaksanakan.17 Dalam kamus ilmiah populer, peran diartikan sebagai fungsi, kedudukan atau bagian dari kedudukan, seseorang dikatakan berperan atau memiliki peranan karena dia (orang tersebut) mempunyai status dalam masyarakat. Walaupun kedudukannya ini berbeda antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai

dengan statusnya. Menurut Soerjono Soekanto, “peran dapat dikatakan

sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.”18 Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan sebuah perpaduan berbagai teori orientasi maupun disiplin ilmu yang pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dengan status kedudukan, walaupun keduanya berbeda, akan tetapisaling berhubungan erat antara satu dengan

17

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 667.

18

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,Cet. Ke-1, (Jakarta : Balai Pustaka, 1998), h. 667.


(26)

yang lainnya, karenanya peran diibaratkan dua sisi mata uang yang berbeda akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali.19

Dalam kamus modern “peran” berarti sesuatu yang menjadi atau

memegang pimpinan yang utama, peran, memerankan, memainkan sesuatu, peran lakon, bagian utama.20

Jadi peran adalah seperangkat tindakan atau perbuatan, pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang berkedudukan di masyarakat dalam suatu peristiwa atau keadaan yang sedang terjadi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Sedangkan menurut Gross. Masson dan A. W. Mc Eachern sebagaimana dikutip oleh David Barry mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.21

Menurut David Berry harapan-harapan tersebut merupakan imbangan-imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma masyarakat. Artinya diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya.

19

Sarlito Wirawan Saryono, Teori Psikologi Sosial, Cet. Ke-8, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 214.

20

Poewadarminta, WJS, Kamus Modern, Cet. Ke-2, (Jakarta : 1976), h. 473.

21

N. Gross, W. S. Masson, and A. W. Mc Eachern. Exploritations In Role Analiysis, dalam David Barry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi,Cet. Ke-3, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995), h. 99.


(27)

Sarlito Wirawan Sarwono juga mengemukakan hal yang sama

bahwa “harapan tentang peran adalah harapan lain pada umumnya tentang

perilaku-perilaku yang pantas yang seyogyanya ditentukan oleh seseorang

yang mempunyai peran tertentu”.22

Peran sangat menentukan kelompok sosial masyarakat, dalam artian diharapkan masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan perannya, yaitu menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat (lingkungan) dimana ia bertempat tinggal.

David Berry mengatakan bahwa di dalam “peranan terdapat dua

macam harapan, pertama, harapan-harapan masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran. Kedua, harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan perannya atau kewajibannya.

Maka dari itu, dari penjelasan tersebut di atas menggambarkan bahwasanya peran merupakan kewajiban yang harus dijalankan oleh seseorang atau kelompok sesuai dengan kedudukannya di dalam status tertentu dalam suatu lingkungan masyarakat dimana ia berada. Dengan demikian, maka MUI Kepulauan Seribu mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya menanggulangi dampak negatif pariwisata terhadap kehidupan keberagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu.

22

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori Psikologi Sosial, Cet.1, (Jakarta: CV Rajawali, 1995), h. 235.


(28)

2. Tinjauan Sosiologi Tentang Peran

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan (dependent) pada makhluk atau manusia lainnya, Peranan menurut ahli sosiologi, seperti menurut Ralph Linton, yaitu: The dynamic aspec of status. Seseorang menjalankan peranan manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan statusnya. Sedangkan suatu status adalah “a collection of right

and duhes” suatu kumpulan hak dan kewajiban. Robert K. Merton mempunyai pandangan yang berbeda yaitu pelengkap hubungan peranan yang dipunyai seseorang karena menduduki status sosial tertentu.23

Dalam teorinya, Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori peran dalam empat golongan yaitu istilah yang menyangkut:

a. Orang yang mengambil bagian dalam interaksi tersebut. b. Perilaku yang muncul dalam istilah tersebut.

c. Kedudukan orang dalam perilaku. d. Kaitan antara orang dan perilaku.24

B. Teori Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Menurut Tead dan Terry kepemimpinanyaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada

23

Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993), h. 62-63.

24

Sarlito Wirawan Saryono, Teori Psikologi Sosial, Cet. Ke-8, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 215.


(29)

kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.25

Sedangkan menurut Young kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.26

Berbeda dengan Moejiono, beliau memandang bahwa leadership atau kepemimpinantersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin.27

Dari beberapa definisi para tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnanmerupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang

25

Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h. 76.

26

Ibid. 27

Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 45.


(30)

yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

2. Teori-teori Kepemimpinan

a. Teori Sifat

Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagin adalah:28

1) pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan.

2) sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif.

3) kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.

28

Sondang P. Siagin, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 75-76.


(31)

Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan antara lain: terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.

b. Teori Perilaku

Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:

1) Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi. 2) Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin

yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan


(32)

kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.29

c. Teori Situasional

Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagin adalah:30

1) Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas. 2) Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan. 3) Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan. 4) Norma yang dianut kelompok.

5) Rentang kendali.

6) Ancaman dari luar organisasi 7) Tingkat stress

8) Iklim yang terdapat dalam organisasi.

29

Gary Yukl, Kepemimpinan dalam Organisasi, (Jakarta: PT. Indeks, 2010), h. 27.

30

Sondang P. Siagin, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 129.


(33)

3. Tipe Kepemimpinan

a. Tipe Kepemimpinan Kharismatis

Tipe kepemimpinan kharismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power)

dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.31

b. Tipe Kepemimpinan Paternalistis dan Maternalistik

Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:32 1) Pemimpin yang menganggap bawahannya sebagai manusia yang

tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan. 2) Pemimpin yang bersikap terlalu melindungi.

3) Pemimpin yang jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri.

31

YW Sunindhia, Kepemimpinan Dalam Masyarakat Modern, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), h. 64.

32


(34)

4) Pemimpin yang hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif.

5) Pemimpin yang memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri. 6) Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh berbeda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebihan.33

c. Tipe Kepemimpinan Militeristik

Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: 34

1) Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana.

2) Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.

3) Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan.

4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya

33

Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 36.

34


(35)

5) Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya.

6) Komunikasi hanya berlangsung satu arah. d. Tipe Kepemimpinan Otokratis

Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:35

1) Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi.

2) Pemimpin yang selalu berperan sebagai pemain tunggal. 3) Berambisi untuk merajai situasi.

4) Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri.

5) Bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan.

6) Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi.

7) Adanya sikap eksklusivisme.

8) Selalu ingin berkuasa secara absolut.

9) Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, ketat dan kaku.

10)Pemimpin yang akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.

e. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire

Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat

35


(36)

semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif.36

f. Tipe Kepemimpinan Populistis

Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan dari luar. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.37

g. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif

Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpin biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan

36

K. Permadi, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Manajemen. (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 82.

37

A Timpe, Dale, Kepemimpinan (Seri Manajemen Sumber Daya Manusia), (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 1991), h. 38.


(37)

ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.38 h. Tipe Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.

Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasihat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.39

C. Teori Ekonomi

Ilmu ekonomi digunakan untuk menganalisis permasalahan ekonomi yang terkait dengan kegiatan ekonomi dalam peranannya untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.Fenomena pendekatan ekonomi dibangun berdasarkan kesamaan prinsip-prinsip berpikir untuk menguraikan

38

Ibid. 39

Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h. 76.


(38)

suatu gejala dengan masalah sosial ekonomi. Faktor-faktor ekonomi, non ekonomi, sosial budaya sangat mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat.40

Hubungan pariwisata dengan aspek ekonomi, pariwisata dapat dikatakan sebagai industri pariwisata, jika di dalam industri tertentu ada suatu produk tertentu, di dalam industri pariwisata yang disebut produk tertentu tersebut adalah kepariwisataan itu sendiri. Seperti halnya di suatu industri ada konsumen, ada permintaan, ada penawaran, dimana produsen mempunyai tugas untuk menghasilkan suatu produk agar dapat memenuhi permintaan. Pada industri pariwisata konsumen yang dimaksud adalah wisatawan. Wisatawan mempunyai kebutuhan dan permintaan-permintaan yang harus dipenuhi dan pemenuhan kebutuhan tersebut dengan sarana uang.41

Pariwisata merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam ekonomi. Secara mikro dijelaskan perkembangan pariwisata meningkatkan pendapatan daerah setempat. Munculnya komunitas pedagang di sekitar lokasi untuk menambah pendapatan dan meningkatkan jumlah pengunjung, karena merupakan salah satu fasilitas yang tersedia dan mudah dijangkau.

40

Sjafri Sairin, Pengantar Ekonomi Antropologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 8.

41


(39)

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU A. Sejarah

Pulau Tidung merupakan pulau terbesar dalam gugusan pulau-pulau di Kepulauan Seribu. Pulau ini memiliki luas 109 hektare dengan jumlah penduduk 4160 jiwa. Menurut masyarakat setempat, nama Pulau Tidung berasal dari kata Tidung, yang artinya tempat berlindung, karena pulau ini sering dijadikan sebagai tempat untuk berlindung dari para bajak laut atau perompak.

Dalam buku Sedjarah Djakarta, yang terbit tahun 60 atau 70-an, disebutkan bahwa ketika Fatahillah menyerbu Portugis di Malaka, beliau menggunakan pulau-plau di teluk Jakarta ini sebagai basis mengatur strategi. Salah satu pulaunya kemudian diberi nama Pulau Tidung, yang artinya pulau tempat berlindung.42

Menurut penduduk setempat, Pulau Tidung mulai dihuni penduduknya sekitar tahun 1920-an. Pada saat itu telah ada orang yang menjadi penjaga pulau yang didatangkan dari Rawa Belong. Pada tahun 1942 (saat penjajah Jepang datang ke Indonesia) penduduk Pulau Tidung pernah diungsikan ke daerah Tegal Alur Jakarta Barat. Pengungsian tersebut berlangsung selama tiga tahun, hingga tahun 1945. Penduduknya baru bisa kembali setelah penjajah Jepang kalah.

42

Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec. Kepulauan Seribu Selatan Kab. Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012.


(40)

Kini Pulau yang terhampar membujur panjang dari barat ke timur ini menjadi pusat Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Kecamatan ini membawahi 3 Kelurahan antara lain, Kelurahan Pulau Pari, Kelurahan Pulau Untung Jawa dan Kelurahan Pulau Tidung.43

B. Keadaan Geografis

Kelurahan Pulau Tidung adalah salah satu dari tiga Kelurahan yang ada di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, secara Administratif Kelurahan Pulau Tidung dibatasi dengan bagian Utara Laut Jawa, Timur Laut Jawa, SelatanLaut Jawa dan Barat Laut Jawa.

1. Batas Wilayah

Sedangkan batas wilayah kelurahan Pulau Tidung secara geografis dapat dilihat sebagai berikut :

— Sebelah Utara : 05O 46„ 15“LS

— Sebelah Timur : 106O 34„ 22“BT

— Sebalah Selatan : 05O 59„ 30“BT

— Sebelah Barat : 106O 26„ 00“LS

Pemerintahan kelurahan secara operasional penyelenggara pemerintahan yang berhubungan langsung dengan masyarakat atau dengan

43

Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec. Kepulauan Seribu Selatan Kab. Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012.


(41)

kata lain garis terdepan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dengan posisi dan kedudukan ini pemerintah kelurahan memiliki peran yang sangat strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan saat ini yang menuntut pemerintah untuk lebih mandiri, transparan, akuntabel, dan demokrasi.

Kelurahan Pulau Tidung Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan membawahi 6 pulau, 4 RW dan 24 RT, dengan luas wilayah 106,90 Hektare, baik dilihat dari status tanah, peruntukan tanah maupun jenis tanah, yang terdiri dari areal pemukiman, pertanian, pariwisata, dan rekreasi.

2. Luas Wilayah44

Pulau Tidung Kepulauan Seribu mempunyai luas wilayah 106,90 hektare. Namun luas wilayah tersebut dibagi atas beberapa wilayah, diantaranya: luas wilayah menurut status tanah, luas wilayah menurut peruntukan tanah, dan luas wilayah berdasarkan jenis tanah,

a. Luas wilayah berdasarkan status tanah

Jika dilihat dari segi luas wilayah Pulau Tidung menurut status tanahnya yaitu terbagi atas: tanah milik negara yang luasnya 23.06 Hektare, tanah milik adat yaitu 83,09 hektare, dan tanah wakaf yang mempunyai luas 0,75 hektare. Untuk lebih jelasnya, tabel 1 akan menggambarkannya.

44

Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec. Kepulauan Seribu Selatan Kab. Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012.


(42)

Tabel 1. Luas wilayah Pulau Tidung Berdasarkan Status Tanah Tahun 2012

No Status Tanah Luas (%)

1 Tanah Negara 21,6 %

2 Tanah Milik Adat 77,7 %

3 Tanah Waqaf 0,7 %

Jumlah 100%

Sumber: Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec. Kepulauan Seribu Selatan Kab. Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012

Terlihat dari tabel 1 bahwa tanah milik adat lebih dominan di bandingkan dengan tanah negara dan tanah waqaf. Hal tersebut dikarnakan masyarakat yang tinggal di Pulau Tidung adalah penduduk asli Pulau itu sendiri. Tanah wakaf terlihat paling sedikit dibanding status tanah lainnya. Karna tanah wakaf adalah tanah milik pribadi dan biasanya dimanfaatkan untuk fasilitas umum yang peruntukkannya masih sedikit.

b. Luas wilayah berdasarkan peruntukan tanah

Luas wilayah Pulau Tidung jika dilihat menurut peruntukan tanah diantaranya sebagaimana tabel di bawah ini:

Tabel 2. Luas wilayah Pulau Tidung Berdasarkan Peruntukan Tanah Tahun 2012

No Peruntukan Tanah Luas (%)


(43)

2 Pariwisata/Rekreasi 17,3 %

3 Fasilitas Umum 2,9 %

4 T P U 1,0 %

5 Perkebunan 57,2 %

6 Jalan 3,7 %

Jumlah 100 %

Sumber: Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec. Kepulauan Seribu Selatan Kab. Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012

Berdasarkan tabel di atas, tanah untuk perkebunan lebih mendominasi dibanding dengan tanah peruntukkan lainnya yaitu 57,2 % dikarenakan Pulau Tidung adalah daerah lautan dan pantai, perkebunan mayoritas disana adalah perkebunan kelapa dan sukun yang menjadi makanan khas pulau tersebut, hanya perkebunan kelapa dan sukun yang cocok dengan tekstur tanah di pulau ini. Perkebunan ini biasanya berada di sebelah barat dan timur Pulau yang di kelilingi lautan ini. Dan tanah yang diperuntukkan untuk Tempat Pemakaman Umum (TPU) lebih sedikit dikarnakan tingkat kematian di Pulau ini yang rendah, jadi itulah yang membuat tanah unutk TPU paling sedikit.45

45

Wawancara langsung dengan Bapak Bunyamin, S.Sos, MM, Lurah Pulau Tidung, pada tanggal 30 September 2012 di Pulau Tidung.


(44)

c. Luas wilayah menurut jenis tanah

Luas wilayah Pulau Tidung didominasi oleh daratan jika dilihat dari jenis tanah yaitu 106,90 hektare. Karena menurut data kelurahan Pulau Tidung bahwa yang masuk dalam wilayah tanah Pulau Tidung hanya daratan sedangkan lautan tidak termasuk dalam hitungan wilayah Pulau Tidung.46

C. Keadaan Penduduk47

Keadaan penduduk Pulau Tidung Kepulauan Seribu dapat dilihat dari segi umur dan jenis kelamin, tingkat pendidikan masyarakat, dan mata pencaharian. Inilah komponen yang dapat menggambarkan kondisi masyarakat yang ada di Pulau Tidung.

1. Penduduk berdasarkan kelompok umur

Pulau Tidung yang berada di sebelah selatan Kepulauan Seribu mempunyai penduduk 4160 jiwa.48 Tingkat kelahiran pendudukan di Pulau dari tahun ketahun mengalami peningkatan, hal tersebut dapa dilihat dari penduduk yang berumur 0-09 tahun. Untuk lebih jelasnya, tabel 4 akan menggambarkan keadaan penduduk Pulau Tidung berdasarkan umur.

46

Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec. Kepulauan Seribu Selatan Kab. Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012.

47

Ibid.

48


(45)

Tabel 3. Penduduk Pulau Tidung Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009-2012

No Kelompok Umur

Tahun

2009 2010 2011 2012

1 0 - 09 Tahun 876 978 1071 1077

2 10 - 19 Tahun 839 843 828 824

3 20 - 29 Tahun 844 835 798 798

4 30 - 39 Tahun 701 695 679 677

5 40 - 49 Tahun 483 479 473 470

6 50 - 59 Tahun 274 169 272 272

7 60 - 69 Tahun 179 174 174 174

8 70 - 75 Tahun Keatas 41 35 60 60

Sumber: Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec.Kepulauan Seribu Selatan Kab. Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012

Tabel diatas menjelaskan bahwa penduduk Pulau Tidung yang berumur 0-09 tahun mengalami peningkatan dari tahun 2009-2012. Hal tersebut disebabkan karena angka kelahiran penduduk terus bertambah dari tahun ke tahun. Lain lagi penduduk yang berumur 10-19 tahun sepertinya mengalami ketidakstabilan, dimana pada tahun 2009 berjumlah 839 jiwa, lalu meningkat di tahun 2010 menjadi 843 jiwa, kemudian mengalami penurunan di tahun 2011 dengan jumlah 828 dan kembali meningkat di tahun 2012 yang berjumlah 824 jiwa. Hal ini disebabkan karna adanya tingkat kematian yang disebabkan penyakit demam berdarah dan malaria yang mejangkiti sebagian masyarakat


(46)

Pulau Tidung dari pertengahan tahun 2011 sampai dengan awal tahun 2012, hal tersebut lebih didominasi oleh penduduk yang berumur 10-19 tahun dan juga perpindahan penduduk di umur tersebut dari Pulau Tidung ke Pulau lain atau bahkan ke daerah lain seperti Tangerang dan daerah daratan Jakarta lainnya. Berbeda dengan penduduk yang berumur 20-29 tahun terus mengalami penurunan dari tahun 2009-2012. Penurunan ini disebabkan ikatan pernikahan penduduk Pulau Tidung dengan Penduduk di luar Pulau seperti Jakarta dan Tangerang yang mengakibatkan perpindahan tempat tinggal ke luar Pulau Tidung, meskipun angka tersebut tidak terlalu signifikan. Selain itu angka kematian juga menjadi penyebab penurunan jumlah penduduk meskipun tidak tinggi serta mobilitas masyarakat dari Pulau ke daerah lain juga masih ada. Penduduk yang berumur 30-39 tahun juga terus mengalami penurunan dalam kurun tahun 2009-2012. Jika lihat ditabel, penurunan tersebut tidak terlalu signifikan dari tahun ke tahun. Penurunan ini disebabkan hampir sama dengan umur-umur sebelumnya yakni angka kelahiran yang rendah, angka kematian yang terus ada meskipun tidak terlalu tinggi namun berpengaruh terhadap angka penduduk Pulau Tidung serta mobilitas penduduk dari Pulau Tidung ke daerah lain dan sebaliknya masih terus ada. Umur 40-49 tahun angka penduduk jelas di tabel bahwa mengalami penurunan dari tahun 2009-2012 meskipun tidak signifikan, angka kematian yang terus ada sebagai penyebab turunnya jumlah tersebut. Berbeda dengan umur 50-59 tahun


(47)

yang cukup stabil yakni di tahun 2009 berjumlah 274 jiwa meskipun sesekali mengalami penurunan di tahun 2010 dengan angka 169 jiwa, akan tetapi mengalami kenaikan di tahun 2011 dan terus stabil di tahun 2012 dengan jumlah 272 jiwa. Hal tersebut mungkin agak mirip dengan keadaan penduduk yang berumur 60-69 tahun. Di tahun 2009 berjumlah 179 jiwa dan menurun di tahun 2010 dengan 174 jiwa serta terus mengalami kestabilan di tahun 2011 dan 2012. Kemudian penduduk yang berumur 70-75 dapat dikatakan mengalami peningkatan, yakni di tahun 2009 berjumlah 41 jiwa dan walaupun mengalami penurunan di tahun 2010 dengan 35 jiwa, akan tetapi kembali mengalami peningkatan yang cukup signifikan di tahun 2011 yaitu 60 jiwa dan terus kestabilan dengan jumlah yang sama di tahun 2012.

2. Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Jika dilihat dari segi tingkat pendidikan, Penduduk Pulau Tidung belum cukup berkembang, tabel 4 akan menunjukkan tingkat pendidikan penduduk Pulau Tidung.

Tabel 4. Penduduk Pulau Tidung Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009-2012

No Tingkat Pendidikan

Tahun

2009 2010 2011 2012

1 Tidak Sekolah/Belum Sekolah 607 712 808 816

2 Tidak Tamat SD/Belum Tamat


(48)

3 Tamat SD/MI 1305 1290 1263 1262

4 Tamat SLTP/Tsanawiyah 523 515 513 512

5 Tamat SLTA 615 615 599 595

6 Tamat Akademik (DI,DII,DIII) 51 51 51 51

7 Tamat Perguruan Tinggi (SI) 155 155 152 151

8 Tamat Perguruan Tinggi (S2) 7 6 8 9

Sumber: Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec. Kep. Seribu Selatan Kab. Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012

Data diatas mendeskripsikan bahwa minat sekolah masyarakat atau Angka Partisipasi Sekolah (APS) belum konsisten bahkan mengalami penurunan di beberapa tingkatan pendidikan. Tergambar dari angka yang tidak sekolah/belum sekolah dari 2009 sampai tahun 2012 mengalami kenaikkan, ini menunjukkan bahwa masih rendahnya tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan di kalangan masyarakat, angka tidak sekolah/belum sekolah didominasi oleh masyarakat berumur 45-55 tahun yang memiliki pemikiran bahwa untuk bersekolah ditingkat dasar sudah terlambat di usia mereka yang tidak muda lagi. Justru angka partisipasi sekolah mengalami peningkatan ditataran Sekolah Dasar (SD), Terbukti dari menurunnya angka masyarakat yang tidak tamat SD/belumnya tamat SD dari tahun 2009-2012. Karna pada saat itu mulai digalakkan pendidikan paket A, paket B, dan paket C oleh pemerintah khususnya di Kepulauan Seribu. Tamatan SD/MI pun mengalami kenaikan dengan jumlah rata-rata 1280 jiwa jika dibandingkan dengan data sebelumnya yaitu tidak tamat SD/belum taman SD dengan jumlah rata-rata 965 jiwa,


(49)

namun untuk tingkatan tamat SD juga mengalami penurunan dari tahun 2009-2012 jika dilihat ditingkatannya. Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih kurang dan belum tumbuh. Berbeda dengan tamatan SLTP/Tsanawiyah, tingkatan ini yang justru masa-masa yang dapat dikatakan masa yang diwaspadai oleh para orang tua, karna masa tersebut saatnya anak mencari jati diri dan tidak jarang yang terjerumus ke pergaulan bebas. Oleh karna itu angkat tamatan SLTP/Tsanawiyah mengalami penurunan meskipun tidak cukup signifikan, hal tersebut diakibatkan karna tidak sedikit siswa yang berhenti sekolah di tengah jalan atau diberhentikan karna perkawinan dini. Begitu pula dengan tamatan SLTA, dengan kasus dan permasalahan yang sama. Angka tamatan mengalami penurunan karna tidak sedikit siswa yang terjerumus dalam pergaulan bebas dan melakukan pernikahan dini bahkan tidak sedikit pula yang berhenti sekolah karna lebih memilih untuk bekerja. Berbeda jika lihat data tamatan akademik (DI, DII, DIII) dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 menunjukkan angka yang sama yaitu 51 jiwa. Ini menggambarkan bahwa masyarakat masih kurang meminati pendidikan akademik (DI, DII, DIII) karna dalam pemikiran masyarakat tamatan tersebut agak sulit untuk mencari dan mendapat pekerjaan. Angka pendidikan yang cukup tinggi terjadi tingkatan pendidikan tamatan S1 meskipun menurut tingkatan tersebut mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan. Ini memberikan gambaran bahwa pendidikan S1 terus digalakkan dan banyak diminati oleh masyarakat


(50)

meskipun menngalami penurunan angka, akan tetapi ini mununjukkan bahwa masyarakat perlahan menyadari bahwa pendidikan itu penting dan hingga perguruan tinggi. Tamatan S2 pun mengalami peningkatan meskipun ditahun 2010 menurun dari tahun sebelumnya yakni 7 jiwa menjadi 6 jiwa, namun angka itu terus mengalami peningkatan ditahun 2011 menjadi 8 dan di tahun 2012 menjadi 9.49

3. Penduduk berdasarkan mata pencaharian

Mayoritas penduduk Pulau Tidung bermata pencaharian sebagai Nelayan, dikarenakan Pulau Tidung merupakan daerah yang dikelilingi oleh lautan dan didukung oleh potensi ikan yang banyak. Berikut ini adalah jenis mata pencaharian penduduk Pulau Tidung.

Tabel 5. Penduduk Pulau Tidung Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2009-2012

49

Wawancara langsung dengan Bapak Bunyamin, S.Sos, MM, Lurah Pulau Tidung

No Jenis Mata Pencaharian

Tahun

2009 2010 2011 2012

1 Tani (Budidaya Rumput Laut) 50 50 65 65

2 Pedagang/Pengusaha 66 66 99 99

3 Buruh (Bangunan) 50 50 52 52

4 PNS 190 190 185 185


(51)

Sumber: Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec.Kepulauan Seribu Selatan Kab. Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012

Tabel diatas menunjukkan bahwa masyarakat Pulau Tidung lebih dominan bermata pencaharian sebagai nelayan. Karna Pulau Tidung adalah daerah yang dikelilingi oleh lautan dan didukung potensi ikan yang cukup banyak dan variatif serta faktor pendidikan juga mempengaruhi masyarakat di Pulau ini memilih profesi sebagai nelayan. Data diatas juga menggambarkan bahwa profesi sebagai ABRI/Polisi kurang diminati oleh masyarakat karna masyarakat menilai profesi tersebut mempunyai resiko yang tinggi dan biaya pendidikan untuk jadi seorang ABRI/Polisi terhitung tidak sedikit. Justru PNS (Pegawai Negeri Sipil) menjadi profesi urutan kedua pilihan masyarakat disana. Memang profesi sebagai PNS dinilai masyarakat sebagai bukti kesuksesan seseorang dalam berkarir. Oleh karna itu, dengan alasan yang demikian, tidak sedikit masyarakat yang berbondong-bondong untuk menjadi PNS khususnya di pendidikan atau guru. Profesi sebagai pedagang/pengusaha juga menjadi pilihan yang selanjutnya dan tidak sedikit. Melihat akan kebutuhan masyarakat yang semakin hari meningkat, menjadikan sebagian masyarakat sebagai peluang usaha dan lagi-lagi faktor pendidikan juga mempengaruhi masyarakat untuk berprofesi sebagai pedagang/pengusaha. Yang biasa diperjual-belikan adalah kebutuhan sembako, alat-lat elektronik,

sayur-6 Nelayan 666 680 1440 1440


(52)

sayuran dan makanan cepat saji. Menjadi petani rumput laut juga menjadi pilihan masyarakat, karna melihat potensi laut yang produktif dan mendukung untuk menanam rumput laut dan bisa menjadi tambahan pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari. Profesi menjadi buruh bangunan dan wiraswasta merupakan pilihan terakhir namun tidak sedikit yang memilih mata pencaharian ini. Kondisi alam di Pulau in tidak menentu dan daerah yang tidak begitu luas membuat profesi ini kurang diminati karna lowongan pekerjaan yang tidak pasti dan kurang menjanjikan.50

D. Keagamaan

Masyarakat Pulau Tidung yang berjumlah 4160 jiwa dan semuanya atau 100 % beragama Islam dan penduduknya bermazhab Imam Syafi‟i dan berbasis

Nahdlatul Ulama Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah.51

1. Tempat peribadatan52

Sudah dapat dilihat bahwa seluruh masyarakat Pulau Tidung beragama Islam dan sudah dapat di pastikan pula bahwa tempat peribadatan yang ada di Pulau Tidung adalah hanya tempat peribadatan agama Islam. Namun untuk lebih jelasnya lihat berikut:

50

Wawancara langsung dengan Bapak Bunyamin, S.Sos, MM, Lurah Pulau Tidung, pada tanggal 30 September 2012 di Pulau Tidung.

51

Wawancara langsung dengan Bapak H. Rahmat Syamsudin, Ketua MUI Kepulauan Seribu, pada tanggal 13 Mei 2012 di Pulau Tidung Kepuluan Seribu.

52

Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec. Kepulauan Seribu Selatan Kab. Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012.


(53)

Tabel 6. Tempat Peribadatan Di Pulau Tidung Tahun 2012

No

Jenis Tempat Peribadatan

Jumlah

Nama Tempat Peribadatan

1 Masjid 2 1. Masjid Nurul Huda

2. Masjid Nurul Hijrah

2 Musholla 7 1. Musholla Ar-Rahman

2. Musholla Baitul Rahim 3. Musholla Nurul Iman 4. Musholla An-Nur 5. Musolla Al-Ijtihad 6. Musholla Nurul Hikmah 7. Musholla Al-Ikhlas

3 Gereja -

4 Kelenteng -

5 Vihara/Tepekong -

Jumlah 9

Sumber: Dokumentasi Kantor Kelurahan Pulau Tidung Kec. Kepulauan Seribu Selatan Kab. Adm. Kepulauan Seribu, Maret 2012

Tabel diatas menggambarkan bahwa masyarakat Pulau Tidung 100 persen beragama Islam, hal tersebut dibuktikan dengan keberdaaan masjid yang berjumlah 2 buah dan musholla berjumlah 7 buah. Keberadaan masjid dan musholla tersebut mampu menampung penduduk Pulau Tidung untuk


(54)

melaksnakan ritual beribadah maupun melakukan kegiatan-kegiatan keislaman lainnya.

2. Kegiatan tempat peribadatan

Seperti halnya tempat peribadatan, kegiatan yang biasa dilakukan adalah kegiatan rutinitas atau kegiatan ceremonial. Seperti halnya tempat peribadatan (masjid atau musholla) yang ada di Pulau Tidung, kegiatan yang

biasa dilakukan adalah sholat berjama‟ah, pengajian, majelis taklim dan lain

sebagainya. Untuk lebih jelasnya, lihat tabel 7 yang menggambarkan kegiatan tempat peribadatan di Pulau Tidung.

Tabel 7. Kegiatan Tempat Peribadatan Di Pulau Tidung Tahun 2012

No Masjid/Musholla Kegiatan

1 Masjid Nurul Huda 1. Sholat berjama‟ah

2. Pengajian setiap malam minggu 3. Yasinan dan tahlil setiap malam

jum‟at

4. Kuliah subuh setiap hari jum‟at

5. Kajian kitab kuning setiap malam rabu

6. Taklim kaum bapak setiap seminggu sekali53

2 Masjid Nurul Hijrah 1. Sholat berjama‟ah

53

Wawancara langsung dengan Bapak H. Badrun Muntako, Pengurus Masjid Nurul Huda, pada tanggal 03 Mei 2012 di Pulau Tidung.


(55)

2. Pengajian anak-anak (TPA) setiap

hari ba‟da ashar

3. Yasinan dan tahlil setiap malam

jum‟at

4. Kuliah subuh setiap hari minggu 5. Taklim kaum bapak setiap

seminggu Sekali

6. Majelis taklim kaum ibu setiap hari sabtu54

3 Musholla Ar-Rahman 1. Sholat berjama‟ah

2. Dzikir dan Istighosah setiap malam minggu

3. Yasinan dan tahlil setiap malam

hari jum‟at

4. Kuliah subuh setiap hari jum‟at

5. Kajian kitab kuning setiap malam kamis

6. Majelis taklim kaum ibu setiap

jum‟at

7. Taklim kaum bapak setiap malam

54

Wawancara langsung dengan Bapak H. Abd. Manaf, Pengurus Masjid Nurul Hijrah, pada tanggal 03 Mei 2012 di Pulau Tidung.


(56)

sabtu

8. Pelatihan pencak silat setiap sabtu sore

9. Pelatihan Marawis dan Hadroh setiap minggu sore55

4 Musholla Baitul Rahim 1. Sholat berjama‟ah

2. Pengajian anak-anak (TPA) setiap

hari ba‟da ashar

3. Yasinan dan tahlil setiap malam

jum‟at

4. Majelis taklim kaum ibu setiap hari minggu56

5 Musholla Nurul Iman 1. Sholat berjama‟ah

2. Pengajian anak-anak (TPA) setiap

hari ba‟da ashar

3. Yasinan dan tahlil setiap malam

jum‟at

4. Majelis taklim kaum ibu setiap hari

55

Wawancara langsung dengan Bapak Moh. Dani, Pengurus Musholla Ar-Rahman, pada tanggal 04 Mei 2012 di Pulau Tidung.

56

Wawancara langsung dengan Bapak Abd. Rahman, Pengurus Musholla Baitul Rahim, pada tanggal 04 Mei 2012 di Pulau Tidung.


(57)

rabu57

6 Musholla An-Nur 1. Sholat berjama‟ah

2. Pengajian anak-anak (TPA) setiap

hari ba‟da ashar

3. Kajian kitab kuning seminggu sekali

4. Yasinan dan tahlil setiap malam

jum‟at

5. Majelis taklim kaum ibu setiap hari senin58

7 Musolla Al-Ijtihad 1. Sholat berjama‟ah

2. Pengajian anak-anak (TPA) setiap

hari ba‟da ashar

3. Yasinan dan tahlil setiap malam

jum‟at

4. Majelis taklim kaum ibu setiap hari selasa59

8 Musholla Nurul Hikmah 1. Sholat berjama‟ah

57

Wawancara langsung dengan Bapak Moh. Ma‟mun, Pengurus Musholla Nurul Iman, pada tanggal 04 Mei 2012 di Pulau Tidung.

58

Wawancara dengan Bapak Syahroni, Pengurus Musholla An-Nur, pada tanggal 05 Mei 2012 di Pulau Tidung.

59

Wawancara langsung dengan Bapak H. Ibrahim, Pengurus Musholla Al-Ijtihad, pada tanggal 05 Mei 2012 di Pulau Tidung.


(58)

2. Pengajian anak-anak (TPA) setiap

hari ba‟da ashar

3. Yasinan dan tahlil setiap malam

jum‟at

4. Majelis taklim kaum ibu setiap hari kamis60

9 Musholla Al-Ikhlas 1. Sholat berjama‟ah

2. Pengajian anak-anak (TPA) setiap

hari ba‟da ashar

3. Yasinan dan tahlil setiap malam

jum‟at

4. Majelis taklim kaum ibu setiap hari sabtu61

Sumber: Wawancara dengan para pengurus masjid dan musholla yang ada di Pulau Tidung

3. Tradisi Keagamaan Masyarakat Pulau Tidung

Beberapa tradisi atau kebiasaan keagamaan yang masyarakat setempat anggap harus terus dijunjung tinggi dan dilestarika. Tradisi tersebut diantaranya:

60

Wawancara langsung dengan Bapak Ahmad Syakir, Pengurus Musholla Nurul Hikmah, pada tanggal 05 Mei 2012 di Pulau Tidung.

61

Wawancara langsung dengan Bapak Amirullah, Pengurus Musholla Al-Ikhlas, pada tanggal 05 Mei 2012 di Pulau Tidung.


(59)

a. Tahlilan

Acara ritual memperingati hari kematian yang biasa dilakukan oleh masyarakat setempat. Tahlilan biasanya dilakukan dengan membaca beberapa ayat Al-Qur‟an, dzikir, dan do‟a-do‟a yang ditujukan untuk mayit. Biasanya dilakukan setiap hari dari hari pertama hingga hari ketujuh, kemudian dilanjutkan hari ke-40, hari ke-100, hingga menginjak tempo setahun serta tiga tahun hari kematian.

b. Mauludan atau Rasulan

Tradisi yang dilaksanakan ketika masyarakat yang akan melaksanakan pernikahan atau resepsi. Ritual ini biasanya membaca riwayat-riwayat Nabi serta sholawat-sholawat.

c. Sedekah Bumi

Dilakukan oleh masyarakat Pulau Tidung satu kali dalam setahun. Tradisi ini merupakan warisan tradisi orang tua terdahulu yang bertujuan agar selalu mensyukuri karunia dan nikmat yang tuhan berikan.

d. Sedekah Kopi

Ritual yang dilakukan ketika masyarakat atau nelayan yang mempunyai kapal atau perahu baru dan sebelum digunakan harus dilakukan ritual ini. Tujuannya adalah sebagai wujud rasa syukur dan kapal atau perahu dijauhkan dari marabahaya ketika digunakan.


(60)

e. Arwahan

Ritual yang biasa dilakukan setiap satu tahun sekali tepatnya di hari terakhir pada bulan sya‟ban atau menjelang bulan ramadhan. Tujuannya adalah untuk mengenang para sanak, saudara atau orang tua yang telah mendahului agar mendapat ketenangan di alam kubur. f. Pulau Tidung yang terkenal dengan masyarakat agamisnya yakni

kebiasaan masyarakat pada saat waktu menjelang maghrib tidak ada yang keluar rumah atau tidak ada di jalan karena masyarakat percayai

jika ada yang melanggar akan kena bala dan bahaya atau “pamali”. Ini

merupakan kebiasaan yang masyarakat anggap harus terus dilestarikan.62

62Pernyataan langsung H. Dja‟far Arsy (Tokoh Masyarakat) Pulau Tidung, 12 Januari


(1)

DATA GUIDE

KELURAHAN PULAU TIDUNG

KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN

KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN TAHUN 2012

No Nama Guide Alamat

1 Sutadi Pulau Tidung

2 Joni Pulau Tidung

3 Iqbal Pulau Tidung

4 Iwan Pulau Tidung

5 Reza Pulau Tidung

6 Abd. Rahim Pulau Tidung

7 Rangga Pulau Tidung

8 Eris Pulau Tidung

9 Radiansyah Pulau Tidung

10 Lukmanul Hakim Pulau Tidung

11 Pengang Pulau Tidung

12 Deta Pulau Tidung

13 Adam Pulau Tidung

14 Paris Pulau Tidung

15 Bibi Pulau Tidung

16 Paqih Pulau Tidung

17 Abdillah Pulau Tidung

18 Bambang Pulau Tidung

19 Sulaiman Pulau Tidung

20 Iman Syafii Pulau Tidung

21 Ibrahim Pulau Tidung

22 Sahril Pulau Tidung

23 Didin Pulau Tidung

24 Ma‟mun Pulau Tidung

25 Aldi Pulau Tidung


(2)

27 Rahmat Pulau Tidung 28 Toto Hariyanto Pulau Tidung

29 Masrio Pulau Tidung

30 Amri Wibowo Pulau Tidung

31 Buyung Pulau Tidung

32 Rudini Pulau Tidung

33 Andra Pulau Tidung

34 Abu Bakar Pulau Tidung

35 Ali Ahmad Pulau Tidung

36 Yosef Ismail Pulau Tidung 37 Galih Sofyan Pulau Tidung

38 Sona Rudi Pulau Tidung

39 Adriansyah Pulau Tidung

40 Jamaludin Pulau Tidung

41 Eki Kurniawan Pulau Tidung

42 Jiwi Asmat Pulau Tidung

43 Kholis Mansyur Pulau Tidung

44 Choirudin Pulau Tidung

45 Ahmad Yani Pulau Tidung

46 Ahmad Farhan Pulau Tidung

47 Hermansyah Pulau Tidung

48 Abraham Pulau Tidung

49 Safriansyah Pulau Tidung

50 Hirmawan Pulau Tidung

51 Hamdi Pulau Tidung

52 Rezki Pulau Tidung

53 Firdaus Pulau Tidung

54 Reno Suratno Pulau Tidung

55 Mustakim Pulau Tidung


(3)

57 Sigit Ade Pulau Tidung

58 Sukarno Pulau Tidung

59 Joko Sanjaya Pulau Tidung

60 Maulana Pulau Tidung

61 Agung Prasetyo Pulau Tidung

62 Adma Fahmi Pulau Tidung

63 Jailani Pulau Tidung

64 Syukur Rido Pulau Tidung

65 Royani Pulau Tidung

66 Sajili Pulau Tidung

67 Abd. Rauf Pulau Tidung

68 Mustakur Pulau Tidung

69 Khumaidi Pulau Tidung

70 Ivan Lutfi Pulau Tidung

71 Sobirin Pulau Tidung

72 Satiri Pulau Tidung

73 Satrio Pulau Tidung

74 Slamet Pulau Tidung

75 Abd. Manaf Pulau Tidung

76 Jasmani Pulau Tidung

77 Alvi Pulau Tidung


(4)

[.

Ir. H. ]uanda No.95 Ciputatl54l2 Lrdonesia

KEMENTERIAN

AGAMA

UNIVERSITAS

ISLAM

NEGERI

(UIN)

SYARIF

HIDAYATULLAH

IAKARTA

FAKULTAS

ILMU DAKWAH DAN

IIMU

KOMUNIKASI

Telepon,/Fax : (02\ 7 3272ll / 747WS8o

Website : www.Idkuinjakarta.ac.i4 E-mail : dakwah@fdk.uinjakafta.acid

,l

ir

i iii :'l ll

Nomor

:

Un.01/F5/KM.0 1.3/990/2012

Lamp

:1(satubundel)

Hal

:

Bimbingan

Skripsi

Nama

Nomor Pokok

Jurusan /Semester

Judul Sluipsi

Tembusan:

1. Dekan

2. Ketua Jurusan Manajemen Dakwah (MD)

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Jakarta,09

Maret

2012

Kepada Yth.

Prof. Dr. H. Syamsir Salam

Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

As s al amu' al ailatm Wn Wb.

Bersama

ini

kami sampaikan sebuah out line skripsi yang diajukan oleh mahasiswa

Fakultas

Ilmu

Dakwah dan

Ilmu

Komunikasi

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai

berikut,

Hilmansyah

108053000008

Manajemen Dakwah (MD) /

VIII

Peranan

Majelis

Ulama Indonesia dalam

Penanggulangan

Dampak Pariwisata terhadap Kehidupan Keagamaan

di

Pulau

Tidung Kepulauan Seribu.

Kami

mohon

kesediaannya

untuk

membimbing

mahasiswa

tersebut

dalart

penyusunan dan penyelesaian skripsinya dalam waktu yang tidak terlalu lama. Atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.

Was salamu'

alaih,m

Wr. Wb.


(5)

Jl. ir. H. ]uanda No. 95 Cipuht 15412Indonesia

KEMENTERIAN

AGAMA

UNIVERSITAS

ISLAM

NEGERI

(UIN)

SYARIF

HIDAYATULLAH

IAKARTA

FAKULTAS

ILMU DAKWAH DAN ILMU

KOMUNIKASI

Telepon/Fax : (027) 7432728

/

7MBr58o

Webslte : urww.f dkuinjakarta.ac,ld, &.nail : dakwah@fdk.uinjakarta.acid

Nomor

: Un.0l/I5/KM.0t.31990/2012

Lamp.

:

I

(Satu)bundel

Hal

: Penelitian/Wawancara

Tembusan:

l.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

2. Ketua Jurusan Manajemen Dakwah (MD)

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Jakarta, 09 Marct201,2

Kepada Yth.

Pimpinan

MUI

Kepulauan Seribu

Jakarta

di Tempat

As salarnu' alaikum Wr. Wb.

Dengan hormat bersama

ini

karni

sampaikan bahwa mahasiswa Fakultas

Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta di bawah ini,

Nama

:

Hilmansyah

Nomor

Pokok

:

108053000008

Jurusan/Semester

:

Manajemen Dakwah (MD)

/Vm

bermaksud melaksanakan penelitian/wawancaxa

ultuk

bahan penulisan

skripsi

yang

berjudul

Peranan

Majelis

Ulama Indonesia dalarn Penanggulangan Dampak Pariwisata

terhadap Kehidupan Koagamaan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu.

Sehubungan dengan

itu,

kami memohon kepada Bapak/Ibr.r/Sdr. kiranya berkenan menerima mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan penelitian/wawancara dimaksud.

Demikian, atas perhatian dan perkenannya kami mengucapkan terima kasih.

Was salamu' alaikum Wr. Wb,

Subhan,

MA


(6)

MAJELIS ULAMA

INDONESIA

KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN

SERIBU

Sekretariat : Pulau Tidung - Kepulauan Seribu Telp. 54395401 - 79192039

SURAT KETERANGAN

Nomor

: 25lM U

l-Ks/xl 2012

Sehubungan dengan surat Dekan Fakultas

llmu

Dakwah dan

llmu

Komunikasi Universitas

lslam Negeri

(UlN)

Syarif

Hidayatullah Jakarta

Nomor

Un.O1'lF5lKM.0L'3/99012012

tanggal

9

Maret

ZOL2

perihal

penelitian/wawancara, bersama

ini

kami

sampaikan bahwa mahasiswa

dibawah ini

:

Nama

NIM

J urusan/Semester

:Hilmansyah

: 108053000008

: Manajemen Dakwah

(MD)/Vlll

Telah melaksanakan

penelitian/wawancara untuk

bahan penulisan skripsi yang

berjudul

,,peranan

Mojelis {Jlama

lndonesia

Dolam

Penonggulongon

Dompok

Pariwisoto

Terhodop Kehidqpan Ke:ogomoon di Pulou Tidung Kepualaun Seribu".

Demikian kami sarnpaikan,

untuk

dapat dipergunakan sebagaimana mestlnya'

Pulou Tidung, 22 Oktober 2012

Maielis

Ulama lndonesia

Kabupaten

Administrasi

Kepulauan Seribu