Konsep Pertahanan dan Keamanan dalam Perspektif Al-Quran dan

BAB II TINJAUAN UMUM

TENTANG HUBUNGAN BATAS WILAYAH DALAM PERTAHANAN ISLAM

A. Konsep Pertahanan dan Keamanan dalam Perspektif Al-Quran dan

Hadits Keamanan, dari kata dasar aman, ialah kondisi yang bebas dari bahaya, 12 di dalamnya paling tidak terdapat empat kondisi yaitu: Pertama, perasaan bebas dari gangguan fisik dan psikis. Kedua, bebas dari pada kekhawatiran. Ketiga, perasaan dilindungi dari segala bahaya. Keempat, perasaan damai lahiriah dan batiniah. 13 Dalam kaitan dengan pembelaan negara, pertahanan negara, pertahanan batas wilayah negara, pertahana nasional dimaksudkan sebagai kekuatan, kemampuan, daya tahan dan keuletan yang menjadi tujuan suatu bangsa untuk menghadapi tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang datang dari luar atau pun dari dalam, yang secara langsung atau tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Dalam Islam, ketahanan dan keamanan sangat terkait dengan kehidupan, dan kedua kata ini dalam bahasa agama Islam disebut dengan al-amn. Karena itu, 12 Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 29 13 Hasyim Irianto, et. Al., Buku Panduan Ceramah Kamtubmas Dalam Perspektif Islam Medan: Jabal Rahmat, 2000, hlm. 5 hubungan yang signifikan di atas paling tidak dapat dilihat dari dua sisi. Pertama , keamanan sendiri berasal dari bahasa arab, yaitu al-amn, yang berarti aman tentram. Kedua, keamanan terkait dengan keimanan, karena iman sebagai suatu keteguhan dalam hati akan menciptakan rasa aman. Orang yang beriman adalah orang yang aman, yaitu aman dari segala gangguan dan kegundahan, baik di dunia apalagi di akhirat nanti, tanpa dihinggapi rasa takut Dari pengertian di atas, kajian tentang pertahanan dan keamanan, paling tidak terkait dengan kondisi empiris, konsisi ideal yang diharapkan , dan faktor-faktor yang menyebabkan ada atau tidaknya kondisi-kondisi di atas. Ketahanan dan keamanan sebagai kondisi ideal dari suatu masyarakat atau negara diilustrasikan al Quran dengan ungkapan “baldatun thayyibah,” seperti dijelaskan dalam QS. As-Saba’ ayat 15   + , -., 0 123 45679: ; : 0=  A B C D9E F GH : 0 I:1JK L MN Artinya “Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda kekuasaan Tuhan di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. kepada mereka dikatakan: Makanlah olehmu dari rezki yang dianugerahkan Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. Negerimu adalah negeri yang baik dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Pengampun . QS. Saba’: 15 Sesuai dengan ayat di atas, Saba adalah sebuah negara yang aman dan makmur. namun karena masyarakatnya tidak mengindahkan ajaran agama, mereka merusak ekosistem, akhirnya negara yang subur dan makmur berubah menjadi negara yang tandus dan kering, secara geografis negara tersebut terdapat di negara Yaman sekarang. 14 Dengan mengambil kejadian negara Saba’ di atas, dalam pandangan Islam, Negara yang adil makmur haruslah memiliki ketahanan dan keamanan dalam semua aspek kehidupan sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama. Ketahanan sosial ialah adanya daya dukung sosial yang kuat, sehingga hubungan sosial terjamin secara kuat di antara mereka. Ketahanan politik ialah terjaminnya stabilitas politik dari ancaman baik dari dalam maupun dari luar. Ketahanan budaya ialah adanya budaya suatu masyarakat yang tahan dari serbuan budaya asing. Sedangkan ketahanan agama ialah terciptanya keimanan yang kuat, sehingga tidak goyah dalam menghadapi berbagai macam ancaman, baik ancaman secara fisik, seperti tekanan dari agama lain ; ancaman ekonomis, seperti perlakuan pelanggaran hukum, seperti korupsi; ancaman ideologi, seperti Komunisme, Marxisme, Ateisme dan lain-lain; maupun ancaman dari pengamalan ajaran agama. Di dalam upaya perwujudan ketahanan dan keaman perlu dikerahkan segenap potensi dan kemampuan, seperti digambarkan dalam QS. al-Anfal ayat 60 14 Syahrin Harahap dan Hasan Bakti Nasution ed, Islam dan Reformasi TNI, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2000, hal. 5 0: 0 0  PQ2 S T U GBV12 W XY 9: Z6ES6 [\1 ] =2 _ 0  `a Jb0  0 cd=e P f0g hi   f1,;32  ja  ,;32 A 1J Kk2 l ` m ZE DT `a n 1 E PQf0 0 hi [\1,;3 J2 M 4 Artinya “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang yang dengan persiapan itu kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya dirugikan. QS. Al-Anfal: 60 Ayat di atas menjelaskan bahwa pertahanan pada akhirnya terkait dengan tindakan pertahanan diri militer, yang dalam bahasa agama disebut denga jihad. Jihad, sebagi suatu ajaran Islam, merupakan elan vital pengembangan dan kelestarian ajaran Islam. Islam tidak akan berkembang dan atau tidak akan bertahan tanpa aktivitas jihad. Itulah sebabnya doktrin Jihad menempati posisi strategis signifikan dalam ajaran Islam, sehingga jihad dujadikan sebagai kewajiban komunal wajib kifayah , dan bisa mengarah pada kewajiban personal wajib ain ketika suasana membutuhkan. Begitu pentingnya ajaran ini hampir-hampir dijadikan sebagai rukun Islam yang keenam. 15 Seperti juga pandangan al-Qur’an, al-Hadits sebagai pemberi penjelasan tambahan terhadap al-Quran memberikan perhatian khusus dalam upaya mewujudkan ketahanan dan keamanan serta upaya menghindari adanya gangguan ketahanan dan keamanan. Dari QS. al-Anfal ayat 60 di atas dipahami bahwa upaya menciptakan dan mempertahankan ketahanan dan keamanan harus mengerahkan segenap kemampuan dan peralatan, termasuk kuda perang, yang dalam bahasa modern sebagi transportasi militer Ayat ini dipertegas lagi oleh sebuah hadits yang menegaskan bahwa suatu ketika Nabi Muhammad memerintahkan pengikutnya sahabatnya untuk mempersiapkan kekuatan. Sahabat bertanya apa yang dimaksud dengan kekuatan, nabi menjawab al-ramy panah. Panah dalam hadits di atas tentu harus dipahami secara kontekstual. Sebagai suatu alat yang mampu menjangkau sasaran jarak jauh, dalam arti modern panah tentu dapat dimaknakan sebagai peluru kendali atau rudal yang mampu mencapai sasaran jarak jauh, seperti panah. Hal ini dipahami dari hadits: ﺱ “Siapkanlah kekuatan. “sahabat bertanya apakah kekuatan itu? Nabi menjawab, kekuatan itu panah”. HR. Muslim 16 15 Debby A. Nasution, Kedudukan Militer Dalam Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003,hal 134 16 Imam Abi al-Husaini, Shahih Muslim, juz II, Beirut: Libanon, hal.163 Dalam Islam, seperti dijelaskan hadits, pertahanan, kecuali dalam arti fisik, juga dalam arti non fisik, yaitu kemampuan mengendalikan hawa nafsu. Perang terhadap hawa nafsu di gambarkan oleh hadits: “Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad yang lebih besar” H.R. Baihaqi 17 Ungkapan nabi ini muncul ketika pulang dari perang Badar yang besar. Begitu besarnya perang ini sehingga sahabat bertanya, masihkah ada perang jihad yang lebih besar lagi. Pertanyaan ini dijawab nabi sesuai dengan hadits di atas. Ini memberi isyarat bahwa pertahanan sebenarnya dalam arti non fisik, yaitu pengendalian hawa nafsu. Dalam arti yang lebih luas, ketahanan dan keamanan digambarkan oleh hadist dalam bentuk doa nabi, yang berbunyi: + ,-. 0 1 2 31 4 5 6+ﻥ8 - “Ya Tuhanku, aku berlindung bagi-Mu dari kelemahan fisik dan rohani, sikap malas, penakut dan kikir, hutang yang lebih banyak dari kekayaan, dan dari keterkaan atau rasa takut”. HR Muslim 18 Dari hadits ini tersirat bahwa ketahanan memilki tiga makna, yaitu ketahanan jasmani dalam bentuk sehat secara fisik, ketahanan rohani dan mental, dalam bentuk sehat kejiwaan dan terhindar dari sikap malas, penakut dan mengalami tekanan dari luar; dan ketahanan secara ekonomi, sehingga hutang tidak melebihi kekayaan. 17 Ihya ‘Ulum al-Din’, juz III, Beirut: Libanon, hal. 110 18 Imam Abi al-Husaini, Shahih Muslim, juz II, Beirut: Libanon, hal. 577

B. Jihad Sebagai Sistem Pertahanan