Latar Belakang Masalah BATAS WILAYAH NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 43

BAB I BATAS WILAYAH NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 43

TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DALAM PERSPEKTIF KETATANEGARAAN ISLAM

A. Latar Belakang Masalah

Konsep Indonesia sebagai negara kepulauan telah diakui oleh seluruh dunia, yang mana pengakuan Indonesia sebagai negara kepulauan ini merupakan suatu anugerah yang besar serta rahmat yang senantiasa diberikan oleh Tuhan yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia. Luas wilayah laut Indonesia meliputi 23 dari seluruh wilayah perairan yang menjadi kesatuan dengan daratan. Dengan luas wilayah Indonesia baik daratan maupun perairan, nilai srategis perairan Indonesia menjadi sorotan dunia. Indonesia letaknya secara geografis di persimpangan jalan antara Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia dan antara Benua Asia dengan Benua Australia, karena itu merupakan daerah yang sering dilewati pelayaran Internasional maka akan menjadi tanggung jawab besar bagi bangsa Indonesia dalam pengelolaan dan pengamanannya, maka dalam prakteknya dilapangan suatu proses tanggungjawab dalam pengelolaan dan pengamanannnya bangsa Indonesia memerlukan kekuatan serta kemampuan dalam bidang maritim yang besar, kuat serta modern. Dalam pengelolan Sumber Daya Alam besar yang terkandung di dalamnya seperti: ikan , mineral, koral, batu laut, dan lain sebagainya itu semua perlu adanya teknologi dan peralatan yang canggih yang tak membutuhkan sedikit dana dalam pengelolaan dan pelestarianya sehingga bisa tetap terjaga . Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Batas wilayah laut Indonesia pada awal kemerdekaan hanya selebar 3 mil laut dari garis pantai Coastal baseline setiap pulau, yaitu perairan yang mengelilingi Kepulauan Indonesia bekas wilayah Hindia Belanda. Namun ketetapan batas tersebut, yang merupakan warisan kolonial Belanda, tidak sesuai lagi untuk memenuhi kepentingan keselamatan dan keamanan negara Republik Indonesia. Atas pertimbangan tersebut, maka lahirlah konsep Nusantara Archipelago yang dituangkan dalam Deklarasi Juanda pada tanggal 13 Desember 1957. Isi pokok dari deklarasi tersebut “Bahwa segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk daratan negara Republik Indonesia tanpa memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar dari wilayah daratan negara Republik Indonesia, dan dengan demikian merupakan bagian dari perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak negara Republik Indonesia”. Deklarasi Djuanda dikukuhkan pada tanggal 18 Pebruari 1960 dalam Undang- undang Nomor 4Prp tahun 1960 tentang Perairan Indonesia. Ketetapan wilayah Republik Indonesia yang semula sekitar 2 juta km2 daratan berkembang menjadi sekitar 5,1 juta km2 meliputi daratan dan lautan. Dalam hal ini, ada penambahan luas sebesar sekitar 3,1 juta km2, dengan laut teritorial sekitar 0,3 juta km2 dan perairan laut nusantara sekitar 2,8 juta km2. 1 Pada konferensi Hukum Laut di Geneva tahun 1958, Indonesia belum berhasil mendapatkan pengakuan Internasional. Namun baru pada Konferensi Hukum Laut pada sidang ke tujuh di Geneva tahun 1978. Konsepsi Wawasan Nusantara mendapat pengakuan dunia internasional. Hasil perjuangan yang berat selama sekitar 21 tahun mengisyaratkan kepada Bangsa Indonesia bahwa visi maritim seharusnya merupakan pilihan yang tepat dalam mewujudkan negara Kesatuan Republik Indonesia. 2 Melalui Konvensi Hukum Laut Internasional UNCLOS pada tahun 1982, yang hingga kini telah diratifikasi oleh 140 negara, negara-negara kepulauan Archipelagic states memperoleh hak mengelola Zona Ekonomi Eksklusif seluas 200 mil laut diluar wilayahnya. Sebagai negara kepulauan, Indonesia mempunyai hak mengelola yurisdiksi terhadap Zona Ekonomi Eksklusif, meskipun baru meratifikasinya. Hal itu kemudian dituangkan dalam Undang-undang No. 17 tanggal 13 Desember 1985 tentang pengesahan UNCLOS United Nations Convention on the Law of the Sea. Penetapan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia ZEEI mencapai jarak 200 mil laut, dikukur dari garis dasar wilayah Indonesia ke arah laut lepas. Ketetapan tersebut kemudian dikukuhkan melalui Undang-undang Nomor 51983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Konsekuensi dari implementasi Undang- undang tersebut adalah bahwa luas wilayah perairan laut Indonesia bertambah sekitar 1 Merebut Kedaulatan Laut Dalam, GATRA Edisi Khusus Januari 2006, hal. 16-17 2 Merebut Kedaulatan Laut Dalam, hal. 19 2,7 juta Km2, sehingga menjadi sekitar 5,8 juta Km2. Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 UNCLOS 1982 melahirkan delapan zonasi pegaturan regime hukum laut yaitu, 1. Perairan Pedalaman internal waters , 2. Perairan kepulauan archiplegic waters termasuk ke dalamnya selat yang digunakan untuk pelayaran internasional, 3. Laut Teritorial teritorial waters, 4. Zona tambahan contingous waters, 5. Zona ekonomi eksklusif exclusif economic zone , 6. Landas Kontinen continental shelf, 7. Laut lepas high seas, 8. Kawasan dasar laut internasional international sea-bed area. 3 Konvensi Hukum Laut 1982 mengatur pemanfaatan laut sesuai dengan status hukum dari kedelapan zonasi pengaturan tersebut. Negara-negara yang berbatasan dengan laut, termasuk Indonesia memiliki kedaulatan penuh atas wilayah perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial; sedangkan untuk zona tambahan, zona ekonomi eksklusif dan landasan kontinen, negara memiliki hak-hak eksklusif, misalnya hak memanfaatkan sumber daya alam yang ada di zona tersebut. Sebaliknya, laut lepas merupakan zona yang tidak dapat dimiliki oleh negara manapun, sedangkan kawasan dasar laut Internasioal dijadikan sebagai bagian warisan umat manusia. 4 Secara geografis, dengan jumlah 17.508 pulau dan panjang pantai hingga mencapai 95.180 kilometer agenda menjaga keutuhan NKRI perlu menjadi prioritas. 3 T. May Rudy, Hukum Internasional 2 Bandung: PT. Refika Aditama, 2006, hal. 17-21 4 Jacub Rais, Wilayah Lautan: Common Property Dilemmas dan warisan umat manusia, GATRA Edisi Khusus Januari 2006, hal. 20 Pemerintah RI perlu tegas atas berbagai provokasi yang mengganggu kedaulatan wilayah RI. Menjaga keutuhan NKRI, meliputi keutuhan dan kedaulatan wilayah negara dan wilayah perbatasan, serta pengembangan dan pemberdayaan di masyarakat wilayah perbatasan. Kedaulatan dan keutuhan NKRI dimaksud meliputi wilayah daratan, wilayah perairan, dan wilayah udara mutlak. Indonesia harus memiliki landasan hukum yang kuat terkait eksistensi wilayah negara dan wilayah perbatasan. 5 Munculnya beberapa provokasi yang mengganggu kedaulatan NKRI perlu menjadi perhatian Pemerintah RI. Misalnya kasus Blok Ambalat, pencurian hasil laut oleh kapal-kapal asing, dan penyelundupan kayu hasil illegal logging ke negara lain. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia telah menerbitkan sebuah undang-undang yang khusus mengatur tentang wilayah negara, yaitu Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang wilayah negara. Disebutkan dalam Pasal 1 Butir 9 Undang-undang Nomor 43 Tahun 2008 bahwa landas kontinen Indonesia adalah meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya dari area di bawah permukaan laut yang di luar laut territorial, sepanjang kelanjutan alamiah wilayah daratan hingga pinggiran luar tepi kontinen, atau hingga suatu jarak 200 mil laut dari garis pangkal di mana lebar laut territorial diukur, dalam hal pinggiran luar tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut, hingga paling jauh 350 mil 5 Letjen TNI Hadi Waluyo, Mempertahankan Kedaulatan: Pulau-pulau Terdepan di Wilayah Daratan NKRI , Jurnal Yudhagama nomor 70 tahun XXVI Maret 2006 laut sampai dengan jarak 100 mil laut dari garis kedalaman 2500 meter. 6 Menyikapi ketentuan Pasal 1 Butir 9 Undang-undang Nomor 43 Tahun 2008 tersebut di atas, penulis berpendapat bahwa ketentuan tentang batas landas kontinen tersebut masih belum dapat dilaksanakan atau dijadikan acuan sepenuhnya. Artinya masih memungkinkan terjadinya konflik tentang pengakuan wilayah Indonesia dengan negara tetangga. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Hampir 17000 pulau besar dan kecil tersebar di seluruh perairan Nusantara. Sebagaimana diucapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, saat ini terdapat 90 pulau berada dititik terluar wilayah Indonesia, 88 di antaranya berbatasan langsung dengan negara tetangga. Tidak hanya Pulau. Sipadan dan Ligitan saja pulau-pulau yang kepemilikannya cukup rawan. Sebenarnya, beberapa pulau di Perairan Indonesia mempunyai potensi untuk hilang, semisal Pulau Lapis di Kalimantan Barat yang kebudayaan penduduknya lebih dekat ke Thailand daripada Indonesia. Masyarakat di Pulau Myangas di perbatasan Filipina, dominan dipengaruhi kebudayaan Filipina. Selain itu, pulau Nipah yang saat ini disengketakan dengan Singapura dan Malaysia, berkaitan dengan penambangan pasir laut. Ada sekitar 12 pulau yang belum jelas kekuatan hukumnya dengan negara tetangga. Jarak laut pulau-pulau terluar tersebut dengan wilayah negara tetangga tidak ada 100 mil, sehingga untuk menentukan batas-batasnya masih banyak kendala. Contohnya saja adalah jarak antara pulau Bintan Indonesia dan 6 Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara, Bandung:Citra Umbara,2008 Johor Malaysia yang jaraknya diperkirakan 11 mil laut. 7 Dari contoh tersebut di atas, terlihat bahwa ketentuan Pasal 1 Butir 9 Undang- Undang Nomor 43 Tahun 2008 tidak dapat diterapkan pada penentuan batas wilayah antara Pulau Bintan Indonesia dan Johor Malaysia. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa di luar batas-batas laut yang telah disepakati secara bilateraltrilateral, batas laut yang lainnya sebagian besar belum tegaspasti. Keterlambatan penentuan batas perairan secara pasti merupakan kerugian bagi Indonesia. Hal ini sekaligus menjadi tantangan untuk segera menuntaskannya, namun bilamana pada tahun 2009 belum dilakukan penyerahan batas laut ke PBB dengan mendepositkan peta batas laut, Indonesia akan kehilangan kesempatan atau tertundanya pengakuan dunia internasional atas hak-haknya sebagai negara maritim yang dijamin hukum laut internasionalUNCLOS 1982 tahun 2009 adalah limit waktu dari PBB untuk penentuan batas laut. Penentuan geostrategi adalah politik dalam pelaksanaan yaitu upaya bagaimana mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan politik. Sebagai contoh pertimbangan geostrategis untuk negara dan bangsa Indonesia adalah kenyataan posisi silang Indonesia dari berbagai aspek, disamping aspek-aspek geografi juga dari aspek demografi, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Posisi silang Indonesia tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1. Geografi: Wilayah Indonesia terletak di antara dua benua, Asia dan Australia, 7 Viva news, Kapal Perang Milik Malaysia Melanggar Batas Wilayah RI. Diunduh pada Hari Selasa, 26 Mei 2009. serta di antara samudra Pasifik dan samudra Hindia. 2. Demografi: penduduk Indonesia terletak diantara penduduk jarang di selatan Australia dan penduduk padat di utara RRC dan Jepang 3. Ideologi: ideologi Indonesia Pancasila terletak diantara liberalisme di selatan Australia dan Selandia Baru dan komunisme di utara RRC, Vietnam, dan Korea Utara 4. Politik: Demokrasi Pancasila terletak diantara demokrasi liberal di selatan dan demokrasi rakyat. 5. Ekonomi: Ekonomi Indonesia terletak dianatara ekonomi kapitalis dan selatan Sosialis di utara. 6. Sosial: Masyarakat Indonesia terletak diantara masyarakat individualisme di selatan dan masyarakat sosialisme di utara. 7. Budaya: Budaya Indonesia terletak diantara budaya barat di selatan dan budaya timur di utara. 8. Hankam: Geopolitik dan geostrategi Hankam Pertahanan dan Keamanan Indonesia terletak di antara wawasan kekuatan maritim di selatan dan wawasan kekuatan kontinetal di utara. Dari uraian di atas didapatkan beberapa aspek pendukung tentang bagaimana bangsa Indonesia seharusnya dapat bersikap dalam hal menentukan geostrategi dalam kehidupan bernegara ataupun hubungan internasional dengan bangsa lain. Sehingga bisa dikatakan sangat ironis sekali ketika Indonesia sebagia negara kepulauan yang mana memiliki luas perairan yang terbesar yang kaya akan potensi sumberdaya alam laut yang tidak bisa dikatakan sedikit, memiliki suatu kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan yang bertugas dalam pertahanan dan keamanan perairan yang lemah. Kelemahan dalam pertahanan dan pengamanan ini dapat dilihat dari tidak kejelasannya batas laut yang dimiliki oleh Indonesia sehingga ini merupakan tugas dari suatu satuan keamanan terkhusus pertahanan dan keamanan laut atau maritim. Dengan lemahnya keamanan menyebabkan semakin maraknya kejahatan yang terjadi di laut. Sehingga dua hal yaitu Pertahanan dan Keamanan adalah suatu hal yang sangat penting dan tidak bisa dikatakan suatu hal yang biasa tapi justru harus menjadi sorotan utama atau menjadi suatu prioritas yang harus difikirkan oleh negara. Pertahanan dan keamanan merupakan kebutuhan asasi dharuriyah setiap manusia, masyarakat dan negara, kapan dan di mana saja. Sebab dengan adanya pertahanan dan keamanan, manusia, masyarakatnya dan negara akan mampu mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya. al-Qur’an merangkum kedua kebutuhan asasi itu dalam term al-amn, atau keamanan. Kata al-amn keamanan dalam al-Qur’an terdapat 45 kali, 8 namun kata tersebut dalam hubungannya dengan keamanan dan pertahanan memiliki makna yang amat luas. Di dalamnya paling tidak terkandung dua makna. Pertama, saling mempercayai, bukan saling mencurigai. Kedua, makna ketenangan dan kedamaian, bukan pertentangan dan permusuhan. Oleh karena itu, menjadi tugas dan tanggung jawab semua komponen bangsa 8 Wahbah al-Zuhaili dkk, Buku Pintar Al-Quran Seven in One, Terj. Imam al-Ghazali Masykur dkk, Jakarta: Almahira, 2009, hal. 826-827 untuk mewujudkan pertahanan dan menciptakan al-amn atas nama negara. Secara kelembagaan rakyat dan negara Republik Indonesia telah melimpahkan amanah menciptakan al-amn pada Tentara Nasional Indonesia TNI. Disadari atau tidak, amanah itu selain berkonotasi horizontal berasal dari harapan rakyat Indonesia, juga berkonotasi vertical kepercayaan dari Tuhan. Akan tetapi, sesuai sifatnya sebagai amanah kolektif, pertahanan dan keamanan tidak hanya menjadi tanggung jawab TNI, melainkan juga segenap komponen bangsa sebagai implementasi dari bela negara. 9 Hukum internasional merupakan rujukan resmi dari pertentangan atau perselisihan antar negara lebih-lebih mengenai masalah batas wilayah negara sehingga menjadi penting untuk melibatkan hukum internasional. Dalam Islam mendapatkan bandingnya dalam konsep siyar, yang mana merupakan cabang dari shari’ah . Tapi, pengertian siyar memiliki cakupan pengertian yang unik. Keunikan yang dikandung oleh siyar dapat ditemukan dalam perlakuan yang membedakan antara hubungan negara Muslim dan non-Muslim. Di samping itu, juga meliputi hubungan antara negara-negara muslim itu sendiri. Yang terakhir ini dikelompokan pada hubungan antar negara-negara Muslim, yang didasarkan pada ummah dan solidaritas sebagai muslim. Setidak-tidaknya, kontribusi Islam dapat dibuktikan melalui teori dan rumusan konsep pengelompokan negara dalam keadaan perang dan damai. Dalam konsepsi siyar terdapat beberapa kelompok: negara Islam darul 9 Syahrin Harahap dan Hasan Bakti Nasution ed, Islam dan Reformasi TNI, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, 2000, hal. 9 Islam , negara Islam yang ada dalam kekuasaan negara non-Islam darul harb, dan negara dalam keadaan perjanjian darul ahd. Di samping itu, konsep kedaulatan dalam siyar terkait dengan sumber klasik Islam, yaitu dari \ad-Daulah dan sikap netralitas dari satu negara Islam terhadap dua negara yang sedang bertikai. 10 Karena tingginya problem tentang batas wilayah, mendorong pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang wilayah negara. Sehingga sebagai negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam, tinjauan hukum ketatanegaraan Islam terhadap Undang-undang wilayah negara tersebut seperti terkait dengan hukum-hukum seputar tindak kriminal hudud, menurut hemat penulis sangat penting sekali, Sehingga umat Islam dapat menghayati Undang-undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang wilayah negara, dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan latar belakang di atas tersebut, karya ilmiah ini berusaha mengelaborasi lebih lanjut problem batas wilayah negara dalam konteks Undang- undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang wilayah negara, menurut perspektif ketatanegaraan Islam, maka penulis tertarik untuk, mengkaji lebih dalam bentuk sebuah skripsi atau karya ilmiah dengan judul “Batas Wilayah Negara Menurut Undang-undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara dalam Perspektif Ketatanegaraan Islam” 10 Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, Hukum Internasional Kontemporer, Bandung, Refika Aditama, 2006, hal 37-38 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk mengkaji lebih dalam dan mendasar tentang Undang-undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang wilayah negara, terutama mengenai ketentuan batas wilayah negara, maka penulis perlu membatasi masalah, sedangkan batasan skripsi yang penulis simpulkan adalah berkisar pada permasalahan yang berhubungan dengan batas wilayah negara menurut Undang-undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang wilayah negara dalam pandangan hukum ketatanegaraan Islam Perumusan masalah yang penulis ajukan dalam tulisan ini adalah: 1. Bagaimana aturan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang wilayah negara mengenai batas wilayah negara dapat diimplementasikan di Republik Indonesia? 2. Bagaimana perspektif ketatanegaraan Islam terhadap Undang-undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara dalam hal batas wilayah negara?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian