Intelijen Negara dalam Perspektif Ketatanegaraan Indonesia dan Ketatanegaraan Islam

(1)

INDONESIA DAN KETATANEGARAAN ISLAM

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

SANGIDUN 104045201526

KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

INTELIJEN NEGARA DALAM PERSPEKTIF KETATANEGARAAN INDONESIA DAN KETATANEGARAAN ISLAM

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

SANGIDUN

NIM: 104045201526 Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum Masyrofah. S.Ag., M.Si

KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

Skripsi yang berjudul “INTELIJEN NEGARA DALAM PERSPEKTIF KETATANEGARAAN INDONESIA DAN KETATANEGARAAN ISLAM” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 17 Februari 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Jinayah Siyasah (Konsentrasi Ketatanegaraan Islam).

Jakarta, 17 Februari 2009 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

PANITIA UJIAN

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA,MM. NIP. 150 210 422


(4)

1. Ketua : Asmawi, M.Ag. (………...) NIP. 150 282 394

2. Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag. (………...) NIP. 150 282 403

3. Pembimbing I: Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. (……….) NIP. 150 274761

4. Pembimbing II: Masyrofah. S.Ag., M.Si. (.……..………..) NIP. 150 318 256

5. Penguji I : Dr. Rumadi, M.A. (……….)

NIP. 150 283 352

6. Penguji II : Sri Hidayati, M.Ag. (……….) NIP. 150 282 403


(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Februari 2009


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya kepada Allah, Rabb al-‘izzati, Dzat Yang Maha Rahman dan Rahim, yang senantiasa mendengarkan keluh kesah penulis selama belajar untuk meraih cita-cita. Salawat dan salam dimohonkan untuk Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul, serta para sahabatnya yang telah memberikan inspirasi bagi penulis untuk belajar politik ketatanegaraan Islam.

Skripsi yang berjudul “Intelijen Negara Dalam Perspektif Ketatanegaraan Indonesia dan Ketatanegaraan Islam” ini adalah penelitian tentang bagaimana kagiatan, hukum,dan kedudukan Intelijen negara dalam ketatanegaraan Islam dan Indonesia.

Oleh karena itu, sudah seharusnya kalau penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1) Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA., Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2) Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

3) Asmawi, M.Ag., Ketua Program Studi Jinayah Siyasah dan Sri Hidayati, M.Ag., Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah yang tanpa henti memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.

4) Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum dan Masyrofah.S.Ag. M.Si yang membimbing penulis untuk teliti, cermat dan akurat dalam menulis skripsi ini, hingga berkali-kali harus direvisi. Semoga apa yang telah diajarkan mendapat balasan dari Allah Swt.

5) Kepada Dr. Rumadi, M.A dan Sri Hidayati M.Ag, sebagai penguji skripsi ini yang telah memberikan kritik konstruktifnya. Penulis mengucapkan terimakasih yang mendalam.

6) Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan untuk para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan.

7) Kepada Kepala Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Kepala Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Daerah DKI Jakarta, Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’, Kepala Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta Perpustakaan Utama Universitas Indonesia, dan seluruh karyawannya yang telah menyediakan berbagai literatur yang mendukung penyusunan skripsi ini.


(8)

8) Kepada teman-teman kelas Konsentrasi Siyasah Syar’iyyah, Program Studi Jinayah Siyasah, Lembaga Dakwah Kampus (LDK), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Himpunan Mahasiswa Persatuan Umat Islam Jakarta (HIMA PUI Jakarta), Serumpun Mahasiswa Riau (SEMARI) UIN Jakarta, Asosiasi Pelajar Islam Sumatera Barat (ASSALAM SUMBAR), Ikatan Pelajar Mahasiswa Kumabara Utama (IPMKU), serta sahabat-sahabat penulis, terimakasih atas segala jalinan persahabatan yang telah memberikan warna bagi kehidupan penulis.

9) Ucapan terimakasih dan doa kepada yang terhormat, keluarga besar Wangsa Dikarya, Ayahanda Jamalin Badruddin bin Hasan Ma`ruf dan Ibunda Sutirah binti “Guru” Sungkono, Kakanda Al-Saidi, S.T., Siti Asiyah, S. Pt dan Siti Muasyiroh, serta Adinda Rofiq el-Rahman, Ngasiq el-Rahman dan Maslahuddin, atas ‘senyum’ motivasinya serta dukungan moral maupun material kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas segala kebaikan untuk semuanya dengan yang lebih baik

Akhir kalimat, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dalam khazanah keilmuan bagi kita semua.

Jakarta, 30 Januari 2009 M 03 Safar 1430 H Penulis


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………i

DAFTAR ISI……….iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………...1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah………...9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….10

D. Review Studi Terdahulu………....11

E. Kerangka Konseptual………13

F. Metode Penelitian……….……….15

G. Sistematika Penulisan……….………...17

BAB II MENGENAL INTELIJEN NEGARA INDONESIA A. Pengertian Intelijen Negara………...20

B. Sejarah Intelijen Negara Indonesia………...22

1. Masa Kerajaan Hindhu-Budha………...23

2. Masa Kerajaan Islam………...25

3. Zaman Penjajahan Belanda………...27

4. Zaman Pendudukan Jepang………...29


(10)

5. Pasca Kemerdekaan……….………...30

C. Organisasi dan Jenis Intelijen Negara………...33

1. Organisasi Intelijen Negara………...33

2. Jenis Intelijen Negara………34

D. Tugas dan Fungsi Intelijen Negara……….………...37

E. Intelijen dalam Lembaga Negara………..41

1. Intelijen TNI………..41

2. Intelijen POLRI……….44

3. Intelijen KPK……….52

4. Intelijen Kejaksaan………54

BAB III INTELIJEN NEGARA DALAM KETATANEGARAAN ISLAM A. Sejarah Intelijen Dalam Islam (Pra Kenabian)……….……...57

1. Pengertian Intelijen dalam Islam………...57

2. Praktik Intelijen Pada Masa Pra-Kenabian ……….………….58

B. Praktik Intelijen Pada Masa Nabi Muhammad Saw……….………59

1. Jenis-jenis Intelijen Pada Masa Nabi Saw………61

2. Patroli dari Badar sampai ke Uhud………...67

3. Patroli dari Uhud sampai ke Hudabiyah………...68

4. Pengaturan Patroli Setelah Perang Ahzab……….69


(11)

5. Pakta Pertahanan Hudaibiyah……….………...71 C. Perkembangan Intelijen Pasca Nabi Muhammad Saw……….………...72

BAB IV INTELIJEN NEGARA DALAM KETATANEGARAAN INDONESIA DAN KETATANEGARAAN ISLAM

A. Hukum Aktivitas Intelijen (Tajassus)………...83 B. Sanksi Atas Tindakan Intelijen (Tajassus)………...92 C. Analisis Kedudukan Intelijen Negara dalam Ketatanegaraan Islam

dan Indonesia………...108

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………...…………...119 B. Rekomendasi………..…………...120

DAFTARPUSTAKA……….………122


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

”Intelijen1 ada seumur dengan keberadaan manusia.” Idiom ini menjadi satu pembenaran untuk menegaskan keberadaannya. Intelijen tidak hanya dibutuhkan oleh negara-negara yang secara definitif sudah merdeka, tetapi juga badan-badan perjuangan kemerdekaan seperti Ireland Republic Army (IRA) di Irlandia Utara, Pathani Union Liberation Organisastion (PULO) di Thailand Selatan, Macan Tamil di Srilangka dan lain sebagainya. Badan-badan perjuangan kemerdekaan tersebut memiliki juga fungsi-fungsi ke-Intelijen-an untuk menopang keberhasilan perjuangannya.

Bahkan negara-negara yang sudah maju dalam bidang pertahanan dan keamanan masih tetap mengembangkan dinas intelijen, seperti Uni Soviet yang mengembangkan Komitet Gosudarstvennoi Bezopasnosti (KGB) atau Komite Keamanan Negara Pemerintah Soviet, yang secara resmi bertanggung jawab pada Kabinet Soviet. Dalam sejarahnya, KGB semula lembaga dengan nama Vecheka (Vserossiiskaya Chrezvychainaya Komissiya po Borbe s Kontrrevolyutsiei i Sabotazhem) (1917-1922)2 yang artinya Komisi Khusus Orang Rusia untuk melawan Kontra-Revolusi dan Sabotase3.

Lembaga intelijen lainnya adalah CIA (Central Intelligence Agency), sebuah dinas rahasia Amerika Serikat yang dibentuk pada tanggal 18 September 1947 dengan

1

Intelijen secara singkat dapat dirumuskan sebagai perkiraan. Dalam arti luas, Intelijen berarti Informasi terpercaya untuk digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan. Lihat Jend. Pol. (Pur) Drs. Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya, (Jakarta: PT. Cipta Manunggal, 1999), h 52.

2

Iwan Gunawan, Konsepsi dan Implementasi Manajemen Pertahanan Keamanan Negara, http://www.gaulislam.com/ngintip-dunia-Intelijen/NgintipDuniaIntelijen. Artikel diakses pada tanggal 02 Juni 2008.

3

Sabotase berasal dari bahasa Perancis “sabot”, semacam sepatu kayu yang dipakai oleh masyarakat bawah di beberapa negara Eropa. Sabot ini dianggap sebagai simbol pemberontakan para petani dan pekerja yang revolusioner, dengan aksi menginjak-injak atau melempar sepatu-sepatu kayunya ke mesin pabrik pada masa revolusi Perancis. Dalam perkembangannya saat ini, sabotase dimaknai sebagai bentuk perang subversive. Biasanya berupa tindakan fisik dalam menghancurkan mesin militrer musuh atau mesin-mesin ekonomi. Lihat Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya, (Jakarta: PT. Cipta Manunggal, 1999), h 393.


(13)

ditandatanganinya NSA (National Security Act), pada era perang dingin dengan Uni Soviet. Tugas-tugas CIA lebih pada kontra-intelejen.4 Kini, CIA menangani peredaran drugs, organisasi kejahatan internasional, perdagangan senjata gelap, kontra-teroris setelah serangan 11 September 2001 yang menghancurkan gedung WTC.5

Sedangkan Kerajaan Inggris sudah memiliki dinas rahasia sejak tahun 1909 yang dibangun oleh Duke of Wellington, Arthur Welleskey untuk mengantisipasi perkembangan politik, militer dunia, serta keamanan Inggris Raya, dibentuklah Secret Intelligence Service atau MI6.6

Israel juga mengembangkan Mossad sebagai lembaga yang memiliki misi penyamaran dan kontra-teroris.7 Fokus dari operasi Mossad adalah dunia Arab dan organisasi-organisasi Arab (dan Islam) di seluruh dunia. Mossad juga bertanggung jawab atas pemindahan warga Yahudi keluar dari Syria, Iran dan Ethiopia. Agen-agen Mossad juga banyak disusupkan dalam pembentukan sejumlah negara komunis di Barat dan PBB.8

Dalam konteks Indonesia, pada masa sebelum kemerdekaan kegiatan Intelijen sudah ada sejak masa kerajaan Hindu-Budha yang tertua di Nusantara, kegiatan Intelijen pada masa itu dikenal dengan Telik Sandi, Weri, Bleter, Kecee yang menjadi mata-mata kerajaan untuk mengawasi kerajaan lainnya.

Pada masa penjajahan Belanda fungsi intelijen masuk dalam Dinas Reserse Umum, yang dibentuk pada 1920-an, terpisah dari Dinas Polisi Umum. Sedangkan kegiatannya adalah memata-matai kegiatan politik, daripada kegiatan kriminal lainnya. Hal ini

4

Kontra-Intelijen adalah usaha-usaha yang terorganisasi untuk melindungi keterangan-keterangan khas berharga bagi organisasi Intelijen lawan. Lihat Lihat Jend. Pol. (Pur) Drs. Kunarto, Ibid, h 334.

5

Iwan Gunawan, Konsepsi dan Implementasi Manajemen Pertahanan Keamanan Negara. 6Ibid.

7

Kontra-Teroris adalah usaha-usaha untuk mengumpulkan informasi-informasi sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan preventif untuk menghadang serangan teror.

8


(14)

menandakan bahwa pergerakan nasional anak negeri pada saat itu menjadi satu target dari kerja dan fungsi intelijen Belanda.9

Ketika Jepang berkuasa di Indonesia, peran dan fungsi ke-Intelijen-an berubah. Menariknya, Pemerintah Pendudukan Jepang di Indonesia membangun fungsi ke-Intelijen-an tidak menyatu dengan Pemerintahan Militer. Pemerintahan Penjajahan Jepang mengembangkan fungsi kepolisian, yang berorientasi pada pembangunan keamanan dalam negeri (Kamdagri) yang lebih menitikberatkan pada kegiatan preventif.10

Pada masa perjuangan kemerdekaan aktivitas keintelijenan di badan-badan perjuangan juga marak dan aktif, metode telik sandi, yang digunakan dalam proses pengintaian juga digunakan untuk mengawasi dan memata-matai aktivitas Belanda dan Jepang ketika itu. Hanya saja polanya lebih sederhana, hal ini disebabkan selain sarana dan prasana yang kurang memadai juga SDM yang masih terbatas hanya dengan memanfaatkan masyarakat umum yang bersimpati bagi perjuangan kemerdekaan.

Adapun pencetus dan pemimpin pertama lembaga intelejen negara, Zulkifli Lubis dan R. Moch. Oemargatab, yang ketika itu bernama Badan Istimewa, sebagai cikal bakal Badan Intelejen Negara (BIN) dan Pengawasan Aliran Masyarakat (PAM), sebagai organisasi keintelijenan polisi pertama, yang sekarang dikenal dengan Intelpam Polri.11

Sejak bergulirnya reformasi di Indonesia, masalah penataan kelembagaan menjadi salah satu prioritas bagi transisi demokrasi yang tengah berjalan. Kelembagaan politik yang menjadi satu dari pilar bagi liberalisasi politik pasca kejatuhan Orde Baru membuktikan bahwa hal tersebut tidak mudah. Penataan kelembagaan politik memberikan satu garansi bagi mulusnya proses demokrasi transisional dan reformasi yang diharapkan.

9

Muradi, Intelijen Negara dan Intelkam Polri, http: //muradi.wordpress.com/ 2007/01 /06 /Intelijen-negara-dan-intelikam-polri/. Artikel diakses pada tanggal 02 Juni 2008.

10

Muradi, Intelijen Negara dan Intelkam polri. 11Ibid


(15)

Permasalahan yang muncul kemudian adalah setelah delapan tahun reformasi berjalan, ternyata belum semua kelembagaan politik dan negara tertata dan sesuai dengan nilai dan prinsip demokrasi. Salah satunya adalah komunitas Intelijen, khususnya lembaga intelijen negara dan intelijen Polri yang sampai saat ini, ruang lingkup dan batasan-batasan mengenai wilayah kerja dari masing-masing intelijen tersebut belum secara jelas diatur. Bahkan berulang kali, baik lembaga intelijen negara, dalam hal ini Badan Intilejen Negara (BIN), dan intelijen keamanan, yakni intelkam Polri masih saling tumpang tindih.12

Hal di atas menyebabkan Badan Intelijen Negara (BIN), yang ditunjuk pemerintah sebagai lembaga Intelijen yang mengkoordinatori semua lembaga dan komunitas intelijen, kurang maksimal dalam memposisikan perannya. Bahkan terkadang karena merasa menjadi koordinator dari komunitas intelijen tersebut, kerap kali BIN bertindak superior dan mem-by pass banyak pekerjaan yang menjadi lahan bagi komunitas intelijen lainnya.

Walapun istilah intelijen sudah akrab di telinga masyarakat Indonesia, namun masih banyak dinilai sebagai momok yang sangat menakutkan, identik dengan penculikan, sabotase, spionase,13 propaganda,14 dan operasi, Intelijen juga represif guna melestarikan kekuasaan yang penuh dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Persepsi keliru masyarakat atas pengertian, makna, fungsi dan peran Intelijen sebagai ilmu, kegiatan, maupun intelijen sebagai organisasi, mengakibatkan rasa takut pada masyarakat, larinya modal keluar negeri, enggannya investor menanamkan modal dan lain sebagainya.15

12

Muradi, Intelijen Negara dan Intelikam Polri. 13

Spionase adalah bagian dari upaya Intelijen untuk menyelidiki secara diam-diam segala aktivitas dari negara-negara lain untuk dapat memastikan kekurangannya dan gerakan-gerakan yang terkait dengan Intelijen yang sangat diperlukan oleh pejabat-pejabat yang bersangkutan. Jadi spionase secara singkat adalah usaha secara rahasia untuk mendapatkan suatu rahasia yang dijaga ketat oleh lawan. Lihat Jend. Pol. (Pur) Drs. Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya, Ibid., h 236.

14

Propaganda merupakan sarana utama peperangan politik (menurut orang-orang Inggris). Sedangkan orang-orang Jerman menyebut perang intelektual dan di Amerika Serikat dimaknai sebagai perang psikologis atau operasi moral. Secara umum, propaganda adalah usaha-usaha yang terorganisasi untuk menyebarkan ide-ide doktrin-doktrin dan prinsip-prinsip untuk maksud tertentu.

15


(16)

Pada masa Orde Baru ada sebuah sebutan klimaks dari kegiatan operasi intelijen, yaitu “dipetruskan dan dikarungkan.”16 Selain itu penculikan dan penangkapan terhadap aktivis organisasi masyarakat yang barbasis agama, sosial atau politik yang berseberangan dengan pemerintahan menjadi trauma yang sangat mendalam bagi anak bangsa, terutama umat Islam yang dipandang sebagai kekuatan dan banyak melahirkan gerakan separatis dan gerakan disintegrasi bangsa Indonesia pada masa lalu.17

Berkaca dari operasi intelijen di negara-negara di dunia tampaknya ada kesamaan, bahwa sebagai tindakan preventif yang dilakukan secara represif oleh dinas intelijen negara hanya berujung pada penciptaan ketakutan dan kesengsaraan rakyat, terlebih dengan lahirnya Undang-undang Antiterorisme, Badan Intelijen Negara (BIN), mempunyai kewenangan yang sangat luas, yaitu menangkap, menahan, memeriksa, menggeledah, serta mencegah orang sebagai upaya memberikan perlindungan dan keselamatan negara.

Dari beberapa pasal di atas tampak jelas bahwa negara melalui BIN mempunyai kewenangan yang sah secara konstitusi untuk melakukan aktivitas memata-matai rakyatnya sendiri guna mencari orang-orang yang diduga mengancam keselamatan negara.

Adapun intelijen yang ada dalam negara Islam (Islamic State) juga selalu menakutkan masyarakat. Intelijen dalam Islamic State biasa dikenal dengan Mukhbar (Informan). Institusi ini menjadi tangan kanan penguasa untuk memata-matai rakyatnya sendiri, seperti halnya pada masa Syah Iran, yang dikenal dengan polisi rahasia “Savak”. 18

16

Pada tahun 1980-an sewaktu keamanan di anggap rawan dan polisi kewalahan dilancarkan Aksi yang di sebut “Petrus” penembakan misterius, dimana para pelaku tindakan kejahatan murni di tindak dengan ditembak langsung dan dan korban di masukan karung sehingga lahirlah istilah pada saat itu “dikarungkan”.

17

A. Bakir Ihsan, Pergulatan Islam dan Militer di Indonesia (Sebuah Fenomena 1990-an), dalam Jurnal Politik, Akses TNI di Persimpangan Jalan, (Jakarta: Yayasan Akses, Vol.1, No.03, 2001), h. 199

18


(17)

Persoalannya kemudian, bagaimana hukumnya aktivitas memata-matai rakyat yang notabene adalah kaum Muslim? Padahal Allah Swt telah melarang aktivitas memata-matai (tajassus), baik yang dilakukan oleh individu terhadap individu Muslim lainnya, maupun oleh negara terhadap individu kaum Muslim.

!

"#$

%&

'

()& *+

,-./

012 3

()& *+

4565./

78

9::: ;

78

<

6

> ?*412@3

A412 3

B

C<

D E

5*F

H E

I E

7J*FK

%>LL+

MNO% E

P 6N

H Q

R1)S!L?LK

B

*/T

B

TI./

4V

W L

YZ

MW[

(\]^

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang (tajassus) dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”. (QS. Al-Hujurat [49]: 12)”

Ayat di atas melarang berprasangka buruk, termasuk menyangka orang atau pihak tertentu sebagai ‘teroris’ serta melarang aktivitas memata-matai masyarakat dengan dalih apa pun. Aktivitas tajassus (memata-matai) dalam hal apa saja. Dengan kata lain, dengan tujuan apapun haram hukumnya memata-matai masyarakat kaum Muslim maupun ahlu

dzimmah.19 Termasuk memata-matai adalah menyadap pembicaraan, mencuri, mendengar

dan mencari-cari kesalahan. Selain itu, kecurigaan tanpa bukti nyata bisa terkategori perdurhakaan terhadap amanah kaum Muslimin. Hadits riwayat Abu Dawud dan Abu Umamah menyatakan bahwa: “Sungguh, seorang amir (pemimpin) akan mendurhakai rakyatnya, bila ia memburu kecurigaan pada mereka”.20

Kiranya lembaga intelijen negara menjadi sangat menarik untuk dikaji, karena selain masih banyak orang yang mempunyai persepsi keliru terhadap apa itu intelijen, yang menjadikan aparat intelijen seperti makan buah “Simalakama”, bertindak salah, tidak

19

Pramiati, Mewaspadai RUU Intelejen, http://hidayatullah.com/index.php?Option=Com content&task=view&id=144&Itemid=64. Artikel diakses pada tanggal 02 Juni 2008

20

Aris Solikhah, Tajassus, http://www.mailarchive.com/ ppiindia@yahoo groups. html com/ msg33743. Artikel diakses pada tanggal 02 Juni 2008


(18)

bertindak pasti lebih salah lagi. Selain itu juga karena masih sedikit orang yang mengakaji lembaga intelijen negara terutama dalam perspektif ketetatanegaraan Islam.

Atas dasar pemikiran tersebut, penulis menyusun tulisan ini untuk skripsi Program Strata Satu pada Konsentrasi Ketatanegaraan Islam Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Penelitian ini berjudul ‘‘Intelijen Negara dalam Perspektif Ketatanegaraan Indonesia dan Ketaatanegaraan Islam.’’

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi masalah agar lebih terfokus, mendalam dan nilai ilmiahnya dapat dipertahankan. Oleh karena itu, penulis membatasi permasalahan pada lembaga intelijen negara dalam ketatanegaraan Indonesia dan ketatanegaraan Islam. Karena berdasarkan dinamikanya, intelijen selalu mengalami perubahan, mulai dari aktivitas kerja, hukum sampai dengan lembaganya.

Dari pembatasan di atas, persoalan yang hendak dijawab oleh penulis adalah : 1. Bagaimana hukum intelijen Negara?

2. Bagaimana kedudukan lembaga intelijen Negara di dalam ketatanegaraan Indonesia dan ketatanegaraan Islam?

3. Bagaimana peranan lembaga intelijen Negara dalam memelihara stabilitas kemanan Negara?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penulis mengambil tema Institusi Intelijen Negara dalam Perspektif Ketatanegaraan Indonesia dan Ketatanegaraan Islam, dengan tujuan :


(19)

2. Untuk mengetahui kedudukan lembaga intelijen negara dalam perspektif ketatanegaraan Indonesia dan Ketatanegaraan Islam.

3. Untuk mengetahui peranan lembaga intelijen Negara dalam memelihara stabilitas keamanan Negara.

Manfaat dari penelitian ini terletak pada dua hal dasar yaitu :

a. Teoritis akademis, yakni sebagai nilai akademis dari hasil penelitian yang dapat disumbangkan untuk khazanah keilmuan.

b. Praktis pragmatis, yaitu sebagai kontribusi positif bagi kehidupan umat manusia. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan penulis terhadap khazanah keilmuan dan bermanfaat bagi pembaca yang ingin mengembangkan Studi Ketatanegaraan Islam (Siyasah Syar’iyyah) terutama di bidang Pertahanan dan Keamanan Negara serta memberikan kontribusi positif bagi kelangsungan hidup umat manusia.

D. Review Studi Terdahulu

Sejumlah penelitian tentang intelijen dalam berbagai perspektif memang sudah dilakukan. Hanya saja yang secara spesifik merupakan tinjauan Intelijen negara adalah karya Abdul Muhid dari Fakultas Ushuluddin dan Filsafat tahun 2005, dalam skripsinya yang berjudul Stretgi Perang dalam Islam : Kajian Kritis Atas Kebijakan dan Strategi Nabi dalam Peperangan. Dalam literatur ini dijelaskan bagaimana penggalian informasi dilakukan oleh Nabi berikut dasar-dasar strategi peperangan mulai dari persiapan, termasuk pengintaian pada pihak lawan sampai sistem patroli demi keamanan negara.

Pada skripsi ini jelas berbeda dengan apa yang penulis kaji. Karena penulis mengkaji intelijen dari dua perspektif, yaitu dalam ketatanegaraan Indonesia dan ketatanegaraan Islam. Sedangkan karya Abdul Muhid hanya sebatas mengkaji aktivitas intelijen sebagai instrumen dalam perang yang dilakukan oleh Rasulullah.


(20)

Selain skripsi, literatur mengenai intelijen Negara juga didapatkan penulis dalam buku :

1) Karya Jend. Pol. (Purn) Drs. Kunarto, Intelijen : Pengertian dan Pemahamannya, yang mengkaji tentang sejarah Intelijen di Indonesia dan teknik operasi dalam mendapatkan berita yang akurat sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan pemerintah.

Karya ini juga berbeda dengan skripsi penulis. Karena dalam skripsi ini penulis mengedepankan analisa intelijen negara dari sisi hukum, kedudukan dan aktivitas intelijen negara dari sisi tatanegara Indonesia dan tatanegara Islam. Selain itu, penulis juga menyinggung beberapa intelijen negara dalam dunia Islam, seperti Iran.

2) Buku karya Deby M. Nasution, Kedudukan Militer dalam Islam dan Peranannya Pada Masa Rasulullah Saw. Dalam buku ini dijelaskan tentang fungsi militer sebagai alat untuk menjaga kedaulatan, harkat, martabat bangsa dan Negara yang bersifat internal maupun eksternal. Perbedannya dengan skripsi ini nadalah Deby tidak menjelaskan bagaimana hukum melakukan aktivitas intelijen dan kedudukannya dalam sebuah negara.

3) Jono Hatmodjo, penulis buku Intelijen Sebagai Ilmu (Intelligence as a Science), menerangkan Intelijen secara umum dalam tataran teoritis. Perbedaan karya ini dengan kajian penulis adalah Jono Hatmodjo tidak membahas hukum dan kedudukan intelijen negara dalam praktis. Sedangkan penulis membahas dari dua sisi, yaitu intelijen dalam tataran teoritis dan praktis sekaligus.

E. Kerangka Konseptual

Pada dasarnya intelijen merupakan kebutuhan bagi setiap negara untuk mempertahankan eksistensinya baik secara internal dan eksternal dari serangan musuh. Intelijen juga merupakan instrumen untuk memenangkan perang tanpa perang (to win a


(21)

war without a war). Sedangkan untuk Indonesia, sesuai dengan Preambule UUD 1945 dan Pancasila, intelijen adalah instrumen untuk memenangkan perdamaian tanpa perang (to win peace without a war). Oleh karenanya, di Indonesia, ilmu ini diabdikan untuk kepentingan bangsa (the universal of social conscience of man) yang lebih bersifat preventif dan persuasif agar dapat mendeteksi gejolak sosial di seluruh wilayah negara yang dapat membahayakan kedaulatan negara.21

Henderson berpendapat bahwa dalam semua abad, semua kaum intelek itu lebih memperhatikan diri sendiri dalam peperangan untuk meminimalisir resiko.22 Menurut Matthew B. Ridgway (KASAD AS) menilai, intelijen yang memadai merupakan dasar fundamental untuk mengkalkulasikan resiko, merumuskan tindakan, membangun fasilitas, material dan jasa, mengalokasikan sumber daya serta mengendalikan jalannya pelaksanaan tugas. Demikian juga pemikiran yang berkembang di TNI-POLRI. Hanya saja di lingkungan TNI, pengertian Intelijen dibagi menjadi :23 Pertama, intelijen sebagai produk. Kedua, intelijen sebagai organisasi. Ketiga, intelijen sebagai kegiatan. Namun ciri dasar intelijen adalah upaya mengumpulkan mengelola dan menggunakan bahan informasi tetap menonjol.24

Namun di sisi lain, ilmu intelijen diabdikan pada kepentingan penguasa. Begitu juga dengan negara-negara Komunis-Sosialis, seperti Rusia dan Republik Rakyat China (RRC), dimana ilmu intelijen diabdikan kepada Revolusi-Sosial yang digariskan oleh kepemimpinan diktator proletariat untuk menumbangkan sistem Kapitalisme.

Bagi Thaliban atau aliran Islam ekstremist, ilmu intelijen diabdikan pada misi sakral untuk menunjang kebangkitan Islam (baca: jihad). Sebab dengan jihad mereka percaya

21

Jono Hatmodjo, Intelijen Sebagai Ilmu (Intelligence as a Science), halaman sampul 22

Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h 48 23

Lihat Lampiran Eksistensi dan Penampilan Intelijen 24


(22)

dapat menghapus kedzaliman di dunia yang disebabkan oleh sistem demokrasi kapitalisme yang dianut oleh Amerika Serikat dan negara Barat pada umumnya.25

Dasar intelijen sebagai instrumen negara dalam kategori jihad, juga terdapat dalam lembaran sejarah Islam yang secara dramatis terjadi pada abad ke VII M yakni pada permulaan dakwah Muhammad saw (periode Makkah).26 Dalam kurun waktu 13 tahun, Nabi tidak pernah berhenti mendapatkan intimidasi, ancaman teror dan berbagai rencana pembunuhan yang bertubi-tubi oleh orang-orang kafir Quraisy, seperti yang dilakukan Suraqah dan Umar sebelum masuk agama Islam.27

F.Metode Penelitian

Salah satu tahapan yang urgen dalam penulisan karya ilmiah adalah penerapan metodologi yang tepat yang digunakan sebagai pedoman penelitian dalam mengungkap fenomena dan mengembangkan hubungan antara teori yang menjelaskan gambaran realitas yang terjadi sesungguhnya.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian hukum normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.28 Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan studi dokumenter.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data dibagi tiga yaitu :29

25

Jono Hatmodjo, Intelijen Sebagai Ilmu (Intelligence as a Science), (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. sampul pendahuluan.

26

Debby M. Nasutiaon, Kedudukan Militer Dalam Islam Dan Peranannya Pada Masa Rassulullah Saw, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogyakarta , Cet II, 2003), h 63

27

Heri Sucipto, Ensiklopedi tokoh Islam: dari Abu Bakr hinggga Nasr dan Qordhawi, (Jakarta: Hikmah, 2003), h 40

28

Soerjono Soekamto dan Sri Mudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Sinagkat, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2003), cet. VII h. 13


(23)

Pertama, sumber data primer, meliputi Keppres Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia No. 52 Tahun 2005 dan Keputusan Presiden (Keppres) No. 62 Tahun 2003, tentang Perubahan Struktur Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND)- (BIN) serta KUHP (kitab Undang-undang Hukum Pidana).

Kedua, bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti, rancangan perundang-undangan, hasil penelitian dan hasi karya dari kalangan hukum.

Ketiga, bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus, ensiklopedia dan indeks kumulatif.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini didasarkan pada riset pustaka (library research) yakni proses pengidentifikasian secara sistematis penemuan-penemuan dan analisa dokumen-dokumen yang membuat informasi berkaitan dengan masalah penelitian.30

4. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisa data-data hasil penelitian ini, penulis menggunakan metode teknik pendekatan kualitatif untuk memahami fenomena sosial yang diteliti. Artinya dalam penelitian ini terdapat usaha menambah informasi kualitatif, dapat diperoleh pula pecandraan yang sistematis, faktual dan akurat menganai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi yang diteliti.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis) yaitu menguraikan data melalui katagorisasi, perbandingan dan pencarian sebab akibat, baik menggunakan analisis induktif maupun metode deduktif.

29

Soerjono Soekamto dan Sri Mujdi, Ibid., h 24 30


(24)

Sedangkan pedoman yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan HukumUIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.”

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini disajikan dalam 5 (lima) bab. Adapun setiap bab merupakan spesifikasi tambahan mengenai topik-topik tertentu, yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan tentang dasar pemikiran yang menjadi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan yang menjelaskan alur berfikir penulis.

BAB II MENGENAL INTELIJEN NEGARA INDONESIA

Dalam sub babnya akan dibahas tentang pengertian intelijen, kemudian dilanjutkan dengan sejarah intelijen Indonesia, mulai dari zaman kerajaan Hindu dan Budha, kerajaan Islam sampai pada zaman Belanda, Jepang dan Kemerdekaan. Selanjutnya tentang organisasi dan jenis intelijen Negara dan diakhiri dengan tugas dan fungsi intelijen Negara, serta intelijen dalam lembaga Negara.

BAB III INTELIJEN NEGARA DALAM KETATANEGARAAN ISLAM

Pada bab ini penulis menguraikan sejarah intelijen dalam Islam (Pra Kenabian), mulai dari pengertian intelijen dalam Islam, praktik intelijen pada masa Pra-Kenabian, praktik intelijen pada masa Nabi Muhammad Saw. Berikutnya adalah jenis-jenis intelijen pada Masa Nabi Saw yang meliputi; 1). Patroli dari Badar sampai ke Uhud. 2). Patroli dari Uhud sampai ke


(25)

Hudabiyah. 3). Pengaturan Patroli setelah Perang Ahzab. 4). Pakta Pertahanan Hudaibiyahdan terakhirperkembangan intelijen pasca Nabi Muhammad Saw

BAB IV INTELIJEN NEGARA DALAM KETATANEGARAAN INDONESIA DAN KETATANEGARAAN ISLAM

Dalam bab ini meliputi pembahasan tentang hukum aktivitas intelijen (Tajassus), sanksi atas tindakan intelijen (Tajassus) dan analisis kedudukan intelijen Negara dalam ketatanegaraan Islam dan Indonesia.

BAB V PENUTUP

Dalam bab lima ini, penulis membagi dalam dua sub bab yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan rekomendasi.


(26)

BAB II

MENGENAL INTELIJEN NEGARA INDONESIA

A. Pengertian Intelijen Negara

Suatu pengertian yang paling otentik adalah, pengertian secara etimologis yang terdapat dalam kamus dan Ensiklopedi31. Dari pengertian etimologis itulah kita dapat menginterpretasi pengembangan yang tidak terlalu jauh dari arti dasarnya.

Kata intelligent menurut Habeyb, merupakan kata yang berasal dari bahasa Belanda dengan arti cerdas, cerdik dan pandai. Kata intellegentie juga diartikan sebagai daya yang menyesuaikan diri dengan keadaan baru, memanfaatkan alat berfikir untuk kecerdasan pikiran.32

Sedangkan Jhon Echols dan Hasan Sadli mengartikan kata inteligent dengan kecerdasan dan intelegensi. Sedangkan intelligentsia berarti kaum terpelajar atau cerdik pandai dan kata intelligible diartikan dapat dimengerti, jelas terdengar dan terang (Phone Call).33

Manurut Peter Salim kata intelligence yang pertama diartikan dengan kecerdasan, human being has much greater intelligence than any other animal (manusia memiliki tingkat kecerdasan yang jauh lebih tinggi dari binatang apapun). Kedua, berita atau keterangan, Secret intelligent atau keterangan rahasia. Ketiga, diartikan sebagai Dinas rahasia, she works in intellijen for the CIA (dia bekerja pada CIA).34

31

Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya, (Jakarta: PT. Cipta Manunggal, 1999), h. 19 32

Habeyb, kamus popular, (Yogyakarta: Dian Yogyakarta 1999), cet. IX. h. 149 33

Jhon Echols dan Hasan Sadli, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta, PT Gramedia, 1995) cet XXI. h. 326

34

Peter Salim, The Contemporary English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: Modrn English Press.1987), cet III. h. 978-979


(27)

Selain pengertian intelijen secara harfiah di atas, terdapat juga berbagai pengertian intelijen yang dirumuskan oleh para ahli intelijen dengan menambahkan berbagai ketentuan yang didasarkan pada pengalaman masing-masing selama menghayati kehidupan dan seluk beluk intelijen.35

Menurut Allen Dulles dalam bukunya The Creft Of Intelijen, intelijen adalah sesuatu yang berkaitan dengan segala hal yang harus diketahui sesegera mungkin untuk menunjang setiap inisiatif tindakan. Kemudian Ladislas Frigo mengartikan kata intelijen dengan kemampuan untuk memahami dan mengelola pemikiran dan hakikatnya intelijen adalah informasi yang dikomunikasikan atau informasi yang tidak bertahan lama dalam pikiran seseorang.36

Jika dilihat dari instansi, maka intelijen didefinisikan sebagai informasi yang didevaluasi, yaitu informasi yang dapat dipercaya dan memiliki kredibilitas. Kalau dilihat dari fungsi dan aktifitasnya, intelijen adalah kegiatan yang terorganisasi untuk mengumpulkan informasi.37

Sedangkan definisi intelijen yang berkembang di Angakatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), dibagi menjadi tiga kelompok38 yaitu: Pertama, intelijen sebagai

35

Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya ., h. 46 36

Lihat Lampiran Skema Dasar Makna Intelijen 37

Emon Rivai Arganata, Intelijen Bisnis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998), h. 21-24 38


(28)

produk.39 Kedua, Pengartian intelijen sebagai Organisasi.40 Ketiga pengertian intelijen sebagi tindakan.41

B. Sejarah Intelijen Negara Indonesia

Dalam literatur Jawa kuno (masa kerajaan Majapahit) istilah intelijen dikenal dengan istilah Weri, Bleter dan Kecee serta telik sandi. Telik sandi digunakan aparat resmi dari keprajuritan kerajaan, atau pada zaman sekarang seperti upaya-upaya “Sandi Yudha” yang memiliki fungsi utama meninjau situasi medan dan lokasi serta kekuatan musuh. Sedangkan Weri, Bleter, dan Kecu digunakan untuk pekerjaan sejenis spionase, sabotase, propaganda atau provokasi pada masa seakarang.42

1. Masa Kerajaan Hindu-Budha

Jawa Tengah merupakan pusat kebudayaan pertama dan tertua di Indonesia. Tepatnya di sekitar pegunungan Dieng sejak abad 6-7 M telah berdiri kerajaan Kalingga yang bercorak Hindu. yang di kemudian hari menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan di Nusantara43

Pada saat itu peradaban Hindu dan Budha saling menunjukan eksistensinya dengan gelar peperangan dan didukung armada yang besar dan teknik militer lebih maju kerajaan yang bercorak Budha mampu menahan. Hal ini menyebabkan lambat laun peradaban Hindu menjadi tenggelam dan akhirnya terjadi simbiose yang cukup

39

Hasil penelitian dan pengolahan dari data, fakta dan keterangan atau informasi yang di perlukan oleh seorang pemimpin sebagai bahan pengambilan keputusan.

40

Intelijen sebagai alat untuk mencapai tujuan dengan menggerakan kegiatan sesuai dengan fungsi dan peranannya serta memberikan Informasi sesuwai dengan tuntutan pimpinan yang berwenang dan bertanggung jawab.

41

Intelijen adalah sebagai tindakan yang mengarah pada upaya merncukupi kebutuhan pimpinan akan bahan informasi.

42 Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h. 462-463 43


(29)

serasi. Simbiose tersebut dilukiskan dengan peninggalan candi-candi Hindu seperti Candi Loro Jongrang, Prambanan dan Borobudur.

Pada abad 13-14, terjadi sebuah pergeseran peradaban Kerajaan Jawa ke Kediri, Jawa Timur, yaitu Kediri Kahuripan yang selalu berperang dan menumpahkan darah sesama keluarga, yang kemudian melahirkan kerajaan Majapahit dan puncak kejayaannya di bawah pimpinan Raja Hayam Wuruk dengan Gajah Mada sebagai patihnya.

Dalam pencapaian keemasan itu tercatat tekad dan kesanggupan Maha Patih Gajah Mada yang tertuangkan dalam “Sumpah Palapa.”44 Selain itu Maha Patih Gajah Mada berhasil membangun dan menyusun kekuatan militer yang besar dan kuat.”45 Satu demi satu wilayah seperti Philipina, Vietnam, Kamboja, Thailand Selatan, dan Malaysia pun dapat ditaklukkan.

Salah satu peperangan yang melegenda adalah perang melawan Kerajaan Pajajaran yang merupakan kerajaan besar dan sulit ditaklukkan.46 Namun akhirnya terpaksa digunakan tipu muslihat dan teknik intelijen yang diawali dengan misi diplomasi dengan melamar putri Diah Pita Loka untuk dipersuntung raja Hayam Wuruk.

44

Isi sumpah Palapa adalah: Tidak akan berhenti Prihatin (Meninggalkan Kenikmatan Dunia) sebelum mampu menyetukan Nusantara

45

Gajah mada membentuk dan membenagun paukan keamanan kerajaan dan sebuan-serbuan keluar secara terpisah. Untuk pengamanan internal Gajam mada membentuk “ Bayangkara”, yang dilandasi dengan ikrar “Catur Prasetya”(1) Satya Haprabu (Setia kepada Negara dan Raja), (2) Hanyeken Musuh (mengenyahkan Musuh-musuh masyarakat), (3) Ginaung Pratidina(mengagungkan negara) dan (4) Tan satrisna (Tidak terikat trisna pada sesuatu). Samapai saat ini Bayangkara adalah perwujudan POLRI dan ikrar catur prasetya masih relefan sebagai dasar tekad perjuangan dan unutk itulah Catur Presatya dijadikan Karya POLRI. Lihat: Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h. 461

46

Kerajaan Pajajaran di pimpin oleh seorang Raja, Prabu siliwangi denga Gelar sri badungga maharaja, dan merupakan Kerajaan yang sanagt maju di bidang Agraris, setiap panen samapai 1000 kapal hasil Bumi di jual ke eropa dan maladewa. Rakyatnya makmur dan sejahtra dan bebas dari upeti (Pajak). Hal tersebut juga dapat kita jumpai di dalammkitab Waruga Jagad dari sumedang dan kitab pqanca kaki dari Ciamis. Dalam kitab tersebut di gunakan kata Gemuh pakuan untuk menunjukan bagaimana Makmurnya Pajajaran. Selain itu Pajajaran adalah Krajaan Pajajaran Memiliki armada tempur yang kuat Seperti pasukan gaja yang terlatih, Ribuan pasukan Kuda, dan prajurit Kavileri yang siap dengan Formasi tempur. Lihat: Setia Hidayat dan N Syamsuddin Ch Haesy, Sangkakala Pajajaran: Upaya Awal Mengeja dan Menyingkap Makna Rumpaka, (Jakarta: PT Bina Rena Pariwara. 2004), h. 19


(30)

Melalui lamaran ini, berarti Kerajaan Pajajaran harus mengantarkan putri Diah Pita Loka ke Majapahit. Sayangnya, sesampainya di Bubat, pasukan Pajajaran dihadang oleh pasukan Majapahit dengan permintaan agar mereka “mempersembahkan” putri Diah Pita Loka kepada Hayam Wuruk. Seluruh pembesar kerajaan Pajajaran marah. Tanpa berpikir taktis, mereka bertekad agar lebih baik mati berkalang tanah daripada menyerahkan sang putri, dan akhirnya terjadilah perang yang dimenangkan oleh Majapahit .

Pada dasarnya peristiwa di atas merupakan trik intelijen yang dideskripsikan oleh Gajah Mada dengan memancing keluar pasukan Pajajaran menuju Majapahit dengan seluruh pembesar kerajaan hanya untuk upacara perkawinan.

2. Masa Kerajaan Islam

Para ahli sejarah tidak mempunyai kesepahaman dalam menentukan kapan Islam pertama kali masuk ke Indonesia, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan bukti-bukti sejarah yang mereka temukan. Paling tidak ada tiga teori kapan masuknya Islam ke Indonesia yaitu Teori Gujarat,47 Teori Makkah48 dan Teori Persia49.

Dalam perkembangannya, Islam di Indonesia menjadi sentra kekuasaan yang membentang sepanjang pantai Utara seperti Gresik, Tuban, Demak dan Banten. Disinilah kemudian akhir kekuasaan kerajaan Majapahit, oleh kerajaan Demak yang dipimpin Raden Patah (putra mahkota Raja Brawijaya). Kemenangan kerajaan Demak

47

Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. ( Perureula) tahun 1292. (Lihat: Marzuki Wahid dan Rumadi, Fiqh Mahzab Negara: kritik atas politik Hukum Islam di Indonesia , (Yogyakarta: LKiS, 2001), h. 108

48

Teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung (Lihat: Azyumardi Azra, Islam di Asia tenggara, Pengantar Pemikiran”, Dalam Azra (ed.), Perspektisf Islam asia tenggara, (Jakarta , YOI, 1989), h. xi

49

Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat. (Lihat: Azyumardi Azra, Ibid).


(31)

atas kerajaan Majapahit menandai kebangkitan kerajaan Islam dan awal keruntuhan kerajaan Hindu dan Budha, sekaligus terusir dari Jawa Timur dan terkosentrasi di Pulau Bali.50

Peperangan kerajaan Demak dan Majapahit, diawali dengan penetrasi Islam ke peradaban Hindu, sampai para bangsawan dan pembesar kerajaan terpengaruh kuat oleh Islam dan membentuk hegemoni dan mendapat dukungan rakyatnya. Pengkondisian di atas tidak kalah hebatnya dengan yang terjadi pada masa modern, ketat, keras dan kadang kejam. Namun masih terbatas spionase, subversif serta sabotase. Adapun operasi intelijen saat itu masih dalam bentuk primitif.

Seperti peristiwa pergeseran pusat kekuasaan dari Demak ke Pajang, dimana Raja Hadiwijaya (Jaka Tingkir) menantu Raja Demak terakhir menghadapi Haryo Penangsang, penguasa daearah Jipang. Karena kesaktian dan kekuatan kedua penguasa relatif seimbang, keduanya lalu menggunakan trik intelijen untuk menghindari perang frontal dan terbuka. Selain itu, digunakan juga jalur diplomasi, melalui para ulama maupun para wali, seperti Sunan Kudus.

Sama halnya dengan apa yang dilakukan oleh Sultan Agung saat berkuasa di Blambangaan (Banyuwangi-Jawa Timur) yang tidak bersedia tunduk dan patuh terhadap Mataram. Para agen-agen spionase di wilayah ini juga melakukan hal yang sama, yakni dengan melaporkan bahwa Blambangan telah menyiapkan diri menghadapi Mataram.

Dalam menjalankan misi operasi intelijen, Sultan Agung juga berusaha memikat putri Mataram, Sidah Mirah yang telah mengaguminya saat ia menyamar sebagai punggawa kerajaan.

Terkahir yang dilakukan oleh agen intelijen Mataram ditutup dengan provokasi yang mengisahkan bahwa orang-orang Mataram memiliki kemampuan membuat

50


(32)

perlengkapan persenjataan, termasuk peluru meriam. Walaupun nyali raja Blambangan tidak menciut, namun hal ini memaksanya untuk berfikir seribu kali, mencari cara menagalahkan Mataram.

3. Zaman Penjajahan Belanda

Pada abad ke XVII, Belanda pertama kali masuk ke Indonesia dan menjadikan selat Malaka sebagai pintu gerbangnya. Setelah melakukan pengauasaan atas pelabuhan dan memonopoli perdagangan, timbullah perlawanan terutama dari raja-raja dan penduduk pribumi. Diantaranya adalah Sultan Agung dari Mataram yang menggempur pusat kekuatan Belanda di Jayakarta (Jakarta). Pada penyerangan pertama Sultan Agung hanya menghitung jumlah kekuatan lawan tanpa memperhitungkan teknologi modern persenjataan Belanda dan hasilnya gagal. Begitu juga pada penyerangan kedua dan ketiga dimana Belanda lebih siap mengantisipasi, melalui perkiraan intelijen yang akurat dan baik.

Setelah wafat, Sultan Agung digantikan oleh Amangkurat I, yang terkenal sebagai raja paranoid. Sebagai raja, ia bersongkokol dengan Belanda dalam memberikan informasi dan petunjuk untuk melakukan operasi intelijen dengan nama operasi “Bersih Lingkungan”51 yakni menimbulkan kekacauan besar dan suasana chaos, apabila operasi gagal.

Dari aspek intelijen, maka dapat diperoleh gambaran bahwa intelijen Belanda lebih memiliki keunggulan dalam memprediksi dan membaca kemampuan lawan. Belanda mengembangkan kemampuan aparat intelijen dengan merekrut polisi penjajahan yang bertugas pokok Counter Intelijence, untuk mendeteksi keadaan dan kondisi serta potensi perlawanan masyarakat. Data-data dari intelijen itulah Belanda mampu membendung dan mematahkan setiap perlawanan masyarakat yang masih bersifat kedaerahan seperti perang yang dilancarkan pengeran Diponegoro (Jawa

51


(33)

Tengah), Tuanku Imam Bonjol (Sumatera Barat), Tengku Umar dan Cut Nyak Dien (Aceh), Sultan Hasanuddin (Sulawesi) serta Pattimura (Maluku) selama tiga setengah abad lamanya.

Belanda juga mampu mengintensifkan kebijakan Cultur Stelsel atau tanam paksa sebagai upaya menutupi kas yang telah digunakan sebagai ongkos perang. Atas kesengsaraan itulah produk intelijen yang disetujui untuk dilaksanakannya politik etis atau politik balas budi. Belanda kemudian menjalin kerjasama dengan para pangreh praja yang difungsikan sebagai jaringan “Telik Sandi”, dengan kemampuan dan kewenangan dalam counter Inteligence, counter spionase, serta menjaga keamanan dan menegakkan kekuasaan Belanda.

Pada perkembangannya, secara tidak resmi Voor Inlandsche dan Cheneesche Zaken difungsikan sebagai badan intelijen bagi pemerintah kolonial Belanda, dan baru pada tahun 1920 Belanda mendirikan Politieke Inlictingen Dienst (PID) sebagai dinas intelijen resmi dan di bawah pemerintah dalam negeri Belanda, yang bertujuan memata-matai pergerakan nasional Indonesia.

4. Zaman Pendudukan Jepang

Kedatangan Jepang ke Indonesia sebenarnya dipicu dari kebutuhan akan banyak bahan baku alat perang, personil perang dan logistik untuk menyokong Perang Asia Timur Raya. Semua itu dibungkus dengan hukum perang yang penuh dengan kecurigaan dan kewaspadaan yang tinggi dan hasilnya kekejaman dan perampasan hak-hak rakyat, lebih dashyat dari penjajahan Belanda.

Intelijen Jepang yang bertugas sebagai counter spionase berklasikasi sebagai Polisi Rahasia bernama Ken Pe Tai yang berfungsi memelihara keamanan dan ketertiban. Bahkan Jepang saat itu juga dapat menggempur markas besar AS pada Perang Dunia II di Pearl Harbour tanpa diketahui oleh intelijen AS.


(34)

Pada zaman pendudukan Jepang, pontesi intelijen perorangan Indonesia dilakukan dengan mendengarkan radio sekutu dan komunikasi dari mulut ke mulut agar prediksi ke depan dapat dilakukan.

Pada saat itu nampak jelas bahwa perang intelijen perorangan atau mengadu kecerdasan untuk memperoleh keunggulan tidak terkoordinasi dengan baik. Walapun masing-masing hanya mengejar informasi dan berupaya mengolah serta mengevaluasi sendiri atau dengan kawan-kawan.52

5. Pasca Kemerdekaan

Setalah pada tanggal 17 Agustus Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerderdekaan RI, tidak serta merta cengkraman penjajah lepas dari bumi pertiwi. Bahkan setelah detik-detik proklmasi suasana semakin mencekam. Karena NICA (Nederland Indies Civil Administration) membonceng sekutu pada 08 September 1945 dengan alasan Jepang menyerah kepada sekutu bukan kepada Indonesia. Sehingga dua tahun pertama pemerintahan RI selalu diguncang berbagai pertempuran.53 Sejalan dengan itu, pemerintah tetap melengkapi alat perlengkapan negara54 sampai pada masa tiga tahun berikutnya (1947-1949) yang masih diwarnai perjuangan berupa pertempuran membangun kemantapan kehidupan bernegara.

Mengingat intelijen pada saat itu masih belum tertata dengan baik, maka pertempuran intelijen sangat hebat. Di lain pihak, intelijen juga selalu aktif melihat gerak langkah Belanda dengan jelas. Melalui ketajaman intelijen, pasukan gerilya di

52

Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h. 482 53

Insiden bendera di Surabaya (19/09/1945), pertempuran lima hari di Semarang (15/10/1945), serangan Umum 10 November di Surabaya (10/11/1945), perang Amabarawa (21/11/1945), pertempuran medan Area (10/12/), Karawang-Bekasi (19/12/1945), bandung lautan api (23/03/1946)pereng Puputan Bargarana di Bali (29/11/1946)pembantaian oleh westerling (07/12/1946) dan lain-lain, Lihat Kunarto, Ibid., h. 484

54

Setelah proklamasi (17-08-1945), pengesahan UUD (18-081945), BKR ditetapkan menjadi TKR (05-10-1945), pengangkatan panglima TKR (18-12-1945 ). Pembentukan cabinet I, II, dan III, mendirikan akademi militer, mendirikan perguruan tinggi Gajah mada, BNI 46, TNI AU, Polisi di keluarkan dari Depdagri, penerbitan Uang RI, Lihat Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h. 484


(35)

bawah komando Jendral Soedirman tidak dapat dihancurkan oleh Belanda dengan teknik perang gerilya.

Selanjutnya, taktik Devide et Impera juga diberlakukan pada masa demokrasi liberal (1950-1959) yang ahnya enam bulan dengan usulan intelijen Belanda. Indonesia dalam hal ini akhirnya menyadari bahwa RIS (Repuplik Indonesia Serikat), merupakan bagian upaya pelestarian strata politik pecah belah yang sewaktu-waktu bisa menjadi “bom waktu”.

Kemudian pada masa demokrasi terpimpin, terjadilah konfrontasi dengan Malaysia, yang dipertegas dengan Dwi Kora (Dwi komando Rakyat) pada 03 Mei 1964) yang kemudian menjadi perang terbuka. Dalam hal ini, Malaysia yang dibantu oleh intelijen Inggris luput menilai bahwa pasukan RI mempunyai semangat juang yang tinggi dan berani mati.

Perkembangan selanjutnya adalah masa kelahiran Orde Baru (Orba) yang ditandai dengan peristiwa perebutan kekuasaan atas perintah RI oleh PKI (G 30 S/PKI). Surat perintah sebelas Maret (Supersemar) adalah alat yang memberikan kekuasaan penuh kepada Jendral Soeharto menumpas kekuatan PKI sampai ke grass root, menangani masalah sosial politik, ekonomi dan budaya secara simultan, sehingga membuahkan hasil yang luar biasa..

Melalui dukungan ABRI, Soeharto semakin menjadi Orba mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat ketika terjadi peristiwa huru-hara Malari pada 15 Januari 1974, yang dapat diatasi dengan sistem Intelijen yang kuat. Ia juga membentuk KOPKAMTIB (Komando Keamanan dan Ketertiban) pada 03 Maret 1969 yang bermakna operasi intelijen diperkuat dan dipertajam.

Pada tahun 1971 diadakan pemilihan umum kedua bagi bangsa Indonesia yang dimenangkan oleh Partai Nasional Indonesia (PNI). Melalui operasi intelijen yang intensif, kemenangan ini dapat merubah keadaan 180 derajat dengan menjadikan


(36)

Golkar sebagai pemenag dan mengantarkan Soeharto pada suksesi pelantikan presiden pada 24 Maret 1973 dimana sampai lima pemilu berikutnya pola operasi yang sama terus ditingkatkan.

C. Organisasi dan Jenis Intelijen Negara 1. Organisasi Intelijen Negara

Dengan dibentuknya badan istimewa yang dipimpin oleh Zulkifli Lubis55 maka dimulailah titik awal sejarah organisasi intelijen Negara yang ketika itu menginduk kepada Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang bermetamorfose menjadi TNI.

BKR, pada perkembangan selanjutnya berubah menjadi Badan Rahasia Negara Indonesia (BRANI) yang menginduk pada kementrian pertahanan, ketika RI dipindahkan ke Yogyakarta dan mempunyai akses langsung kepada Presiden Soekarno. Selanjutnya BRANI membentuk FP (Field Preparation), dengan tugas, sabotase, passwar, penggalangan, perlawanan terhadap Belanda, penyusupan ke pihak lawan hingga penyelundupan sejata, sebagai Intelijen tempur dan territorial.

Saat ini Badan Intelijen Negara, disingkat BIN, adalah Lembaga Pemerintah Non

Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

Intelijen. Kepala BIN periode 2004-2009 adalah AM Hendropriyono yang digantikan

oleh Mayjen (Purn) Syamsir Siregar.

Adapun struktur organisasi BIN telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 52/2005. BIN dalam hal ini dipimpin oleh seorang Kepala yang

55

Dalam memoarnya, zulkifli mengaku merekrut 40 pemuda, kebanyakan perwira pete Gyigu, sebelum terjun kelapangan, mereka ia bekali dengan latiahan informasi militer, sabotase, dan psywar. Zulkifli lubis adalah bekas perwira peta, dan memdapatkan pendidikan intel dari Sienen Dojo sebuah lembaga pengemlengan pemuda, Jepang. Selain itu zulkifli juga pernah menjadi intel di satuan militer Jepang di singapura. Lihat Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya.., h. 526


(37)

merupakan jabatan setingkat Menteri. Kepala BIN dibantu oleh seorang Wakil Kepala, satu Sekretariat Utama yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Utama, satu Inspektorat Utama (dikepalai oleh seorang Inspektur Utama), dan lima Deputi, 1). Deputi Bidang Luar Negeri, 2). Deputi Bidang Dalam Negeri, 3). Deputi Bidang Kontra Intelijen, 4). Deputu Bidang pengolahan dan produksi, 5). Deputi bidang teknologi) serta lima orang Staf Ahli 1). Staf Ahli Bidang Politik, 2). Staf Ahli Bidang Ekonomi, 3). Staf Ahli Bidang Hukum, 4). Staf Ahli Bidang Sosial Budaya, 5). Staf Ahli Bidang Pertahanan dan Keamanan)56

2. Jenis Intelijen Negara

Intelijen dapat dibedakan menurut jenisnya, yaitu, pertama; intelijen militer, tujuannya adalah mengumpulan dan pengolahan (processing), menyebarkan info tentang dinas angkatan bersenjata negara musuh. Subjek sasarannya adalah militer musuh yang potensial dan militer negara lain atau negara tetangga yang dapat mempengaruhi keamanan negara kita dengan persiapan lapangan (field preparation)57 Kedua, intelijen politik, bertujuan mengumpulkan informasi berkenaan dengan negara-negara asing dan kemungkinan pengaruhnya terhadap hubungan internasional. Dalam hal ini negara pertama mempunyai kepantingan (interest) untuk memproses informasi dan penyeberaannya (distribution) dengan subyek sasaran: pertama, kebijakan dasar (basic policy) meliputi fakta-fakta tentang pendukung yang ada di negara tersebut, bentuk masyarakat dan sejarah, tradisi dan watak nasional negara. Kedua, bentuk pemerintahan (rezim) meliputi organisasi pemerintahan negara, pejabat negara, studi organisasi dan birokrasi.

56

Lihat: Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 52/2005. 57

Persiapan lapangan (filed reparation) adalah studi tentang daerah daqn wilayah di mana oprasi-oprasi militer terhadapa musuh dapat dilakukan atau dianggap penting bagi kekuatan militer kita unutk mencapai suatu tujuan. Lihat; Jono Hatmodjo, Intelijen Sebagai Ilmu (intelligence as a Science.,h. 84.


(38)

Ketiga, politik luar negeri, ruang lingkup sasarannya adalah yang melindungi kepentingan nasional ditinjau dari sudut geografi, ekonomi, ideologi, serta metode-metode dan tradisi diplomasi nasional, serta faktor-faktor di dalam negara yang mempengaruhi perencanaan dan perumusan dan pelaksanaan polilik luar negeri, seperti kelompok penekan (pressure group).

Ketiga, intelijen ekonomi. Tujuannya adalah: pertama, mencari informasi hingga batas mana, dengan cara apa faktor potensi militer mempengaruhi politik luar negeri. Kedua, menyingkap kerawanan ekonomi negara sasaran dan menganalisis kelemahan yang dapat dimanfaatkan apabila terjadi perang lewat sabotase dan sebagainya. Ketiga, mencari informasi apakah negara yang sedang dipelajari mempunyai kemampuan untuk menyarang negara lain dengan kemampuan ekonominya. Keempat, dalam masa perang, intelijen ekonomi harus dapat memperkirakan ketahanan ekonomi menghadapi peperangan (pemboman, blokade, embargo dan sebagainya) terhadap negara sasaran terutama potensi militernya

Keempat, intelijen geografi yang bertujuan untuk mengumpulkan dan memproses informasi yang bekenaan dengan suatu wilayah negara sasaran, Informasi yang didapat digunakan secara langsung untuk perencanaan militer, baik dalam tingakat strategis, operasional maupun teknis. Subyeknya adalah: pertama, daerah aktuil atau daerah berpotensi dari negara sasaran, yaitu melingkupi topogari, jalan-jalan dan hubungan lalu-lintas baik darat, laut, mapun udara, bukit-bukit strategis, pusat komunikasi, sumber air dan faktor-faktor topografi yang mempengaruhi setiap bentuk perang. Kedua, sasaran-sasaran sabotase (pusat-pusat penduduk, instalasi industri, pusat syaraf pemerintah, pusat ekonomi, watak-watak mental yang khusus pada penduduk dari berbagai daerah dan sebagainya) seperti udara atau cuaca yang mempengaruhi operasi militer.


(39)

Kelima, intelijen teknologi dan ilmiah (scientific), dengan tugas sebagai pengumpul, pemproses dan penyebaran informasi yang menyangkut subyek-subyek ilmiah dan teknologi yang lambat laun akan menjadi bagian penting di masa mendatang. Ruang lingkup utamanya adalah bidang elaktronik, computer sains, bidang biologi, senjata perang konvensional, baik senjata perang biologi maupun kimia, dan alat perlengkapan seperti wereles, cable, internet, teleprinter, photo metric, infrared, remote control devices.

Keenam, intelijen biografi yang berfungsi sebagai pengumpul, pemproses informasi dan penyebarannya (dissemination) yang berhubungan dengan pribadi pemimpin pemerintah Negara asing yang dapat mempengaruhi keamanan dan politik luar negari negara sasaran dengan subyek riwayat hidup, karakter, kesanggupan, perwatakan dan pendidikan. Selain itu mengumpulkan informasi tentang visi politik dan kepercayaan, kedudukan pribadi, titik kelemahan yang dimanfaatkan melalui metode-metode klandestin58 dengan memanfaatkan sumber terbuka dan sumber tertutup yang digunakan untuk mengetahui titik kelemahan.

D. Tugas dan Fungsi Intelijen Negara

Pada dasarnya semua tingkatan intelijen mempunyai tiga tugas dan fungsi yang sama dan bersifat universal,59 yang itu meliputi penyelidikan inteligence),60 pengamanan

58

Klandestin adalah semua kegiatan atau tindakan rahasia deangan tujuan mengalahkan musuh tanpa menyebabkan perang terbuka termasuk di dalamnya sabotase dan perang urat syaraf. Lihat; Jono Hatmodjo, Intelijen Sebagai Ilmu, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 58.

59

Lihat Lampiran Skema Kerja Intelijen Sebagai Suatu Aktivitas dan Anatomi Intelijen Sebagai Knowledge

60

Dalam penyelidikan Intelijen mengunakan rumusan standar W5+H (What, Who, When, Where, Why, How). Jawaban-jawaban dari rumusan pertanyaan tersebut berupa indikator-indikator dan keterangan (Baket) yang harus dicek dan ricek. Lihat; Jono Hatmodjo, Intelijen Sebagai Ilmu (Intelligence as a Science)., h 15


(40)

(security),61 dan penggalangan (prerconditing). Perbedaannya hanya terletak pada luas dan skala kegiatan intelijen tersebut yang dipengaruhi oleh sasaran dan kegunaannya.62

Semua tugas dan fungsi di atas bertujuan untuk menggagalkan ancaman terhadap kedaulatan negara, keselematan bangsa dan integritas wilayah negara melalui pengamatan secara terus menerus dan bersifat sistematik terhadap potensi-potensi yang bisa menimbulkan ancaman.63

Dalam melakukan aktivitasnya, intelijen menjalankan tugasnya secara kontinyu, berlanjut dan berulang dimulai dari tahap perencanaan, pengumpulan keterangan, pengolahan keterangan, penyampaian dan penggunaan untuk mendapatkan Intelijen yang berkaitan dengan ancaman dan atau peluang ancaman.

Proses kinerja intelijen64 ini harus dipahami dan dikuasai oleh setiap aparat intelijen untuk dapat menyediakan dan memberikan intelijen yang aktual kepada komandan/pimpinan sebagai dasar pengambilan keputusan. Untuk itulah tugas intelijen dimulai dengan perencanaan, pengumpulan keterangan, pengolahan, kemudian penyampaian dan penggunaan yang ditindaklanjuti dengan evaluasi akhir.65

1. Perencanaan

61

Dalam fungsi Intelijen sebagai pengamanan (security) dikenal security pasif (negartif) dan security aktif (Positif). Security pasif (negatif) berarti melindungi diri terhadap kegiatan Intelijen pihak lawan. Baik dalam kegiatan operasi Intelijen terbuka maupun operasi Intelijen tertutup (klandestin) secara depensif. Sekuritas pasif mempunyai unsure sebagai berikut: a) Concleament (menyembunyikan laporan sumber). b). Klasifikasi (tingkat kerahasiaan laporan). c). Kepercayaan atas sumber. d). Komponen-komponen evaluasi. e). Perubahan dalam penilaian kepercayaan dan f). Karakter baket (informasi). Adapun security Aktif (positif) adalah sikap melindungi diri terhadap kegiatan Intelijen pihak lawan dengan melakukan oprsasi Intelijen secara opensif (terbuka atau tertutup)

62

Jono Hatmodjo, Intelijen Sebagai Ilmu (Intelligence as a Science)., h. 3 63

Bijah Subijanto, Restorasi Intelijen: Memperkuat Sistem Korporat, Memperkokoh Sistem Nasional, (Jakarta: Jatidiri, 2004), h. 4

64

Lihat Lampiran Lingkaran Intelijen (Intelijen Cycle) 65

Nurdin, Pengertian Intelijen, http://empiris-homepage.blogspot.com/2008/02/tekhnik-intelijen.html. Artikel diakses pada 10 Agustus 2008.


(41)

Perencanaan merupakan suatu kegiatan untuk merumuskan kebutuhan dari keinginan pimpinan/komandan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas pokok di lapangan, sehingga dapat dilaksanakan secara terarah dan sistematis. Tahap perencanaan dilakukan oleh staf intelijen setelah menerima petunjuk/perintah dari komandan/pimpinan atau tugas yang dicari sendiri. Tahap ini sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas pokok.

2. Pengumpulan keterangan

Dalam proses pengumpulan keterangan, intelijen harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Kegiatan Intelijen

Adalah semua usaha, pekerjaan, kegiatan dan tindakan secara rutin dan terus menerus yang dilaksanakan semua satuan didasarkan suatu tata kerja yang tetap.

b. Operasi Intelijen

Adalah segala usaha, pekerjaan, kegiatan dan tindakan yang terencana dan terarah untuk mendapatkan keterangan atau menciptakan/merubah kondisi yang dikehendaki dan atau untuk melawan jaring intelijen lawan untuk kepentingan pengamanan.

Untuk mendapatkan keterangan yang tepat guna dan tepat waktu maka diperlukan taktik dan teknik dalam pengumpulan keterangan yang tepat yang disesuaikan dengan keadaan sasaran dan akses terhadap sasaran. Taktik ini meliputi matbar, wawancara, interogasi, penjejakan, penyusupan, pengintaian dan penyadapan.

Sumber keterangan bisa berasal dari satuan sendiri maupun di luar yang berpedoman kepada nilai kepercayaan yang terdiri dari perorangan, organisasi, naskah, barang dan kegiatan.


(42)

Kegiatan pengolahan adalah bahan keterangan yang telah diterima diolah melalui proses pencatatan, penilaian dan penafsiran, sehingga bahan keterangan yang awalnya masih merupakan bahan mentah ditransformasikan menjadi intelijen. Tahap akhir dari proses ini adalah mengambil kesimpulan dari hipotesis-hipotesis yang dikembangkan.

4. Penyampaiandan Penggunaan

Penyampaian dan penggunaan merupakan tahap/langkah akhir dari roda perputaran intelijen, yang telah disusun dalam bentuk produk intelijen untuk disampaikan kepada pengguna. Agar dapat dipergunakan maka produk intelijen yang telah disusun harus tepat waktu dan dapat menjawab tuntutan tugas.

5. Evaluasi Akhir

Evaluasi akhir adalah untuk mengetahui sejauh mana hambatan-hambatan yang dialami dilapangan dari rangkaian proses intelijen tersebut.

Evaluasi berkaitan dengan penilaian atas proses berulang dimulai dari tahap perencanaan, pengumpulan keterangan, pengolahan keterangan, penyampaian dan penggunaan untuk mendapatkan intelijen yang berkaitan dengan ancaman dan atau peluang ancaman.

E. Intelijen dalam Lembaga Negara

Selain Badan Intelijen Negara (BIN), Indonesia juga memiliki intelijen dalam beberapa lembaga negara, antara lain:

1. Intelijen TNI

Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI adalah organisasi yang khusus menangani intelijen kemiliteran dan berada di bawah komando markas besar Tentara Nasional Indonesia.66 BAIS bertugas untuk menyuplai berbagai analisis inteljen dan strategis

66

Lihat Lampiran Struktur Organisasi Mabes TNI, TNI AD, TNI AU, TNI AL dan Departemen Pertahanan RI (PER/01/M/VIII/2005)


(43)

yang aktual maupun perkiraan ke depan-biasa diseut jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang-kepada Panglima TNI dan Departemen Pertahanan.67 BAIS berawal dari Pusat Psikologi Angkatan Darat (PsiAD) milik Markas Besar Angkatan Darat (MBAD) untuk mengimbangi Biro Pusat Intelijen (BPI) di bawah pimpinan Subandrio, yang banyak menyerap PKI.68

Di awal Orde Baru, Dephankam mendirikan Pusat Intelijen Strategis (Pusintelstrat) dengan anggota-anggota PsiAD yang sebagian besar dilikuidasi ke dalamnya.69 Pusintelstrat dipimpin oleh Ketua G-I Hankam Brigjen L.B. Moerdani. Pada era ini, intelijen militer memiliki badan intelijen operasional yang bernamaSatgas Intelijen Kopkamtib. Badan inilah yang di era Kopkamtib berperan penuh sebagai Satuan Intelijen Operasional yang kewenangannya sangat superior.70

Pada tahun 1980, Pusintelstrat dan Satgas Intel Kopkamtib dilebur menjadi Badan Intelijen ABRI (BIA). Jabatan Kepala BIA dipegang oleh Panglima ABRI.71 Sedangkan kegiatan operasional BIA dipimpin oleh Wakil Kepala dan pada tahun 1986 untuk menjawab tantangan, keadaan BIA diubah menjadi BAIS. Perubahan ini berdampak pada restrukturisasi organisasi yang harus mampu mencakup dan emnganalisis semua aspek strategis pertahanan keamanan dan pembangunan nasional. Namun belum lagi restrukturisasi dilaksanakan, terjadi lagi perubahan, dimana BAIS

67

Nurhadi Purwosaputro, Pro Kontra Koter, Republika, 26 November 2005 68

Zaedan K, Menyimak Intelijen Republik Indonesia, Kompas, 3 OKtober 2000 69

Badan Intelijen Strategis, http://id.wikipedia.org/wiki/Badan _Intelijen_Strategis 70

Zaedan K, Menyimak Intelijen Republik Indonesia, Kompas, 3 OKtober 2000 71

BAIS dipimpin oleh seorang perwira tinggi berbintang dua. Mereka yang pernah menjadi Kepala BAIS (KaBAIS) diantaranya adalah: 1) Brigadir Jendral TNI L.B. Moerdani, 2) Letnan Jendral TNI Tyasno Sudarto, 3) Marsekal Madya TNI Ian Santoso, 4) Mayor Jendral Mar Muhammad Lutfie, 5) Mayor Jendral TNI Syafnil Armen, SIP, SH, MSc. Lihat, TNI: Tanggapan untuk IMparsial, 21 November 2006.


(44)

dikembalikan menjadi BIA, yang artinya secara formal lembaga ini hanyamelakukan operasi intelijen militer.72

Jabatan Kepala BIA kemudian tidak lagi dirangkap oleh Panglima ABRI. Perubahan kembali dari BAIS menjadi BIA, dapat dianggap sebagai bagian dari kapanye de-Benisasi (menghilangkan pengaruh L.B. Moerdani). Kekuatan politik dominan di era akhir tahun 1980-an berpendapat bahwa BAIS masih berada dalam pengaruh L.B. Moerdani yang pada waktu telah pensiun. Isu berkembang subur, karena sampai tahun 1987 L.B. Moerdani masih memiliki ruang di kompleks BAIS (Tebet-Jakarta Selatan) dan sering tidur di sana.73 Pada tahun 1999, BIA kembali menjadi BAIS TNI dan Markas Komandonya terletak di kawasan Tebet, Jakrta Selatan. BAIS memiliki satuan militer yang disebut Satuan Induk Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI yang bermarkas di Cilandek-Bogor-Jawa Barat.

Selain itu, aparat intelijen memiliki peranan yang sangat penting dan sangat menentukan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok komando. Fungsinya sebagai mata dan telinga satuan, baik dalam pengamanan tubuh maupun dalam penggalangan terbatas di lapangan merupakan acuan dasar bagi pengambilan keputusan pimpinan. Karenanya keakuratan data dan informasi yang disajikan oleh aparat intelijen harus dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mendapatkan keakuratan data intelijen yang dapat dipertanggungjawabkan seperti ini, tentunya harus di dukung oleh tingkat analisis yang tajam.

Pemantapan tugas-tugas intel yang berkaitan dengan antisipasi kelompok-kelompok radikal, baik kelompok-kelompok radikal kanan, kelompok-kelompok radikal kiri dan kelompok-kelompok radikal lainnya, juga diberikan pada anggota TNI sebagai pembekalan untuk

72

Zaedan K, Ibid.

73Badan Intelijen Strategis


(45)

mengantisipasi adanya berbagai kelompok-kelompok radikal yang dinilai dapat merbmbahayakan kedaulatan negara secara internal.

Untuk itu, dalam tubuh TNI, sangat diperlukan berbagai latihan yang sesuai dengan perkembangan situasi yang aktual dan obyektif terhadap sasaran nyata. Penyelenggaraan gladi pemantapan tugas satuan intel ini juga dilaksanakan secara simultan oleh Denintel, tim Intelrem, unit tim Inteldim dan diaplikasikan dalam pelaksanaan tugas guna terciptanya stabilitas keamanan yang diharapkan.

2. Intelijen POLRI

Setelah lebih dari tiga puluh tahun, intelijen Polri74 mengalami masa kegelapan, momentum pemisahan Polri dari TNI menjadi titik pijak untuk menata kembali lembaga intelijen keamanan tersebut. Harapan agar Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam) Polri memiliki tugas dan fungsinya layaknya Special Branch di Inggris ataupun Pengawasan Aliran Masyarakat (PAM), yang menjadi cikal bakal intelijen Polri masih kuat mengakar. PAM memiliki tugas pokok yang meluas dan melebar, tidak fokus hanya pada intelijen kriminalitas, ataupun intelijen dengan keamanan dengan ‘k’ kecil. Baintelkam Polri yang (sementara) diatur integral dalam Keputusan Presiden (Perpres) No. 70 tahun 2002 tentang Organisasi Tata Kerja Kepolisian Negara RI Pasal 21 memang masih membuka ruang bagi kemungkinan tugas pokok yang meluas dan melebar. Akan tetapi, sejalan dengan penataan organisasi Polri agar sinergis dengan prinsip dan nilai demokrasi serta HAM, maka Baintelkam Polri secara bertahap menjadi intelijen yang membantu tugas pokok Polri sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 5 UU No. 2 Tahun 2002, Tentang Polri.75

74

Lihat Lampiran Struktur Organisasi POLRI 75

Muradi, Intelkam Polri dan Negara Demokratik, http://muradi.wordpress.com/ 2007/06/19/intelkam-polri-dan-negara-demokratik/. Diakses pada tanggal 12 Februari 2009.


(46)

Beradasarkan Perpres tersebut, maka tugas pokok dan fungsi satuan intelijen keamanan adalah sebagai berikut:76

a) Tugas Pokok

Sebagai mata dan telinga kesatuan Polri yang berkewajiban:

1. Melaksanakan deteksi dini dan memberikan peringatan masalah dan perkembangan masalah dan perubahan kehidupan sosial dalam masyarakat. 2. Mengidentifikasi ancaman, gangguannatau hambatan terhadap Kamtibmas

(Kemanan dan ketertiban masyarakat).

3. Melaksanakan pengamatan terhadap sasaran-sasaran tertentu dalam masyarakat di bidang Ipoleksosbudhankam (Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Pertahanan dan Keamanan) bagi kepentingan yang membahayakan masyarakat khususnya dalam kegiatan kontra intelijen 4. Menciptakan kondisi tertentu yang menguntungkan dalam masyarakat bagi

pelakasanaan tugas Polri.

Dalam melaksanakan tugasnya Sat Intelkam memiliki unit kerja sebagai berikut: a. Unit Bidang Sosial Ekonomi

b. Unit Bidang Sosial Budaya c. Unit Bidang Keamanan d. Unit Bidang Politik

e. Unit Jihandak (Perijinan Senjata dan Bahan Peladak) f. Unit Undercover

g. Unit POA (Pengawasan Orang asing) b) Fungsi

76

Kompol Antonius Dwi .Hs.Sik,, Satuan Intelikam Keamanan, http://www.jaksel. metro. polri. go.id/index.php? option=com.content&task=view&id=81&Itemid=89.Diakses pada tanggal 12 Februari 2009.


(47)

Pengamanan dan penggalangan untuk keperluan pelaksanaan tugas dan fungsi kepolisian, terutama penegakan hukum, pembinaan Kamtibmas, serta keperluan tugas bantuan pertahanan dan kekuatan sosial.

Direktorat Intelijen dan Keamanan

1. Direktorat Intelkam Polda (Intelijen Keamanan-Polisi Daerah)77 adalah badan pembantu dan pelaksanaan pada tingkat Mapola bertugas melaksanakan pembinaan fungsi intelijen dan pengamanan Kepolisian (Intelpampol) dalam lingkungan Polda serta menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi tersebut, yang bersifat regional/terpusat pada titik daerah, dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas operasuonal pada tingkat kewilayahan dalam lingkungan Polda.

2. Dit Intelkam bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi Intelijen dalam bidang keamanan, termasuk persandian baik sebagai bagian dari kegiatan satuan-satuan atas maupun sebagai bahan masukan penyusunan rencana kegiatan operasional Polda dan peringatan dini bagi seluruh jajaran Polda serta memberikan pelayanan administrasi & pengawasan senjata api/bahan peledak, orang asing dan kegiatan sosial/politik masyarakat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Dit Intelkam menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a) Pembinaan fungsi intelijen dalam bidang keamanan, termasuk persandian dan kegiatan-kegiatan lain yang menjadi tugas Dit Intelkam dalam lingkungan Polda.

b) Penyelenggaraan kegiatan operasional intelijen keamanan guna terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early

77


(48)

warning) termasuk melalui pemberdayaan seluruh personel dalam mengemban fungsi intelijen

c) Pengumpulan, penyimpanan dan pemutakhiran biodata tokoh formal/informal organisasi sosial/masyarakat/politik/pemerintah

d) Penyelenggaraan dokumentasi dan penganalisaan terhadap perkembangan lingkungan strategik serta penyusunan produk intelijen baik untuk kepentingan pimpinan maupun untuk mendukung kegiatan operasional intelijen

e) Penyusunan perkiraan intelijen keamanan dan penyajian hasil analisis setiap perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan

f) Pemberian pelayanan dalam bentuk surat izin/keterangan yang menyangkut orang asing, senjata api dan bahan peledak dan kegiatan sosial / politik masyarakat dan surat keterangan rekaman kejahatan (SKKRK/criminal record) kepada masyarakat yang membutuhkan serta melakukan pengawasan/pengamanan atas pelaksanaannya

4. Dit Intelkam dipimpin oleh Direktur Intelkam, disingkat Dir Intelkam, yang bertanggung jawab kepada Kapolda dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Wakapolda

5. Dir Intelkam dibantu oleh Wakil Dir Intelkam, disingkat Wadir Intelkam, yang bertanggung jawab kepada Dir Intelkam.


(49)

1. Subbagrenmin (Sub Bagian Perencanaan dan Administrasi) adalah unsur pelaksana dan pelayanan staf pada Dit Intelkam yang berada dibawah Dir Intelkam.

2. Subbagrenmin bertugas merumuskan/menyiapkan rencana/program kerja & anggaran termasuk rencana dan administrasi operasional&pelatihan dan menyelenggarakan pelayanan urusan administrasi, urusan ketatausahaan dan urusan dalam dan pelayanan keuangan Dit Intelkam. Termasuk pembinaan fungsi Intelkam dalam lingkungan Polda.

3. Subbagrenmin dipimpin oleh Kepala Subbagrenmin disingkat Kasubbagrenmin yang bertanggung jawab kepada Dir Intelkam dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Wadir Intelkam.

Bagian Analisis Dit Intelkam

1. Bag Analisis adalah unsur pelaksana staf pada Dit Intelkam yang berada dibawah Dir Intelkam.

2. Bag Analisis bertugas mengumpulkan data / informasi dari media masa / sumber lainnya dan melakukan analisis terhadap setiap perkembangan keadaan yang perlu mendapat perhatian pimpinan serta menyusun perkiraan intelijen keamanan dan menyajian hasil analisis termasuk mendokumentasikan Produk Intelijen dan Literatur yang dibutuhkan dalam pelaksanaan fungsi Intelkam. 3. Bag Analisis dipimpin oleh Kepala Bagian Analisis, disingkat Kabag Analisis

yang bertanggung jawab kepada Dir Intelkam dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Wadir Intelkam.

4. Kabag Analisis dalam melaksanakan tugas keawajibannya dibantu oleh : 1) Kepala Sub Bagian Produksi disingkat Kasubbag Produksi 2) Kepala Sub Bagian Dokumentasi & Literatur disingkat Kasubbag


(50)

a. Sat Opsnal adalah unsur pelaksana pada Dit Intelkam yang berada dibawah Dir Intelkam.

b. Sat Opsnal bertugas menyelenggarakan kegiatan operasional Intelijen keamanan guna terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early warning) termasuk pengumpulan biodata tokoh formal/informal organisasi sosial masyarakat/politik/pemerintah dan pengawasan/pengamanan orang asing, senjata api dan bahan peledak dan kegiatan sosial/politik masyarakat.

c. Sat Opsnal dipimpin oleh Kepala Sat Opsnal disingkat Kasat Opsnal yang bertanggung jawab kepada Dir Intelkam dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari berada dibawah kendali Wadir Intelkam.

d. Sat Opsnal terdiri dari sejumlah unit yang masing-masing dipimpin oleh Kepala Unit disingkat Kanit.

e. Jumlah Sat Opsnal pada Dit Intelkam dan jumlah unit pada masing-masing Sat Opsnal disesuaikan dengan tipe dari masing-masing Polda dan pembagian tugasnya diatur lebih lanjut oleh Dir Intelkam sesuai arahan Kapolda.

Seksi Pelayanan Administrasi Dit Intelkam

a. Si Yanmin adalah unsur pelayanan administrasi pada Dit Intelkam yang berada dibawah Dir Intelkam.

b. Si Yanmin bertugas memberikan pelayanan termasuk pengawasan administrative dalam bentuk surat izin/keterangan yang menyangkut orang asing, senjata api dan bahan peledak kegiatan sosial/politik masyarakat dan surat keterangan rekaman kejahatan (SKRK/Kriminal record) bagi masyarakat yang membutuhkan.


(51)

c. Si Yanmin dipimpin oleh Kepala Si Yanmin, disingkat Kasi Yanmin yang bertanggung jawab kepada Dir Intelkam dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Wadir Intelkam.

3. Intelijen KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)78

Sejak terjadinya pemerasan saksi atas kasus korupsi PT Industri Sandang, satu penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), AKP Suparman dipenjara.79 Belajar dari kasus tersebut, lembaga antikorupsimemperkuat fungsi pengawasan internal dengan menerapkan sistem untuk mendorong adanya wistle blowing internal.

Menurut Ketua KPK Antasari Azhar, ada beberapa orang yang ditunjuk dan dilatih khusus untuk melakukan tugas pengawasan. Intel KPK juga dididik di tempat khusus dan dilantik langsung oleh pimpinan dan praktis, para pegawai tidak akan tahu siapa saja mereka.80

Awal mulanya mengapa harus ada intelijen dalam tubuh KPK adalah ketika tim KPK turun ke daerah, pada saat yang sama ada tim palsu yang mengatasnamakan anggota KPK juga. Karena itu, para pejabat harus berhati-hati. Jika ada pemerasan yang mengatasnamakan KPK, sebaiknya pihak yang diperas melaporkan ke lembaga antikorupsi tersebut. Bahkan Wakil Ketua KPK Bidang Pengawasan Chandra M. Hamzah menyerukan siapa pun yang mengaku pegawai KPK dan meminta uang harus ditangkap. Kemungkinannya ada dua, mungkin bukan orang KPK yang

78

Lihat Lampiran Struktur Organisasi KPK 79

Anonim, KPK Juga Sebar Intel Awasi Internal; Lima Pegawai Kena Sanksi Administrasi,

http://www.antikorupsi.org/mod.php?mod=publisher&op=pdf&artid=12741. Artikel diakses pada tanggal 12 Februari 2009.


(1)

157

Fikri, Abu, Spionase Ala Islam, http://www.gaulislam.com/spionase-a-la-islam/. Artikel ini diakses pada tanggal 10 Agustus 2008

Gunawan, Iwan, Konsepsi dan Implementasi Manajemen Pertahanan Keamanan

Negara, http://www.gaulislam.com/ngintip-dunia-Intelijen/NgintipDuniaIntelijen.

Artikel diakses pada tanggal 02 Juni 2008

Muradi, Itelijen Negara dan Intelikam Polri, http: // muradi. wordpress. com/2007 /01 /06/ Intelijen-negara-dan-intelikam-polri/. Artikel diakses pada tanggal 02 Juni 2008

_____, Intelkam Polri dan Negara Demokratik, http://muradi.wordpress.com/ 2007/06/19/intelkam-polri-dan-negara-demokratik/. Diakses pada tanggal 12 Februari 2009

Nurdin, Pengertian Intelijen, http: //empiris -homepage. blogspot. com/ 2008/02/ tekhnik- intelijen.html. Artikel diakses pada 10 Agustus 2008

Pramiati, Mewaspadai RUU Intelejen, http: //hidayatullah. com/index.php? Option=Com content&task=view&id=144&Itemid=64. Artikel diakses pada tanggal 02 Juni 2008

Solikhah, Aris, Tajassus, http://www.mailarchive.com/ ppiindia@yahoo groups. html com/ msg33743. Artikel diakses pada tanggal 02 Juni 2008


(2)

(3)

159


(4)

(5)

(6)