Fermentasi Anaerobik Nilai Potensial Biogas Deskripsi Proses Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Biogas dari Limbah

Kadar alkalinitas diperoleh dengan menitrasi sampel dengan larutan standar asam dan diperoleh hasil dalam satuan mgL CaCO 3 .

2.5.2 pH

Konsentrasi ion-hidrogen merupakan kualitas parameter yang penting di dalam limbah cair. pH dapat diartikan sebagai eksistensi dari kehidupan mikroba di dalam limbah cair biasanya bernilai 6 - 9. Limbah cair memiliki pH yang sulit diatur karena adanya proses pengasaman pada limbah cair.

2.5.3 Nutrisi

Nutrisi bagi pertumbuhan mikroba dalam limbah cair umumnya adalah nitrogen dan fosfor NP. Untuk mendapatkan sludge yang kecil pada proses anaerobik, maka diperlukan kadar NP yang cukup. Oleh karena itu, penambahan N danatau P yang dibutuhkan tergantung dari substrat dan nilai dari SRT Solid Retention Time. Biasanya jumlah nutrisi yang dibutuhkan seperti NP dan sulfur S pada rentang 10-13, 2-2,6 dan 1-2 mg100 mg limbah. Namun, agar metanogenesis yang terjadi maksimum, konsentrasi NPK biasanya 50, 10, dan 5 mgL. Kandungan N dapat diperoleh dari berbagai macam senyawa, salah satunya NH 4 HCO 3 amonium hidrogen karbonat.

2.5.4 Logam Terlarut

Logam terlarut sangat penting di dalam proses fermentasi limbah cair, terutama pada proses metanogenesis, karena berfungsi sebagai nutrisi penting bagi pertumbuhan mikroba. Kandungan logam terlarut yang direkomendasikan pada pengolahan limbah cair seperti besi, kobalt, nikel dan seng adalah 0,02; 0,004; 0,003 dan 0,002 mgg produksi asam asetat. Sedangkan kadar logam terlarut yang direkomendasikan per liter reaktor adalah 1 mg FeCl 2 ; 0,1 mg CaCl 2 ; 0,1 mg NiCl 2 ; dan 0,1 mg ZnCl 2 . Penambahan logam-logam ini meningkatkan aktifitas mikroba dan sangat menguntungkan pada proses anaerobik untuk limbah cair.

2.6 Fermentasi Anaerobik

Fermentasi anaerob berarti selama proses fermentasi tidak ada udara yang masuk di dalam reaktor. Fermentasi anaerob memiliki bebearapa keuntungan dan kerugian, yang ditunjukkan pada tabel 2.6 berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 2.6 Keuntungan dan Kerugian Fermentasi Anaerobik No. Keuntungan Kerugian 1. Energi yang dibutuhkan sedikit Membutuhkan waktu pembiakan yang lama 2. Produk samping yang dihasilkan sedikit Membutuhkan penambahan senyawa alkalinity 3. Nutrisi yang dibutuhkan sedikit Tidak mendegradasi senyawa nitrogen dan fosfor 4. Dapat menghasilkan senyawa methana yang merupakan sumber energi yang potensial Sangat sensitif terhadap efek dari perubahan temperatur 5. Hanya membutuhkan rekator dengan volume yang kecil Menghasilkan senyawa yang beracun seperti H 2 S. Metcalf Eddy, 2003

2.7 Nilai Potensial Biogas

Biogas yang bebas pengotor H 2 O, H 2 S, CO 2 , dan partikulat lainnya dan telah mencapai kualitas pipeline adalah setara dengan gas alam. Dalam bentuk ini, gas dapat digunakan sama seperti penggunaan gas alam. Pemanfaatannya pun telah layak sebagai bahan baku pembangkit listrik, pemanas ruangan, dan pemanas air. Jika dikompresi, biogas dapat menggantikan gas alam terkompresi yang digunakan pada kendaraan. Di Indonesia nilai potensial pemanfaatan biogas ini akan terus meningkat karena adanya jumlah bahan baku biogas yang melimpah dan rasio antara energi biogas dan energi minyak bumi yang menjanjikan. Berdasarkan sumber Departemen Pertanian, nilai kesetaraan biogas dengan sumber energi lain ditunjukkan pada tabel 2.7 berikut: Tabel 2.7 Kesetaraan Biogas dengan sumber lain Bahan Bakar Jumlah Biogas 1 m 3 Elpiji 0,46 kg Minyak tanah 0,62 liter Minyak solar 0,52 liter Bensin 0,8 liter Gas kota 1,5 m 3 Kayu bakar 3,5 kg Hermawan, dkk, 2007 Universitas Sumatera Utara

2.8 Deskripsi Proses Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Biogas dari Limbah

Cair Kelapa SawitLCKS 2.8.1 Pretreatment Limbah Cair Kelapa Sawit LCKS dikumpulkan di dalam bak penampungan F-101, dimana pada bagian atasnya terdapat screening filter H-102 AB yang bertujuan untuk menyaring partikel-partikel seperti cangkang sawit atau serat-serat lain yang dapat menggangu proses fermentasi. Selain itu, pasir yang terkandung di dalam LCKS juga diendapkan agar tidak mengganggu proses fermentasi dan alat yang digunakan tidak cepat rusak. Lumpur yang mengendap dipisahkan dari LCKS dan menuju penyaringan filter press untuk dimanfaatkan sebagai pupuk.

2.8.2 Fermentasi Limbah Cair Kelapa Sawit menjadi Biogas

Limbah cair kelapa sawit LCKS yang telah terpisah dengan ampas ditampung dalam bak penampung F-103. Sebagian LCKS dialirkan ke tangki pencampuran NaHCO 3 M-110 untuk melarutkan padatan NaHCO 3 . Penambahan senyawa NaHCO 3 dilakukan untuk menetralkan pH di dalam reaktor, karena proses fermentasi berlangsung dengan baik dalam pH 6-8. Kemudian campuran NaHCO 3 dialirkan ke dalam bak netralisasi F-106 bersama dengan LCKS yang dialirkan dari bak penampung F-103. Kemudian inokulum dan sebagian LCKS di alirkan ke dalam tangki pencampuran nutrisi M-102 untuk memudahkan proses penambahan nutrisi ke dalam reaktor karena nutrisi berupa padatan. Jika nutrisi di tambahkan langsung ke dalam reaktor, maka kondisi reaktor akan sulit dijaga agar tetap di dalam kondisi anaerobik. Setelah itu, LCKS yang telah netral pH-nya, larutan nutrisi beserta inokulum dialirkan ke fermentor. Fermentor yang digunakan adalah jenis tangki berpengaduk Continious Stirred Tank Reactor. suhu di dalam fermentor dijaga 35-39 C, dimana bakteri yang digunakan adalah bakteri mesofillik. Proses yang terjadi meliputi proses hidrolisis, asidifikasi, dan proses pembentukan metana dengan hydraulic retention time 7 hari. Dari fermentor, sisa ampas dialirkan ke filter press untuk kemudian diolah menjadi pupuk padat dan pupuk cair. Universitas Sumatera Utara

2.8.3 Pemurnian Biogas

Komponen biogas terbesar yang dihasilkan yaitu metana CH 4 dan karbon dioksida CO 2 . Campuran gas ini diturunkan suhunya hingga 30 o C pada cooler I E- 301 agar proses absorpsi berlangsung lebih efektif. Lalu campuran gas dialirkan ke dalam suatu kolom membran kontaktor untuk memisahkan CO 2 dimana air sebagai absorber. Jenis membran yang digunakan adalah serat berongga hollow fibre. Selektivitas air tehadap CO 2 dan solubilitas CO 2 dalam air menyebabkan CO 2 dapat melewati membran dalm melarut dalam air. Campuran Air-CO 2 masuk ke dalam bak F-303 dan CH 4 ditampung dalam tangki F-304 .

2.8.4 Pencairan Biogas

Gas metan yang telah dimurnikan ditampung dalam tangki akumulasi F-304 Tekanan gas metana dinaikkan dari 1 atm menjadi 3 atm menggunakan kompresor sentrifugal G-401, akibatnya temperatur gas meeningkat menjadi 112 o C. Temperatur gas diturunkan hingga 30 o C dengan mengalirkan ke cooler II E-402. Selanjutnya temperatur gas diturunkan hingga -48 o C melalui heat exchanger I E- 403 dengan propana sebagai refrigeran. Lalu pendinginan tahap berikutnya dilakukan hingga suhu -115,5 o C dengan metana pada alur recycle sebagai refrigeran. Gas bersuhu rendah dan bertekanan tinggi ini dilewatkan pada ekspander G-410 untuk menurunkan tekanan gas metan menjadi 1,2 atm sekaligus menurunkan suhunya menjadi -166,22 o C. Kemudian, uap metana basah ini dialirkan menuju flash drum untuk memisahkan metana cair dengan metana gas yang tidak berhasil dicairkan. Metana yang masih berupa gas ini masih cukup dingin, sehingga ia dilewatkan kembali ke heat exchanger E-404 sebagai pendingin lalu masuk kembali ke tangki akumulasi CH 4 F-304. Metana cair ditampung dalam tangki F- 406. Sedangkan off gas ditampung dalam tangki F-407 dan dapat pula dijual.

2.9 Sifat-sifat Bahan Pembantu dan Produk