Tabel 2. Data Populasi Petani Bunga Rosella di Kabupaten Deli Serdang
Kecamatan Desa
Populasi Sampel
Tanjung Morawa Dalu 10 A
3 3
Dalu 10 B 5
5 Wonosari
2 2
Bandar Labuhan 2
2 Buntu Menimbar
2 2
Percut Sei Tuan Kampung Kolam
6 6
Laut Dendang 2
2 Batang Kuis
Tumpatan Nibung 1
1 Lubuk Pakam
Jati Sari I 2
2 Pagar Merbau
Perbarakan 1
1 Jumlah
26 26
Sumber : Kamar Dagang dan Industri Sumatera Utara, 2008
Dari Tabel 2 diketahui bahwa ada 26 petani rosella di Kabupaten Deli Serdang. Petani ini merupakan petani binaan KADINSU, dan yang pertama kali
melakukan usahatani bunga rosella di Kabupaten Deli Serdang.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara langsung kepada petani
responden dengan menggunakan daftar pertanyaan kuisioner yang telah dipersiapkan. Data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari
diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti Kamar Dagang dan Industri
Sumatera Utara Kadinsu serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
Metode Analisis Data
Untuk identifikasi masalah 1, digunakan analisis perhitungan biaya yaitu dengan rumus :
TC= TFC + TVC
Keterangan: TC
= Total Biaya Rp TFC
= Total Biaya Tetap Rp TVC = Total Biaya Variabel Rp
Suratiyah, 2006. Untuk identifikasi masalah 2 pada hipotesis 1, digunakan analisis
perhitungan pendapatan usahatani dengan rumus sebagai berikut;
Pd = TR-TC
Keterangan: Pd
= Pendapatan usahatani Rp TR
= Total penerimaan Rp TC
= Total biaya Rp Rahim dan Hastuti, 2007.
Dengan ketentuan: pendapatan usahatani dikatakan tinggi apabila pendapatan usahatani per bulan lebih tinggi dari Upah Mínimum Provinsi
UMP Untuk identifikasi masalah 3 pada hipotesis 2, dianalisis dengan Metode
OLS Ordinary Least Square dengan menggunakan Model Penduga Regresi Linear Berganda dengan alat bantu SPSS, dengan model persamaan sebagai
berikut:
Y = a+ b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ u
Dimana: Y
: Pendapatan petani Rp
X
1
: Luas Lahan Ha
X
2
: Jumlah Tenaga Kerja HKP
Universitas Sumatera Utara
X
3 :
Harga Pupuk Rp a
o
: Konstanta yang disebut koefisien intercept yang
mencerminkan pengaruh alami terhadap Y. b
1,
b
2,
b
3
: Konstanta yang disebut dengan koefisien regresi, yang
mencerminkan pengaruh X terhadap Y. u
i
: Error yang mencerminkan penyimpangan yang terjadi
akibat keragaman pengukuran maupun keragaman kondisi. Nachrowi dan Usman, 2005.
Untuk mengetahui apakah luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan harga pupuk, secara serempak berpengaruh nyata atau tidak terhadap pandapatan Y
maka digunakan uji F. Kriteria Uji:
Jika F- hitung ≤ F-tabel maka Ho diterima atau H
1
ditolak Jika F- hitung F-tabel maka Ho ditolak atau H
1
diterima Untuk mengetahui apakah luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan harga
pupuk, secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap pandapatan Y maka digunakan uji-t.
Kriteria uji: T-hitung
≤ t- tabel maka Ho diterima atau H
1
ditolak T-hitung t- tabel maka Ho ditolak atau H
1
diterima Keterangan:
Ho = 0 Tidak ada pengaruh positif yang signifikan dari luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan harga pupuk terhadap pendapatan bersih usahatani.
H1 ≠ 0 Ada pengaruh positif yang signifikan dari luas lahan, jumlah tenaga
kerja, dan harga pupuk terhadap pendapatan bersih usahatani Sudjana, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Untuk identifikasi masalah 4 pada hipotesis 3, digunakan dengan analisis Return Cost Ratio Rasio RC atau yang dikenal dengan perbandingan antara
penerimaan dengan total biaya produksi, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
TR RC =
TC Py.Y
RC = TFC+TVC
Keterangan: Ketentuan :
RC = Return Cost Ratio
Jika RC= 1 usaha layak impas TR
= Penerimaan Rp Jika RC 1 usaha layak
Y = Output Kg
Jika RC 1 usaha tidak layak FC
= Biaya tetap Rp VC
= Biaya variabel Rp Soekartawi, 1995
Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai pengertiaan tentang istilah- istilah yang terdapat pada usulan penelitian, maka dibuat defenisi dan batasan
operasional sebagai berikut:
Defenisi
1. Usahatani bunga rosella adalah suatu usaha yang tersusun dari kombinasi
faktor produksi berupa modal, lahan, alam tenaga kerja, bibit, pupuk, obat- obatan yang ditujukan untuk proses produksi kelopak bunga rosella.
2. Produksi usahatani bunga rosella adalah kelopak bunga rosella basah yang
dihasilkan oleh petani yang dihitung dalam ukuran kg atau ton.
Universitas Sumatera Utara
3. Tenaga kerja yang ada dalam usahatani bunga rosella di daerah penelitian
adalah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga 4.
Biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh petani bunga rosella selama proses produksi berlangsung sampai siap untuk dipasarkan, baik itu
biaya tetap dan biaya tidak tetap. 5.
Harga pupuk adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan oleh petani bunga rosella untuk memperoleh pupukkg di daerah penelitian
6. Luas lahan yang diusahakan adalah lahan yang diusahakan atau digarap untuk
usahatani bunga rosella yang diukur dalam satuan ha. 7.
Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya jumlah tenaga kerja yang digunakan petani dalam proses usahatani bunga rosella.
8. Penerimaan usahatani adalah total produksi kelopak bunga rosella yang
dihasilkan dari usahatani bunga rosella selama masa produksi yang dihitung dalam satuan rupiah.
9. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani bunga rosella
dengan total biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahatani bunga rosella.
Batasan Operasional
a. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Percut
Sei-Tuan, Kecamatan Lubuk Pakam, Kecamatan Batang Kuis, Kecamatan Pagar Merbau di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
b. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2009.
c. Petani adalah petani yang mengusahakan usahatani bunga rosella basah serta
yang telah pernah panen selama kurun waktu penelitian.
Universitas Sumatera Utara
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK USAHATANI
Deskripsi Daerah Penelitian
Kecamatan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa berada di Kabupaten Deli Serdang, dengan
luas wilayah 13.175 Ha dan berada pada ketinggian ± 0-40 meter diatas
permukaan laut mdpl. Kecamatan ini memiliki curah hujan 3-4 mmtahun, serta suhu udara 23-33
°C. Secara administratif Kecamatan Tanjung morawa memiliki batas-batas wilayah sebagi berikut:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis dan Beringin • Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam dan Pagar
Merbau • Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Patumbak, Kecamatan Percut
Sei Tuan, dan Kota Medan • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan STM Hilir
Kecamatan Lubuk Pakam Kecamatan Lubuk Pakam memiliki luas wilayah 311 Ha, dengan
ketinggian tempat 0-8 meter di atas permukaan laut, serta beriklim sedang. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Lubuk Pakam secara administratif
sebagai berikut: • Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Beringin
• Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Pagar Merbau
Universitas Sumatera Utara
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pagar Merbau
Kecamatan Batang Kuis Kecamatan ini memiliki luas wilayah 4.034 Ha, dan berada pada
ketinggian 4-30 meter diatas permukaan laut. Suhu udara di Kecamatan Batang Kuis 22,4-32
°C, serta curah hujan 1821 mmtahun. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Batangkuis sebagai berikut:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pantai Labu • Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Beringin dan Pantai Labu
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa
Kecamatan Percut Sei Tuan Kecamatan Percut Sei Tuan memiliki luas wilayah 19.079 Ha, dan berada
pada ketinggian 0-20 meter di atas permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan sebagai berikut:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka • Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Batangkuis dan Pantai Labu
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Labuhan Deli dan Pantai Labu
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Pagar Merbau Kecamatan Pagar Merbau memiliki luas wilayah 6.289 Ha, kecamatan ini
beriklim sedang. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Pagar Merbau secara administratif sebagai berikut:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam • Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan Kabapaten
Serdang Bedagai • Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Galang
Penggunaan Tanah
Luas daerah penelitian keseluruhan Kecamatan Tanjung Morawa, Lubuk Pakam, Batang Kuis, Percut Sei Tuan, dan Pagar Merbau adalah 45.696 Ha.
Untuk lebih terperinci dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Penggunaan Lahan di Kecamatan Tj.Morawa, Lubuk Pakam, Batangkuis, Percut Sei Tuan, dan Pagar Merbau
Kecamatan Jenis Penggunaan Tanah
Luas Lahan Ha Persentasi
Tanjung Morawa 1. Sawa
2807 21.31
2. Tegalanladang 75
0.57 3. Perkebunan besar
3256 24.71
4. Perkebunan rakyat 4378
33.23 5. Rawa-raw
- -
6. Tambakkolam -
- 7. Pemukiman
1416 10.75
8. Tanah wakaf -
- 9. Lainya
1243 9.43
Total 13175
100 Lubuk Pakam
1. Sawa 993
31.84 2. Tegalanladang
- -
3. Perkebunan besar 437.38
14.02 4. Perkebunan rakyat
- -
5. Rawa-raw -
- 6. Tambakkolam
- -
7. Pemukiman 1662.82
53.31 8. Tanah wakaf
25.80 0.83
9. Lainya -
- Total
3119 100
Batang Kuis 1. Sawa
1025 25.16
2. Tegalanladang 257
6.37 3. Perkebunan besar
2061 51.09
4. Perkebunan rakyat -
- 5. Rawa-rawa
59 1.46
6. Tambakkolam 4
0.10 7. Pemukiman
600 14.87
8. Tanah wakaf -
- 9. Lainya
38 0.94
Total 4034
100 Percut Sei Tuan
1. Sawa 1741
9.13 2. Tegalanladang
1194 6.26
3. Perkebunan besar 5976
31.32 4. Perkebunan rakyat
873 4.58
5. Rawa-rawa -
- 6. Tambakkolam
- -
7. Pemukiman 8358
43.81 8. Tanah wakaf
- -
9. Lainya 937
4.91 Total
19079 100
Pagar Merbau 1. Sawa
1842 29.29
2. Tegalanladang -
- 3. Perkebunan besar
- -
4. Perkebunan rakyat 342
5.43 5. Rawa-rawa
- -
6. Tambakkolam -
- 7. Pemukiman
3999 63.59
8. Tanah wakaf 106
1.69 9. Lainya
- - Total
6289 100
Sumber : BPS Sumatera Utara, Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka, 2007
Universitas Sumatera Utara
Dari keterangan Tabel 3 di atas diketahui bahwa penggunaan tanah dapat dibagi menjadi areal persawahan, tegalan, perkebunan, pemukiman, tambak,
rawa-rawa, tanah wakaf, dan lain-lainnya. Di Kecamatan Tanjung Morawa penggunaaan lahan paling tinggi adalah untuk perkebunan rakyat dengan
persentase 33,23, di Kecamatan Lubuk Pakam penggunaan lahan paling tinggi adalah untuk pemukiman dengan persentase 53,31. Sedangkan penggunaan
lahan di Kecamatan Batang Kuis yang paling tinggi adalah untuk lahan perkebunan besar 51,09, dan untuk penggunaan lahan paling tinggi di
Kecamatan Percut Sei Tuan dan Pagar Merbau adalah lahan pemukiman dengan persentasi 43,81 serta 63,59.
Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Tanjung Morawa, Batang Kuis, Lubuk Pakam, Percut Sei Tuan, dan Pagar Merbau sebanyak 686.004 jiwa, yang terdiri
dari 344.921 jiwa laki-laki dan 317.979 jiwa perempuan. Distribusi penduduk menurut suku bangsa di Kecamatan Tanjung Morawa,
Batang Kuis, Lubuk Pakam, Percut Sei Tuan, Pagar Merbau dapat dilihat pada Tabel di berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa di Kecamatan Tj.Morawa, Lubuk Pakam,
Batangkuis, Percut Sei Tuan, dan Pagar Merbau Kecamatan
Suku Bangsa Jumlah Penduduk Jiwa
Persentasi Tanjung Morawa 1.Jawa
104340 59.38
2. Melayu 23999
13.66 3. Karo
9570 5.45
4.Simalungun 5133
2.92 5. Toba
1024 6.27
6. Mandailing 9589
5.46 7. Minang
2925 0.70
8. Aceh 1236
1.67
9. Lainnya 7887
4.49 Total
175703 100
Lubuk Pakam 1.Jawa
66923 39.63
2. Melayu 4203
4.54 3. Karo
3389 3.66
4.Simalungun 3827
4.13 5. Toba1
23217 25.08
6. Mandailing 4535
4.90 7. Minang
3704 4.00
8. Aceh 11879
1.28 9. Lainnya
11825 1.28
Total 92579
100 Batang Kuis
1.Jawa 32839
65.89 2. Melayu
9355 18.77
3. Karo 367
0.74 4.Simalungun
563 1.13
5. Toba 2952
5.92 6. Mandailing
779 1.56
7. Minang 348
0.07 8. Aceh
206 0.41
9. Lainnya 2428
4.88 Total
49837 100
Percut Sei Tuan 1.Jawa 210289
63.07 2. Melayu
26739 8.02
3. Karo 9597
2.88 4.Simalungun
5675 1.70
5. Toba 20975
6.29 6. Mandailing
27382 8.21
7. Minang 9472
2.84 8. Aceh
2475 0.74
9. Lainnya 20820
6.24 Total
333424 100
Pagar Merbau 1.Jawa
29387 85.28
2. Melayu 293
0.85 3. Karo
792 2.30
4.Simalungun 586
1.70 5. Toba
2447 7.10
6. Mandailing 856
2.48 7. Minang
89 0.26
8. Aceh 11
0.03 9. Lainnya
- -
Total 34461
100 Sumber : BPS Sumatera Utara, Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka, 2007
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 4 dapat dilihat ada 9 suku yang terdapat di daerah penelitian, dimana suku yang paling banyak di ke-5 kecamatan adalah suku jawa yakni di
Kecamatan Tanjung Morawa sebesar 59,38, di Lubuk Pakam sebesar 39,63, di Kecamatan Batang Kuis sebesar 65,89, di Percut Sei Tuan sebesar 63,07,
dan di Kecamatan Pagar Merbau sebesar 85,28. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan formal di Kecamatan
Tanjung Morawa, Lubuk Pakam, Batang Kuis, Percut Sei Tuan, dan Pagar Merbau diperlihatkan pada Tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Kecamatan Tj.Morawa,
Lubuk Pakam, Batangkuis, Percut Sei Tuan, dan Pagar Merbau Kecamatan
Pendidikan Jumlah Jiwa
Persentasi Tanjung Morawa 1. Belum Sekolah
5631 3.20
2. Tidak Tamat SD 45891
2.12 3. Tamat SD
60226 34.28
4. Tamat SMP 38636
21.99 5. Tamat SMU
20513 11.67
6. Diploma 3769
2.15 7. Sarjana
1037 0.59
Total 175703
100 Lubuk Pakam
1. Belum Sekolah 3287
3.55 2. Tidak Tamat SD
7436 8.03
3. Tamat SD 23197
25.06 4. Tamat SMP
23026 24.87
5. Tamat SMA 21811
23.56 6. Diploma
12847 13.88
7. Sarjana 975
1.05 Total
92579 100
Batang Kuis 1. Belum Sekolah
8290 17.62
2. Tidak Tamat SD 9808
20.84 3. Tamat SD
10765 22.88
4. Tamat SMP 8382
17.81 5. Tamat SMA
7552 16.05
6. Diploma 1390
2.95 7. Sarjana
872 1.85
Total 49837
100 Percut Sei Tuan 1. Belum Sekolah
28663 8.60
2. Tidak Tamat SD 39953
11.98 3. Tamat SD
85180 25.25
4. Tamat SMP 69560
20.86 5. Tamat SMA
64925 19.47
6. Diploma 29716
8.91 7. Sarjana
15427 4.63
Total 333424
100 Pagar Merbau
1. Belum Sekolah 2895
8.40 2. Tidak Tamat SD
8058 23.38
3. Tamat SD 8189
23.76 4. Tamat SMP
7221 20.95
5. Tamat SMA 5805
16.85 6. Diploma
1365 3.96
7. Sarjana 928
2.69 Total
34461 100
Sumber : BPS Sumatera Utara, Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka, 2007
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di lima Kecamatan menamatkan pendidikan SD, di Tanjung Morawa dengan persentase 34,28, di
Lubuk Pakam persentasinya sebesar 25,06. Sedangkan di Kecamatan Batangkuis sebesar 22,88, dan di Percut Sei Tuan sebesar 25,25. Dan di
Kecamatan Pagar Merbau sebesar 23,76.
Universitas Sumatera Utara
Perekonomian Kecamatan Tanjung Morawa, Batang Kuis, Lubuk Pakam, Percut Sei Tuan, Pagar Merbau
Adapun distribusi pennduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Tanjung Morawa, Batang Kuis, Lubuk Pakam, Percut Sei Tuan, Pagar Merbau
dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di Kecamatan Tj.Morawa,
Lubuk Pakam, Batang Kuis, Percut Sei Tuan, dan Pagar Merbau Kecamatan
Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Jiwa
Persentasi Tanjung Morawa 1. PNSABRI
3117 7.00
2. Karyawan Perkebunan 301
0.67 3. Karyawan Swasta
26099 58.62
4. Pedagang 2115
4.75 5. Petani
8924 20.04
6. Lainnya 3965
8.91 Total
44521 100
Lubuk Pakam 1. PNSABRI
1796 8.56
2. Karyawan Perkebunan 5756
27.49 3. Karyawan Swasta
571 2.73
4. Pedagang 2330
11.13 5. Petani
5978 28.55
6. Lainnya 4508
21.53 Total
20939 100
Batang Kuis 1. PNSABRI
978 2.84
2. Karyawan Perkebunan 18387
53.48 3. Karyawan Swasta
769 2.24
4. Pedagang 1287
3.74 5. Petani
12795 37.22
6. Nelayan 25
0.07 7. Lainnya
137 0.04
Total 34378
100 Percut Sei Tuan 1. PNSABRI
4095 7.49
2. Karyawan Perkebunan 2414
4.42 3. Karyawan Swasta
26865 49.16
4. Pedagang 2876
5.26 5. Petani
13474 24.66
6. Lainnya 4919
9.00 Total
54643 100
Pagar Merbau 1. PNSABRI
242 2.92
2. Karyawan Perkebunan 819
9.78 3. Karyawan Swasta
1726 20.81
4. Pedagang 546
6.58 5. Petani
4550 54.86
6. Lainnya 411
4.96 Total
8294 100
Sumber : BPS Sumatera Utara, Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka, 2007
Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase sumber mata pencaharian penduduk di Kecamatan Tanjung Morawa yang paling tinggi adalah sebagai
Universitas Sumatera Utara
karyawan swasta yaitu 58,62, di Kecamatan Lubuk Pakam persentase sumber mata pencaharian penduduk paling tinggi adalah sebagai petani yaitu 28,55. Di
Kecamatan Batang Kuis persentase sumber mata pencaharian penduduk paling tinggi adalah karyawan perkebunan yaitu 53,48, sedangkan di Kecamatan
Percut Sei Tuan adalah sebagai karyawan swasta yaitu 46,16, dan di Kecamatan Pagar Merbau adalah sebagai petani yaitu 54,86.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan kehidupan masyarakat untuk lebih baik lagi. Sarana dan prasarana yang tersedia
di daerah penelitian dapat dilihat dari Tabel 7 berikut ini:
Tabel 7. Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Kecamatan Tj.Morawa, Lubuk Pakam,
Batangkuis, Percut Sei Tuan, dan Pagar Merbau Sarana dan Prasarana
Jumlah Unit Tanjung
Lubuk Batang Percut Pagar
Morawa Pakam Kuis
Sei Tuan Merbau
Sarana Pendidikan
•
TK 16
22 2
61 6
•
SD 79
30 14
119 22
•
SMP 27
19 11
31 7
•
SMU 23
25 5
42 -
Sarana Kesehatan
•
Rumah Sakit 4
3 2
2 -
•
Puskesmas 2
2 2
2 1
•
Posyandu 28
39 40
30 49
•
Puspem 9
5 95
•
BPU 7
4 3
27 12
Sarana Ibadah
•
Mesjid 74
32 28
119 21
•
Musholla 55
31 43
160 38
•
Gereja 12
39 21
63 8
•
Wihara 9
15 14
6 20
•
Pura -
1 1
1 -
Sarana Transportasi • Sudaco
915 93
18 823
38 • Taksi
8 22
- 115
- • Becak Mesin
326 331
287 915
63 • Becak Dayung 353
283 91
357 26
• Sepeda Motor 6287 3247 827
9237 5568
Sumber : BPS Sumatera Utara, Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka, 2007
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 7 sarana dan prasarana yang tersedia di ke-5 kecamatan ini telah memadai. Ini dapat dilihat dari ketersediaan sarana pendidikan, sarana
kesehatan, rumah ibadah dan sarana transportasi.
Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini meliputi luas lahan, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan pengalaman bertani. Karakteristik
petani sampel di daerah penelitian dapat dilihata pada Tabel 8 berikut ini:
Tabel 8. Karakteristik Petani Sampel di Kec. Tj.Morawa, Lubuk Pakam, Batangkuis, Percut Sei Tuan, dan Pagar Merbau
Karakteristik Petani Sampel Satuan
Range Rataan
Luas Lahan Ha
0.2-0.3 0,14
Umur Tahun
30-70 46
Tingkat Pendidikan Tahun
6-12 10
Jumlah Tanggungan Jiwa
0-5 3
Pengalaman bertani Tahun
4-54 22
Sumber Data: Data diolah pada lampiran I
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa luas lahan petani sampel di ke-5 kecamatan berkisar 0.02-0.3 Ha, dengan rata-rata 0.14 Ha. Hal ini menunjukkan
bahwa lahan yang diusahakan petani sampel untuk tanaman bunga rosella di daerah penelitian masih dalam skala usahatani yang kecil.
Umur petani sampel berkisar antara 30-70 tahun dengan rata-rata 46 tahun, hal ini menunjukkan bahwa petani sampel masih tergolong dalam kategori umur
produktif sehingga dapat dikatakan bahwa petani masih potensial untuk mengelolah usahataninya.
Tingkat pendidikan petani sampel berkisar antara 6-12 tahun dengan rata- rata 10 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan petani
Universitas Sumatera Utara
sampel di daerah penelitian adalah SMP. Jumlah tanggungan keluarga petani rata-rata 3 jiwa, sedangkan rata-rata lama bertani 22 tahun dengan range 4-54
tahun. Dimana pengalaman bertani akan berpengaruh terhadap tingkat keterampilan petani dalam mengelola usahataninya.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahapan Kegiatan Budidaya Bunga Rosella
a. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani bunga rosella pada umumnya tidak berbeda dengan pengolahan pada tanaman lainnya. Pengolahan
lahan ini bertujuan untuk menggemburkan tanah yang telah memadat. Lahan juga harus dibersihkan dari semak belukar, rumput, gulma dan sisa tanaman lain.
Pengolahan lahan di daerah penelitian dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam 2-40 cm, tanah tersebut diremahkan digemburkan, dan kemudian
dibuat bedengan seluas ± 1 m, tingginya ± 15 cm dengan jarak bedengan ± 1-1,2 m, sedangkan panjang bedengan di sesuaikan dengan kondisi lahan.
Pembuatan parit antara bedengan akan memudahkan kegiatan pemupukan dan akan menghambat terjadinya penggenangan air disekitar tanaman terutama
pada musim hujan. Jumlah rata-rata tenaga kerja yang digunakan untuk mengelola lahan 1 Ha adalah 17,89 HKP. Setelah lahan selesai diolah akan dibiarkan terlebih
dahulu agar lahan terkena cahaya matahari dan terangin. b.
Pemberian Pupuk Kandang Pemberian pupuk kandang berutujuan untuk memperbaiki struktur tanah
dan menambah unsur hara di dalam tanah. Pupuk kandang diberikan sebelum tanah diolah atau dibuat bedengan. Jumlah pupuk kandang yang diberikan petani
di daerah penelitian rata-rata sebanyak 610,26 kgha.
Universitas Sumatera Utara
c. Penanaman
Sebelum penanaman, petani di daerah penelitian terlebih dahulu merendam benih rosella dengan air selama 24 jam, ini bertujuan untuk
mengetahui bibit yang bernas dan yang tenggelam untuk ditanam. Biji rosella ini disemai di lahan semai selama 15 hari. Pada umur 2-3 minggu setelah semai, bibit
ini kemudian di pindahkan ke lahan yang telah diolah. Benih yang pertama kali diusahakan diperoleh dari instansi pemerintahan yakni Kamar Dagang dan
Industri Sumatera Utara. d.
Pemeliharaan Adapun kegiatan pemeliharaan tanaman bunga rosella di daerah penelitian
meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan susulan, dan perlindungan tanaman dari serangan hama dan penyakit.
1. Penyiraman Tanaman rosella tidak memerlukan air dalam jumlah yang banyak.
Penyiraman dilakukan ketika dilakukan pemindahan tanaman, dan sekali seminggu atau tergantung dengan keadaan lahan. Jika cuaca hujan tanaman tidak
akan disiram. 2. Penyiangan
Petani rosella di daerah penelitian melakukan penyiangan setelah tanaman berumur 6-7 minggu setelah tanam, ini dilakukan karena tanaman rosella tumbuh
dengan cepat setelah umur 60 hari. Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan rumput dan gulma yang berada disekitar tanaman maupun disekitar parit diantara
bedengan. Penjarangan tanaman rosella dilakukan petani secara bersamaan ketika penyiangan sambil dilakukan pengguludan.
Universitas Sumatera Utara
3. Pemupukan Susulan Pemumpukan ini dilakukan setelah proses penyiangan, pupuk yang
digunakan adalah pupuk NPK phonska, urea, dan pupuk ZA, dengan rata-rata penggunaan pupuk di daerah penelitian adalah sebanyak 45,72 kghektar.
Pemberian pupuk ini bertujuan untuk memperbanyak produksi buah rosella. Pemberian pupuk dilakukan pada umur 8 minggu setelah semai dan dilakukan
dengan cara tabur. Untuk kegiatan ini, rata-rata penggunaan tenaga kerja yaitu sebanyak 5,86 HKP per hektar.
4. Perlindungan Hama dan Penyakit Tanaman Penyakit yang menyerang rosella adalah busuk akar yang disebabkan oleh
cendawan. Penyakit ini terjadi karena adanya genangan air di lahan atau musim hujan yang terlalu lama. Selain itu juga karena tidak adanya pergiliran tanaman
dan perawatan. Sebahagian petani mengatasi masalah ini dengan menyemprotkan gromoxon karena kurangnya perawatan setelah tanaman berumur 8 minggu
setelah semai, sedangkan petani lainnya mengatasi ini dengan mencabut tanaman yang terserang dan membakar sebelum menyebar ke tanaman lainnya.
Untuk pengendalian tanaman dari belalang, kutu daun, kumbang dan serangga lain, petani tidak menggunakan pestisida karena tanaman ini merupakan
tanaman obat. Ada sebagian petani yang menggunakan daun mimba untuk mengatasi masalah serangan ini. Daun mimba ditumbuk dan dicampur dengan air
lalu didiamkan selama satu malam. Saringan pestisida organik ini disemprotkan pada tanaman rosella.
Universitas Sumatera Utara
e. Pemanenan
Tanaman rosella dipanen mulai umur 3,5 bulan setelah tanam. Pemanenan dilakukan hingga tanaman tidak menghasilkan bunga lagi, yakni sekitar 6 bulan
setelah tanam. Lahan rosella yang telah siap panen dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1.2 Lahan Rosella Yang Siap Panen
Pemanenan dilakukan setiap 10 hari sekali, tapi ada juga petani yang melakukannya seminggu sekali. Pemanenan rosella dilakukan sejak pagi sampai
sore hari, tergantung berapa banyak produksi rosella saat panen. Produksi rata-rata yang diperoleh petani sebanyak 11,69 ton per hektar. Jumlah rata-rata tenaga kerja
yang digunakan untuk tahapan ini adalah sebanyak 84,03 HKP per hektar. Kelopak rosella yang dipanen adalah kelopak yang telah kembang atau merekah.
Proses pemanen rosella yang dilakukan petani dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.3 Bunga Rosella Yang di Panen dengan Pisau Biasa
Tanaman rosella yang berumur 5,5 bulan tidak dilakukan perawatan dan pemeliharaan oleh petani. Ini dikarenakan produksi rosella mulai menurun dan
tanaman ini juga banyak yang mulai terserang penyakit busuk akar, terutama didukung curah hujan yang tinggi. Petani membiarkan tanaman mereka mati
dengan sendirinya atau sampai tidak menghasilkan lagi dari pada mengeluarkan biaya yang lebih banyak.
Universitas Sumatera Utara
Biaya Usahatani Bunga Rosella
Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh petani untuk memperoleh faktor-faktor produksi, yang akan digunakan dalam mengelolah
usahanya dalam mendapatkan hasil maksimal. Komponen biaya produksi usahatani bunga rosella mencakup biaya tetap dan biaya variabel.
a. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Adapun
rincian biaya tetap rata-rata di daerah penelitian Kecamatan Tanjung Morawa, Percut Sei Tuan Kec. Lubuk Pakam, Batang Kuis, dan Pagar Merbau dapat
diperlihatkan pada Tabel berikut ini:
Tabel 9. Biaya Tetap Rata-Rata Usahatani Bunga Rosella per Petani dan per Hektar
Selama1 Musim Tanam 6 bulan di Daerah Penelitian
Uraian Per Petani
Per Hektar
Fisik Rp
Fisik Rp
Biaya Tetap 1. Lahan
- Sewa Lahan 0,14 Ha
226.923,08 1 Ha 1.584.571,68 - Milik Sendiri PBB
0,14 Ha 2.501,92
1 Ha 16.825,51 2. Penyusutan Peralatan
17.097,84 133.618,61
Total Biaya Tetap 246.522,84 1.735.010,08
Sumber : Data diolah dari lampiran 2a-8b
Dari Tabel 9 terlihat biaya tetap rata-rata yang dikeluarkan petani pada usahatani bunga rosella di daerah penelitian selama 1 musim tanam adalah sebesar
Rp 1.735.010,08 per hektar, yang digunakan untuk biaya sewa lahan, biaya Pajak Bumi dan Bangunan PBB, dan biaya penyusutan. Biaya penyusutan ini terdiri
dari cangkul, parang babat, sabit, parang, gunting bunga, gunting biasa, pisau, gembor, sprayer, dan ember. Dari range luas lahan 0,08-0,3 ha, biaya tetap yang
Universitas Sumatera Utara
paling tinggi adalah biaya sewa lahan, dimana sekitar 58 persen petani tidak memiliki lahan usahatani sehingga petani menyewa lahan untuk usahatani rosella.
b. Biaya Tidak Tetap
Biaya tetap tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Rincian biaya tidak tetap variabel rata-rata yang dikeluarkan selama usahatani
berlangsung si daerah penelitian Kecamatan Tanjung Morawa, Percut Sei Tuan Kec. Lubuk Pakam, Batang Kuis, dan Pagar Merbau dapat diperlihatkan pada
Tabel berikut ini:
Tabel 10. Biaya Variabel Rata-Rata Usahatani Bunga Rosella per Petani dan per Hektar Selama 1 Musim Tanam 6 bulan di Daerah Penelitian
Uraian Per Petani
Per Hektar Fisik
Rp Fisik
Rp Biaya Variabel
1. Benih 0,17 Kg 29.076,92 1,23 Kg 214.729,02
2. Pupuk - Kandang
81,92 Kg 8.192
610,26 Kg 76.282,05 - NPK Phonska
5,69 Kg 14.331 34,72 Kg 86.804
- Urea 1,7 Kg
2.452 10,05Kg 15.075
- Za 0,13 Kg
201,92 0,95 Kg 1.418,27
3. Obat-obatan - Gramoxon
0,42 Botol 20.538
2,32 Botol 113.322 4.Tenaga Kerja
18,27HKP 716.831,73 138,03 HKP 5.427.569,02
5. Karung Plastik 22,35 Buah
17.276,92 172,17 Buah 133.979,82
6.Pengangkutan 5.000
30.128.21 Total Biaya Variabel
815.849,04 6.099.307,80
Sumber : Data diolah dari lampiran 2a- 8b
Dari Tabel 10 terlihat biaya variabel rata-rata yang dikeluarkan petani pada usahatani bunga rosella di daerah penelitian adalah sebesar Rp 6.099.307,80
per hektar. Adapun jumlah rata-rata benih yang digunakan petani di daerah penelitian per hektarnya sebanyak 1,23 kg. Benih yang digunakan berasal dari
Universitas Sumatera Utara
salah satu instansi pemerintah Kadinsu dan juga dari industri pengolah produksi rosella.
Pupuk yang digunakan petani di daerah penelitian adalah pupuk kandang, urea, phonska, dam pupuk Za dengan jumlah rataan 655,97 kg pe hektar. Pupuk
yang paling banyak digunakan petani adalah pupuk kandang, karena pupuk kandang merupakan yang dapat memperbaiki unsur hara dalam tanah dan harga
pupuk kandang dapat dijangkau oleh petani. Beberapa petani di daerah penelitian yang menggunakan gromoxon sebagai pengendali hama dan penyakit yaitu 2
botol per hektar, akan tetapi pada umumnya petani di daerah penelitian mengatasi hama dan penyakit rosella secara alami.
Penggunaan tenaga kerja per hektarnya per musim tanam pada usahatani yaitu dengan rata-rata 138,03
HKP. Tenaga kerja paling banyak berasal dari tenaga kerja dalam keluarga TKDK. Usahatani ini banyak menggunakan tenaga
kerja karena pada proses pemanenan rosella dilakukan secara manual yaitu dengan gunting atau pisau dan dibutuhkan ketelitian dalam pemetikan rosella.
Selain itu, pemanenan juga dilakukan hingga tanaman tidak menghasilkan. Hasil produksi rosella di daerah penelitian umumnya dibeli oleh pedagang
pengumpul dan hanya sebahagian kecil petani yang mengantar langsung hasil produksinya ke tempat pengolahan rosella. Rata-rata biaya pengangkutan yang
dikeluarkan petani adalah Rp 5.000 per petani dan Rp 30.128.21 per hektarnya
per musim tanam. Sehingga total biaya yang dikeluarkan petani di daerah penelitian
Kecamatan Tanjung Morawa, Percut Sei Tuan Kec. Lubuk Pakam, Batang Kuis, dan Pagar Merbau selama satu musim tanam atau 6 bulan adalah sebesar
Universitas Sumatera Utara
Rp 1.062.371,88 per pertani dan sebesar Rp 7.834.318,60 per hektarnya lampiran 8 a dan b.
Pendapatan Usahatani Bunga Rosella
Pendapatan usahatani bunga rosella adalah selisih total penerimaan usahatani rosella dengan total biaya yang dikeluarkan petani selama proses
produksi berlangsung. Tabel 11 menyajikan rataan penerimaan, biaya produksi, dan pendapatan bersih per petani dan per hektar dalam usahatani bunga rosella.
Tabel 11. Rataan Pendapatan Per Hektar Per Musim Tanam 6 bulan dan Per bulan di Daerah Penelitian
No Uraian
Per Petani Per Hektar
1 Pendapatan Rpmusim tanam 5.644.743,51
40.071.712,87
2 Pendapatan Rpbulan
940.790,59 6.678.618,81
Sumber : Data Diolah Dari Lampiran 8a-8b
Dari Tabel 11 diketahui bahwa secara keseluruhan rata-rata pendapatan bersih usahatani rosella per hektar per bulan adalah Rp 6.678.618,81 dan per
petani per bulan 940.790,59. Bila dibandingkan dengan Upah Minuman Provinsi UMP yaitu sebesar Rp 905.000bulan, maka rata-rata pendapatan bersih
usahatani rosella per hektar dan per petani per bulan di daerah penelitian lebih besar dari Upah Minimum Provinsi UMP per bulan.
Dari ke 26 sampel penelitian pendapatan yang paling tinggi adalah sebesar Rp 12.624.350 per petani dan per hektarnya sebesar Rp 46,421,500 lampiran 8a-
8b. Tinggi rendahnya pendapatan petani tergantung pada jumlah produksi, harga jual kelopak bunga rosella dan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam
kegiatan usahatani ini.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan keterangan di atas hipotesis 1 yang menyatakan bahwa pendapatan bersih usahatani bunga rosella di daerah penelitian tinggi dapat
diterima, karena pendapatan bersih usahatani rosella lebih besar dari pada Upah Minimum Provinsi UMP.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Bunga Rosella di Daerah Penelitian
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani ini adalah luas lahan X1, tenaga kerja X2, dan harga pupuk X3. Hasil analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan pada usahatani bunga rosella si daerah penelitian dapat di lihat pada Tabel 12 di bawah ini:
Tabe l 2. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Bunga
Rosella di Daerah Penelitian No
Variabel Koefisien Regresi
t-hitung signifikansi
1. Luas Lahan X
1
5.187.708 12,061
0,000 2. Jumlah Tenaga Kerja X
2
-75.175,9 -1,676
0,108 3. Harga Pupuk X
3
-20,703 -,187 0,854
Konstanta : 188268,1
R
2
: 0,983 R
: 0,991 F
hitung
: 413,415 F
tabel
: 3,05 t-tabel
: 2,074
Sumber : Data diolah dari lampiran 10
Dari Tabel 12 diketahui bahwa nilai koefisien determinasi R
2
yang diperoleh sebesar 0,983. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa pendapatan
Y dapat dijelaskan variabel luas lahan X1, tenaga kerja X2, dan harga pupuk X3 sebesar 98,30 sedangkan sisanya sebanyak 1,70 dipengaruhi oleh faktor
Universitas Sumatera Utara
lain tidak dimasukkan kedalam persamaan. Faktor lain tersebut berupa umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan modal. Adapun
fungsi persamaan pendapatan yang diperoleh yaitu sebagai berikut: Y = 188.268,1 + 5.187.708 X
1
– 75.175,9 X
2
– 20,703X
3
a. Secara Serempak
Pengaruh antara luas lahan, tenaga kerja, dan harga pupuk terhadap pendapatan usahatani bunga rosella secara serempak dapat diketahui dari uji F,
dimana F-hitung yang diperoleh sebesar 413,42 dan nilai F-tabel 3,22 sebesar 3,05. Sehingga F-hitung 413,42 F-tabel 3,05, atau dengan membandingkan
nilai Sig. dengan taraf signifikansi 0,00 0,05, yang artinya pendapatan usahatani bunga rosella secara serempak dapat dipengaruhi oleh luas lahan, harga pupuk,
dan jumlah tenaga kerja di daerah penelitian. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 yang
menyatakan bahwa pupuk, luas lahan, tenaga kerja, dan harga pupuk secara serempak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani rosella dapat
diterima Ho ditolak, H
1
diterima.
b. Secara Parasial