Otonomi dan Otonomi Daerah

administratif menurut prakarsa sendiri. Dalam konteks ini maka kebebasan dalam pengambilan keputusan dengan prakarsa sendiri suatu yang niscaya. Oleh karena itu kemandirian suatu daerah suatu hal yang penting, tidak boleh ada internvensi dari pemerintah pusat. Ketidak mandirian daerah berarti ketergantungan daerah pada pusat. 43 2. Pelaksanaan Otonomi Daerah Untuk dapat terlaksana dengan baik suatu otonomi daerah, ada beberapa f aktor yang mempengaruhi, yaitu:”manusia pelaksananya harus baik, keuangan harus cukup dan baik, peralatannya harus cukup dan baik, organisasi dan manajemennya harus baik. ” 44 Faktor yang pertama haruslah dalam pengertian moral maupun kapasitasnya. Faktor ini menyangkut unsur pemerintah yang terdiri dari kepala daerah dan DPRD, faktor kedua adalah faktor keuangan yang merupakan tulang punggung bagi terselenggaranya aktifitas pemerintah daerah, faktor ketiga merupakan sarana pendukung bagi terselenggaranaya berbagai aktifitas pemerintahan daerah, peralatan yang ada harus yang cukup dari segi jumlahnya, faktor keempat dengan kemampuan organissi dan manajemen yang memadai, penyelenggaraan pemerintah daerah dapat terselenggara dengan baik, efisien dan efektif. 45 43 Djohan Djohermansyah, Potret Otonomi Daerah dan Wakil Rakyat di Tingkat Lokal, Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h.7. 44 Josef Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, cet. II, Jakarta: Rajawali Pers, 1991, h. 63. 45 Ibid., h. 60-63. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memerhatikan aspek demokratis, keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman daerah serta didasarkan otonomi luas, nyata dan bertanggungjawab. 46 Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga tetap terjalin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah, kemandirian daerah otonom harus selalu diperhatikan dalam pelaksanaan otonomi, karena demi mengembangkan daerah otonom tersebut. 47

E. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD

Anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya ke dalam kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas. Dengan demikian anggaran merupakan suatu pernyataan formal yang dibuat oleh manajemen berupa rencana-rencana yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam suatu periode tertentu, dimana rencana tersebut merupakan suatu pedoman dalam pelaksanaan kegiatan selama periode tersebut. 48 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 49 APBD merupakan pengejawantahan 46 Komarudin Hidayat dan Azyumardi Azra, Pendidikan Kewarganegaraan, cet. III, Jakarta: Kencana, 2008, h. 154. 47 Komarudin Hidayat dan Azyumardi Azra, Pendidikan Kewarganegaraan, h. 155. 48 Dedi Nordiawan, dkk, Akuntansi Pemerintahan, cet. III, Jakarta: Salemba Empat, 2008, h. 19. 49 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003, pasal 1 butir 8. rencana kerja pemda dalam bentuk satuan uang untuk kurun waktu satu tahun dan berorientasi kepada tujuan kesejahteraan publik. 50 APBD merupakan suatu rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD juga ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD, demikian pula semua pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam APBD. Karena APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD menjadi dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah. 51 APBD memiliki struktur yang merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah, pembiayaan. Sebagai dokumen APBD merupakan rangkaian seluruh jenis pendapatan, jenis belanja, dan sumber- sumber pembiayaan, oleh karena itu akan ada kemungkinan surplus atau defisit. Surplus anggaran terjadi jika terdapat selisih lebih pendapatan daerah terhadap belanja daerah. Sebaliknya defisit terjadi jika terdapat selisih kurang pendapatan daerah terhadap belanja daerah, sedangkan jumlah pembiayaan sama dengan jumlah surplusdefisit anggaran. 52 50 Indra Bastian, Akuntansi Sektor Publik, Jakarta: Erlangga, 2006, h. 189. 51 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, cet. III, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, h. 369. 52 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, h. 371. 1. Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD