Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD

1. Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam massa satu tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Kepala daerah dalam penyusunan Rancangan APBD RAPBD menetapkan prioritas dalam plafon anggaran sebagai dasar peyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja RKASK perangkat daerah. Berdasarkan prioritas dan plafon anggaran tersebut kepala RKASK perangkat daerah dengan pendekatan prestasi kerja yang akan dicapai. RKASK perangkat daerah disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah sebagai bahan penyusunan rancangan perda tentang APBD tahun berikutnya. 53 Banyak pihak yang terlibat dalam penyusunan anggaran, baik manajer tingkat atas maupun manajer tingkat bawah dan ini berdampak langsung terhadap perilaku manusia, terutama bagi orang yang langsung mempunyai hubungan dengan penyusunan anggaran, dalam pelaksanaan penyusunanya itu tidak mudah, karena banyak dampak negatif yang keluar pada diri seseorang, diantaranya perbuatan yang sangat tidak terpuji dan berdampak merugikan bagi negara contohnya, perbuatan korupsi. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 3 Ayat 4 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, 53 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, cet. IV, Jakarta: Sinar Grafika, 2012, h. 87. bahwa: “APBNAPBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. ” 54 a. Fungsi otoritas: Fungsi otorisasi bermakna bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk merealisasi pendapatan dan belanja pada tahun bersangkutan. Tanpa dianggarkan dalam APBD sebuah kegiatan tidak memiliki kekuatan untuk dilaksanakan. b. Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. c. Fungsi pengawasan mengandung makna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan pemerintah daerah. d. Fungsi alokasi mengandung makna bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian daerah. e. Fungsi distribusi memiliki makna bahwa kebijakan-kebijakan dalam penganggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. f. Fungsi stabilitasi memliki makna bahwa anggaran daerah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah. 55 54 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, pasal 3 ayat 4. 2. Praktik Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, didukung dana dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah, sedangkan yang menjadi kewenangan pemerintah, didukung dana dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara. Di dalam praktiknya APBD, kepala daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah. 56 Dalam pelaksanaan APBD, semua manfaat yang bernilai uang berupa komisi, rabat, potongan, bunga atau nama lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang dan atau jasa dan dari penyimpanan dan atau penempatan uang daerah merupakan pendapatan daerah dan dibukukan sebagai pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD. 57 Dalam rangka pelaksanaan APBD, SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran belanja daerah untuk tujuan yang tidak tersedia anggaranya, danatau yang tidak cukup tersedia anggaranya dalam APBD. Pelaksanaan belanja daerah ini harus didasarkan pada perinsip hemat, tidak mewah, efektif, efesien dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dokumen yang menjadi dasar pelaksanaan APBD adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah DPA-SKPD. DPA SKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan 55 Fungsi APBD, http:id.wikipedia.orgwikiAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diakses pada tanggal 23 Januari 2014. 56 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, h. 77. 57 Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, cet. II, Jakarta: Gramedia Widiasarna Indonesia, 2007, h. 206. dan belanja setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran. 58 Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintahan daerah dianggarkan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh Bendahara Umum Daerah. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja daerah jika untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD. 59 Dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan daerah, semua penerimaan daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah. Rekening kas umum daerah dalam ayat ini adalah tempat penyimpanaan uang dan surat berharga yang ditetapkan oleh kepala daerah. Bendahara penerimaan wajib menyetor seluruh penerimaannya ke rekening kas umum daerah selambat-lambatnya dalam waktu satu hari kerja. 60 Dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja daerah, setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak penagih. Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan ditempatkan dalam lembaran daerah. Pembayaran atas beban APBD dapat dilakukan berdasarkan Surat 58 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, h. 390. 59 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, h. 95. 60 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, h. 392. Penyediaan Dana SPD, atau DPA-SKPD, atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD. 61 SPD adalah dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan Surat Permintaan Pembayaran SPP, pengertian berdasarkan DPA-SKPD dala hal ini, adalah seperti untuk kegiatan yang sudah jelas alokasinya, SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatanbendahara pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran. 61 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, h. 393. 42

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG DAN DPRD KABUPATEN

SUBANG A. Gambaran Umum Kabupaten Subang 1. Sejarah Kabupaten Subang Kabupaten Subang adalah daerah yang dulunya sudah memiliki tanda- tanda kehidupan, bukti adanya kelompok masyarakat pada masa prasejarah di wilayah Kabupaten Subang adalah ditemukannya kapak batu didaerah Bojongkeding Binong, Pagaden, Kalijati dan Dayeuhkolot Sagalaherang. Temuan benda-benda prasejarah bercorak neolitikum ini menandakan bahwa saat itu diwilayah Kabupaten Subang sekarang sudah ada kelompok masyarakat yang hidup dari sektor pertanian dengan pola sangat sederhana. 1 Selain itu banyaknya sawah-sawah yang sangat sederhana memenuhi kawasan Pagaden dan Pamanukan yang memperkuat adanya kehidupan sekelompok masyarakat pada jaman tersebut, dan dalam periode prasejarah juga berkembang pula pola kebudayaan perunggu yang ditandai dengan penemuan situs di Kampung Engkel, Sagalaherang bagian pegunungan. 2 Dengan adanya Proklamasi Kemerdekaan RI di Jakarta, berimbas pada didirikannya berbagai badan perjuangan di Subang, antara lain Badan Keamanan Rakyat BKR, API, Pesindo, Lasykar Uruh, dan lain-lain, banyak diantara anggota badan perjuangan ini yang kemudian menjadi 1 Pemerintahan Kabupaten Subang, Rakyat Subang Gotong Royong, Subang Maju, Subang: Pemerintahan Kabupaten Subang, 2004, h.1 2 Ibid., h. 3. anggota TNI. Saat tentara KNIL kembali menduduki Bandung, para pejuang di Subang menghadapinya melalui dua front, yakni front selatan Lembang dan front barat Gunung Putri dan Bekasi. 3 Tahun 1946, Karesidenan Jakarta berkedudukan di Subang. Pemilihan wilayah ini tentunya didasarkan atas pertimbangan strategi perjuangan. Residen pertama adalah Sewaka yang kemudian menjadi Gubernur Jawa Barat. Kemudian Kusnaeni menggantikannya. Bulan Desember 1946 diangkat Kosasih Purwanegara, tanpa pencabutan Kusnaeni dari jabatannya. Tak lama kemudian diangkat pula Mukmin sebagai wakil residen. Pada masa gerilya selama Agresi Militer Belanda I, residen tak pernah jauh meninggalkan Subang, sesuai dengan garis komando pusat. Bersama para pejuang, saat itu residen bermukim didaerah Songgom, Surian, dan Cimenteng. 4 Tanggal 26 Oktober 1947 Residen Kosasih Purwanagara meninggalkan Subang dan pejabat Residen Mukmin yang meninggalkan Purwakarta tanggal 6 Februari 1948 tidak pernah mengirim berita ke wilayah perjuangannya. Hal ini mendorong diadakannya rapat pada tanggal 5 April 1948 di Cimanggu, Desa Cimenteng. Di bawah pimpinan Karlan, rapat memutuskan: 1 Wakil Residen Mukmin ditunjuk menjadi Residen yang berkedudukan didaerah gerilya Purwakarta. 2 Wilayah Karawang Timur menjadi Kabupaten Karawang Timur dengan bupati pertamanya 3 Pemerintahan Kabupaten Subang, Rakyat Subang Gotong Royong, Subang Maju, h. 18. 4 Ibid., h. 19. Danta Gandawikarma. 3 Wilayah Karawang Barat menjadi Kabupaten Karawang Barat dengan bupati pertamanya Syafei. 5 Wilayah Kabupaten Karawang Timur adalah wilayah Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta sekarang. Saat itu, kedua wilayah tersebut bernama Kabupaten Purwakarta dengan ibukotanya Subang. Penetapan nama Kabupaten Karawang Timur pada tanggal 5 April 1948 dijadikan momentum untuk kelahiran Kabupaten Subang yang kemudian ditetapkan melalui Keputusan DPRD No: 01SKDPRD1977. 6 2. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Subang secara geografis terletak dibagian utara Propinsi Jawa Barat dengan batas koordinat yaitu antara 1070 31-1070 54 Bujur Timur dan 60 11-60 49 Lintang Selatan. Adapun batas-batas wilayah dengan Kabupaten yang berdekatan letaknya secara geografis adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat 2. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Karawang 3. Sebelah Utara, berbatasan dengan Laut Jawa 4. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Indramayu dan Sumedang. 7 5 Pemerintahan Kabupaten Subang, Rakyat Subang Gotong Royong, Subang Maju, h. 20. 6 Ibid., h. 22. 7 BAPPEDA, Subang Dalam Angka Tahun 2013, Subang: BAPEDA, 2013 h. 3.