Analistis Data Analisis Yuridis Tentang Tanggung Jawab Notaris Kaitannya Dengan Mal Administrasi

4. Analistis Data

Analisis data merupakan proses penelaahan yang diawali melalui verifikasi data sekunder dan data primer. Untuk selanjutnya, dilakukan pengelompokan sesuai dengan pembahasan permasalahan. Analisis data adalah sesuatu yang harus dikerjakan untuk memperoleh pengertian tentang situasi yang sesungguhnya, di samping itu juga harus dikerjakan untuk situasi yang nyata. 71 Semua data yang diperoleh dan bahan pustaka serta data yang diperoleh di lapangan dianalisa secara kualitatif. Metode analisa yang dipakai adalah metode deduktif. Data yang diperoleh hasil penelitian ini dianalisa dengan cara kwalitatif selanjutnya dilakukan proses pengolahan data, setelah selesai pengolahan data baru ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif. 72 Kegiatan analistis dimulai dengan dilakukan pemeriksaan terhadap data yang terkumpul baik melalui wawancara yang dilakukan, inventarisasi karya ilmiah, peraturan perundang-undangan, yang berkaitan dengan judul penelitian baik media cetak dan laporan-laporan hasil penelitian lainnya untuk mendukung studi kepustakaan. 71 Erickson dan Nosanchuk, Memahami Data Statistik Untuk Ilmu Sosial, Jakarta, LP3ES, 1996 72 Sutandyo Wigjosoebroto, Apakah Sesungguhnya Penelitian Itu, Kertas kerja, Universitas Erlangga, Surabaya. Hal 2. Prosedur Deduktif yakni bertolak dari suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diakui dan diyakini dan berakhir pada suatu kesimpulan yang bersifat lebih khusus. Pada prosedur ini kebenaran pangkal merupakan kebenaran ideal yang bersifat aksiomatik self evident yang esensi kebenarannya sudah tidak perlu dipermasalahkan lagi. Universitas Sumatera Utara

BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI SEORANG

NOTARIS UNTUK MELAKUKAN MAL ADMINISTRATIF 1. Notaris Sebagai Suatu Profesi dan Pejabat a. Citra Profesional Notaris Notaris merupakan suatu pekerjaan dengan keahlian khusus yang menuntut pengetahuan luas serta tanggung jawab yang berat untuk melayani kepentingan umum dan inti tugas Notaris adalah mengatur secara tertulis dan otentik hubungan- hubungan hukum antara para pihak yang secara mufakat meminta jasa notaris . Jabatan atau profesi Notaris merupakan jabatan kepercayaan yang bertanggung jawab baik secara hukum, moral maupun etika kepada Negara atau pemerintah, masyarakat, pihak-pihak yang bersangkutan klien serta organisasi profesi, sehingga kualitas seorang Notaris harus selalu ditingkatkan melalui pendidikan, pemahaman dan pendalaman terhadap ilmu maupun kode etik. Pengangkatan seorang Notaris minimal harus mempunyai ilmu dibidang hukum dan kenotariatan, mempunyai pengalaman magang dikantor Notaris , mengetahui kewajiban dan menjunjung tinggi hak orang lain, serta dilandasi niat dan etika yang terpuji. Profesi Notaris merupakan profesi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk pembuatan alat-alat bukti yang berupa akta sehingga Notaris tidak boleh memihak pada salah satu pihak dan harus berlaku adil terhadap kedua belah pihak serta menjelaskan akibat-akibat perjanjian yang ditimbulkan kepada kedua belah pihak terutama pihak yang lemah. Dalam pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata 38 Universitas Sumatera Utara secara umum menghendaki bahwa segala persetujuan harus dilaksanakan secara jujur berlandaskan asas itikad baik. Untuk dapat menjalankan tugas dengan sebaik- baiknya, maka sikap seorang Notaris merupakan sesuatu yang sangat penting karena sikap Notaris didalam praktek pekerjaannya mempunyai dampak yang besar terhadap citra seorang Notaris menjalankan fungsinya. Notaris adalah pejabat umum, dengan demikian ditugaskan untuk menjalankan sebagian dari kekuasaan penguasa. Terkadang bagi seorang Notaris pribadi adalah sangat sulit untuk menjalankannya oleh karena itu dapat dipahami bahwa ada kalanya ia tidak dapat menghindarkan diri untuk menunjukkan pandangannya yang berbeda. Akan tetapi hal ini tidak boleh menjadi penyebab, apakah itu untuk kepentingan dari klien atas permintaan kliennya, untuk tidak mengindahkan peraturan tersebut dan ikut berperan atau memberikan bantuan kepada kliennya didalam melakukan penyeludupan hukum. Dalam hubungan ini hendaknya harus disadari bahwa sifat manusia yang tidak sempurna apabila sekali melakukan perbuatan yang tidak dapat dipercaya di dalam memberlakukan undang-undang, maka tidak sulit untuk melakukan perbuatan sedemikian untuk kedua kalinya dan seterusnya. Perbuatan demikian akan merusak citra para Notaris dan dalam hal ini akan mengundang dipertajamnya pengawasan terhadap para Notaris. Di lain pihak, di dalam memberlakukan peraturan perundang-undangan, tidak berarti bahwa Notaris tidak mempunyai kewajiban untuk mencarikan jalan yang paling menguntungkan bagi para pihak yang bersangkutan di dalam pembuatan suatu perjanjian, yang penting akta yang dibuat tidak menyimpang dari tujuan pembuatan Universitas Sumatera Utara akta, misalnya pengaturan suatu perjanjian dengan memperhatikan segi fiskalnya dengan tidak menyeludupkan undang-undang. Dalam hal ini Notaris harus mempertimbangkan dengan seksama kewajibannya sebagai pejabat di satu pihak dan sebagai pelayan dari para pihak yang bersangkutan, walaupun terkadang hal demikian sulit dilakukan. Disamping itu, harus diketahui bahwa dewasa ini dengan beragam peraturan yang ada baik berupa peraturan pelaksanaan dari berbagai undang-undang maupun keputusan-keputusan dan intruksi-instruksi dari pemerintah, adalah sangat sulit pelaksanaannya bagi masyarakat umum. Demikian juga halnya bagi para Notaris untuk mengatahui apakah seseorang dengan tidak disadarinya atau dengan tidak ada maksud untuk melakukan telah melanggar suatu peraturan yang berlaku. Notaris adalah pejabat umum, akan tetapi bukan pejabat umum yang sama sekali tidak mempunyai kepentingan mengenai sesuatu yang hanya menjalankan undang-undang tanpa memandang orang. Sebab tidak banyak Kontrak yang mempunyai sifat kebendaan sepenuhnya, akan tetapi selalu ada pengaruh dari hubungan-hubungan keluarga ataupun hubungan pribadi. Dalam hubungan ini seorang Notaris harus mempunyai kesadaran bahwa tidaklah cukup hanya memiliki kesadaran mengenai fungsi Notaris dan keterampilan teoritis dan teknis dibidang profesi, akan tetapi yang utama adalah untuk mempertaruhkan sepenuhnya kepribadian Notaris. Seorang Notaris harus menyadari bahwa pendidikan pengetahuan adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan bagi keahlian, akan tetapi pengenalan mengenai sifat-sifat dan hubungan-hubungan manusia tidak Universitas Sumatera Utara pula kurang pentingnya. Kepercayaan terhadap Notaris tidak hanya dipupuk oleh keahliannya akan tetapi juga integritasnya, kepribadian dan sikap Notaris yang bersangkutan. Notaris perlu memperhatikan apa yang disebut sebagai perilaku profesi yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut: 1. Mempunyai integritas moral yang mantap 2. Harus jujur terhadap klien maupun diri sendiri kejujuran intelektual 3. Sadar akan batas-batas kewenangannya 4. Tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan uang. 73 Ismail Saleh 74 menyatakan bahwa ada empat pokok yang harus diperhatikan oleh para Notaris, yaitu sebagai berikut: 1. Dalam menjalankan, tugas profesinya, seorang Notaris harus mempunyai intergritas moral yang mantap. Dalam hal ini, segala pertimbangan moral harus melandasi pelaksanaan tugas profesinya. Walaupun akan memperoleh imbalan jasa yang tinggi, namun sesuatu yang bertentangan dengan moral yang baik harus dihindarkan. 2. Seorang Notaris harus jujur, tidak saja pada kliennya juga pada dirinya sendiri. Ia harus mengetahui akan batas-batas kemampuannya, tidak memberi janji- janji sekedar untuk menyenangkan kliennya, atau agar klien tetap mau memakai jasanya. Kesemuanya itu merupakan suatu ukuran tersendiri tentang kadar kejujuran intelektual seorang Notaris. 3. Seorang Notaris harus menyadari akan batas-batas kewenangannya. Ia harus mentaati ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku tentang seberapa jauh ia dapat bertindak dan apa yang boleh serta apa yang tidak boleh dilakukan. Adalah bertentangan dengan perilaku professional apabila seorang Notaris ternyata berdomisili dan bertempat tinggal tidak ditempat kedudukannya sebagai Notaris. Atau memasang papan dan mempunyai kantor ditempat kedudukannya, tapi tempat tinggalnya dilain tempat. Seorang Notaris juga 73 Ismail Saleh, Membangun Citra Profesional Notaris Indonesia, Pengarahanceramah Umum Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada UpgradingRefresing Course Notaris se- Indonesia Bandung, 1993, hal. 19. 74 Ibid, hal 18-21 Universitas Sumatera Utara dilarang untuk menjalankan jabatannya diluar daerah jabatannya. Apabila ketentuan tersebut dilanggar, maka akta yang bersangkutan akan kehilangan daya otentiknya. 4. Sekalipun keahlian seseorang dapat dimanfaatkan sebagai upaya yang lugas untuk mendapatkan uang, namun dalam melaksanakan tugas profesinya ia tidak boleh semata-mata didorong oleh pertimbangan uang semata. Seorang Notaris yang pancasilais harus tetap berpegang teguh kepada rasa keadilan yang hakiki, tidak terpengaruh oleh jumlah uang dan tidak semata-mata hanya menciptakan suatu alat bukti formal mengejar kepastian hukum, tetapi mengabaikan rasa keadilan.

b. Kedudukan Notaris

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam UUJN 75 . Pemberian kualifikasi sebagai pejabat umum tidak hanya kepada Notaris saja, tetapi juga diberikan kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT 76 , Pejabat Lelang 77 , dengan demikian Notaris sudah pasti pejabat umum, tapi tidak setiap pejabat umum pasti Notaris, karena pejabat umum bisa juga PPAT atau pejabat lelang. Dalam aturan hukum yang lain, juga ada istilah Pejabat Negara, 78 selain itu ada juga Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, yaitu badan atau pejabat yang melaksanakan urusan pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada umumnya Pejabat Publik berstatus pegawai negeri, namun tidak semua pejabat publik berstatus pegawai negeri seperti halnya Notaris dan PPAT. 75 Pasal 1 angka 1 dan Pasal 15 ayat 1 UUJN 76 Pasal 1 angka 4 UU No 4 Tahun 1996, dan Pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 1998 77 Pasal 1 ayat 2 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 338KMK.012000 78 Pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 Pokok Pokok Kepegawaian Universitas Sumatera Utara Inti dari tugas Notaris ialah mengatur secara tertulis dan otentik 79 hubungan- hubungan hukum antara para pihak yang secara mufakat meminta jasa-jasa Notaris. Ciri utama lainnya bahwa Notaris tidak berpihak 80 , tetapi mandiri dan bukan sebagai salah satu pihak, ia tidak memihak kepada mereka yang berkepentingan. Itulah sebabnya di dalam menjalankan jabatannya, selaku pejabat umum ada ketentuan undang-undang yang demikian ketat, bagi orang tertentu, tidak diperbolehkan sebagai saksi atau sebagai pihak yang berkepentingan pada akta yang dibuat dihadapannya. Notaris sebagai pejabat umum menjalankan sebagian dari fungsi negara, yaitu terutama didalam memberikan pelayanan kepada masyarakat umum, khususnya membuat alat bukti tertulis dan otentik dari perbuatan hukum yang dibuatdiadakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hal demikian menjadi suatu keharusan, oleh karena akta otentik lahir jika dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum. 79 “Bahwa untuk dapat membuat akta otentik, seorang Notaris harus mempunyai kedudukan sebagai pejabat umum. Di Indonesia seorang Advokad, meskipun ia seorang yang ahli didalam bidang hukum, tidak berwenang untuk membuat akta otentik, karena ia tidak mempunyai kedudukan sebagai pejabat umum, sebaliknya seorang pegawai catatan sipil meskipun ia bukan ahli hukum, ia berhak membuat akata-akta otentik untuk hal-hal tertentu, umpamanya untuk membuat akta kelahitan atau akta kematian. Demikian itu karena oleh undang-undang ditetapkan sebagai pejabat umum dengan diberi wewenang untuk membuat akta-akta itu. R. Soegondo Notodisoerjo,Op Cit, hal ,43. 80 Notaris tidak berpihak, berlawanan dengan pengacara yang selalu berpihak dimana Notaris muncul saat damai sedangkan pengacara muncul saat ada konflik, Notaris menerima honor kehormatan sedangkan pengacara menerima uang menurut perjanjian sebagai upah. Dalam dunia kenotariatan, Notaris sesuai dengan sumpah jabatannya berkewajiban memberikan pelayanan yang tidak memihak kepada para pihak yang menjadi komparan dalam aktanya. Pelayanan itu dilakukan Notaris dengan cara merumuskan hak-hak dan kewajiban-kewajiban para pihak dalam akta yang dibuat dihadapannya secara seimbang, contoh: Jika dalam suatu perjanjian pihak pertama diminta untuk membayar sejumlah uang maka pihak kedua harus ditulis berkewajiban menerima uang yang dibayarkan itu pada waktunya sesuai jumlah yang disepakati. Universitas Sumatera Utara Pada hakekatnya Notaris hanyalah “mengkonstatir 81 ” atau “merekam” yang diinginkan atau dikehendaki oleh penghadap yang bersangkutan, dengan cara mencatat, kemudian menyusunnya agar sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, dan kalau sudah selesai dengan kehendak penghadap, maka penghadap diminta untuk membubuhkan tanda tangannya serta menulis nama terangnya secara tertulis dan otentik dari perbuatan hukum pihak-pihak yang berkepentingan, Notaris tidak berada di dalamnya. Notaris adalah orang luar, yang melakukan perbuatan hukum adalah pihak-pihak, yaitu mereka yang membuat serta terikat dalam dan oleh isi perjanjian. 82 Menurut Wawan Setawan, yang dimaksud dengan kewenangan Notaris membuat akta otentik ialah: 1. Bahwa kewenangan Notaris membuat akta otentik itu hanya apabila hal itu diminta atau dikehendaki oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, dengan kata lain akta tersebut adalah bukti adanya perbuatan hukum para pihak, bukan Notaris yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan; 81 Dalam hal mengkonstatir terdapat 2 dua pendapat yaitu pendapat sempit dan pendapat yang luas. Pendapat yang sempit mengemukakan bahwa Notaris tidak berwenang untuk mengkonstatir dalam akta otentik penyerahan uang untuk melunasi suatu hutang atau melunasi harga pembelian barang ataupun uang yang dipinjam, yang dilakukan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain, demikian juga Notaris tidak berwenang untuk mengkonstatir dalam akta sedemikian penyerahan yang benar feitelijke levering dari barang-barang yang dilakukan dihadapan Notaris dan para saksi. Sedangkan menurut pendapat yang luas mengemukakan bahwa Notaris berwenang untuk mengkonstatir hal-hal tersebut dalam akta otentik, asal saja Notaris dapat menyaksikan waarnemen. Sedangkan menurut pendapat yang luas ini, Notaris memperoleh wewenang dari pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris untuk mengkonstatir dalam akta otentik “perbuatan hukum” rechthshandeling dan ”perbuatan nyata” feilelijke handelingen yang bukan merupakan perbuatan hukum, perjanjian dan ketetapan G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Penerbit Erlangga, 1999, hal.40 82 Penyimpangan atau kurangnya kemampuan para Notaris, baik karena kesalahan atau kelalaian dalam menjalankan tugas jabatan Notaris, meskipun dalam hal ini kelalaian tersebut perlu harus dibuktikan kebenanraanya, Liliana Tedjosaputro, Tinjauan Malpraktek di Kalangan Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah dari sudut hukum pidana, Tesis, Fakultas Pascasarjana KPK-UI, Universitas Diponegoro, Semarang, 1990, Hal. 89-90 Universitas Sumatera Utara 2. Bahwa kewenangan Notaris membuat akta otentik ditentukan dan sangat tergantung dari adanya kemauan atau kehendak pihak-pihak yang akan melakukan perbuatan hukum tersebut, tanpa adanya pihak-pihak yang berkepentingan melakukan perbuatan hukum, tidak mungkin Notaris dapat mewujudkannya dalam suatu akta otentik; 3. Notaris tidak mungkin membuat akta otentik atas kemauannya sendiri tanpa adanya pihak-pihak yang bersangkutan, juga tidak berwenang mengambil keputusan sendiri untuk menyatakan membuat atau membatalkan sendiri akta yang bersangkutan; 4. Notaris tidak berwenang untuk membuat akta dibidang hukum publik, wewenangnya terbatas pada pembuatan akta-akta di bidang hukum perdata. Notaris dalam menjalankan jabatannya serta melaksanakan tugasnya harus tetap menghormati dan menjungjung tinggi hukum yang berlaku dan senantiasa menghayati dan mengingat sumpah jabatannya. 83 Notaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pejabat umum harus memiliki kemampuan professional dalam menjalankan tugasnya. Ada 3 tiga ciri untuk menentukan apakah Notaris di Indonesia merupakan Notaris fungsional atau Notaris professional yaitu: 1. Bahwa akta yang dibuat dihadapanoleh Notaris fungsional mempunyai kekuatan sebagai alat bukti formal dan mempunyai daya eksekusi. Akta Notaris seperti ini harus dilihat apa adanya, sehingga jika ada pihak yang berkeberatan dengan akta tersebut maka pihak yang berkebaratan, berkewajiban membuktikannya. 83 Mengenai sumpah jabatan Notaris di atur dalam Pasal 4 ayat 2 UUJN yang berbunyi: “Saya bersumpahberjanji: Bahwa saya akan patuh dan setia kepada negara Republik Indonesia, Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Undang-Undang tentang Jabatan Notaris serta peraturan perundang-undangan lainnya Bahwa saya akan menjalankan jabatan saya, dengan amanah, jujur, seksama, mandiri, dan tidak berpihak. Bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan menjalankan kewajiban saya sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai Notaris Bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatan saya Bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabatan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan nama ata dalil apapun, tidak pernah dan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapapun Universitas Sumatera Utara 2. Bahwa Notaris fungsional menerima uangnya dari Negara dalam bentuk delegasi dari Negara. Hal ini merupakan salah satu rasio Notaris di Indonesia memakai lambang Negara, yaitu Burung garuda. Oleh karena menerima tugas dari Negara maka yang diberikan kepada mereka yang diangkat sebagai Notaris dalam bentuk sebagai jabatan dari Negara. 3. Bahwa Notaris di Indonesia diatur oleh Peraturan Jabatan Notaris Reglement op het Notarisambt, Stb 1860 No.3. Dalam teks asli disebutkan bahwa “ambt” adalah “Jabatan” 84 Adapun unsur dan ciri yang harus dipenuhi oleh seorang Notaris professional dan ideal, antara lain dan terutama adalah: 1. Tidak pernah melakukan pelanggaran hukum, termasuk dan terutama ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi seorang Notaris, teristimewa ketentuan sebagaimana termaksud dalam Peraturan Jabatan Notaris; 2. Di dalam menjalankan tugas jabatannya dan profesinya senantiasa mentaati kode etik yang ditentukanditetapkan oleh organisasiperkumpulan kelompok profesinya, demikian pula etika profesi pada umumnya termasuk ketentuan etika profesijabatan yang telah diatur dalam peraturan perundangan; 3. Loyal terhadap organisasiperkumpulan dari kelompok profesinya dan senantiasa turut aktif di dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi profesinya. 4. Memenuhi semua persyaratan yang menjalankan tugasprofesinya. 85 Selain berdasarkan hal tersebut diatas, Notaris juga menjalankan fungsinya sebagai penerang atau penyuluh hukum bagi masyarakat seputar pembuatan akta, dan hal demikian merupakan kewajiban jabatan. Hal demikian untuk mencegah kekeliruan masyarakat didalam menerapkan hukum, termasuk persyaratan- persyaratan yang harus dipenuhi bagi keabsahan suatu perbuatan hukum. 84 Jurnal renvoi, Nomor 2. 14. II, tanggal 3 Juli 2004, hal 20. 85 Wawan Setiawan, Media Notariat, Edisi Mei-Juni 2004, hal. 23 Universitas Sumatera Utara

c. Tugas Notaris sebagai Pejabat Umum

G.H.S. Lumban Tobing 86 mengatakan bahwa Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris tidak memberikan uraian lengkap mengenai tugas dan pekerjaan Notaris, oleh karena itu selain untuk membuat akta-akta otentik, Notaris juga ditugaskan untuk melakukan dan mensyahkan waarmerken dan legaliseren surat-suratakta-akta yang dibuat dibawah tangan LN.191646 jo.43. Notaris juga memberikan nasehat hukum dan penjelasan mengenai undang-undang kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Selanjutnya G.H.S Lumban Tobing mengatakan bahwa menurut kanyataannya tugas Notaris bersamaan perkembangan waktu telah pula berkembang sebagaimana sekarang ini, tugasnya Notaris sebagaimana menurut Undang-Undang dan menurut sebenarnya 87 dan tugas yang harus dijalankannya sebagai pejabat umum, yang diletakkan kepadanya menurut Undang-undang, sangat berbeda sekali dengan tugas yang dibebankan kepadanya oleh masyarakat dalam praktek, sehingga sulit untuk memberikan defenisi yang lengkap mengenai tugas dan pekerjaan Notaris. 88 Pernyataan G.H.S. Lumban Tobing diatas ini, yang mengatakan bahwa jauh berbeda dalam arti jauh lebih berat tugas yang dibebankan oleh masyarakat dalam praktek dengan apa yang dikehendaki dalam aturan yang ada, sudah terbukti kebenarannya saat ini. Peneliti mengambil contoh pernyataan tersebut diatas adalah dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor Putusan 2601Pid.B2003PN-Mdn. 86 G.H.S. Lumban Tobing, Op Cit, hal.37 87 Maksudnya bagaimana praktikal daripada pekerjaan Notaris itu, yaitu apakh sesuai benar dengan apa yang dikehendaki oleh Undang-Undang Jabtan Notaris ataupun adalagi tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan khusus dari Notaris. 88 G.H.S Lumban Tobing, Op Cit hal. 37 Universitas Sumatera Utara Kewajiban untuk menyetorkan pajak penghasilan PPh yang menurut sistem hukum perpajakan merupakan kewajiban penjual Hak atas Tanah Tanah yang bersertifikat atau tanah yang sertifikatnya masih berlaku, serta yang praktis dilaksanakan dengan membuat bukti penyetoran dengan mengajukan Surat Setoran Pajak Penghasilan SSP serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB yang menurut sistem hukum perpajakan merupakan kewajiban pembeli Hak atas Tanah tanah yang bersertifikat, yang wajib dilaksanakan dengan mengisi dan mengajukannya dengan menggunakan formulir Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan SSB. Secara yuridis perbuatan menyetorkan Pajak Penghasilan PPh dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB wajib dilakukan oleh sipenjual dan sipembeli tanah yang bersangkutan langsung ke Kantor Kas Negara atau ke rekening Kas Negara yang ada di Bank Persepsi. Tetapi secara praktikal ternyata para pihak yang membuat akta menhendaki mudahnya saja, uang yang merupakan Pajak Penghasilan PPh dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB diserahkan saja secara tunai kepada Notaris, dengan permintaan tolong disetorkan saja sebagaimana mestinya dengan berbagai alasan ada yang mengaku tidak mengerti kemana menyetorkannya, tidak mengerti bagaimana mengisi formulirnya, tidak ada waktu mengurusnya atau memang disibukkan oleh pekerjaan lain sehingga dengan terpaksa tugas itu diambil alih oleh Notaris yang bersangkutan. Disinilah jabatan kepercayaan Notaris itu memperoleh ujian berat akibat kepercayaan besar yang diberikan oleh masyarakat, dan disini seorang Notaris itu Universitas Sumatera Utara wajib menjalankan jabatannya dengan benar-benar memelihara dan memperhatikan prinsip kehati-hatian yang seakurat-akuratnya Sebagai contoh dari pernyataan diatas, dapat dilihat dari Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 2061Pid.B2003PN-Mdn yaitu Tindak Pidana Penggelapan Pajak 89 . Yang berawal dari pihak penjual dan pihak pembeli saksi korban meminta terdakwa Notaris untuk mengurus pengalihanbalik nama sertifikat HGB nomor.120TG.Mulia dan mengurus pembayaran mengenai biaya-biaya pajak yang dikenakan terhadap penjual PPH dan Biaya Perolehan Hak Atas Tanah BPHTB yang dikenakan terhadap pembeli saksi korban atas permintaan tersebut, Notaris yang juga sebagai terdakwa tersebut menetapkan biaya pengurusan sebesar Rp.660.000.000 enam Ratus Enam Puluh Juta Rupiah dengan perincian untuk pembayaran pajak sebesar Rp. 600.000.000 enam ratus juta rupiah dan jasa bagi Notaris yang telah menjadi terdakwa tersebut sebesar Rp. 60.000.000 enam puluh juta rupiah. Seharusnya penyetoran Pajak Penghasilan PPh dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB itu tugas dan kewajiban pembeli dalam hal ini saksi korban dan penjual hak atas Tanah, bukan tugas dan kewajiban Notaris yang dihadapannya akta itu dibuat. Bagi Notaris yang sadar akan tugasnya sebagai pengemban tugas atau jabatan kepercayaan tentu saja akan menerima uang tadi dan 89 Dalam Perkara tersebut sangat jelas bahwa ada tindakan yang dikategorikan sebagai tindakan Mal Administrasi Notaris yang lebih jelasnya termasuk Mal Administrasi karena Kesewenang-wenangan, Kelalaiankecerobohan, tidak mampu menyelesaikan, seharusnya Notaris tersebut langsung menyetorkanmenyelenggarakan pembayaran pajak-pajak yang telah dipercayakan pengurusannya serta penyetorannya terhadap Notaris tersebut akan tetapi yang terjadi Notaris tersebut telah sewenang-wenang membuat penyetoran pajak fiktif. Universitas Sumatera Utara menyelenggarakannyamenyetorkannya sesuai prosedur ke alamatnya dengan benar pada kesempatan pertama dan selekas-lekasnya. Namun yang terjadi dalam contoh kasus diatas bahwa Notaris tersebut dalam hal ini terlah menjadi terdakwa bukan membayarkan pajak-pajak yang berhubungan dengan proses peralihanbalik nama sertifikat, akan tetapi terdakwa menyuruh anak buahnya mengurus penerbitan SPPT PBB Th.2002 dan mengurus proses peralihanbalik nama Sertifikat HGB 120TG. Mulia dengan mengecilkanmenurunkan nilai BPHTB dan PPh. Akan tetapi sebelum terdakwa memutuskan untuk mengurus proses peralihanbalik nama sertifikat tersebut dengan H.F, maka datanglah I.S mengatakan bahwa ia dapat mengurus pengurusan peralihanbalik nama sertifikat HGB Nomor 120TG. Mulia dan pembayaran pajak- pajaknya dengan biaya keseluruhan jauh lebih murah yaitu sebesar Rp. 300.000.000 Tiga Ratus Juta Rupiah, maka terdakwa memutuskan pengrusan peralihanBalik nama HGB No 120TG.Mulia tersebut dengan I.S. setelah itu terdakwa menugaskanmenyuruh karyawannya untuk mengetik Akta Jual Beli dengan PPAT atas nama Adi Pinem SH oleh karena saat itu terdakwa belum menjadi PPAT. Setelah Akte Jual Beli dan lampirannya siap maka terdakwa memanggil saksi korban sebagai pembeli dan AP dan KL sebagai penjual dan saksi untuk menandatangani Akte Jual Beli pada saat ditanda tangani belum bernomor dan bertanggal 90 . Setelah Akte Jual Beli ditanda tangani dan diberi nomor maka I.S memasukkan Ke BPN kota Medan dengan terlebih dahulu membuatmengisi sendiri dengan mesin tik listrik 90 Hal ini dapat dikategorikan sebagai tindakan Mal Administrasi Notaris yang lebih jelasnya termasuk Mal Administrasi karena kurang hati-hati, seharusnya Akta yang dibuat oleh Notaris sebelum ditandatangni Akta tersebut telah dicantumkan Nomor serta tanggal Akta tersebut dibuat. Universitas Sumatera Utara Surat Setoran BPHTB Fiktif atas nama saksi korban bernama S.C dan H dengan nilai Rp. 159.831.500 Seratus lima puluh Sembilan juta delapan ratus tiga puluh satu ribu lima ratus Rupiah, SSP Final Fiktif dengan nilai Rp. 161.331.500 seratus enam puluh satu juta tiga ratus tiga puluh satu ribu lima ratus rupiah dan SPPT PBB Th. 2002 fiktif senilai Rp. 3.226.630.000 Tiga Milyar dua ratus dua puluh enam juta enam ratus tiga puluh ribu rupiah. Setelah itu proses balik nama dalam waktu 2 hari telah selesai dan terdakwa menyerahkan sertifikat yang asli tersebut kepada saksi korban, akan tetapi bukti-bukti pembayaran pajak-pajak yang berhubungan dengan proses peralihanbalik nama sertifikat tidak terdakwa serahkan kepada saksi korban akan tetapi hanya diperlihatkan saja dengan tujuan untuk mengelabui saksi korban seakan-akan pajak sebenarnya tinggi dan dapat diusahakan terdakwa menjadi rendah. Oleh karena perbuatannya tersebut diatas, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak Pidana “PENGGELAPAN”. Oleh karena itu berdasarkan Putusan Nomor 2601Pid.B2003PN-Mdn terdakwa dijatuhi dengan Pidana Penjara selama 3 tiga tahun. Berdasarkan contoh kasus dalam penelitian ini pula maka peneliti akan menguraikan beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Notaris melakukan perbuatan Mal Administrasi diantaranya adalah: Universitas Sumatera Utara

2. Faktor Interen