Tanggung Tawab Notaris Pada Akta Yang Dibuatnya

menghargai, saling membantu serta selalu berusaha menjalin komunikasi dan tali silaturahmi. 16. Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak membedakan status ekonomi danatau status sosialnya. 17. Melakukan perbuatan-perbuatan yang secara umum disebut sebagai kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan antara lain namun tidak terbatas pada ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Penjelasan Pasal 19 ayat 2 UUJN, isi sumpah Notaris, dan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Notaris Indonesia.

2. Tanggung Tawab Notaris Pada Akta Yang Dibuatnya

Sebagai pejabat umum yang diberikan kepercayaan untuk mengemban sebagian tugas negara, notaris harus dapat menjalankan tugas profesi sebaik mungkin sesuai dengan hukum agamanya dan hukum serta peraturan yang berlaku. Oleh karena itu jika notaris berbuat melanggar hukum, sanksinya tidak hanya berupa sanksi hukum positif saja, melainkan sanksi moral dari masyarakat dan sanksi spritual menurut hukum agamanya. Sebagai pejabat umum yang diberikan kepercayaan untuk mengemban sebagian tugas negara, notaris tidak bisa menghalalkan segala cara untuk mencapai professionalnya 120 yakni menjalankan tugas dan jabatannya berdasarkan UUJN dan kode etik jabatan Notaris. 120 Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia Anke Dwi Saputro, Jati Diri Notaris Indonesia, Dulu, Sekarang, dan di Masa Datang, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, Hal 182. Universitas Sumatera Utara Tanggung jawab notaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pejabat negara tidak terlepas dari tanggungjawab secara perdata dimana notaris selalu berpedoman danatau mengacu pada kitab undang-undang hukum perdata, Undang-undang No. 30 Tahun 2004 tentang jabatan notaris dan peraturan perundang-undangan lainnya. Pertanggung jawaban yang diminta kepada notaris bukan hanya dalam pengertian sempit yakni membuat akta, akan tetapi pertanggung jawabannya dalam arti yang luas, yakni tanggung jawab pada saat fase akta dan tanggung jawab pada saat pasca penandatanganan akta. 121 Pasal 84 UUJN menyebutkan bahwa: Tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat 1 huruf i, 122 pasal 16 ayat 1 huruf k 123 , Pasal 41, 44, 48, 49, 50, 51 atau pasal 52 tentang bentuk dan sifat akta yang mengakibatkan suatu akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan atau suatu akta menjadi batal demi hukum dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris. Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam pasal 84 UUJN tersebut nampak bahwa para Notaris bertanggung jawab terhadap para yang berkepentingan sehubungan dengan akta yang dibuatnya para klien, yaitu: didalam hal-hal yang secara tegas ditentukan oleh UUJN, Jika suatu akta karena tidak memenuhi syarat-syarat mengenai bentuk, dibatalkan dimuka pengadilan atau dianggap hanya berlaku sebagai akta yang dibuat dibawah tangan. Dalam 121 Syahril Sofyan, Intisari Kuliah TPA I, 2006.yang mengutip pendapat Scott J. Burnham “The Contract Drafting Guidebook”, the Michie Company LawPublishers, Charlottesville, Virginia, 1992, hal. 5, dalam bukunya Legal Drafting Sense Nonsense, The responsibility of the drafter can be intimidating. If you don’t it right, disastrous consequences may follow. David Mellinkoff menggariskan salah satu aturan tentang Rules of Legal Writing: “ some day someone will read what you have written, trying to find some thing wrong with it. This is the special burden of legal writing, and the special incentive to be a as precise as you can” 122 Mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam huruf h atau daftar nilai yang berkenaan dengan wasiat ke Daftar Pusat Wasiat Departemen yang tugas dan tanggung jawabnya dibidang kenotariatan dalam waktu 5 lima hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya; 123 Mempunyai capstempel yang memuat lambang Negara Republik Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya ditulis nama, jabatan, dan tempat kedudukan yang bersangkutan; Universitas Sumatera Utara segala hal, dimana menurut ketentuan-ketentuan dalam pasal 1365, pasal 1366 dan pasal 1367 KUHPerdata terdapat kewajiban untuk membayar ganti kerugian. Pertanggung jawaban perdata dalam hal ini Notaris yang bersangkutan tidak memenuhi syarat-syarat formal sehubungan akta yang dibuatnya tersebut, tampak dalam pasal 52 ayat 3, dalam hal yang demikian akta tersebut dibatalkan oleh pengadilan atau hanya berlaku sebagai akta dibawah tangan sedangkan Notaris yang bersangkutan dapat dituntut untuk membayar biaya- biaya, ganti rugi dan bunga keapa yang bersangkutan. Pembebanan pertanggung jawaban kepada Notaris hanya dapat dilakukan apabila akta tersebut batal karena dipergunakan penipuan atau tipu muslihat dalam pembuatan aktanya yang dapat bersumber baik dari Notaris sendiri maupun para pihak yang membuat akta tersebut. R. Soegondo Notodisoerjo 124 berpendapat bahwa: .... yang dapat di pertanggung jawabkan kepada Notaris ialah apabila penipuan itu atau tipu muslihat itu bersumber dari Notaris sendiri. Hal tersebut dapat terjadi apabila seorang Notaris dalam suatu transaksi pengalihan hak misalnya dalam akta jual beli dengan sengaja mencantumkan harga yang lebih rendah dari harga yang sesungguhnya, sehingga terjadi pemalsuan. Sebaliknya apabila penipuan atau tipu muslihat itu terjadi dari pihak penghadap, maka Notaris yang bersangkutan tidak dapat dipertanggung 124 R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan, PT. Raja Grafindo Persada, 1982, Hal 229. Universitas Sumatera Utara jawabkan, karena ia hanya mencatat apa yang diutarakan oleh para pihak untuk dituangkan dalam suatu akta. 125 Hal yang perlu diperhatikan pula ialah bahwa tuntutan hukum untuk pelanggaran yang dibuat oleh notaris berdasarkan UUJN dengan diajukan kepada hukum perdata. Selain itu perlu ditinjau dasar hukum untuk menuntut ganti rugi kepada notaris apabila akta yang bersangkutan menjadi batal, apakah dalam hal ini dapat dipergunakan dasar berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata yang mengenai perbuatan melanggar hukum atau tidak. Namun jika hanya dasar ini tidak dapat dijadikan dasar begitu saja jika mengingat bahwa antara notaris dan para pihak pada waktu pembuatan akta telah ada suatu kesepakatan, suatu perjanjian, sehingga dapat dikatakan bahwa hak untuk menuntut ganti rugi tersebut terlebih dahulu harus berdasar atas tidak dipenuhinya suatu prestasi dari notaris kepada kliennya. Sepanjang yang menyangkut hal-hal yang dimaksud diatas, sebelum notaris yang bersangkutan dapat dihukum untuk membayar ganti kerugian, bunga dan sebagainya harus terlebih dahulu dapat dibuktikan: a. Adanya kerugian yang diderita; b. Bahwa kerugian yang diderita itu dan pelanggaran atau kelalaian dari notaris terdapat hubungan causal; c. Bahwa pelanggaran perbuatan atau kelalaian itu disebabkan kesalahan yang dapat dipertanggung jawabkan kepada notaris yang bersangkutan. 125 Ibid, Hal.229. Universitas Sumatera Utara Adanya kerugian yang diderita harus sebagai akibat dari perbuatan atau kelalaian notaris yang bersangkutan dan disebabkan oleh suatu kesalahan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada notaris dalam arti luas yang meliputi unsur kesengajaan dan kesalahan. Sehubungan dengan pernyataan diatas, tanggung jawab Notaris sebagai pejabat umum meliputi tanggung jawab profesi notaris itu sendiri yang berhubungan dengan akta, diantaranya: 126 1. Tanggung jawab notaris secara perdata atas akta yang dibuatnya, dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kebenaran materiil akta, dalam konstruksi perbuatan melawan hukum. Unsur Perbuatan melawan hukum disini yaitu adanya suatu perbuatan melawan hukum, adanya kesalahan dan adanya kerugian yang ditimbulkan. 2. Tanggung jawab notaris secara pidana atas akta yang dibuatnya. Pidana dalam hal ini adalah perbuatan pidana yang dilakukan oleh notaris dalam kapasitasnya sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta, bukan dalam konteks individu sebagai warga negara pada umumnya. Unsur-unsur dalam perbuatan pidana meliputi: a. Perbuatan manusia b. Memenuhi rumusan peraturan perundang-undangan, artinya berlaku asas legalitas, nulum delictum nulla poena sine praevia lege poenali tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika 126 Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia Anke Dwi Saputro, Op Cit, Hal 35-49 Universitas Sumatera Utara hal tersebut tidak atau belum dinyatakan dalam aturan undang- undang c. Bersifat melawan hukum Tanggung jawab notaris dalam ranah hukum perdata ini, termasuk didalamnya adalah tanggung jawab perpajakan yang merupakan kewenangan tambahan notaris yang diberikan oleh undang-undang perpajakan. 3. Tanggung jawab notaris berdasarkan peraturan jabatan notaris UUJN 4. Tanggung jawab notaris dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan kode etik notaris. Hal ini ditegaskan dalam pasal 4 UUJN tentang sumpah jabatan Notaris. Sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik, notaris bertanggung jawab atas akta yang dibuatnya jika dikemudian hari terjadi sengketa berkaitan dengan akta tersebut. Tanggung jawab notaris dalam pembuktian perkara pidana di persidangan dapat terjadi manakala akta tersebut menjadi permasalahan sehingga mewajibkan notaris tersebut memberikan keterangan dan kesaksiannya berkaitan dengan aspek formil maupun materiil akta.

B. Tanggung Jawab Notaris Dalam Hal Terjadinya Mal Administrasi

Universitas Sumatera Utara Setiap wewenang 127 yang diberikan kepada jabatan harus ada aturan hukumnya. Sebagai batasan agar jabatan dapat berjalan dengan baik, dan tidak bertabrakan dengan wewenang jabatan lainnya. Dengan demikian jika seseorang pejabat Notaris melakukan suatu tindakan diluar wewenang yang telah ditentukan, dapat dikategorikan sebagai perbuatan melanggar wewenang. Wewenang Notaris hanya dicantumkan dalam pasal 15 ayat 1, 2, dan 3 UUJN 128 Notaris merupakan suatu profesi yang mempunyai tugas berat, sebab ia harus menempatkan pelayanan terhadap masyarakat diatas segala-galanya. Oleh karenanya rasa tanggungjawab baik secara individual maupun sosial terutama ketaatan terhadap norma-norma hukum dan kesediaan untuk tunduk pada Kode Etik Profesi merupakan suatu hal yang wajib, sehingga akan memperkuat norma hukum positif yang sudah ada. Salah satu ketentuan yang dapat diterapkan terhadap profesi Notaris adalah penegakan hukum pidana dan dalam konteks ini hukum pidana dapat ditegakkan apabila notaris telah melakukan perbuatan pidana atau tindak pidana. 129 Dalam UUJN diatur bahwa ketika Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya terbukti melakukan pelanggaran, maka Notaris dapat dikenai atau 127 Secara substansif akta Notaris dapat berupa: 1 suatu keadaan peristiwa atau perbuatan hukum yang dikehendaki oleh para pihak agar dituangkan dalam bentuk akta otentik untuk dijadikan sebagai alat bukti, 2 berdasarkan peraturan perundang-undangan bahwa tindakan hukum tertentu wajib dibuat dalam bentuk akta otentik. 128 Habib Adjie, 2009, Op Cit, Hal. 15. 129 Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Center For Documentation And Studies Of Bussiness Law CDSBL, Yogyakarta, 2003, Hal 142. Universitas Sumatera Utara dijatuhi sanksi, berupa sanksi perdata, administrasi, dan kode etik jabatan Notaris, dan sanksi-sanksi tersebut telah diatur sedemikian rupa, baik sebelumnya dalam PJN, dan sekarang dalam UUJN dan kode etik jabatan Notaris, dan tidak mengatur adanya sanksi pidana terhadap Notaris. Dalam praktek ditemukan kenyataan bahwa suatu tindakan hukum atau pelanggaran yang dilakukan Notaris sebenarnya dapat dijatuhi sanksi administrasi atau perdata atau kode etik jabatan Notaris, tapi kemudian ditarik atau dikualifikasikan sebagai suatu tindak pidana yang dilakukan oleh Notaris. Pengkualifikasian tersebut berkaitan dengan aspek-aspek seperti: a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Pihak siapa-siapa yang menghadap Notaris; c. Tanda tangan yang menghadap; d. Salinan akta tidak sesuai dengan minuta akta; e. Salinan akta ada, tanpa dibuat minuta akta; dan, f. Minuta akta tidak ditandatangani secara lengkap, tapi minuta akta dikeluarkan. Aspek-aspek tersebut jika terbukti dilanggar oleh Notaris, maka kepada Notaris yang bersangkutan dapat dijatuhi sanksi perdata atau administratif atau aspak-aspek tersebut merupakan batasan-batasan yang jika dapat dibuktikan dapat dijadikan dasar untuk menjatuhkan sanksi administratif dan sanksi perdata terhadap Notaris, tapi ternyata di sisi yang lain batasan-batasan seperti itu ditempuh atau diselesaikan secara pidana atau dijadikan dasar untuk Universitas Sumatera Utara mempidanakan Notaris dengan dasar Notaris telah membuat surat palsu atau memalsukan akta dengan kualifikasi sebagai suatu tindak pidana yang dilakukan oleh Notaris. 130 Batasan-batasan yang dijadikan dasar mempidanakan Notaris tersebut merupakan aspek formal dari akta Notaris, dan seharusnya berdasarkan UUJN jika Notaris terbukti melakukan pelanggaran dari aspek formal, maka dapat dijatuhi sanksi perdata atau sanksi administrasi tergantung pada jenis pelanggaran atau sanksi kode etik jabatan Notaris Dalam hal ini ada 3 tiga aspek 131 yang harus diperhatikan ketika akta dibuat, aspek-aspek ini berkaitan dengan nilai pembuktian 132 yaitu: 1. Lahiriah Uitwendige bewijskracht Kemampuan lahiriah akta Notaris, merupakan kemampuan akta itu sendiri untuk membuktikan keabsahannya sebagai akta otentik acta publica probant seseipsa. Jika dilihat dari luar lahirnya sebagai akta otentik serta sesuai dengan aturan hukum yang sudah ditentukan mengenai syarat akta otentik, maka akta tersebut berlaku sebagai akta otentik sampai terbukti sebaliknya, artinya sampai ada yang membuktikan bahwa akta tersebut bukan akta otentik secara lahiriah. 2. Formal Formale bewijskracht 130 Habib Adjie, 2009, Op Cit, Hal. 25-26 131 Ibid, Hal. 26-27 132 G.H.S Lumban Tobing, Op Cit, 1999, Hal. 54-65 Universitas Sumatera Utara Secara formal untuk membuktikan kebenaran dan kepastian tentang hari, tanggal, bulan, tahun, pukul waktu menghadap, dan para saksi yang menghadap, paraf dan tanda tangan para pihak penghadap, saksi dan notaris, serta membuktikan apa yang dilihat, disaksikan dan didengar oleh Notaris serta mencatatkan keterangan atau pernyataan para pihakpenghadap. 3. Materil materiele bewijskracht Merupakan kepastian tentang materi suatu akta, bahwa apa yang tersebut dalam akta merupakan pembuktian yang sah terhadap pihak-pihak yang membuat akta atau mereka yang mendapat hak dan berlaku untuk umum, kecuali ada pembuktian sebaliknya tegenbewijs. Aspek-aspek akta Notaris tersebut diatas, dapat saja dijadikan dasar atau batasan untuk mempidanakan Notaris, sepanjang aspek-aspek tersebut terbukti secara sengaja dengan penuh kesadaran dan keinsyafan serta direncanakan oleh Notaris dan para pihakpenghadap yang bersangkutan, bahwa akta yang dibuat dihadapan dan oleh Notaris untuk dijadikan suatu alat melakukan suatu tindak pidana atau dalam pembuatan akta pihak atau akta relas, dan Notaris secara sadar, sengaja untuk secara bersama-sama dengan para pihak yang bersangkutan melakukan atau membantu atau menyuruh penghadap untuk melakukan suatu tindakan hukum yang diketahuinya sebagai tindakan yang melanggar hukum. 133 133 Ib id , Ha l. 29 Universitas Sumatera Utara Aspek lainnya yang perlu untuk dijadikan batasan yang dilanggar oleh Notaris harus diukur berdasarkan UUJN, artinya apakah perbuatan yang dilakukan oleh Notaris melanggar pasal-pasal tertentu dalam UUJN, karena ada kemungkinan menurut UUJN bahwa akta yang bersangkutan telah sesuai UUJN, akan tetapi menurut pihak penyidik perbuatan tersebut merupakan suatu tindak pidana. Oleh karenanya menurut Bpk. Amri, 134 sebelum melakukan penyidikan lebih lanjut para penyidik lebih baik meminta pendapat dari mereka yang mengetahui dengan pasti dari para Notaris mengenai apakah perbuatan Notaris tersebut telah melanggar UUJN atau tidak dari organisasi Jabatan Notaris. Ada 3 batasan yang dapat dilakukan pemidanaan terhadap Notaris yakni: 135 1. Ada tindakan hukum dari Notaris terhadap aspek lahir, formal, dan materil akta yang sengaja, penuh kesadaran dan keinsyafan serta direncanakan, bahwa akta yang dibuat dihadapan Notaris atau oleh Notaris bersama-sama sepakat para penghadap untuk dijadikan dasar untuk melakukan suatu tindak pidana; 2. Ada tindakan hukum dari Notaris dalam membuat akta di hadapan atau oleh Notaris yang jika diukur berdasarkan UUJN tidak sesuai dengan UUJN; dan 134 Hasil Wawancara dengan Bpk. Amri Marjunin SH, Ketua Majelis Pengawas Daerah Medan 135 Ibid, Hal. 30 Universitas Sumatera Utara 3. Tindakan Notaris tersebut juga tidak sesuai menurut instansi yang berwenang untuk menilai tindakan suatu Notaris, dalam hal ini Majelis Pengawas Notaris. Penjatuhan sanksi pidana terhadap Notaris dapat dilakukan sepanjang batasan-batasan sebagaimana tersebut di atas dilanggar artinya disamping memenuhi rumusan pelanggaran yang tersebut dalam UUJN, Kode Etik Jabatan Notaris juga harus memenuhi rumusan yang tersebut dalam KUHP. Sebagai contoh dari pernyataan diatas, dapat dilihat pada putusan pengadilan nomor: 2601Pid.B2003PN.Mdn, yang mana dalam putusan tersebut telah menyatakan terdakwa seorang Notaris yang bernama IDG, SH, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ”PENGGELAPAN” yang sekaligus merupakan tindakan mal Administrasi oleh Notaris. Posisi Kasus: Berawal dari Notaris IDG yang telah ditetapkan sebagai terdakwa dihubungi oleh Tuan Kusnadi Luhur merupakan salah seorang pemegang saham PT. Sumatera Match Factory yang rencananya akan menjual sebidang tanah berikut bangunan eks. PT. Sumatera Match Factory dengan sertifikat HGB No 120TG.Mulia, kemudian terdakwa menjelaskan kepada Tuan Kusnadi luhur agar diselenggarakan RUPS Rapat Umum Pemegang Saham sesuai dengan Anggaran Dasar perusahaan, dan didalam RUPS tersebut agar diputuskan Universitas Sumatera Utara menjual aset berupa tanah dan bangunan sesuai sertifikat HGB No.120TG Mulia. Setelah RUPS selesai diselenggarakan, maka Tuan Kusnadi Luhur yang mewakili pihak penjual, mempertemukan terdakwa dengan saksi korban Sugihardiman Candra dan Hakim yang merupakan calon pembeli. Setelah bertemu, maka pihak penjual dan pihak pembeli sepakat dengan harga tanah dan bangunan yang akan dibeli sebesar Rp. 1.000.000.000,- satu miliar rupiah. Setelah jual beli terjadi, akta jual beli belum dibuat karena masih menunggu peninjauan objek tanah, sehingga pihak penjual dan pembeli meminta terdakwa untuk mengurus proses peralihanbalik nama sertifikat HGB No.120TG Mulia dan mengurus pembayaran mengenai biaya-biaya pajak yang dikenakan terhadap penjual PPh dan biaya pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan bangunan BPHTB yang dikenakan terhadap pembeli dalam hal ini saksi korban Sugihardiman candra dan Hakim. Atas, permintaan tersebut, terdakwa menetapkan biaya pengurusan sebesar Rp. 660.000.000,- enam ratus enam puluh juta rupiah dengan perincian untuk pembayaran pajak sebesar Rp. 600.000.000,- enam ratus juta rupiah dan jasa bagi terdakwa sebesar Rp.60.000.000 enam puluh juta rupiah. Kemudian pada hari itu juga yakni tanggal 25 April 2002, saksi korban Sugihardiman candra dan Hakim menyerahkan 1 satu lembar cek No C.114577 dari Bank Mestika dengan nominal sebesar Rp. 660.000.000,- enam ratus enam puluh juta rupiah sesuai dengan permintaan terdakwa. Setelah cek tersebut diterima terdakwa, kemudian keesokan harinya terdakwa segara mencairkan cek Universitas Sumatera Utara tersebut ke Bank Mestika Darma Sutomo medan. Setelah cek tersebut cair, terdakwa tidak segera mengurus pengalihanbalik nama sertifikat HGB No 120TG Mulia dan terdakwa tidak membayarkan pajak-pajak yang berhubungan dengan proses peralihanbalik nama sertifikat, akan tetapi terdakwa menyuruh anak buahnya Mulkan Nasution berkas perkara terpisah untuk mengurus penerbitan SPPT PBB Th.2002 dan mengurus peralihan balik nama sertifikat HGB No.120TG Mulia kepada H.Firman berkas perkara terpisah dengan mengecilkanmenurunkan nilai BPHTB dan PPh. Biaya pengurusan yang diminta oleh H.Firman adalah Rp.500.000.000,- lima ratus juta rupiah, namun sebelum terdakwa memutuskan untuk menyerahkan pengurusan dengan H. Firman, datanglah Irfan Sani als Ifan berkas perkara terpisah, dan mengatakan bahwa ia dapat mengurus pengurusan peralihanbalik nama sertifikat HGB 120TG Mulia dan pembayaran pajak-pajaknya dengan biaya keseluruhan Rp. 300.000.000,- tiga ratus juta rupiah. Karena menurut terdakwa pengurusan melalui Irfan sani lebih murah, maka terdakwa memutuskan untuk mengurus pengurusan peralihanbalik nama sertifikat tersebut dengan Irfan Sani, dan akhirnya terdakwa menyerahkan uang yang telah dicairkannya dari Bank mestika kepada Mulkan Nasution sebanyak Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah untuk kemudian diserahkan kepada H.Firman sebagai uang tutup mulut dan untuk penerbitan SPPT PBB Th.2002. setelah pengurusan diserahkan kepada Irfan Sani, maka terdakwa menugaskan Mulkam nasution untuk mengetik Akta Jual beli dengan PPAT atas nama Adi Universitas Sumatera Utara Pinem, SH dengan dilampirkan foto copy SPPT PBB Th.2002 senilai Rp. 12.636.144.000,- dua belas milyar enam ratus tiga puluh enam juta seratus empat puluh empat ribu rupiah yang terdakwa peroleh dari H.Firma atas nama saksi korban Sugihardiman Candra dan hakim, Surat Setoran BPHTB dengan nilai Rp. 600.307.200,- enam ratus juta tiga ratus tujuh ribu dua ratus rupiah. Setelah akte jual beli dan lampiran-lampirannya siap, maka terdakwa memanggil para pihak yaitu: saksi korban Sugihardiman Candra dan Hakim sebagai pihak pembeli, Anwar Pandana, Kusnadi Luhur sebagi pihak penjual dengan saksi- saksi Ricardo Sitompul dan Mulkam nasution untuk masing-masing menandatangani Akta Jual Beli pada saat ditandatangani belum bernomor dan bertanggal, namun karena terdakwa belum menjabat PPAT, maka akte jual beli tersebut ditanda tangani oleh NotarisPPAT Adi Pinem, SH dengan biaya sebesar Rp. 10.000.000,- sepuluh juta rupiah, dimana biaya tersebut terdakwa serahkan kepada Mulkam Nasution untuk selanjutnya diberikan kepada NotarisPPAT Adi Pinem, SH. Setelah AJB tersebut ditanda tangani oleh seluruh pihak, maka terdakwa menyiapkan AJB tersebut dengan dilampirkan sertifikat HGB No.120TG Mulia asli kepada NotarisPPAT Adi Pinem, SH. Setelah ditandatangani dan diberi nomor dan tanggal oleh Adi Pinem, SH, maka Irfan sani mengambil kembali AJB tersebut beserta lampiran-lampirannya untuk dimasukkan ke BPN Kota Medan dengan terlebih dahulu Irfan Sani membuat mengisi sendiri dengan mesin tik listrik Surat Setoran BPHTB fiktif atas nama saksi korban Sugihardiman Candra dan Hakim dengan nilai Rp. Universitas Sumatera Utara 159.831.500,- seratus lima puluh sembilan juta delapan ratus tiga puluh satu ribu lima ratus rupiah, SSP Final Fiktif dengan nilai Rp. 161.331.500,- seratus enam puluh satu juta tiga ratus tiga puluh satu ribu lima ratus rupiah dan SSPT PBB Th.2002 fiktif senilai Rp. 3.226.630.000,- tiga milyar dua ratus dua puluh enam juta enam ratus tiga puluh ribu rupiah. Setelah berkas- berkas tersebut siap, maka Irfan Sani memasukkan berkas tersebut ke BPN Kota Medan dengan menyerahkan pengurusannya kepada saksi Herly Lubis. Kemudian Herly Lubis meminta biaya pengurusan peralihanbalik nama sebesar Rp. 25.000.000,- dua puluh lima juta rupiah dan menjanjikan proses peralihanbalik nama akan siap dalam waktu 2 hari 136 . Keesokan harinya, Irfan Sani meminta biaya pengurusan untuk Herly Lubis kepada terdakwa sebanyak Rp. 50.000.000,- lima puluh juta rupiah, dan setelah proses peralihanbalik nama sertifikat HGB No.120Tg.Mulia selesai, maka Irfan sani mengambil sertifikat asli tersebut ke BPN kemudian diserahkannya kepada terdakwa dan oleh terdakwa, sertifikat HGB No. 120TG Mulia asli yang telah beralih nama itu langsung diserahkan kepada saksi korban Halim akan tetapi bukti-bukti pembayaran dari pajak-pajak yang berhubungan dengan proses peralihanbalik nama sertifikat, tidak terdakwa serahkan kepada saksi korban, akan tetapi hanya diperlihatkan saja dihadapan saksi korban dengan tujuan untuk mengelabui saksi korban seakan-akan pajak sebenarnya tinggi dan dapat diusahakan oleh terdakwa menjadi rendah. 136 Hal ini dapat dikategorikan sebagai tindakan Mal Administrasi, oleh karena pada kenyataan dilapangan hal tersebut tidak akan dapat diselesaikan dalam tempo 2 hari saja . Universitas Sumatera Utara Selanjutnya pada tanggal 29 mei 2003, saksi korban Sugihardiman Candra dan Hakim telah menerima surat dari BPN Kota Medan Nomor 600.73605PKM2003 yang isinya adalah bukti setoran pajak BPHTB sejumlah Rp. 159.831.500,- seratus lima puluh sembilan juta delapan ratus tiga puluh satu ribu lima ratus rupiah, dan SSP Final senilai Rp. 161.331.500,- seratus enam puluh satu juta tiga ratus tiga puluh satu ribu lima ratus rupiah atas nama saksi korban Sugihardiman Candra dan Hakim yang diajukan sebagai syarat peralihanbalik nama sertifikat No.120TG Mulia adalah palsu, sehingga saksi korban Sugihardiman Candra dan Hakim langsung mengecek ke kantor BPN dan langsung membayar kembali pajak-pajak yang terhutang, dan setelah lunas, maka saksi korban menjumpai terdakwa untuk memintai kembali uang yang telah diterima terdakwa dari saksi korban, akan tetapi terdakwa terus menghindar dan mengelak dari tanggung jawab, sedangkan uang yang diterima dari saksi korban telah habis dipergunakan terdakwa, sehingga akibat perbuatan terdakwa tersebut, saksi korban Sugihardiman Candra dan Hakim menderita kerugian sebesar Rp. 660.000.000,- enam ratus enam puluh juta rupiah Perbuatan terdakwa tersebut diatur dan diancam dalam Pasal 372 KUHP tentang ”penggelapan” Mengenai ”Penggelapan” verduistering diatur dalam Bab XXIV Buku II KUHP yang terdiri dari 5 lima pasal 372 sd 376, ada rumusan tindak pidana lainnya yang masih mengenai ”penggelapan” yaitu pasal 415 dan 417. Rumusan Pasal 372 KUHP menyatakan: Universitas Sumatera Utara Barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi berada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah. Unsur-unsur penggelapan berdasarkan Pasal 372 KUHP di atas terdiri dari 137 a. unsur-unsur objektif meliputi perbuatan memiliki zicht toe eigenen, sesuatu benda eenig goed, yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain yang berada dalam kekuasaanya bukan karena kejahatan b. unsur subjektif meliputi penggelapan dengan sengaja opzettelijk, dan penggelapan melawan hukum wederrechtelijk. Dalam contoh kasus diatas jelas bahwa perbuatan tersebut telah memenuhi unsur-unsur penggelapan. Bahwa terdakwa IDG pada waktu dan tempat seperti yang disebut dalam posisi kasus diatas, dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak baik dengan memakai nama palsu, baik dengan akal dan tipu muslihat, maupun dengan karangan perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan sesuatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang. Oleh karena perbuatannya maka terdakwa Notaris IDG dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak Pidana ”Penggelapan” dan kepada terdakwa dijatuhi pidana penjara selama 3 tiga tahun 138 . 137 http:pakarhukum.site90.netpenggelapan.php, dipublikasikan pada tahun 2008, diakses pada tanggal 28 Maret 2010 138 Seorang Notaris diberhentikan dengan tidak hormat oleh Menteri karena dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 lima tahun atau lebih. Dalam contoh kasus pada penelitian ini yakni putusan Nomor: 2601Pid.B2003PN.Mdn Notaris sekaligus yang Universitas Sumatera Utara Pertanggungjawaban atas perbuatan seseorang biasanya praktis baru ada arti apabila orang itu melakukan perbuatan yang tidak diperbolehkan oleh hukum dan sebagian besar dari perbuatan-perbuatan seperti ini merupakan suatu perbuatan yang didalam KUHPerdata dinamakan dengan perbuatan melawan hukum Onrechtmatige daad. ”Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, menggant i kerugian itu.” Munir Fuady mengemukakan 139 : Perbuatan melawan hukum termasuk setiap berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu yang melanggar hak orang lain, atau bertentangan dengan kewajiban hukumnya dan bertentangan dengan tata susila, dengan kepatutan, kebiasaan dan Undang-undang, maka orang yang karena kesalahannya menyebabkan timbulnya kerugian bagi orang lain sebagai akibat dari perbuatannya wajib membayar ganti rugi. Suatu kesalahan dalam melaksanakan profesi dapat disebabkan karena: 1. Kekurangan pengetahuan onvoldoende kennis 2. Kekurangan pengalaman onvoldoende evearing 3. Kekurangan pengertian onvoldoende inzicht 140 Adanya perkembangan hukum yang terjadi dimasyarakat erat hubungannya dengan perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh Notaris setiap harinya. Oleh karena itu para notaris harus dapat memposisikan dirinya sebagai pejabat kepercayaan dan penunjuk arah dari berbagai perubahan dan tutntutan menjadi terdakwa atas nama IDG terbukti melakukan tindak pidana penggelapan yang melanggar pasal 372 KUHP yang diancam dengan pidana penjara 4 empat tahun sehingga berdasarkan ancaman tersebut maka terhadap Notaris IDG belum berlaku pasal 13 UUJN. 139 Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendeketan Kontemporer PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2002, Hal.4 140 Nico, Op cit, Hal. 98 Universitas Sumatera Utara zaman. Notaris harus mempunyai kwalitas dengan selalu mengikuti perkembangan hukum dan mampu untuk meningkatkan penguasaan hukum positif dan aspek-aspek ilmu hukum. Dari padanya juga dituntut kecermatan dalam menyusun perjanjian-perjanjian yang dikehendaki oleh para pihak yang meminta bantuannya. Dari Notaris dituntut sikap cermat dan hati-hati agar tugas yang dibebankan kepadanya berdasarkan UUJN benar-benar dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Hal-hal yang berhubungan dengan syarat-syarat sahnya perjanjian harus dikuasai dengan baik terutama yang berhubungan dengan kewenangan bertindak para pihak untuk membuat suatu perjanjian, sebab apabila syarat ini tidak terpenuhi maka perjanjian yang dibuat dapat dibatalkan dan nama baik notaris dipertaruhkan. Dapat saja terjadi bahwa seorang suami ingin menjual harta bersama yang diperolehnya dengan istri pertama justru bukan menghadirkan istri pertamanya, tetapi yang datang menghadap adalah istri keduanya yang baru saja dinikahinya. Apabila sang notaris cermat dan melakukan pengecekan maka segera akan dapat diketahui bahwa tanah yang diperjual belikan misalnya sudah dibeli oleh pria tersebut jauh hari sebelum ia menikah dengan istri keduanya. Hal tersebut dapat diketahui dari tanggal penerbitan peralihan tanah yang dibeli dengan tanggal bukti surat penikahan dengan istri kedua tersebut. Notaris dalam menjalankan tugasnya meliputi bidang yang lebih luas dari apa yang sebenarnya diuraikan dalam UUJN. Hal ini disebabkan karena masyarakat umum yang menghendaki bantuan notaris lebih dari itu. Notarispun Universitas Sumatera Utara diangkat oleh Menteri Hukum dan HAM bukan untuk kepentingan notaris itu sendiri akan tetapi untuk kepentingan masyarakat yang dilayaninya tersebut.Hal ini diharapkan agar figur-figur Notaris yang professional dan mempunyai integritas yang utuh dalam mengemban pekerjaan pelayanan hukum kepada masyarakat. Universitas Sumatera Utara

BAB IV UPAYA YANG DILAKUKAN PEMERINTAH DAN MAJELIS

PENGAWAS NOTARIS DALAM HAL MEMINIMALISIR TERJADINYA MAL ADMINISTRASI DIKALANGAN PROFESI NOTARIS

A. Penegakan Hukum dan Faktor Yang Mempengaruhinya

Hukum adalah suatu sistem peraturan yang biasanya diberlakukan melalui serangkaian lembaga The purpose of law is to provide an objective set of rules for governing conduct and maintaining order in a society. Adapun Tujuan hukum adalah untuk memberikan objektif seperangkat aturan untuk mengatur segala tingkah laku manusia untuk menjaga serta mewujudkan ketertiban dan keadilan di dalam masyarakat. 141 Tegaknya hukum merupakan suatu prasyarat bagi sebuah negara hukum. Penegakan keadilan diperlukan guna mencipt akan keteraturan dan ketertiban, keserasian dalam mencapai keadilan yang merupakan esensi hukum itu sendiri. Selain itu, guna mengatur tata hubungan kehidupan bermasyarakat sehingga anggota-anggota masyarakat merasa terayomi dan terlindungi hak serta kewajibannya. Hukum biasanya dibuat dan diterapkan oleh pemerintah sebagai penguasa. 142 Penegakan hukum menurut Ten Berge 143 menyebutkan bahwa instrument penegakan hukum meliputi pengawasan dan penegakan sanksi, pengawasan 141 http:en.wikipedia.orgwikiCriminal_justice di akses pada tanggal 27 Maret 2010 142 Ibid. 143 Ten Berge, dalam Habib Adjie, Op Cit, Hal. 92 Universitas Sumatera Utara merupakan langkah preventif untuk memaksakan kepatuhan, dan penerapan sanksi merupakan langkah represif untuk memaksakan kepatuhan. Dalam proses pembangunan hukum, hukum dapat digunakan untuk ikut mendorong, mengatur dan mengarahkan pembaharuan dan perubahan sehingga terselenggara tertib hukum yang dicita-citakan. Pembangunan hukum mencakup pengembangan perangkat dan ketentuan-ketentuan hukum, pemantapan penegakan hukum, serta peningkatan kesadaran hukum yang ditujukan untuk memantapkan perwujudan negara hukum. Sukarton Marmosudjono berpendapat bahwa: Di negara Pancasila yang bersifat intergralistik, penegakan hukum merupakan komitmen dan tanggung jawab bersama. Penegakan hukum bukan hanya tanggung jawab aparatur negara penegak huku, melainkan tanggung jawab seluruh bangsa. Aparatur penegak hukum, aparatur negara pada umumnya, penasehat hukum, organisasi profesi hukum dan masyarakat yang memiliki kesadaran hukum, mempunyai tanggung jawab sesuai posisinya masing-masing, terjalin dalam suatu kerjasama positif untuk menegakkan hukum. 144 Penegakan hukum selalu melibatkan manusia-manusia didalamnya dan dengan demikian akan melibatkan tingkah laku manusia-manusia tersebut. Tingkah laku manusia dalam masyarakat tidaklah bersifat bebas, melainkan didisiplinkan oleh jaringan kaidah-kaidah yang terdapat di dalam masyarakat. Kaidah-kaidah ini merupakan rambu-rambu yang menngikat dan membatasi tingkah laku orang dalam masyarakat termasuk di dalamnya para pejabat penegak hukum, dalam arti yang lebih luas atau hukum pada umumnya adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu 144 Sukarton Marmosudjono, Penegakan Hukum di Negara Pancasila, Pustaka Kartini, 1989, Hal. 24. Universitas Sumatera Utara kehidupan bersama, keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Penegakan hukum pada intinya merupakan kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabar di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan pengejewantahan sikap tindakan sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup 145 Penegakan hukum dalam masyarakat dewasa ini tidak saja diartikan dalam arti sempit tetapi juga dalam arti luas, seperti di Indonesia penegakan hukum dikaitkan dengan unsur manusia dan lingkungan sosialnya. Menurut Satjipto Raharjo 146 mengatakan bahwa: Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang disebut sebagai keinginan-keinginan hukum disini tidak lain adalah pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum itu. Perlunya pembicaraan mengenai proses penegakan hukum itu menjangkau pula sampai kepada pembuatan hukum, kini sudah mulai agak jelas pikiran pembuat hukum yang dituangkan dalam peraturan hukum akan turut menentukan bagaimana penegakan hukum itu dijalankan Upaya penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Menurut Soerjono Soekanto 147 , bahwa faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: 145 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada Jakarta, 1983, Hal. 2. 146 Satjipto Raharjo, Masalah Penegakan Hukum; Suatu Tinjauan Sosiologi hukum, Sinar Baru, Bandung, Hal. 24. 147 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1983, Hal. 5. Universitas Sumatera Utara 1. Faktor hukumnya sendiri, misalnya undang-undang peraturan hukum tertulis 2. Faktor penegak hukum yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum; 3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum; 4. Faktor masyarakat yaitu lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan; 5. Faktor kebudayaan yaitu sebagai hasil karya manusia didalam pergaulan hidup. Menurut Lawrence M. Friedman 148 , ada tiga faktor yang mempengaruhi penegakan hukum yakni: a. Substance, the substance is composed of rules about how institution should behave. b. Structure, we describe the structure of judical system when we talk about number of the juges, the jurisdiction of courts, how higher courts are stake on top of lower courts, what person are attached to various courts, and what their roles consist of. c. Legal culture,... refers, then, to those parts of general culture customs, opinions, ways of doing and thinking that bend social toward or away from the law and particular ways. The trend roughly describe attitudes about law, more or less analogous to the political culture.. Diterjemahkan: a. Substansi terdiri dari aturan tentang bagaimana lembaga sebaiknya bersikap. b. Struktur, kita menjelaskan struktur sistem pengadilan bila kita berbicara tentang jumlah hakim, jurisdiksi persidangan pengadilan, bagaimana pengadilan tinggi atas pengadilan rendah, dan orang-orang yang bagaimana memiliki akses terhadap berbagai pengadilan, dan apa peranan mereka. c. Budaya hukum, selanjutnya merujuk kepada bagian-bagian kebiasaan dan budaya umum, opini, cara bertindak dan berpikir yang mengarah kepada aspek sosial atau membentuk hukum dengan cara-cara tertentu. Istilah ini menjelaskan sikap tentang hukum, yang lebih kurang analog dengan budaya politik. 148 Law rence M. Friedman, The Legal System A Social Science Perpective, Russel Sage Foundation, New York, 1975, Hal. 11-16 Universitas Sumatera Utara Substansi hukum adalah peraturan-peraturan yang dipakai oleh para pelaku hukum pada waktu melaksanakan perbuatan-perbuatan serta hubungan- hubungan hukum. 149 Notaris terikat pada ketentuan-ketentuan dalam Undang- undang jabatan Notaris, Kode Etik Notaris, KUHPerdata dan Peraturan- peraturan lain yang berhubungan dengan ruang lingkup jabatannya tersebut. Struktur hukum adalah pola yang menunjukkan tentang bagaimana hukum itu dijalankan menurut ketentuan-ketentuan formalnya. Struktur ini menunjukkan bagaimana pengadilan, pembuat hukum dan lain-lain badan serta proses hukum itu berjalan dan dijalankan. 150 Pada prakteknya ruang lingkup penegak hukum luas sekali, oleh karena mencakup mereka yang secara langsung dan tidak langsung berkecimpung di bidang penegakan hukum. Pada saat seseorang melakukan penandatanganan transaksi jual beli dihadapan seorang Notaris, maka pada saat itu pula ia mendasarkan hubungannya pada peraturan- peraturan dibidang hukum jual beli. Kultur hukum adalah penamaan untuk unsur tuntutan atau permintaan. Tuntutan tersebut datangnya dari rakyat atau para pemakai jasa hukum, seperti pengadilan. 151 Pilihan seorang klien menghendaki suatu transaksi jual beli tanah dihadapan notaris PPAT adalah ditentukan oleh kultur hukum yang dianut oleh klien yang bersangkutan. Hal itu disebabkan presepsinya tentang Notaris 149 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Chandra Pratama, Jakarta, 1996, Hal. 213. 150 Ibid, Hal. 213 151 Ibid, Hal. 213. Universitas Sumatera Utara misalnya karena pelayanan jasa hukum yang cepat dan baik oleh notaris yang bersangkutan dan sebagainya. Penegakan hukum yang kita dambakan bukan terbentur pada aturan- aturannya. Aturan itu sudah tersedia dan bahkan sangat rinci. Yang lebih berat adalah faktor manusia yang terlibat dalam penegakan hukum itu sendiri. 152 Upaya yang dilakukan dalam perbaikan penegakan hukum di Indonesia adalah perbaikan harus dilakukan pada aparat, baik polisi, jaksa, hakim, maupun pemerintah eksekutif yang ada dalam wilayah peradilan yang bersangkutan 153 . Tanpa perbaikan kinerja dan moral aparat, maka segala bentuk kolusi, korupsi, dan nepotisme akan terus berpengaruh dalam proses penegakan hukum di Indonesia. 154

B. Tugas dan Wewenang Majelis Pengawas Notaris

Pengawasan yang dilakukan terhadap Notaris mempunyai tujuan agar dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya sebagai pejabat umum selalu memperhatikan syarat-syarat atau ketentuan yang ditetapkan oleh Undang- undang demi tercapainya kepastian hukum bagi pihak-pihak yang membuat perjanjian. Menurut Pasal 1 ayat 1 Keputusan Bersama Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: KMK006SKBVIII1987 Nomor: M.04-PR.08.05 Tahun 1987 tentang tata cara pengawasan notaris, penindakan dan pembelaan diri Notaris, menyebutkan bahwa: 152 http:els.bappenas.go.iduploadother diakses pada tanggal 26 Maret 2010 153 Hasil wawancara dengan Bpk. Kadarisman SH, Hakim Pengadilan Negeri Medan, pada tanggal 20 Maret 2010 154 http:www.duniaesai.comhukumhukum22.html diakses tgl 26 Maret 2010 Universitas Sumatera Utara Pengawasan adalah kegiatan administratif yang bersifat preventif dan represif oleh Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman yang bertujuan untuk menjaga agar para Notaris dalam menjalankan profesinya tidak mengabaikan keluhuran martabat atau tugas jabatannya, tidak melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku, tidak melanggar sumpah jabatan dan tidak melanggar norma kode etik profesinya Pengawasan terhadap Notaris bukan saja pengawasan terhadap kerja Notaris melainkan juga pengawasan terhadap protokol Notaris. Berdasarkan Pasal UUJN disebutkan bahwa: pengawasan terhadap Notaris dilakukan oleh Menteri, dimana dalam melaksanakan pengawasan tersebut Menteri membentuk Majelis Pengawas yang berjumlah 9 sembilan orang, terdiri atas unsur : Pemerintah sebanyak 3 tiga orang, Organisasi Notaris sebanyak 3 tiga orang dan ahliakademisi sebanyak 3 tiga orang. Pengawasan terhadap Notaris tidak hanya dalam pelaksanaan jabatan Notaris, akan tetapi perilaku Notaris juga harus diawasi Majelis Pengawas, misalnya: apabila Notaris melakukan perbuatan tercela yang bertentangan dengan norma agama, norma kesusilaan dan norma adat serta perbuatan yang merendahkan kehormatan dan martabat Notaris. Penjelasan pasal 9 ayat 1 UUJN memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan perbuatan tercela adalah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, norma kesusilaan dan norma adat sedangkan dalam penjelasan pasal 12 huruf c UUJN menegaskan bahwa melakukan perbuatan yang merendahkan kehormatan dan martabat jabatan notaris adalah misalnya berjudi, mabuk, menyalahgunakan narkoba, dan berzina. Apabila Notaris terbukti melakukan hal-hal tersebut maka Universitas Sumatera Utara dapat dijadikan dasar untuk memberhentikan Notaris tersebut dari jabatannya oleh Menteri berdasarkan laporan dari Majelis Pengawas baik Majelis Pengawas Daerah, Majelis Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas Pusat.