2. Faktor Interen
1.2 Faktor Notaris Sebagai Manusia Yang Bersangkutan
Dalam hal menjalankan tugasnya, Notaris mempunyai kewajiban serta hal yang terpenting yakni yang tertuang dalam pasal 16 ayat 1 a UUJN
91
diantaranya bertindak jujur dan tidak memihak. Setiap Notaris dituntut agar memberikan akses
terhadap informasi yang seimbang diantara para pihak yang berkontrak, sehingga harus dicegah terjebaknya salah satu pihak kedalam suatu Kontrak karena tidak atau
kurang dipahaminya persyaratan dari Kontrak yang sesungguhnya yang dapat merugikan pihak yang tidak cukup memahami persyaratan dari Kontrak tersebut.
Sejalan diatas, maka dipegang teguh sikap kemandirian tersebut menimbulkan kepercaryaan masyarakat pada profesi Notaris sebagai abdi masyarakat.
Diabaikannya unsur persamaan akses atas informasi dapat menyebabkan akta Notaris rentan dalam resiko pembatalan dari akta atau perjanjian yang bersangkutan oleh
hakim. Masalah mendasar yang dihadapi dewasa ini adalah kualitas sumber daya
manusia dari seorang Notaris. Oleh karena itu proses menggugat peranan adalah langkah awal yang baik untuk memanifstasikan peranan sesungguhnya.
Professionalisme, kemadirian dan orientasi kedepan adalah tuntutan jiwa seorang Notaris. Melalui semangat berpikir demikian, Notaris dapat membaca masalah-
masalah yang ada disekitarnya. Untuk itulah kiranya peranan pendidikan Notaris perlu diketengahkan. Perencanaan pendidikan notaris perlu disusun berdasarkan
91
Notaris berkewajiban bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum.
Universitas Sumatera Utara
perkiraan kebutuhan, baik dari segi jumlah maupun kemampuan. Hendaklah diadakan seleksi yang cukup ketat bagi penerimaan calon mahasiswa Notaris. Badan kerjasama
penyelenggara program pendidikan Notaris perlu didorang agar dapat menyusun program yang seragam, disamping tuntutan bagi staff pengajarnya untuk
meningkatkan kemampuan edukatifnya. Berdasarkan pengamatan peneliti, pada kenyataannya banyak mahasiswa notariat yang tujuan utamanya agar cepat lulus dan
secepatnya memparoleh pengangkatan sebagai Notaris dengan anggapan tugas Notaris hanyalah menuliskan apa yang dikehendaki para pihak tanpa perlu
mengeluarkan pikiran. Jika ditelusuri, hasil pendidikan notariat di berbagai universitas menunjukkan
jumlah lulusan yang melebihi alokasi penempatan Notaris dengan ratio wilayah kepadatan penduduk bagi urusan pembuatan akta notaril ternyata menimbulkan
masalah yakni tumbuhnya persaingan yang tidak sehat diantara Notaris dan meluas kepada penyalahgunaan wewenang atau penyimpangan tugas kepercayaan sebagai
perbuatan tercela yang meningkat kepada perbuatan melanggar hukum dan selanjutnya akan mengarah kepada tindakan Mal Administrasi
92
.
92
Perbuatan Melanggar Hukum ialah bahwa perbuatan itu mengakibatkan kegoncangan dalam neraca keseimbangan dalam masyarakat. Dan kegoncangan ini tidak hanya terdapat, apabila
peraturan-peraturan hukum dalam suatu masyarakat dilanggar langsung, melainkan juga, apabila peraturan-peraturan kesusilaan, keagamaan dan sopan santun dalam masyarakat dilanggar langsung
jadi tergantung dari pelanggaran yang dilakukan. Lain halnya menurut pasal 1365 BW perihal “onrechtmatige daad” justru oleh karena pasal itu termuat dalam suatu undang-undang yang berlaku,
dan pada umumnya bagi orang-orang yang langsung takluk pada Burgerlijk Wetboek, berlakulah suatu Hukum Perdata yang tertulis geschreven rect, maka mula-mula “onrechtmatige daad” ini diartikan
secara sempit yaitu mengingat perkatan “onrecthmatige” sebagai hanya mengenai perbuatan yang langsung melanggar suatu peraturan hukum. Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum
dipandang dari sudut Hukum Perdata, Mandar Maju Bandung, 2000, Hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa ada beragam tindakan Mal administrasi yang dapat dilakukan oleh seorang Notaris, sebagian besar
diantaranya menurut responden adalah: Tabel 1
Pendapat responden serta dari literatur
93
Terhadap Tindakan Mal Administrasi No
Jenis Mal Administrasi 1
Tidak Membacakan Akta 2
Tidak Bertanda tangan dihadapan Notaris, pada hal dalam akta jelas dikatakan “Berhadapan dengan saya”
3 Penurunan Tarif menetapkan honorarium rendah dari yang
berlaku umum dikalangan para Notaris setempat 4
Berada di luar wilayah kerja 5
Bekerjasama dengan biro jasa atau orang atau badan hukum yang pada hakekatnya bertindak sebagai perantara untuk
mencari atau mendapatkan klien
6 Mempunyai lebih dari satu kantor, baik kantor cabang ataupun
kantor perwakilan 7
Bersifat Memihak 8
Kesalahan dalam perumusan Akta 9
Buku Repertorium tidak ditutup dengan tertib setiap bulannya 10
Akta dari tahun 2008 sd 2009 tidak dimasukkan dalam buku repertorium
11 Minuta akta yang dibuat tidak di cap
12 Minuta Akta tidak ditutup dengan garis penutup
93
Berdasarkan hasil wawancara kepada Informan dalam penelitian ini yakni: Bpk Amri Marjunin selaku Ketua Majelis Pengawas Daerah, Ibu Juraini Sulaiman selaku Sekretaris Majelis
Pengawas Wilayah, Bpk Kadarisman selaku Hakim Pengadilan Negeri Medan, Ibu Jasmi Rivai selaku Notaris, Reni Nurul Aini selaku Notaris, Aiptu P.H Butar-Butar selaku Kasat 1 Pidana Umum Reserse
Kriminal Polda Sumut, dan Bpk Adimansar selaku Pengacara di kota medan.
Universitas Sumatera Utara
13 Tidak dilengkapi buku wasiatnya
14 Tidak dikirim laporan wasiat yang seharusnya dikirim tiap
tanggal 5 setiap bulannya 15
Minuta akta tidak dijilid dan batas penjilidan maksimal per 50 akta per 1 jilidan
16 Perlengkapan kantor tidak dilengkapi
17 Tidak menyiapkan tempat arsip yang layak untuk penyimpanan
dokumen Negara 18
Penggelapan Setoran Pajak 19
Menuangkan keterangan palsu dalam akta 20
Tidak melakukan pengecekan kelapangan yang merupakan objek dari akta
21 Tentang tidak cukup syarat seorang Notaris untuk membuat
tindakan Notaril 22
Melanggar asas yang berhubungan dengan jabatan Notaris 23
Tidak mempunyai sertifikat cuti 24
Mengirimkan karangan bunga dengan mencantumkan Nama serta jabatan Notaris dan PPAT dalam iklan papan bunga
tersebut
25 Melakukan tindakan yang menyimpang dari ketentuan standard
etika profesi, UUJN serta ketentuan lain yang berkaitan dengan Profesi Notaris
26 Menyelewengkan kepercayaan klien dan lain-lain
Dari pendapat para responden, sebagian besar menyatakan bahwa tindakan Mal Administrasi yang paling dominan dilakukan oleh seorang Notaris adalah adanya
penurunan tarif pada akta-akta yang dibuatnya. Hal ini cukup beralasan mengingat jumlah Notaris saat ini yang kian hari kian meningkat jumlahnya, sehingga
menimbulkan persaingan yang semakin ketat diantara mereka. Penurunan tarif tersebut dilakukan agar mereka dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah
dibandingkan rekan lainnya. Umumnya tindakan ini dilakukan oleh seorang Notaris
Universitas Sumatera Utara
yang baru praktek, walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa selanjutnya tindakan inipun dilakukan oleh Notaris yang sudah lama menjabat karena
kekhawatiran tidak akan memperoleh pekerjaan. Masalah lainnya yang patut mendapat perhatian ialah bahwa kini dihadapkan
pada suatu kondisi dimana ternyata sekarang ini Notaris sudah tidak mempunyai waktu lagi untuk membacakan aktanya sekaligus juga berarti penandatanganan sudah
tidak lagi dilakukan dihadapan Notaris yang bersangkutan. Menurut penulis keadaan seperti ini dapat terjadi karena yang bersangkutan mengejar target perolehan akta
yang besar jumlahnya, disamping keadaan lain seperti keterbatasan waktu, banyaknya klien lain yang menunggu dan sebagainya, dengan kata lain timbulnya jumlah akta
yang banyak setiap bulannya menyebabkan Notaris melakukan hal tersebut. Tindakan Mal Administrasi yang dilakukan oleh seorang Notaris yang
bersumber dari diri Notaris itu sendiri berarti bahwa pribadi dari Notaris yang bersangkutan sendirilah yang menyebabkan terjadinya tindakan Mal Administrasi
tersebut. Peneyebab dari hal tersebut sangat bervariasi diantaranya rendahnya moral dan intergritas dari Notaris yang bersangkutan, disusul dengan adanya tuntutan
kesejahteraan, dan hambatan lain berupa keterbatasan kemampuan dari Notaris yang bersangkutan. Pernyataan ini dapat dilihat seperti pada contoh kasus dalam
penelitian ini yaitu putusan 2601Pid.B2003PN-Mdn, yang memvonis 3 tiga tahun penjara kepada seorang notaris IDG, SH dimana telah terbukti bersalah
melakukan tindak pidana penggelapan sebagaimana diatur dalam pasal 372 KUHP. Dalam perkara tersebut Notaris sekaligus sebagai tersangka terbukti melakukan
Universitas Sumatera Utara
penggelapan, hal ini dipicu pada kesewenang-wenangan yang bersangkutan untuk menggunakan sejumlah uang yang telah dipercayakan kliennya kepadanya untuk
pembayaran pajak. Akan tetapi Notaris yang bersangkutan tidak menyetorkannya akan tetapi menfiktifkan setoran pajak tersebut. Jika dilihat dari contoh kasus
tersebut, faktor terjadinya Mal Administrasi yang dilakukan Notaris IDG, SH tersebut bersumber pada rendahnya moral dan integritas serta adanya tuntutan
kesejahteraan dari Notaris yang bersangkutan. menurut Notaris Jasmi Rivai pada dasarnya seorang Notaris melakukan Mal administrasi adalah didasarkan moral dan
iman yang rendah serta tidak mampu mengindari banyak godaan.
94
3. Faktor Ekstern
a. Faktor Substansi Hukum Yang Berkaitan dengan ruang lingkup Jabatan
Notaris
Menteri Hukum dan HAM, Patrialis Akbar memasukkan diklat dan pengangkatan Notaris ke dalam program 100 hari Depkum HAM pada tanggal 18-20
January 2010. Dalam tahap diklat tersebut diikuti peserta sebanyak 2000 dua ribu peserta dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Menkum HAM Patrialis Akbar
bersama dengan Ketua Umum PP INI Adrian Djuaini SH menyatakan akan mempercepat untuk pengangkatan peserta Diklat ini menjadi Notaris tentunya harus
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
95
.
94
Hasil Wawancara dengan Notaris Jasmi Rivai Notaris Di Medan pada tanggal 21 Maret 2010
95
Renvoi, Majalah Berita Bulanan Notaris, PPAT, Pertanahan dan Hukum, No. 981 February Th. 072010, Hal. 16
Universitas Sumatera Utara
Pengangkatan Notaris yang mengangkat sebanyak kurang lebih 2000 Notaris dan menyatakan formasi yang ada selama ini selanjutnya akan memberi dampak yang
luas pada profesi Notaris, pada hal dalam menghadapi era globalisasi para Notaris sedang mencoba menentukan kedudukan fungsi dan peranannya. Tentunya hal ini
akan berdampak timbulnya persaingan yang tidak sehat dikalangan Notaris yang nantinya akan menjurus kepada tindakan pelanggaran berupa Mal Administrasi
seperti terjadi penurunan tarif dikalangan Notaris demi mendapatkan perhatian dari calon klienpelanggannya.
UUJN yang diundangkan di jakarta pada tanggal 6 oktober 2004, terdiri dari 92 pasal diantaranya mengandung ketentuan-ketentuan hukuman. Ketentuan-
ketentuan tersebut dengan sendirinya bersifat memaksa karena termasuk hukum publik. UUJN ini merupakan pembaharauan atas UU yang sebelumnya yakni P.J.N
yang merupakan aturanhukum warisan kolonial Belanda, dimana aturan tersebut dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat untuk memeberikan
kepastian hukum terutama dalam dunia hukum kenotariatan. Jika dilihat dari lamanya jarak antara perubahan dari PJN ke UUJN membutuhkan waktu 144 seratus empat
puluh empat tahun dimana PJN yang diundangkan sejak tahun 1860. Menurut INI dengan lahirnya UUJN, Notaris Indonesia memiliki hukum
positif yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Banyak pihak yang terlibat dalam perjuangan demi diundangkannya UUJN ini, tidak terlepas
termasuk diantaranya INI yang tanpa lelah selama 30 tahun memperjuangkan agar terbentuknya UUJN tersebut. UUJN adalah prestasi dan hasil kontribusi semua
Universitas Sumatera Utara
pengurus INI dan Notaris Indonesia berkat dukungan Departemen Hukum dan HAM, secretariat Negara dan dewan perwakilan rakyat.
96
Namun demikian selain hal tersebut diatas yang telah mengalami perubahan UU dari warisan kolonial Belanda, masih banyak lagi peraturan perundang-undangan
yang warisan kolonial Belanda yang tetap masih berlaku hingga saat ini, sementara perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakatnya sendiri tidak terhindarkan,
mendahului masalah hukum yang menjadi salah satu sistem etikanya.
b. Faktor Pengawasan yang dilakukan Terhadap Notaris
Sebelum berlaku UUJN, pengawasan, pemerikasaan dan penjatuhan sanksi terhadap Notaris dilakukan oleh badan peradilan yang ada pada waktu itu,
sebagaimana pernah diatur dalam pasal 140 Reglement op de Rechtelijke organisatie en Het Beleid Der Justitie Stbl. 1847 No.23, Pasal 96 Regelement Buitengewesten,
Pasal 3 Ordonantie Buitengerechtelijke Verrichtingen –Lembaran Negara 1946 Nomor 135, dan Pasal 50 PJN, kemudian pengawasan terhadap Notaris dilakukan
Peradilan Umum dan Mahkamah Agung sebagaimana tersebut dalam Pasal 32 dan 54 Undang-undang Nomor 13 Tahun 1965 tentang pengadilan dalam lingkugan
peradilan umum dan Mahkamah Agung Kemudian dibuat pula Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1984 Tentang Tata Cara
Pengawasan Terhadap Notaris, Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman Nomor KMA006SKBVII1987 tentang Tata Cara Pengawasan
96
Anke Dwi Saputro, Jati Diri Notaris Indonesia, dulu, sekarang dan di masa datang, PT. Gramedia, Jakarta, 2008, hal
. 107-108
Universitas Sumatera Utara
Penindakan dan Pembelaan Diri Notaris, dan terakhir dalam Pasal 54 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2004.
Mahkamah Agung hanya mempunyai kewenangan dalam bidang peradilan saja, sedangkan dari segi organisasi, administrasi dan finansial menjadi kewenangan
Departemen Kehakiman. Pada tahun 2004 dibuat Undang-undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Peradilan Umum, dalam pasal 5 ayat 1 ditegaskan tentang pembinaan
teknis peradilan, organisasi, administrasi, dan finansial pengadilan dilakukan oleh Mahkamah Agung.
97
Sejak pengalihan kewenangan tersebut, Notaris yang diangkat oleh pemerintah Menteri tidak tepat lagi jika pengawasannya dilakukan oleh instansi lain
dalam hal ini badan peradilan, karena Menteri sudah tidak mempunyai kewenangan apapun terhadap badan peradilan, kemudian tentang pengawasan Notaris yang diatur
dalam Pasal 54 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Peradilan Umum dicabut oleh Pasal 91 UUJN.
98
Setelah berlakunya UUJN badan peradilan tidak lagi melakukan pengawasan, pemeriksaan dan penjatuhan sanksi terhadap Notaris, tetapi pengawasan, pemeriksaan
dan penjatuhan sanksi terhadap Notaris dilakukan oleh Menteri Hukum dan HAM dengan membentuk Majelis Pengawas Notaris.
97
Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 2004 mengenai Pengalihan Organisasi, Administrasi, dan Finansial di Lingkungan Peradilan Umum dan Peradilan tata Usaha Negara dan Peradilan Agama
ke Mahkamah Agung.
98
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Refika aditama, 2009, Hal. 170-171.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pasal 67 ayat 1 UUJN menentukan bahwa yang melakukan pengawasan terhadap Notaris dilakukan oleh Menteri. Dalam melaksanakan
pengawasan tersebut Menteri membentuk Majelis Pengawas Pasal 67 ayat 2 UUJN. Pasal 67 ayat 3 UUJN menentukan majelis pengawas tersebut terdiri dari 9
Sembilan orang, terdiri dari unsur: a.
Pemerintah sebanyak 3 tiga orang; b.
Organisasi Notaris sebanyak 3 tiga orang; dan c.
Ahliakademik sebanyak 3 tiga orang. Pengawasan Notaris tersebut diharapkan dapat terlaksana dengan baik apabila
pihak yang mengawasi tersebut adalah yang menguasai dan memahami bidang notariat. Pengawasan dan pembinaan terhadap Notaris
bertujuan untuk mempertahankan keluhuran martabat jabatan Notaris, oleh karena itu Notaris dituntut
untuk tidak melanggar peraturan perundang-undangan dan tidak melakukan kesalahan-kesalahan di dalam maupun diluar menjalankan jabatannya tersebut.
Pengawasan yang dilakukan agar Notaris sungguh-sungguh memenuhi persyaratan dan menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
perundang-undangan yang berlaku demi pengamanan dari padanya oleh hukum, akan tetapi berdasarkan kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh undang-undang. Baik
sifat dan jabatan Notaris sendiri maupun keluhuran dan martabat dari jabatan itu yang mengharuskan adanya tanggung jawab dan kepribadian serta etika hukum yang
tinggi. Jabatan yang dipangku Notaris adalah jabatan kepercayaan dan oleh karena itu seseorang bersedia untuk mempercayakan sesuatu kepadanya yang dengan sendirinya
Universitas Sumatera Utara
pula membawa tanggung jawab yang berat baginya. Dengan demikian dapat kiranya dipahami bahwa tujuan dari pengawasan terhadap Notaris ialah guna menjamin
pengamanan dari kepentingan umum terhadap para Notaris yang menjalankan jabatannya secara tidak bertanggungjawab dan tidak mengindahkan nilai-nilai dan
ukuran-ukuran etika serta melalaikan keluhuran dan martabat tugas dan jabatannya. Kelemahan standard etika profesi Notaris cenderung menyebebkan terjadinya
mal administrasi, dimana profesi Notaris kini banyak disorot masyarakat. Majelis Pengawas Notaris yang mempunyai wewenang mengawasi kinerja para Notaris kerap
sekali terkesan lamban dan berjalan ditempat dalam menindak lanjuti setiap pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris. Banyak Notaris yang ditetapkan kepolisian
sebagai saksi maupun yang mengarah sebagai tersangka tidak dapat dipanggil atau diperiksa oleh karena proses dari Majelis Pengawas belum memperbolehkan hal
tersebut mengingat adanya pasal 66 UUJN yang menyatakan untuk kepentingan proses peradilan, penyidik penuntut umum, atau hakim dengan persetujuan Majelis
pengawas daerah.
99
Hal senada juga menurut beliau bahwa penjatuhan sanksi terhadap Notaris oleh Majelis pengawas Notaris dianggap tidak pernah konsisten. Artinya sudah jelas-
jelas seorang Notaris yang tidak bisa disebut namanya oleh beliau telah melakukan pelanggaran seperti mangkir dari tempat kerjanya kurang lebih dari 30 tiga puluh
hari tanpa adanya surat cuti , serta berbagai pelanggaran secara administrasi lainnya namun tidak ada dijatuhi sanksi sama sekali oleh Majelis Pengawas Notaris. Begitu
99
Hasil wawancara dengan Bpk. Aiptu P.H Butar-Butar, Anggota penyidik Poldasu
Universitas Sumatera Utara
juga menurut Bpk. Kadarisman
100
menyatakan bahwa selama ini beliau belum pernah mendengar sama sekali tentang adanya seorang Notaris yang diberi sanksi
administratif Notaris seperti yang disebut dalam UUJN Pasal 85 yakni pemberhentian sementara dan juga pemberhentian dengan tidak hormat. Baik lewat media elektronik
maupun media cetak seperti surat kabar sekalipun. Artinya aturan mengenai pengawasan Notaris dengan pemberian sanksi administrasi bagi yang melanggar kode
etik belum terlaksana dengan baik. Akan tetapi pada kenyataan yang dijumpai peneliti dilapangan pernyataan dari Bapak Kadarisman tersebut tidak benar oleh
karena di Majelis Pengawas Daerah Medan saja, bagi Notaris yang cuti namun tidak ada surat cutinya dikenakan sanksi administratif seperti sanksi teguran baik secara
lisan maupun tulisan bahkan diberhentikan secara tidak hormat dari jabatannya.
101
Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004, menegaskan yang dimaksud dengan
pengawasan adalah kegiatan yang bersifat preventif dan kuratif termasuk kegiatan pembinaan yang dilakukan Majelis Pengawas terhadap Notaris. Dengan demikian ada
3 tiga tugas yang dilakukan Majelis Pengawas yaitu: 1.
Pengawasan preventif
100
Hasil wawancara dengan Bpk. Kadarisman SH, Hakim Pengadilan Negeri Medan
101
Sebagai contoh pada putusan Nomor W.10-19A-MPW.V.2005, tanggal 12 Mei 2005 telah menjatuhkan sanksi kepada Notaris JS yang berkedudukan di Surabaya untuk diberhentikan
dengan tidak hormat dari jabatannya karena melanggar Pasal 16 ayat 1 huruf a UUJN. JS telah melakukan pengingkaran kehadiran para pihak dihadapannya dan pengingkaran atas tanda tangan para
pihak yang tercantum dalam minuta akta yang bersangkutan yang ditandatangani oleh para pihak dihadapannya. Sedangkan contoh lainnya di daerah Medan adalah Notaris R yang melakukan tindakan
mal Administrasi yang mana SK pengangkatannya No. W2.654.HT.03.02-Tahun 2001 telah diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya atas pelanggaran hukum yang dilakukan Notaris R
yang bersangkutan dengan SK Pemberhentian No: AHU.21.AH.02.04-Tahun 2009 pada tanggal 25 Juni 2009.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengawasan kuratif
3. Pembinaan
Pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris tidak hanya tugas jabatan Notaris agar sesuai dengan ketentuan UUJN, akan tetapi juga Kode Etik
Notaris. Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Notaris dengan ukuran yang pasti pada UUJN dengan maksud agar semua ketentuan UUJN yang mengatur pelaksanaan
tugas jabatan Notaris dipatuhi oleh Notaris, dan jika terjadi pelanggaran maka Majelis Pengawas dapat menjatuhkan sanksi kepada Notaris yang bersangkutan.
102
Majelis Pengawas juga diberi wewenang untuk menyelenggarakan sidang adanya dugaan
pelanggaran Kode Etik Notaris Pasal 70 huruf a UUJN. Pengawasan terhadap Notaris merupakan suatu pekerjaan terhadap pekerjaan
Notaris, maksudnya yakni dengan cara pemeriksaan atau inspeksi terhadap akta-akta Notaris serta repertorium dan klapper, guna melakukan penelitian apakah terjadi
pelanggaran terhadap UUJN atau tidak oleh Majelis Pengawas Notaris. Menurut responden Adimansar
103
bahwa perlu penegasan maksud dan batasan penafsiran atas bunyi salah satu pasal tentang pengawasan Notaris yakni dalam pasal 9 ayat 1 huruf
c UUJN menegaskan salah satu alasan Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya yaitu melakukan perbuatan tercela. Dalam penjelasan pasal tersebut
memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan perbuatan tercela adalah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, norma kesusilaan dan
norma adat. Pasal 12 huruf c UUJN menegaskan bahwa salah satu alasan Notaris
102
Ib id , Ha l. 187
103
Hasil Wawancara dengan Bpk. Adimansar, Pengacara Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya oleh Menteri atas usul Majelis Pengawas Pusat yaitu melakukan perbuatan yang merendahkan kehormatan dan
martabat jabatan Notaris. Penjelasan pasal tersebut memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan perbuatan yang merendahkan kehormatan dan martabat misalnya
berjudi, menyalahgunakan narkoba, dan berzina.
104
Perilaku Notaris yang berada dalam ruang lingkup pengawasan Majelis Pengawas diluar pelaksanaan tugas jabatan Notaris, yakni dengan batasan:
1. Melakukan perbuatan tercela yang bertentangan dengan norma agama,
norma kesusilaan dan norma adat. 2.
Melakukan perbuatan yang merendahkan kehormatan dan martabat jabatan Notaris
105
, misalnya berjudi, mabuk, menyalahgunakan narkoba, dan berzina.
104
Seharusnya perbuatan Notaris yang tersebut dalam pasal 9 ayat 1 huruf c UUJN, yaitu melakukan perbuatan tercela, yang dalam penjelasannya yang di maksudkan dengan melakukan
perbuatan tercela adalah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, norama kesusilaan, norma adat, tidak merupakan alasan untuk memberhentikan sementara Notaris dari
jabatannya, tapi seharusnya dapat dijadikan alasan untuk memberhentikan Notaris dari jabatannya dengan tidak hormat sebagaimana dalam Pasal 12 huruf c UUJN, yaitu melakukan perbuatan yang
merendahkan kehormatan dan martabat jabatan Notaris, yang dalam penjelasannya yang di maksudkan dengan perbuatan yang merendahkan kehormatan dan martabat misalnya berjudi, mabuk,
menyalahgunakan narkoba, dan berzina. Dengan adanya pembelaan seperti itu, maka seakan-akan perbuatan Notaris yang tersebut dalam pasal 9 ayat 1 huruf c UUJN lebih rendah dari ketentuan Pasal
12 huruf c UUJN, padahal keduanya sama-sama dapat merendahkan martabat dan jabatan Notaris
. Ib id , Ha l. 188
105
Beberapa contoh perbuatan yang bertentangan dengan keluhuran dan martabat jabatan Notaris:
1. Mengadakan persaingan yang tidak jujur diantara sesama Notaris oneerlijke concurentie
2. Mengadakan kerjasama dengan cara yang tidak diperkenankan dengan orang-orang perantara
misalnya dengan memberikan kepada perantara sebagian dari honorarium yang diterimanya; 3.
Menetapkan honorarium yang lebih rendah dari yang berlaku umum dikalangan para Notaris setempat, dengan maksud untuk menarik kepadanya klien-klien dari Notaris lain atau untuk
memperluas jumlah klien, dengan merugikan yang lain. Contoh lainnya seperti:
Universitas Sumatera Utara
BAB III TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM HAL TERJADINYA MAL
ADMINISTRASI A.
Pelaksanaan Tugas Notaris Dalam Praktek 1. Hak Dan Kewajiban Notaris
Hak ingkar pada notaris merupakan pengecualian untuk memberikan kesaksian dimuka pengadilan yaitu sepanjang yang menyangkut isi akta-akta
yang seperti diatur dalam pasal 1909 KUHPerdata
106
dan pasal-pasal 146
107
dan 227
108
HIR. Notaris wajib untuk tidak berbicara didasarkan pada pasal 4, pasal
1. Memberikan penilaian atau menyatakan salah atas akta yang dibuat Notaris lain dihadapan
para kliennya; 2.
Menahan berkas milik kliennya, karena tidak jadi batal membuat akta kepadanya.
106
Semua orang yang cakap untuk menjadi saksi diharuskan untuk memberikan kesaksian dimuka pengadilan. Namun dapatlah meminta dibebaskan dari kewajibannya memberikan kesaksian:
1e. Siapa yang ada pertalian kekeluargaan darah dalam garis samping dalam derajat kedua atau semenda dengan salah satu pihak;
2e. Siapa yang adapertalian darah dalam garis lurus tak terbatas dan dalam garis samping dalam derajat kedua dengan suami atau istri dalam satu pihak
3e. Segala siapa yang karena kedudukannya, pekerjaannya atau jabatannya menurut Undang-undang diwajibkan merahasiakan sesuatu namun hanyalah semata-mata mengenai hal-hal yang
pengetahuannya dipercayakan kepadanya sebagai demikian
107
1 Yang boleh mengundurkan diri dari memberi kesaksian adalah: KUHPerd. 1909; Sv. 145, 148; IR. 148, 274. 10. saudara dan ipar dari salah satu pihak, baik laki-laki maupun
perempuan;20. keluarga sedarah dalam garis lurus dan saudara laki-laki dan perempuan dari suami atau istri salah satu pihak; 30. sekalian orang yang karena kedudukan, pekerjaan atau jabatannya yang
sah, diwajibkan menyimpan rahasia, tetapi semata-mata hanya tentang hal yang diberitahukan kepadanya karena kedudukan, pekerjaan atau jabatannya itu. IR. 277. 2 Pengadilan negerilah yang
akan menimbang benar tidaknya keterangan seorang, bahwa ia diwajibkan menyimpan rahasia. Sv. 148; IR. 149, 277. http:i2laws.comindex.phphir-hukum-acara-perdata.html diakses pada tanggal
12 April 2010
1 Jika ada dugaan yang beralasan, bahwa seorang debitur, sebelum keputusan hakim yang mengalahkannya di jatuhkan atau boleh di jalankan, mencari akal untuk menggelapkan atau
melarikan barangnya, baik yang tak bergerak maupun yang bergerak; dengan maksud untuk menjauhkan barang itu dari kreditur atas surat permintaan orang yang berkepentingan, ketua
pengadilan boleh memberi perintah, supaya disita barang itu untuk menjaga hak orang yang memerlukan permintaan itu; kepada si peminta harus diberitahukan bahwa ia harus menghadap
66
Universitas Sumatera Utara
16 ayat 1 e
109
dan pasal 54 UUJN. Menurut pendapat Van Bemmelen yang dikutip oleh G.H.S. Lumban Tobing
110
mengatakan bahwa ada 3 dasar untuk dapat menuntut penggunaan hak ingkar Verschonningsrecht yakni:
1. Hubungan keluarga yang sangat dekat;
2. Bahaya
dikenakan hukuman
pidana gevaar
voor strafrechtelijke
veroordeling; 3.
Kedudukan pekerjaan dan rahasia jabatan. Mernurut Mr. C. Asser yang dikutip G.H.S. Lumban Tobing
111
mengatakan bahwa kepada mereka yang disebut pasal 1909 sub 3 KUH Perdata diberikan hak ingkar oleh Undang-undang bukan untuk kepentingan mereka
sendiri akan tetapi untuk kepentingan masyarakat umum. Sekalipun kepentingan terakhir ada ditangan hakim, harus diberikan kebebasan tertentu, oleh karena
mereka adalah yang pertama harus menentukan apakah mereka akan
merahasiakan atau memberitahukan hal-hal yang mereka ketahui tersebut. Oleh karena itu bukanlah tanpa alasan hak ingkar itu oleh undang-undang
dinamakan sebagai hak. Penentuan batas-batasannya secara bebas harus
persidangan pengadilan negeri berikutnya untuk mengajukan dan menguatkan gugatannya. Rv. 720 dst.; IR. 124 dst., 1 163 dst. 2 Debitur harus dipanggil atas perintah ketua untuk menghadap
persidangan itu. 3 Tentang orang yang harus menjalankan penyitaan itu dan tentang peraturan yang harus dituruti serta akibat yang berhubungan dengan hal itu, berlaku 197, 198 dan 199. 4 Pada hari
yang ditentukan, pemeriksaan perkara dijalankan dengan cara biasa. Jika gugatan itu diterima, maka penyitaan itu sahkan; jika ditolak, maka diperintahkan supaya dicabut penyitaan itu. 5 Permintaan
tentang pencabutan penyitaan selalu boleh diajukan, jika diadakan jaminan atau tanggungan lain yang cukup. Rv. 725; IR. 228. http:i2laws.comindex.phphir-hukum-acara-perdata.html diakses pada
tanggal 12 April 2010
109
Dalam menjalankan jabatannya Notaris berkewajiban: merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai
dengan sumpahjanji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain.
110
G.H.S. Lumban Tobing Op Cit, 1999 hal. 120
111
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, 1980, Hal. 107
Universitas Sumatera Utara
diberikan secara khusus kepada mereka apabila orang yang memberitahukan hal yang menjadi persoalan membebaskan mereka dari kewajiban untuk
merahasiakannya. Menurut pendapat yang umum dianut, hal ini tidak berarti bahwa sama
sekali tidak ada pengecualian terhadap ketentuan-ketentuan dalam pasal 4, pasal 16 ayat 1e dan pasal 54 UUJN. Pendapat umum menyatakan bahwa kewajiban
untuk tidak berbicara bagi para notaris dikesamp ingkan dalam hal-hal dimana terdapat kepentingan yang lebih tinggi yang mengharuskan notaris untuk
memberikan kesaksian. Akan tetapi yang sulit dalam hal ini ialah menentukan bilamana dan dalam hal-hal mana terdapat kepentingan yang lebih tinggi yang
dapat mengenyampingkan kewajiban-kewajiban bagi para notaris untuk tidak bicara. Dalam hal ini misalnya bila peraturan yang bersangkutan secara tegas
menentukan bahwa notaris wajib untuk memberikan kesaksian atau untuk memberikan keterangan mengenai isi aktanya ataupun untuk memperlihatkannya
dan khusus untuk keperluan itu ia dibebaskan dari sumpah rahasia jabatannya, maka kiranya tidak ada persoalan bagi notaris yang bersangkutan.
Notaris telah berjanji dibawah sumpah jabatan Notaris untuk merahasiakan serapat-rapatnya isi akta-akta selaras dengan ketentuan peraturan-
peraturan yang terdapat dalam Undang Undang Jabatan Notaris, dalam hal ini tidak berarti notaris dan para pegawainya tidak diwajibkan untuk merahasiakan
apa yang dibicarakan atau apa yang terjadi di kantor notaris yang tidak tercantum dalam akta.
Universitas Sumatera Utara
Menurut G.H.S.Lumban Tobing
112
mengatakan bahwa: ......merupakan kenyataan bahwa sebelum dibuat sesuatu akta oleh notaris,
senantiasa diadakan pembicaraan terlebih dahulu mengenai segala sesuatu yang diinginkan oleh klien dan yang juga perlu diketahui oleh notaris untuk kemudian
dituangkan dalam suatu akta, yang mana justru pada umumnya lebih banyak dan lebih luas daripada apa yang kemudian dicantumkan dalam akta dan yang mana
semuanya itu pada hakekatnya sangat erat hubungannya dengan isi akta itu
Demikian pula halnya menurut pendapat A. Kohar yang menyatakan: ”Notaris berkewajiban untuk merahasiakan isi aktanya, bahkan wajib
merahasiakan semua pembicaraan-pembicaraan para langganannya pada waktu diadakan persiapan-persiapan untuk membuat akta”.
Seorang Notaris wajib untuk menetapkan dan atau mempunyai satu kantor ditempat kedudukan dan kantor tersebut merupakan satu-satunya kantor
Notaris yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas jabatan sehari-hari. Merupakan kewajiban pula bagi notaris untuk membuat minuta dari
semua akta yang dibuat dihadapannya dan menyimpannya sebagai bagian dari Protokol Notaris, mengeluarkan grosse akta, salinan akta, atau kutipan akta
berdasarkan minuta akta tersebut, tetapi Notaris tidak mempunyai kewajiban untuk mengeluarkan akta dalam bentuk originalli.
Akta-akta yang dapat dikeluarkan Notaris dalam bentuk originalli disebutkan dalam pasal 16 ayat 3 UUJN jo pasal 35 ayat 2 P.J.N
113
, antara lain: 1.
Izin kawin. 2.
Keterangan orang masih hidup 3.
Pembayaran uang sewa, bunga, pensiunan
112
Ibid, hal 100
113
G.H.S. Lumban Tobing, Op Cit, 1999, hal 228
Universitas Sumatera Utara
4. Penawaran pembayaran tunai
5. Protes terhadap tidak dibayarnya atau tidak diterimanya surat
berharga 6.
Akta kuasa 7.
Keterangan kepemilikan atau 8.
Akta sederhana lain berdasarkan peraturan perundang- undangan. Seperti Akta sewa menyewa, Akta Jual Beli, Akta
Hutang Piutang dan lain sebagainya.
Selain itu seorang notaris wajib membuat daftar surat wasiat dan memberitahukan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya kepada yang
berkepentingan. Kewajiban notaris lainnya yaitu memberitahukan setiap pengakuan anak yang dilahirkan diluar perkawinan yang dilakukan dihadapan
mereka kepada Balai Harta Peninggalan akan tetapi anak adopsi harus mendapat penetapan Pengadilan. Sedangkan dalam hal mengenai kejahatan yang diuraikan
dalam Pasal 278 KUHP
114
dijatuhkan keputusan hakim terbukti adanya kepalsuan mengenai pengakuan seorang anak, maka notaris wajib mencatat
mengenai keputusan hakim tersebut. Pemberitahuan keterangan-keterangan yang dimaksud dalam pasal 37 a
PJN mengenai pengakuan anak ini diperlukan untuk dapat mengetahui apakah didalam melakukan pengakuan itu ada dipenuhi persyaratan-persyaratan yang
ditentukan dalam undang-undang mengenai pengakuan anak, antara lain ketentuan dalam pasal 282 dan 284 KUH Perdata. Selain itu dalam hubungannya
114
Pasal 278 KUHP:
Barangsiapa mengakui seorang anak sebagai anaknya sendiri menurut peraturan Kitab Undangundang Hukum Perdata, padahal diketahuinya bahwa dia bukan ayah dari anak
tersebut, diancam karena melakukan pengakuan palsu dengan pidana penjara paling lama tiga tahun, Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, 2003, Hal. 101.
Universitas Sumatera Utara
dengan ketentuan-ketentuan dalam pasal 353 KUH Perdata mengenai perwalian. Sebagaimana ditentukan dalam pasal 281 KUH Perdata bahwa pengakuan anak
yang dilahirkan diluar perkawinan dapat dilakukan dengan setiap akta otentik, dengan demikian pengakuan itu dapat pula dilakukan dalam suatu surat wasiat
umum. Dalam hal ini notaris juga wajib memberitahukan sepanjang yang menyangkut pengakuan anak itu kepada Balai Harta Peninggalan dalam tempo
dua puluh empat jam seperti yang ditentukan 37 a PJN. Notaris juga wajib mencatat akta-akta dibawah tangan yang disahkan dan
menyampaikan salinan yang sebenarnya diakui sah dari repertorium dan daftar- daftar lainnya dari akta-akta yang dibuat dihadapannya selama tahun yang
lampau. Jika selama tahun yang lampau tidak ada pembuatan akta oleh notaris, maka oleh notaris yang bersangkutan dalam jangka waktu yang sama wajib
menyampaikan sesuatu keterangan mengenai hal tersebut. Tugas mengenai pembuatan daftar surat-surat di bawah tangan dan pengesahan surat-surat di
bawah tangan adalah berdasarkan Pasal 1874 KUHPerdata, pasal 1874 a KUHPerdata dan pasal 16 ayat 2b UUJN tentang kewenangan Notaris.
Notaris juga wajib memberikan bantuan hukum seputar pembuatan akta kepada mereka yang membutuhkannya kecuali ada alasan untuk menolak nya.
Ada beberapa hal-hal dimana notaris wajib utuk menolak memberikan bantuan hukum yaitu termasuk:
1. Pembuatan akta yang isinya bertentangan dengan ketertiban umum atau
kesusilaan;
Universitas Sumatera Utara
2. Pembuatan akta dimana tidak ada saksi-saksi atau saksi-saksi yang tidak
dikenal oleh notaris ataupun tidak dapat diperkenalkan kepada notaris identitas dan wewenang mereka
Selanjutnya akan dikemukakan mengenai kewenangan seorang notaris dalam hal pembuatan akta, karena hal ini berkaitan erat dengan hak dan
kewajiban notaris. Di dalam UUJN pasal 15 ayat 1 tampak wewenang notaris yang menyebutkan:
Notaris berwenang mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh sesuatu peraturan perundang-undangan atau yang dikehendaki
yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatannya, menyiapakn aktanya, dan memberikan grosse,
salinan dan kutipannya, sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat yang lain atau orang lain yang ditetapkan oleh
undang-undang Sedangkan pada ayat 2 menyebutkan kewenangan Notaris yang lain, yakni:
a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di
bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; b.
Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
c. Membuat copy dari asli surat-surat dibawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan
d. Melakukan pengesahan kecocokan fotocopy dengan surat aslinya
e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta;
f. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
g. Membuat akta risalah lelang.
h. Melakukan kewenangan lain yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Dalam pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris juga menegaskan bahwa Notaris
dibatasi wewenangnya untuk akta otentik, hanya apabila hal itu dikehendaki atau diminta oleh yang berkepentingan hal mana berarti bahwa Notaris tidak
berwenang membuat akta otentik secara jabatan. Dengan demikian Notaris tidak
Universitas Sumatera Utara
berwenang untuk membuat akta dibidang hukum publik, wewenangnya terbatas pada perbuatan akta-akta dibidang hukum perdata. Pembatasan lainnya dari
wewenang Notaris dinyatakan dalam perkataan-perkataan ”mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan”. Sehingga tidak semua akta dapat dibuat
oleh Notaris, akan tetapi hanya yang mengenai ”perbuatan, perjanjian dan ketetapan”
115
Penegasan dari pasal tersebut diatas memberi arti bahwa kewenangan Notaris untuk membuat akta otentik tidak boleh menyimpang dari kewenangan
yang diatur dalam Undang-undang Jabatan Notaris dan kode etik Notaris itu sendiri. Dengan tidak ditaatinya UUJN dan kode etik Notaris tersebut maka
dapat disangka sebagai salah satu penyebab terjadinya Mal Administrasi. Wewenang Notaris meliputi 4 empat hal yaitu:
1. Notaris harus berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang
dibuatnya itu; Artinya tidak setiap pejabat umum dapat membuat semua akta, akan tetapi seorang pejabat umum hanya dapat membuat akta-akta
tertentu, yakni yang ditugaskan atau dikecualikan kepadanya berdasarkan peraturan perundang-undangan.
2. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai orang-orang untuk
kepentingan siapa akta itu dibuat; Artinya Notaris tidak bewenang untuk membuat akta untuk kepentingan setiap orang. Di dalam pasal 53 UUJN
akta Notaris tidak boleh memuat penetapan atau ketentuan yang memberikan sesuatu hak danatau keuntungan bagi: Notaris, istri atau
suami notaris, saksi, istri atau suami saksi atau orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Notaris atau saksi, baik hubungan darah
dalam garis lurus ke atas atau ke bawah tanpa pembatasan derajat maupun hubungan perkawinan sampai dengan derajat ketiga sedangkan pasal 20
ayat 1 Peraturan Jabatan Notaris misalnya ditentukan, bahwa Notaris
115
A. Kohar, Notaris Dalam Praktek, Penerbit Alumni, Bandung, 1983, hal. 25
Universitas Sumatera Utara
tidak diperbolehkan membuat akta, di dalam mana Notaris sendiri, istrinya, keluarga sedarah atau keluarga semenda dari Notaris itu dalam
garis lurus tanpa pembatasan derajat dan dalam garis kesamping sampai dengan derajat ketiga, baik secara pribadi maupun melalui kuasa, menjadi
pihak. Maksud dan tujuan dari ketentuan ini ialah untuk mencegah terjadinya tindakan memihak dan penyalahgunaan jabatan.
3. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat, dimana akta itu
dibuat; Artinya bagi setiap Notaris ditentukan daerah hukumnya daerah jabatannya dan hanya di dalam daerah yang ditentukan baginya itu ia
berwenang untuk membuat akta otentik. Akta yang dibuat di luar daerah jabatannya adalah tidak sah.
4. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan akta itu;
Artinya Notaris tidak boleh membuat akta selama ia masih cuti atau dipecat dari jabatannya, demikian juga Notaris tidak boleh membuat akta
sebelum ia memangku jabatannya sebelum diambil sumpahnya.
116
Jika salah satu persyaratan diatas tidak dipenuhi, maka akta yang dibuatnya itu tidak otentik dan hanya mempunyai kekuatan seperti halnya akta
dibawah tangan, bilamana akta itu ditanda tangani oleh para penghadap. Demikian juga halnya, bahwa apabila oleh Undang-undang untuk sesuatu
”perbuatan, perjanjian dan ketetapan” diharuskan suatu akta otentik maka dalam hal salah satu persyaratan diatas tidak dipenuhi, perbuatan, perjanjian dan
ketetapan itu dan karenanya juga akta itu adalah tidak sah. Suatu akta otentik bukan karena penetapan Undang-undang, akan tetapi karena dibuat oleh atau
dihadapan pejabat umum.
116
G.H.S. Lumban Tobing, Op. Cit, 1980, hal. 42
Universitas Sumatera Utara
Bersumber dari pasal 1 Undang-undang jabatan Notaris, dimana dijadikan Notaris sebagai ”pejabat umum”, sehingga akta yang dibuat oleh Notaris
mempunyai sifat otentik, bukan oleh karena Undang-undang menetapkan sedemikian, akan tetapi oleh karena akta yang dibuat oleh atau dihadapan
pejabat umum seperti yang dimaksud dalam pasal 1869 K.U.H.Perdata. Dari pasal 1 PJN bahwa wewenang Notaris adalah ”regel” bersifat umum, sedang
wewenang pejabat lain adalah pengecualian.
117
Dalam pasal 1 Kode Etik Notaris yang disahkan di Jakarta pada tanggal 28 January 2005 tentang kepribadian dan martabat Notaris, disebutkan bahwa:
1. Dalam melaksanakan tugasnya Notaris diwajibkan:
a. Senantiasa menjungjung tinggi hukum dan asas negara serta
bertindak sesuai dengan makna sumpah jabatan b.
Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan negara
2. Dalam kehidupan sehari-hari,
118
notaris dengan kepribadian yang baik diwajibkan untuk menjunjung tinggi martabat jabatan Notaris dan
sehubungan dengan itu tidak dibenarkan melakukan hal-hal dan atau tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan martabat dan kehormatan
Jabatan Notaris
117
G.H.S Lumban Tobing, Op Cit, 1999, hal. 34
118
Kehidupan sehari-hari yang dimaksud disini adalah Pekerjaan Notaris sehari-hari, dalam arti bahwa Notaris dalam menjalankan tugasnya mendapat suatu “perintah” dari kliennya. Atas
“perintah” tercapainya kepastian hukum, pencegahan dan penyelesaian pekerjaan yang sempurna
.
Universitas Sumatera Utara
Pembacaan akta Notaris merupakan kewajiban Notaris dimana pembacaan dilakukan dihadapan penghadap dengan dihadiri oleh saksi-saksi
yang berjumlah minimal 2 dua orang. Akan tetapi pembacaan ini tidaklah diwajibkan kepada Notaris, apabila penghadap telah membaca sendiri dan
mendapat penjelasan dari Notaris serta mengetahui isi dari akta tersebut, dengan persyaratan bahwa pada setiap halaman minuta akta itu wajib dibubuhkan paraf
pada penghadap dan saksi-saksi serta pada Notaris. Dalam hal akta Notaris dibuat dalam bahasa yang tidak dipahami oleh
penghadap atau salah satu penandatangan, maka kewajiban Notaris untuk menerjemahkan akta itu dengan menyediakan seorang penerjemah kedalam
bahasa yang dipahami penandatangan tersebut. Setelah dilakukannya pembacaan akta dan ternyata terdapat salah satu pihak yang tidak menyetujui isi dari akta,
maka terlebih dahulu isi akta diganti atau disempurnakan seperlunya, dengan tujuan agar isi akta yang dimuat sesuai kehendak semua pihak.
Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris wajib:
119
1. Memiliki moral, akhlak serta kepribadian yang baik.
2. Menghormati dan menjungjung tinggi harkat dan martabat jabatan
Notaris 3.
Menjaga dan membela kehormatan perkumpulan 4.
Bertindak jujur, mandiri, tidak berpihak, penuh rasa tanggung jawab berdasarkan peraturan perundang-undangan dan isi sumpah jabatan
Notaris
119
Anke Dwi Saputro, Op Cit, hal. 203
Universitas Sumatera Utara
5. Meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki tidak terbatas pada
ilmu pengetahuan hukum dan kenotariatan. 6.
Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan negara 7.
Memberikan jasa pembuatan akta dan jasa kenotariatan lainnya untuk masyarakat yang tidak mampu tanpa memungut honorarium.
8. Menetapkan satu kantor ditempat kedudukan dan kantor tersebut
merupakan satu-satunya kantor Notaris yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas jabatannya sehari-hari
9. Memasang sebuah papan nama didepan atau dilingkungan kantornya
dengan pilihan ukuran yaitu 100 cm x 40 cm, 150 cm x 60 cm, atau 200 cm x 80 cm yang memuat: Nama lengkap dan gelar yang sah, tanggal dan
Nomor Keputusan pengangkatan yang terakhir sebagai Notaris, tempat kedudukan, alamat kantor dan nomor telepondan atau fax. Dasar papan
nama berwarna putih dengan huruf hitam dan tulisan diatas papan nama harus jelas dan mudah dibaca. Kecuali dilingkungan kantor tersebut tidak
dimungkinkan untuk pemasangan papan nama dimaksud. 10.
Hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan
oleh perkumpulan,
menghormati, mematuhi,
melaksanakan setiap dan seluruh keputusan perkumpulan. 11.
Membayar uang iuran Perkumpulan secara tertib. 12.
Membayar uang duka untuk membantu ahli waris teman sejawat yang meninggal dunia
13. Melaksanakan dan mematuhi semua ketentuan tentang honorarium yang
ditetapkan Perkumpulan. 14.
Menjalankan jabatan Notaris terutama dalam pembuatan, pembacaan, dan penandatanganan akta dilakukan dikantornya, kecuali karena alasan-
alasan yang sah. 15.
Menciptakan suasana
kekeluargaan dan
kebersamaan dalam
melaksanakan tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari serta saling
Universitas Sumatera Utara
menghargai, saling membantu serta selalu berusaha menjalin komunikasi dan tali silaturahmi.
16. Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak membedakan
status ekonomi danatau status sosialnya. 17.
Melakukan perbuatan-perbuatan yang secara umum disebut sebagai kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan antara lain namun tidak terbatas
pada ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Penjelasan Pasal 19 ayat 2 UUJN, isi
sumpah Notaris, dan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Notaris Indonesia.
2. Tanggung Tawab Notaris Pada Akta Yang Dibuatnya