Reaksi-reaksi yang Dikatalisis oleh Palladium Uji Fehling untuk Glukosa

2. Proses kontak pada pembuatan H 2 SO 4 Pt 2SO 2 + O 2 2SO 3 3. Oksidasi amoniak pada pembuatan asam nitrat Fe 2 O 3 4NH 3 + 5O 2 4NO + 6 H 2 O BiO 2 4. Hidrogenasi hidrokarbon Ni X – CH = CH – Y + H 2 X – CH 2 – CH 2 Y Minyak tak jenuh lemak jenuh 5. Pembuatan asam klorida arang H 2 + Cl 2 2HCl Hiskia, 2001.

2.5.2 Reaksi-reaksi yang Dikatalisis oleh Palladium

Telah lama diketahui bahwa senyawaan etilena dari palladium, misalnya, [C 2 H 4 PdCl 2 ] 2 cepat terdekomposisi dalam larutan air membentuk asetal dehida dan logam Pd. Konversi reaksi stoikiometri ini kedalam suatu siklus proses Wacker membutuhkan kaitan bersama dari masing-masing reaksi yang diketahui: C 2 H 4 + PdCl 2 + H 2 O → CH 3 CHO + Pd + 2HCl Pd + 2CuCl 2 → PdCl 2 + 2CuCl 2CuCl + 2HCl + ½O 2 → 2CuCl 2 + H 2 O C 2 H 4 + ½O 2 → CH 3 CHO Oksidasi etilena oleh larutan palladiumII-tembagaII klorida adalah benar- benar kuantitatif dan hanya dibutuhkan konsentrasi Pd yang rendah; ini dapat berlangsung baik dalam satu atau dua tahapan; dalam yang terakhir, oksidasi kembali oleh O 2 terjadi secara terpisah. Universitas Sumatera Utara Karena reaksi berlangsung dalam larutan Pd II dengan konsentrasi ion klorida 0,2M, logamnya paling mungkin ada sebagai [PdCl 4 ] 2- . Reaksi berikut kemudian terjadi: [PdCl 4 ] 2- + C 2 H 4  [PdCl 3 C 2 H 4 ] - + Cl - [PdCl 3 C 2 H 4 ] - + H 2 O  [PdCl 2 H 2 OC 2 H 4 ] + Cl - [PdCl 2 H 2 OC 2 H 4 ] + H 2 O  [PdCl 2 OHC 2 H 4 ] - + H 3 O + Mekanisme bagi oksidasi logam Pd oleh kompleks kloro Cu II tidak diketahui dengan baik, namun pemindahan elektron melalui jembatan halida mungkin terlibat. Oksidasi di udara yang sangat cepat dari kompleks kloro Cu I diketahui lebih baik dan mungkin berlangsung melalui suatu kompleks awal oksigen: CuCl 2 - + O 2  ClCuO 2 + Cl - Diikuti oleh pembentukkan radikal seperti O 2 - , OH, atau H 2 O Kereaktifan kompleks palladium dalam sistem lain telah dikaji secara luas, dan sekarang terdapat banyak reaksi katalitik yang menyangkut alkena, arena, CO, asetilena, dan sejenisnya. Perluasan proses Wacker menggunakan media selain air, dikenal; jadi dalam asam asetat, diperoleh vinil asetat sedangkan dalam alkohol, diperoleh vinil eter. Juga dengan alkena selain etilena, dapat diperoleh keton. Sebagai contoh, propene menghasilkan aseton. Cotton et al, 1989

2.5.3 Reaksi-reaksi yang Dikatalisis oleh Palladium Karbon

Katalis palladium karbon terdiri dari 3 komposisi palladium. Dimana tiap-tiap komposisi mempunyai aplikasi fungsi yang berbeda dalam reaksi kimia. Komposisi dari katalis palladium karbon antara lain: 1. Sebanyak 5 palladium didalam katalis palladium karbon. 2. Sebanyak 10 palladium didalam katalis palladium karbon. 3. Sebanyak 0,5 palladium didalam katalis palladium karbon. Universitas Sumatera Utara 1. Sebanyak 5 palladium didalam katalis palladium karbon Mempunyai aplikasi penggunaan dalam reaksi kimia antara lain sebagai berikut: a. Hidrogenasi alkena dan alkuna b. Hidrogenasi aromatik aldehid menjadi alkohol c. Hidrogenasi untuk Aldehida Aromatik Hidrokarbon d. Hidrogenasi Senyawa Anilin e. Reduksi untuk Senyawa Alkil dari Haloanilines 2. Sebanyak 10 palladium didalam katalis palladium karbon Mempunyai aplikasi penggunaan dalam reaksi kimia antara lain sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Pengurangan Alkilasi b. Dehidrohalogenasi dari Alifatik dan Campuran Aromatik c. Hidrogenasi Piridin menjadi Pipiridin d. Sintesis Hidrosilamin 3. Sebanyak 0,5 palladium didalam katalis palladium karbon Digunakan untuk hidrogenasi hydroxybenzaldehyde β-4-CBA untuk asam β- toluen dalam menghasilkan Terephthalic Acid PTA. Yang pengotor dipisahkan oleh kristal. http:www.kaida.co.ukpalladium-1-3.html Universitas Sumatera Utara

2.6 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan HPLC High Performance Liquid Chromatography dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara lain: farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri- industri makanan. Beberapa perkembangan KCKT terbaru antara lain: miniaturisasi sistem KCKT, penggunaan KCKT untuk analisis asam-asam nukleat, analisis protein, analisis karbohidrat, dan analisis senyawa-senyawa kiral. Kegunaan umum KCKT adalah untuk: pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis; analisis ketidakmurnian impurities; analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap non-volatil; penentuan molekul-molekul total, ionik, maupun zwitter ion; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan senyawa- senyawa yang strukturnya hampir sama;pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit trace elements, dalam jumlah banyak, dan dalam skala proses industri. KCKT merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif. KCKT paling sering digunakan untuk: menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologis; menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk hasil sampingan proses sintetis, atau produk-produk degradasi dalam sedian farmasi; memonitor sampel-sampel yang berasal dari lingkungan; memurnikan senyawa dalam suatu campuran; memisahkan polimer dan menentukan distribusi berat molekulnya dalam suatu campuran; kontrol kualitas; dan mengikuti jalannya reaksi sintetis. Keterbatasan metode KCKT adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali jika KCKT dihubungkan dengan spektrometer massa MS. Keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh. Universitas Sumatera Utara Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair secara sukses terhadap suatu masalah yang dihadapi membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel. Untuk tujuan memilih kombinasi kondisi kromatografi yang baik, maka dibutuhkan pemahaman yang mendasar tentang berbagai macam faktor yang mempengaruhi pemisahan pada kromatografi cair. Instrumentasi KCKT pada dasarnya terdiri atas delapan komponen pokok yaitu 1 wadah fase gerak, 2 sistem penghantaran fase gerak, alat untuk memasukkan sampel, 4 kolom, 5 detektor, 6 wadah penampungan buangan fase gerak, 7 tabung penghubung dan 8 suatu komputer atau integrator atau perekam. Diagram blok untuk sistem KCKT ditunjukkan oleh gambar. Ibnu Golib et al, 2007. Pada beberapa tulisan, ”HP” pada HPLC diartikan ”tekanan tinggi” high pressure dan beberapa yang lainnya menghubungkan dengan masalah biaya bisa berpikir bahwa ”HP” adalah singkatan dari ”biaya yang tinggi” high price tetapi kebanyakan ”HP” itu berarti ”penampilan yang tinggi” high performance Day et al, 2002. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi memisahkan komponen campuran senyawa kimia terlarut dengan sistem adsorpsi pada fase diam padat atau sistem partisi di antara fase diam cair yang terikat pada panyangga padat, dan fase gerak cair. Universitas Sumatera Utara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dapat memisahkan makromolekul, ion, bahan alam yang tidak stabil, polimer dan berbagai gugus polifungsi dengan berat molekul tinggi. Berbeda dengan kromatografi gas, pemisahan pada KCKT adalah hasil antaraksi spesifik antaramolekul senyawa dengan fase diam dan fase gerak. Kinerja kolom. Beberapa perangkat kondisi eksperimen dapat digunakan untuk mendapatkan pemisahan yang diinginkan dari komponen sampel dan ada perangkat yang lebih praktis daripada yang lainnya, sehingga perlu mencari optimasi. Pertama-tama harus dipilih sistem KCKT yang tepat, karena itu semua parameter dalam persamaan yang tergantung kepada sistem atau kepada sifat fase diam dan fase gerak ditentukan dan tidak dapat dirubah. Parameter tersebut adalah retensi relatif α, koefisian partisi dari senyawa yang paling lama ditahan k’ rasio partisi, dan bilangan pelat. Senyawa yang dianalisis biasanya memerlukan waktu dua sampai sepuluh kali lebih lama untuk melewati kolom, dibandingkan dengan senyawa yang tidak diretensi t M . Perlu diperhatikan juga viskositas fase gerak dan koefisien difusi senyawa dalam fase gerak. Selain itu tipe dan karakteristik pengisi kolom terutama porositas, rentang sempit ukuran partikel, prosedur pengisian kolom yang baik dan pengisi kolom berkualitas tinggi, mempengaruhi panjang kolom dan ukuran partikelnya. Karena proses pemisahan dalam kolom kromatografi dan identifikasinya dalam instrumen analisis berlangsung dalam kurun waktu yang sangat singkat, tidak dapat dilakukan secara manual, tetapi memerlukan koordinasi program kondisi dan operasional yang didapat dari jasa layanan komputer Kosasih et al, 2004. Universitas Sumatera Utara BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat Nama Alat Spesifikasi Merek 1. Neraca Analitik Digital Mettler PM 2000 2. Hot plate stirrer Bibby 3. Gelas Erlenmeyer 100 ml Pyrex 4. Gelas Beaker 250 ml Pyrex 5. Termosetting 6. Magnetik bar 7. Autoclave 100 ml Duragauge 8. Termometer 200 C Fisher 9. Labu alas 50 ml Pyrex 10. Pompa Vakum Welch Pou-Seal 11. Statif dan Klem 12. Corong saring Pyrex 13. Pipa kapiler 14. Buret 50 ml Pyrex 15. Perkin Elmer FT-IR 16. HPLC Universitas Sumatera Utara

3.1.2 Bahan- bahan

Nama Bahan Spesifikasi Merek 1. Glukosa 99,9 P.a. E’Merck 2. Katalis PdC P.a. E’Merck 3. Akuades 4. Gas hidrogen 99,999 PT. Aneka gas 5. N-Hexan kering 6. Etanol P.a. E’Merck 7. AgNO 3 P.a. E’Merck 8. NaOH 0,1 N P.a. E’Merck 9. NH 4 OH P.a. E’Merck 10. Larutan Fehling A 11. Larutan Fehling B 3.2 Prosedur Penelitian 3.2.1 Hidrogenasi Glukosa Sebanyak 9,0019 gram glukosa dimasukkan ke dalam tabung autoclave yang dilengkapi dengan pengaduk magnet. Dimasukkan kedalamnya N-Heksan kering sebanyak 40 ml. Dimasukkan katalis PdC sebanyak 0,0609 gram. Tabung autoclave di tutup rapat, kemudian dialirkan gas hidrogen sampai tekanan 200 psi 13,52 atm dan dipanaskan pada suhu 160 C. kemudian di reaksikan selama 3 jam. Selanjutnya hasil reaksi disaring, filtrat diuapkan pelarutnya dan kemudian di vakum sampai kering dan terbentuk padatan. Kemudian residu dilarutkan dengan air dan disaring. Filtrat diuapkan pelarutnya dengan cara divakum. Selanjutnya produk dikarakterisasi dengan analisa spektroskopi FT-IR dan HPLC. Universitas Sumatera Utara

3.2.2 Uji Fehling untuk Glukosa

Sebanyak 2 ml filtrat dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan larutan Fehling A dan Fehling B kemudian dipanaskan akan terbentuk endapan merah bata. Fehling A: larutan CuSO 4 dan larutan Fehling B: larutan dari Na-K-tartrat.

3.2.3 Uji Tollens untuk Glukosa